PENGERTIAN • Bell’s Palsy adalah kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non-supuratif, non-neoplastik, non-degeneratif primer maupun sangat mungkin akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di foramen stilomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen tersebut, yang mulainya akut dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. ANATOMI DIAGNOSIS Anamnesis Biasanya timbul secara mendadak, penderita menyadari adanya kelumpuhan pada salah satu sisi wajahnya pada waktu bangun pagi, bercermin atau saat sikat gigi/berkumur atau diberitahukan oleh orang lain/keluarga bahwa salah satu sudutnya lebih rendah. Tidak bisa menutup mata dengan sempurna Otalgia (nyeri pada telinga) Hiperakusis (sensitifitas berlebihan terhadap suara) Gangguan atau kehilangan pengecapan. Riwayat pekerjaan dan adakah aktivitas yang dilakukan pada malam hari di ruangan terbuka atau di luar ruangan. Riwayat penyakit yang pernah dialami oleh penderita seperti infeksi saluran pernafasan, otitis, herpes, dan lain-lain. • Pemeriksaan Klinis • Pemeriksaan neurologis ditemukan parese N.VII tipe perifer. • Gerakan volunteer yang diperiksa, dianjurkan minimal: • Mengerutkan dahi • Memejamkan mata kelopak mata pada sisi yang lumpuh tetap terbuka (lagoftalmus) dan bola mata berputar ke atas (phenomena Bell) • Mengembangkan cuping hidung • Tersenyum • Bersiul • Mengencangkan kedua bibir SKALA UGO FISCH • Skala untuk mengevaluasi kemajuan motorik penderita Bell’s palsy. Dinilai kondisi simetris atau asimetris antara sisi sehat dan sisi sakit pada 5 posisi:
POSISI NILAI PERSENTASE (%) SKOR
0, 30, 70, 100 Istirahat 20 Mengerutkan 10 Dahi Menutup Mata 30 Tersenyum 30 Bersiul 10 TOTAL • Penilaian presentase: • 0% : asimetris komplit, tidak ada gerakan volunter • 30% : simetri, poor/jelek, kesembuhan yang ada lebih dekat ke asimetris komplit daripada simetris normal. • 70% : simetris, fair/cukup, kesmbuhan parsial yang cenderung kea rah normal. • 100% : simetris, normal komplit. PENUNJANG • Uji kepekaan saraf (nerve excitability test) Membandingkan kontraksi otot-otot wajah kiri & kanan setelah diberi rangsang listrik. Perbedaan rangsang lebih 3,5 mA menunjukkan keadaan patologik dan jika lebih 20 mA menunjukkan kerusakan it fasialis ireversibel. • Uji konduksi saraf (nerve conduction test) Pemeriksaan untuk menentukan derajat denervasi dengan cara mengukur kecepatan hantaran listrik pada n. fasialis kiri dan kanan. • Elektromiografi Pemeriksaan yang menggambarkan masih berfungsi atau tidaknya otot- otot wajah. • Uji fungsi pengecap 2/3 bagian depan lidah • CT SCAN/MRI DIAGNOSIS BANDING • Otitis media • Ramsay Hunt Syndrome • Lyme Disease • Polineuropati • tumor metastase • multiple sklerosis TERAPI • Terapi medikamentosa : Golongan kortikosteroid sampai sekarang masih kontroversi juga dalam diberikan neurotropik. Kortikosteroid, misalnya Prednison harus diberikan dalam waktu tidak lebih dari 2 hari setelah timbulnya gejala dan dilanjutkan sampai 1-2 minggu. • Terapi operatif : Tindakan bedah dekompresi masih kontroversi. • Fisioterapi INTERVENSI FISIOTERAPI • Tujuan: untuk mengurangi/mencegah paresis menjadi bertambah dan membantu mengatasi problem sosial serta psikologinya agar penderita tetap dapat melaksanakan aktivitas kegiatan sehari-hari. • Intervensi • IR • MWD atau SWD • ES: Galvanic, Faradic • Massage wajah • Mirror exercise