Anda di halaman 1dari 12

BELL’S PALSY

Virny Dwiya Lestari S.Ft, M.Fis, Ftr


PENGERTIAN
• Bell’s Palsy adalah kelumpuhan fasialis perifer akibat proses
non-supuratif, non-neoplastik, non-degeneratif primer maupun
sangat mungkin akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di
foramen stilomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen
tersebut, yang mulainya akut dan dapat sembuh sendiri tanpa
pengobatan.
ANATOMI
DIAGNOSIS
 Anamnesis
Biasanya timbul secara mendadak, penderita menyadari adanya
kelumpuhan pada salah satu sisi wajahnya pada waktu bangun pagi,
bercermin atau saat sikat gigi/berkumur atau diberitahukan oleh orang
lain/keluarga bahwa salah satu sudutnya lebih rendah.
Tidak bisa menutup mata dengan sempurna
Otalgia (nyeri pada telinga)
Hiperakusis (sensitifitas berlebihan terhadap suara)
Gangguan atau kehilangan pengecapan.
Riwayat pekerjaan dan adakah aktivitas yang dilakukan pada malam hari
di ruangan terbuka atau di luar ruangan.
Riwayat penyakit yang pernah dialami oleh penderita seperti infeksi
saluran pernafasan, otitis, herpes, dan lain-lain.
• Pemeriksaan Klinis
• Pemeriksaan neurologis ditemukan parese N.VII tipe perifer.
• Gerakan volunteer yang diperiksa, dianjurkan minimal:
• Mengerutkan dahi
• Memejamkan mata  kelopak mata pada sisi yang lumpuh tetap
terbuka (lagoftalmus) dan bola mata berputar ke atas (phenomena Bell)
• Mengembangkan cuping hidung
• Tersenyum
• Bersiul
• Mengencangkan kedua bibir
SKALA UGO FISCH
• Skala untuk mengevaluasi kemajuan motorik penderita Bell’s
palsy. Dinilai kondisi simetris atau asimetris antara sisi sehat dan
sisi sakit pada 5 posisi:

POSISI NILAI PERSENTASE (%) SKOR


0, 30, 70, 100
Istirahat 20
Mengerutkan 10
Dahi
Menutup Mata 30
Tersenyum 30
Bersiul 10
TOTAL
• Penilaian presentase:
• 0% : asimetris komplit, tidak ada gerakan volunter
• 30% : simetri, poor/jelek, kesembuhan yang ada lebih dekat ke
asimetris komplit daripada simetris normal.
• 70% : simetris, fair/cukup, kesmbuhan parsial yang cenderung kea
rah normal.
• 100% : simetris, normal komplit.
PENUNJANG
• Uji kepekaan saraf (nerve excitability test)
Membandingkan kontraksi otot-otot wajah kiri & kanan setelah diberi
rangsang listrik. Perbedaan rangsang lebih 3,5 mA menunjukkan
keadaan patologik dan jika lebih 20 mA menunjukkan
kerusakan it fasialis ireversibel.
• Uji konduksi saraf (nerve conduction test)
Pemeriksaan untuk menentukan derajat denervasi dengan cara
mengukur kecepatan hantaran listrik pada n. fasialis kiri dan kanan.
• Elektromiografi
Pemeriksaan yang menggambarkan masih berfungsi atau tidaknya otot-
otot wajah.
• Uji fungsi pengecap 2/3 bagian depan lidah
• CT SCAN/MRI
DIAGNOSIS BANDING
• Otitis media
• Ramsay Hunt Syndrome
• Lyme Disease
• Polineuropati
• tumor metastase
• multiple sklerosis
TERAPI
• Terapi medikamentosa : Golongan kortikosteroid sampai sekarang
masih kontroversi juga dalam diberikan neurotropik.
Kortikosteroid, misalnya Prednison harus diberikan dalam waktu
tidak lebih dari 2 hari setelah timbulnya gejala dan dilanjutkan
sampai 1-2 minggu.
• Terapi operatif : Tindakan bedah dekompresi masih kontroversi.
• Fisioterapi
INTERVENSI FISIOTERAPI
• Tujuan: untuk mengurangi/mencegah paresis menjadi
bertambah dan membantu mengatasi problem sosial serta
psikologinya agar penderita tetap dapat melaksanakan
aktivitas kegiatan sehari-hari.
• Intervensi
• IR
• MWD atau SWD
• ES: Galvanic, Faradic
• Massage wajah
• Mirror exercise

Anda mungkin juga menyukai