Anda di halaman 1dari 21

Bell’s Palsy

Sumita Dewi (20360118)


Tanti Kristiana
(20360119)
pembimbing :
dr. Luhu Tapiheru Sp. S
Kepanitraan Klinik Penyakit Anak
Rumah Sakit Rsud Haji Medan 2020
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
Bandar Lampung
Definisi
Bells’ palsy  kejadian akut,
unilateral, paralisis saraf fasial
idiopatik type LMN (perifer)
EPIDEMIOLO Amerika serikat

GI Rata-rata
30 kasus/100.0000/thn,
63 % sisi kanan wajah
Tidak di pengaruhi iklim

15-50 tahun
Riwayat terpapar udara Idonesia
dingin/ angin berlebihan
19,55% Rata-rata
DM 21-30 tahun
Wanita hamil 10x beresiko

=
Gangguan regulasi sirkulasi
ETIOLOGI darah ke N.VII

KX Teori Iskemik Vaskular


Infeksi HSV type I dan
Teori Virus reaktivasi herpes zoster

T Teori Herediter
T Teori Imunologi
ANATOMI NERVUS FASIALIS (VII)
infeksi

Patomekanisme Berjalan secara


retrograd melalui axon
dari saraf sensoris
Paparan dingin (angin,
air conditioner atau
mengendarai dengan Menetap (laten) pada
helm dan kaca mobil ganglion geniculatum N VII
yang terbuka)

Terjadi stressor yang


melemahkan sistem imun

Reaktivasi dan merusak saraf mielin saraf dan


menimbulkan inflamasi serta dapat menimbulkan jepittan
dengan struktur anatomis tulang (canalis falopian)

Mengganggu
konduksi
dari saraf
Sesuai dengan lokus
kejadiannya
Gejala Klinis
 Paralisis otot fasialis atas dan bawah unilateral (48
jam)
 Tidak bisa munutup mata
 Epiphora
 Nyeri ocular
 Penglihatan kabur
 Nyeri auricular posterior
 Lakrimasi turun
 Hiperakusis
 Gangguan pengecapan
 Otalgia
 Kesemutan dagu dan mulut
Bedakan !
Diagnosis
A Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang
Anamnesis
Gejala awal:
 Kelumpuhan muskulus fasialis
 Tidak mampu menutup mata
 Nyeri tajam pada telinga dan mastoid
(60%)
 Perubahan pengecapan (57%)
 Hiperakusis (30%)
 Kesemutan pada dagu dan mulut
 Epiphora
 Nyeri ocular
 Penglihatan kabur
*Onset Onset Bells’ palsy mendadak, dan
gejala mencapai puncaknya kurang dari 48
jam
Pemeriksaan fisik Nervus VII (Fascialis)

Motorik

● Mengerutkan alis dan Sis dahi datar


tidak asimetri
mengerutka dahi
● Memejamkan mata Lagoftalmus
● Menyeringai
(menunjukkan gigi geligi)
● Mencucukan bibir Tidak dapat
● Mengembungkan pipi melakukannya
● Mengembang kempiskan dan asimetris
hidung
Pemeriksaan fisik Nervus VII (Fascialis)
Sensorik Otonom

● Pengecapan 2/3 depan


lidah Refleks stapedial
● Produksi kel. Saliva
● Produksi air mata turun
● Hiperakusis
Derajat paralisis wajah
House and Brackmann

a. Grade I adalah fungsi fasial normal.


b. Grade II disfungsi ringan
c. Grade III adalah disfungsi moderat
d. Grade IV adalah disfungsi moderat sampai
berat
e. Grade V adalah disfungsi berat
f. Grade VI adalah paralisis total.
“Pemeriksaan penunjang
 Darah rutin, ureum, kreatinin, Gula darah

 EMG

 MRI kepala + Kontras (jika curiga lesi

sentral)
Diagnosis Banding
 Karsinomatosis.
 Acoustic neuroma danlesi  Penyakit carotid dan
cerebellopontine angle. stroke, termasuk
 Otitis media akut atau kronik. fenomena emboli.
 Amiloidosis.  Cholesteatoma telinga
tengah.

 Aneurisma A. vertebralis,  Malformasi congenital.


A. basilaris, atau A.  Schwannoma N. Fasialis.
carotis.  Infeksi ganglion genikulatum
 Sindroma autoimun.
 Botulismus.
Tatalaksana 2. Lindungi mata
Perawatan mata: lubrikasi okular topikal
1. Pengobatan inisial
(artifisial air mata pada siang hari) dapat
mencegah corneal exposure.
3. Fisioterapi atau akupunktur
 Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1 Dapat mempercepat perbaikan dan
mg/kg atau 60 mg/day selama 6 hari, menurunkan sequele
diikuti penurunan bertahap total
selama 10 hari.
 Antiviral: asiklovir diberikan
dengan dosis 400 mg oral 5 kali
sehari selama 10 hari. Jika virus
varicella zoster dicurigai, dosis tinggi
800 mg oral 5 kali/hari.
Algoritma Tatalaksana
Komplikasi

 Crocodile tar phenomenon (air mata


buaya)
 Synkinesis  gerakan wajah yang
involunter
 Clonic facial spasme (hemi facial
spasme) timbul kedutan pada wajah
Edukasi
1. Kompres hangat daerah sisi wajah yang sakit selama 20 menit.
2. Massage wajah yang sakit kearah atas dengan menggunakan tangan
dari sisi wajah yang sehat
3. Latihan tiup lilin, berkumur, makan dengan mengunyah
disisi yang sakit, minum dengan sedotan, mengunyah
permen karet.
4. Perawatan mata :
a. Beri obat tetes mata (golongan artifial tears) 3 kali sehari.
b. Memakai kacamata gelap sewaktu bepergian siang hari.
c. Biasakan menutup kelopak mata secara pasif sebelum tidur.
Prognosis
Ad vitam: bonam
Ad Sanationam : bonam
Ad Fungsionam : bonam

Sembuh spontan pada 75-90%


dalam beberapa minggu atau dalam
1-2 CREDITS:
bulan. Kira- kira 10-15%
This presentation templatesisanya
was created
akanby Slidesgo, including icons from
memberikan Flaticon, and
gambaran
infographics & images by Freepik.
kerusakan yang permanen.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai