Anda di halaman 1dari 33

BELL’S PALSY Disusun Oleh

(Kelompok 2B dan Kelompok 14)


Ilham Pratama 12100118550
Isye Maudina 12100118685
Nurain Afmifta H. 12100118633
Maulydiani K 12100118525
Wendy Darmawan 12100119188
Cecep Chandra 12100119075
Fatimah Az Zakiyah 12100119100
Evi Novita Sairoh 12100119133

SMF ILMU KESEHATAN FISIK DAN REHABILITASI


Nervus Fasialis (CN VII)
1. Fungsi motorik : menggerakan
otot-otot ekspresi wajah, otot
stapedius, otot suprahyoid
2. Fungsi sensoris : pancaindera
pengecapan pada 2/3 anterior lidah
dan meatus akustik ekstrnal serta
bagian dalam aurikula
3. Fungsi parasimpatetik :
mensekresikan kelenjar saliva
(sublingual dan submandibular dan
lakrimal
DEFINISI

Bell’s palsy adalah kelumpuhan facial nerve (CN VII) perifer yang menyebabkan
kelumpuhan pada salah satu sisi wajah dan penyebab yang tidak di
ketahui(idiopathic).

Bells’ palsy muncul mendadak (akut), unilateral, berupa paralisis saraf fasialis
perifer, yang secara gradual dapat mengalami perbaikan pada 80-90% kasus .
Etiologi

1. Idiopatik
2. Kemungkinan reaktivasi herpes simplex virus tipe 1 (peradangan facial
nerve dan geniculate ganglion dan ganglia yang berdekatan dengan
vesikel pada concha atau di saluran pendengaran eksternal
(Ramsay-hunt syndrome))
3. Infeksi lain seperti EBV, herpes zooster, lyme disease, sitomegalovirus
4. Diabetes mielitus dan hipertensi
EPIDEMIOLOGI

Bells’ palsy adalah salah satu dari penyakit neurologis tersering yang
melibatkan saraf kranialis, dan penyebab tersering (60-75%) dari kasus
paralisis fasialis unilateral akut di dunia.

Bells’ palsy lebih sering ditemukan orang dewasa, DM dan wanita hamil.

Insidensi di dunia 23/100.000 orang tiap tahunnya, bisa terjadi disegala usia,
tetapi sering terjadi pada usia 20-60 tahun
● Grading (House and Brackmann)
Grade I Grade IV
Fungsi fasialis normal Kelemahan dan simetris jelas terlihat
Simetris normal saat istirahat
Grade II Tidak dapat gerakan dahi
Mata tidak menutup sempurna
Kelemahan ringan
mulut asimetris dengan usaha maksimal
Sinkinesis ringan dapat ditemukan
Simetris normal saat istirahat Grade V
Gerakan dahi sedikit sampai baik Hanya sedikit gerakan yang dapat dilakukan
Mata dapat menutu sempurna dengan sedikit usaha Asimetris saat istirahat
Mulut sedikit asimetris Tidak terdapat gerakan pada dahi
Mata tidak menutup sempurna
Grade III Gerakan mulut hanya sedikit
Asimetris kedua sisi terlihat jelas
Sinkinesis, kontraktur, spasme dapat ditemukan Simetris normal Grade VI
Tidak ada gerakan pada otot wajah
saat istirahat
Gerakan dahi ringan sampai sedang
Menutup mata sempurna dengan usaha Gerakan Mulut lemah
dengan usaha maksimal
PATOGENESIS
PATOFISIOLOGI
•Mekanisme belum pasti
•Teori yang dianut saat ini = teori vaskuler/pembuluh darah.
Akibat berkurangnya asupan darah ke saraf fasialis yang
disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah yang terletak antara
saraf fasialis dan dinding kanalis fasialis, sebab pelebaran pembuluh
darah ini bermacam-macam (c: infeksi virus) yaitu kurangnya
asupan darah yang terjadi menyebabkan gangguan mikrosirkulasi di
dalam saraf fasialis, sehingga saraf kekurangan oksigen yang
mengakibatkan gangguan fungsi saraf fasialis.
● Bell’s palsy terjadi akibat adanya disfungsi disepanjang bagian perifer nervus
facial dari level pons bagian distal. Terjadinya lesi perifer pada nervus fasial
menyebabkan terjadinya paralisis total pada daerah wajah sesisi lesinya.
● Patofisiologi dari kelumpuhan nervus fasialis belum pasti, tetapi banyak
penulis percaya bahwa adanya keterlibatan sistem imun yang disebabkan
oleh kerusakan local pada myelin setelah infeksi virus. ini sering terjadi 2
atau 3 minggu setelah terjadi infeksi virus.
● Sejumlah patologi spesifik juga bisa menyebabkan kelumpuhan lower
motor neuron nervus fasialis akut. invasi virus aktif pada nervus, iskemia
vaskuler, dan demielinisasi imun juga terlibat. Peran pembengkakan saraf
pada patosfisiologinya masih belum jelas.
● Peningkatan bukti mengimplikasikan bahwa penyebab utama bell’s palsy
adaalh virus herpes yang laten (virus herpes simpleks tipe 1 dan virus
herpes zoster), yang mana merupakan reaktivasi dari nervus cranial
ganglia.
TANDA DAN GEJALA
Tergantung letak lesi dan berat nya gejala. Onset akut, paralisis rata-rata dalam 48 jam (3-4 hari)

● salah satu sudut bibir turun; ● epiphora;


● paralisis sebagian wajah atas dan bawah; ● xerostomia;
● lagopthalmus; ● sakit telinga atau mastoid;
● bell’s Phenomenon; ● perubahan sensasi kecap;
● mati rasa pada ⅔ anterior lidah; ● Pengelihatan kabur.
● hiperakusis;
DIAGNOSIS

ANAMNESIS CN-VII P. OTOLOGI


● onset yang mendadak pada ipsilateral BP :
satu sisi wajah
Dalam batas
● puncak gejala setelah 72 jam,
normal
● berliur,
● mata sulit dikedipkan,
● halis turun
Singkirkan kelumpuhan ekstremitas
DIAGNOSIS

P. MATA P. PENGECAP PENUNJANG


● Lagophtalmus ⅔ anterior ○ Test PCR VZV dan HSV-1
● Mata ○ Peningkatan ringan sel limfosit
kering/berair
● Bells dan sel mononuklear dalam CSF
phenomenon ○ Uji Kepekaan Saraf (nerve
excitability test)
○ Uji Konduksi Saraf (nerve
conduction test)
○ EMG
○ Pencitraan (CT Scan/MRI)
CONTOH

HENDAYA DISABILITAS KECACATAN


PARESIS CN VII GANGGUAN GANGGUAN
BICARA BERKOMUNIKASI
DIAGNOSIS BANDING
SEBAB NEUROLOGIS

Stroke

Guillain-Barre Syndrome
Arefleksia, cranial palsy

Sklerosis Multipel
Lesi setinggi nukleus fasialis ipsilateral, keluhan disfungsi saluran
kemih dan seksual, serta keluhan gangguan koordinasi
Sebab Otologis
● Otitis media akut atau kronis
● Otitis eksterna maligna
● Kolesteatoma
● Schwannoma
Sebab Infeksi (EBV, HPV, Rubela)
Sebab Inflamatorik (Sarkoidiosis)
Neoplastik
Trauma
Tatalaksana
Terapi farmakokologis
Prednisolon Anti-viral

● Onset Bell’s palsy <72 jam ● Penggunaan


● Tidak ada kontraindikasi acyclovir/valacyclovir sebagai
● Dosis : 60 mg/hari selama 5 tambahan kortikosteroid belum
hari menunjukkan manfaat
● Tappering off: 10 mg/hari
selama 5 hari
Tatalaksana
Terapi non - farmakokologis
1. Perawatan Mata
○ Kelumpuhan otot orbicularis oculi mengarah ke retraksi tanpa batas dari levator palpebrae
superioris (LPS), yang dipersarafi oleh saraf oculomotor. Karena hal ini mata tidak menutup
sepenuhnya.
○ Prophylactic eye care: kacamata pelindung, Artificial tear (air mata buatan bebas pengawet)
selama hari itu, serta salep yang lebih tebal saat tidur.
○ Latihan peregangan kelopak mata: Bulu mata bagian atas dipegang dan ditarik lebih rendah dari
kelopak mata bawah. Peregangan diadakan selama 30 detik dan diulang setiap 8 jam
Tatalaksana
Terapi non - farmakokologis
1. Physical Therapy for Bell’s Palsy
○ Fungsi wajah dinilai menggunakan HBS atau SFGS (berdasarkan evaluasi resting symmetry, degree of
voluntary movements dan degree of synkinesis associated with specific voluntary movements)
Tatalaksana
Terapi non - farmakokologis
2. Excercise
Terdapat serangkaian latihan untuk membantu memaksimalkan pemulihan fungsi otot wajah.
Prinsip Latihan Umum:
○ Gerakan lambat dan kecil untuk memulai
○ Fokus pada kontrol dan koordinasi motorik
○ Penggunaan cermin untuk memastikan gerakan otot simetris
○ Penekanan pada KUALITAS gerakan, bukan kuantitas
Tatalaksana
Terapi non - farmakokologis
3. Akupuntur
○ Menggunakan jarum kecil yang dimasukkan ke dalam kulit untuk merangsang "titik-titik tekanan" tertentu
yang diperkirakan mengatur proses atau jaringan tubuh.
○ Akupuntur dapat regenerasi saraf, rangsangan saraf, meningkatkan kontraksi otot, atau sirkulasi darah

4. Electrical Stimulation
○ Stimulasi listrik eksternal (E-stim) menggunakan impuls listrik untuk meningkatkan tonus otot dan untuk
menghambat atrofi
○ tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa E-stim bermanfaat pada FP akut
○ E-stim saat ini tidak direkomendasikan.
5. Terapi laser

Terapi laser efektif untuk pemulihan pasien dengan Bell's palsy. HILT dan LLLT adalah
alat terapi fisik yang efektif dapat dikombinasikan dengan serangkaian latihan
pemulihan fungsi otot wajah dalam rehabilitasi pasien Bell's palsy.
- High intensity laser therapy (HILT)

HILT diaplikasikan tegak lurus ke bagian superfisial saraf wajah sisi yang terkena. Waktu aplikasi
adalah 7 s / per titik dengan kepadatan energi 10 J / cm2. Total energi yang didapatkan pasien
selama satu sesi adalah 80 joule. HILT diterapkan untuk total 18 sesi perawatan selama 6
minggu berturut-turut (tiga sesi / minggu). Pijat wajah dan latihan ekspresi wajah di depan cermin
dilakukan setelah setiap sesi untuk semua pasien.

- Low level laser therapy (LLLT)


LLLT diaplikasikan untuk 2 menit dan 5 titik titik untuk 8 titik dengan energi total 80 J. LLLT
diterapkan untuk total 18 sesi perawatan selama periode 6 minggu berturut-turut (tiga sesi /
minggu). Pijat wajah dan latihan ekspresi wajah di depan cermin dilakukan setelah setiap sesi
untuk semua pasien. Sebelumnya kalibrasi peralatan laser dilakukan oleh perusahaan
manufaktur menggunakan pengukur daya termal.
Tatalaksana

Evaluasi pemulihan wajah

Untuk menilai tingkat pemulihan dapat dievaluasi menggunakan Facial disability scale (FDI) dan
House-Brackmann scale (HBS). Skor FDI dan HBS diambil sebelum 3 minggu pengobatan dan 6 minggu
setelah pengobatan.

- FDI dikembangkan oleh Van Swearingen dan Brach untuk meningkatkan penilaian disfungsi
neuromuskuler wajah. Kuesioner ini memiliki sepuluh item yang mengevaluasi aspek fisik dan sosial
pasien (pengunyahan, deglutisi, komunikasi, mobilitas labial, perubahan emosional, dan integrasi
sosial) FDI menggunakan skala 100 poin, di mana skor yang lebih tinggi menunjukkan lebih sedikit
gangguan dan kecacatan.
- HBS diklasifikasikan sebagai skala universal oleh Akademi Otolaringologi Amerika, Komite
Gangguan Saraf Wajah. Skala ini menganalisis simetri, synkinesis, kekakuan, dan mobilitas global
wajah. HBS dibagi menjadi enam kategori (normal, disfungsi ringan, disfungsi sedang, disfungsi
cukup parah, disfungsi berat, dan kelumpuhan total).
Tatalaksana
Konseling Psikologis

○ Banyak pasien fascial palsy datang dengan keluhan psikologisnya (depresi, stress)
○ Pasien dapat memiliki keuntungan dari individual counseling atau Fascial Palsy support grup.
Komplikasi

01 02 03
Lagophthalmos Keratitis Crocodile Tears

04 05 06
Impaired Blinking Synkinesia Resiko stroke lebih
tinggi
Prognosis

70% Mencapai fungsi wajah


mendekati normal 12% Tingkat Rekurensi

Tiga Fungsi kembali pulih (Beberapa


Minggu kasus hingga 9 Bulan)
TERIMAKASIH
BANYAK

You could enter a subtitle here if you need it

Anda mungkin juga menyukai