N E O N AT O R U M
OLEH :
TA N T I K R I S T I A N A
Pembimbing :
dr. Sevina Marisya Sp.A
Pendahuluan
Tetanus neonatorum → mendeskripsikan terjadinya
penyakit tetanus pada neonatus (bayi berusia 3-28 hari)
• Tetanus neonatorum penyakit yang berbahaya dan
memilki tingkat morbiditas yang tinggi
• Tetanus terdapat di berbagai negara terutama negara berkembang. Angka kejadian bervariasi, tetanus
neonatorum adalah bentuk yang tersering dijumpai dan setiap tahun mengakibatkan sekitar 500.000 bayi
meninggal dunia.
• AS setiap tahun terdapat 50 kasus tetanus pada bayi dan anak, dan dari 15 kasus tetanus ternyata 80%
diantaranya adalah tidak mendapat imunisasi dengan alasan religi dan filosofi.
• Kasus tetanus neonatorum masih terjadi di 46 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Eliminasi tetanus
tercapai bila kasus di tiap kabupaten atau kota adalah <1/1000 bayi lahir hidup.
ETIOLOGI
• Awal bayi malas minum dan • Mula-mula kekakuan tubuh bersifat • Masa inkubasi tetanus neonatorum
menangis terus menerus, suhu periodik dan dipicu rangsangan suara, berkisar antara 3-10 hari, dan biasanya
normal/subfebris. cahaya, sentuhan. bermanifestasi pada akhir minggu
• Kesulitan menghisap dan gangguan • Kemudian kejang spontan dan pertama atau awal minggu ke dua
menyusu. akhirnya terus menerus pasca persalinan sehingga sering
• Kekakuan rahang atau trismus terjadi vasokonstriksi saluran napas disebut penyakit hari ke tujuh
mengakibatkan tangisan bayi apneu dan sianosis (Disease of the Seventh Day).
berkurang dan berhenti. • Kedua lengan akan fleksi pada siku
• Kekakuan pada wajah (bibir tertarik dan tertarik ke arah badan, sedangkan
ke arah lateral, dan alis tertarik ke kedua tungkai dorsofleksi dan kaki
atas) disebut risus sardonicus. akan mengalami hiperfleksi.
• Kaku kuduk, disfagia, abdomen kaku • Spasme pada otot punggung
serta kaku seluruh tubuh akan menyebabkan punggung tertarik
menyusul beberapa jam berikutnya. menyerupai busur panah atau disebut
opisthotonus.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Px.fisik • Tali pusat bayi dapat ditemukan dalam kondisi kotor dan
berbau
• Bayi sadar, terjadi spasme otot berulang
• Perut teraba keras (perut papan)
• Mulut mencucu seperti mulut ikan • Opistotonus (ada sela antara punggung
• Trismus (mulut sukar dibuka) bayi dengan alas, saat bayi ditidurkan)
• Risus sardonicus
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang khas untuk tetanus, beberapa hasil pemeriksaan penunjang dibawah
ini dapat ditemui pada kasus tetanus, antara lain:
Pemeriksaan biakan pada luka perlu dilakukan pada kasus tersangka tetanus, namun demikian, kuman
Clostridium tetani dapat ditemukan di luka pada orang yang tidak mengalami tetanus dan seringkali tidak
dapat dikultur pada pasien tetanus.
Nilai hitung leukosit dapat tinggi.
Pemeriksaan cairan serebrospinal dapat menunjukkan hasil yang normal.
Kadar antitoksin didalam darah 0,01 u/mL atau lebih, dianggap sebagai imunisasi bukan tetanus.
Kadar enzim otot (kreatin kinase, aldolase) di dalam darah dapat meningkat.
EMG dapat menunjukkan pelepasan subunit motorik yang terus menerus dan pemendekan atau tidak adanya
interval tenang yang normal yang diamati setelah potensial aksi.
Komplikasi
Laringospasme
Hiperadrenergik
menyebabkan
Pneumonia
hiperakitifitas
Aspirasi
sistem saaraf
otonom
Penatalaksanaan
Pasang jalur IV dan beri cairan dengan dosis Berikan bayi Bila terjadi kemerahan dan/ pembengkakan
rumatan Human tetanus imunoglobulin 500 u IM atau pada kulit sekitar pangkal tali pusat atau
Berikan dizepam 10 mg/kg/hari secar IV dalam 24 tetanus anti toksin 5000 u IM. keluar nanah dari permukaan talipusat atau
jam (dengan dosis 0,1-0,2 mg/kg perkali pemberian) bau busuk area tali pusat, berikan pengobatan
Tetanus toxoid 0,5 ml IM pada tempat yang untuk infeksi lokal tali pusat.
maksimum 40 mg/kg/hari. berbeda dengan pemberian anti toksin.
Bila frekuensi napas kurang 30 kali/menit, obat Berikan ibunya imunisasi tetanus toksoid 0,5
Lini 1 : metronidazol 30 mg/kg/hari setiap 6 ml (utk melindungi ibu dan bayi yang di
dihentikan, meskipun bayi masih mengalami jam.
spasme. kandung berikutnya) dan minta datang
Lini 2 : penisilin prokain 100.000 u/kg IV dosis kembali satu bulan kemudian untuk
Bila bayi mengalami henti napas selama spasme tunggal selama 7-10 hari pemberian dosis kedua.
atau sianosis sentral setelah spasme, berikan oksigen
dengan kecepatan aliran sedang, bila belum
bernapas lakukan resusitasi
PENCEGAHAN
1)Proses persalinan yang steril yang didukung tenaga medis dan peralatan medis yang
mendukung.
2)Pendidikan dan pengarahan tentang pentingnya persalinan yang steril dan sosialisasi
vaksinasi tetanus pada ibu hamil khususnya yang belum mendapat vaksinasi atau dengan
riwayat vaksinasi yang belum jelas.
3)Imunisasi pada ibu hamil merupakan fokus primer dalam pencegahan tetanus neonatorum
Tabel 2 Rekomendasi jadwal imunisasi tetanus toxoid (TT) dan tetanus dan difteri toxoid(Td) untuk wanita
pada masa subur yang belum divaksinasi
TT1 atau Td1 Pada kontak pertama atau sedini mungkin saat kehamilan
TT3 atau Td3 6-12 bulan setelah dosis kedua atau pada kehamilan berikutnya
TT4 atau Td4 1-5 tahun setelah dosis ketiga atau saat kehamilan berikutnya
TT5 atau Td5 1-10 tahun setelah dosis keempat atau saat kehamilan berikutnya
PROGNOSIS