Anda di halaman 1dari 17

T E TA N U S

N E O N AT O R U M

OLEH :
TA N T I K R I S T I A N A

Pembimbing :
dr. Sevina Marisya Sp.A
Pendahuluan
Tetanus neonatorum → mendeskripsikan terjadinya
penyakit tetanus pada neonatus (bayi berusia 3-28 hari)
• Tetanus neonatorum penyakit yang berbahaya dan
memilki tingkat morbiditas yang tinggi

Proses partus dan penanganan tali pusat yang kurang steril


→ infeksi bakteri sehingga membahayakan baik bagi sibayi
maupun ibu melahirkan → 90% kasus tetanus neonatorum
terjadi di negara negara yang kurang dan masih
berkembang, di mana standar kesehatan masih sangat
rendah dan fasilitas kesehatan yang layak tidak tersedia
atau terbatas.
Keterbatasan ekonomi di negara-negara kurang
berkembang → tingginya jumlah kasus tetanus
neonatorum. Fasilitas kesehatan yang terbatas dan
rendahnya pengetahuan masyarakat akan masalah ini tetap
menjadikan tetanus neonatrum sebuah problematika
kesehatan pada neonatal

Definisi

ditandai kondisi spastik


Kata tetanus → Yunani Neonatal (berasal dari neos →
paralisis yang disebabkan oleh
tetanos → kencang atau baru dan natus → lahir).
neurotoksin yang dihasilkan
tegang
oleh Clostridium tetani
EPIDEMIOLOGI

• Tetanus terdapat di berbagai negara terutama negara berkembang. Angka kejadian bervariasi, tetanus
neonatorum adalah bentuk yang tersering dijumpai dan setiap tahun mengakibatkan sekitar 500.000 bayi
meninggal dunia.

• AS setiap tahun terdapat 50 kasus tetanus pada bayi dan anak, dan dari 15 kasus tetanus ternyata 80%
diantaranya adalah tidak mendapat imunisasi dengan alasan religi dan filosofi.

• Kasus tetanus neonatorum masih terjadi di 46 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Eliminasi tetanus
tercapai bila kasus di tiap kabupaten atau kota adalah <1/1000 bayi lahir hidup.
ETIOLOGI

• Neorutoksin (tetanospasmin) yang dihasilkan


bakteri Clostridium tetani pada masa neonatal

• Umumnya infeksi terjadi akibat proses partus dan


penanganan tali pusat yang kurang steril.
• Penyakit ini khususnya terjadi pada bayi dengan
ibu yang belum mendapatkan imunisasi tetanus
sebelumnya
Faktor Resiko
Pemberian imunisasi TT
(tetanus toksoid) pada ibu
hamil tidak dilakukan, atau
tidak lengkap, atau tidak
sesuai dengan ketentuan
program.

Pertolongan persalinan tidak


memenuhi syarat.

Perawatan tali pusat tidak


memnuhi persyaratan
kesehatan
MANIFESTASI KLINIS

• Awal  bayi malas minum dan • Mula-mula kekakuan tubuh bersifat • Masa inkubasi tetanus neonatorum
menangis terus menerus, suhu periodik dan dipicu rangsangan suara, berkisar antara 3-10 hari, dan biasanya
normal/subfebris. cahaya, sentuhan. bermanifestasi pada akhir minggu
• Kesulitan menghisap dan gangguan • Kemudian kejang spontan dan pertama atau awal minggu ke dua
menyusu. akhirnya terus menerus pasca persalinan sehingga sering
• Kekakuan rahang atau trismus terjadi vasokonstriksi saluran napas  disebut penyakit hari ke tujuh
mengakibatkan tangisan bayi apneu dan sianosis (Disease of the Seventh Day).
berkurang dan berhenti. • Kedua lengan akan fleksi pada siku
• Kekakuan pada wajah (bibir tertarik dan tertarik ke arah badan, sedangkan
ke arah lateral, dan alis tertarik ke kedua tungkai dorsofleksi dan kaki
atas) disebut risus sardonicus. akan mengalami hiperfleksi.
• Kaku kuduk, disfagia, abdomen kaku • Spasme pada otot punggung
serta kaku seluruh tubuh akan menyebabkan punggung tertarik
menyusul beberapa jam berikutnya. menyerupai busur panah atau disebut
opisthotonus.
PENEGAKAN DIAGNOSIS

• Riwayat persalinan yang kurang higienis terutama yang ditolong oleh


tenaga medis yang tidak terlatih
• Riwayat perawatan tali pusat yang tidak higienis, pemberian dan
penambahan suatu zat pada tali pusat
Anamnesis
• Bayi malas minum, gangguan menyusu
• Kekakuan rahang yang mengakibatkan tangisan bayi berkurang atau
tidak ada
• Sering mengalami kekakuan terutama bila terangsang atau tersentuh

Px.fisik • Tali pusat bayi dapat ditemukan dalam kondisi kotor dan
berbau
• Bayi sadar, terjadi spasme otot berulang
• Perut teraba keras (perut papan)
• Mulut mencucu seperti mulut ikan • Opistotonus (ada sela antara punggung
• Trismus (mulut sukar dibuka) bayi dengan alas, saat bayi ditidurkan)
• Risus sardonicus

• Pemeriksaan dengan spatula


Hasil positif ditunjukan ketika spatula menyentuh orofaring lalu terjadi
spasme pada otot maseter dan bayi menggigit spatula lidah. Uji spatula
memiliki spesifisitas dan sensitifitas tinggi (94%)
Pemeriksaan penunjang

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang khas untuk tetanus, beberapa hasil pemeriksaan penunjang dibawah
ini dapat ditemui pada kasus tetanus, antara lain:
 Pemeriksaan biakan pada luka perlu dilakukan pada kasus tersangka tetanus, namun demikian, kuman
Clostridium tetani dapat ditemukan di luka pada orang yang tidak mengalami tetanus dan seringkali tidak
dapat dikultur pada pasien tetanus.
 Nilai hitung leukosit dapat tinggi.
 Pemeriksaan cairan serebrospinal dapat menunjukkan hasil yang normal.
 Kadar antitoksin didalam darah 0,01 u/mL atau lebih, dianggap sebagai imunisasi bukan tetanus.
 Kadar enzim otot (kreatin kinase, aldolase) di dalam darah dapat meningkat.
 EMG dapat menunjukkan pelepasan subunit motorik yang terus menerus dan pemendekan atau tidak adanya
interval tenang yang normal yang diamati setelah potensial aksi.
Komplikasi
Laringospasme

Sepsis akibat Fraktur dari


infeksi tulang
nosokomial punggung
(Bronkopneu atau tulang
monia panjang
Tetanus
Neoatorum

Hiperadrenergik
menyebabkan
Pneumonia
hiperakitifitas
Aspirasi
sistem saaraf
otonom
Penatalaksanaan

Pasang jalur IV dan beri cairan dengan dosis Berikan bayi Bila terjadi kemerahan dan/ pembengkakan
rumatan Human tetanus imunoglobulin 500 u IM atau pada kulit sekitar pangkal tali pusat atau
Berikan dizepam 10 mg/kg/hari secar IV dalam 24 tetanus anti toksin 5000 u IM. keluar nanah dari permukaan talipusat atau
jam (dengan dosis 0,1-0,2 mg/kg perkali pemberian) bau busuk area tali pusat, berikan pengobatan
Tetanus toxoid 0,5 ml IM pada tempat yang untuk infeksi lokal tali pusat.
maksimum 40 mg/kg/hari. berbeda dengan pemberian anti toksin.
Bila frekuensi napas kurang 30 kali/menit, obat Berikan ibunya imunisasi tetanus toksoid 0,5
Lini 1 : metronidazol 30 mg/kg/hari setiap 6 ml (utk melindungi ibu dan bayi yang di
dihentikan, meskipun bayi masih mengalami jam.
spasme. kandung berikutnya) dan minta datang
Lini 2 : penisilin prokain 100.000 u/kg IV dosis kembali satu bulan kemudian untuk
Bila bayi mengalami henti napas selama spasme tunggal selama 7-10 hari pemberian dosis kedua.
atau sianosis sentral setelah spasme, berikan oksigen
dengan kecepatan aliran sedang, bila belum
bernapas lakukan resusitasi
PENCEGAHAN

1)Proses persalinan yang steril yang didukung tenaga medis dan peralatan medis yang
mendukung.

2)Pendidikan dan pengarahan tentang pentingnya persalinan yang steril dan sosialisasi
vaksinasi tetanus pada ibu hamil khususnya yang belum mendapat vaksinasi atau dengan
riwayat vaksinasi yang belum jelas.

3)Imunisasi pada ibu hamil merupakan fokus primer dalam pencegahan tetanus neonatorum
Tabel 2 Rekomendasi jadwal imunisasi tetanus toxoid (TT) dan tetanus dan difteri toxoid(Td) untuk wanita
pada masa subur yang belum divaksinasi

Dosis Jadwal Pemberian

TT1 atau Td1 Pada kontak pertama atau sedini mungkin saat kehamilan

TT2 atau Td2 Paling sedikit 4 minggu setelah dosis pertama

TT3 atau Td3 6-12 bulan setelah dosis kedua atau pada kehamilan berikutnya

TT4 atau Td4 1-5 tahun setelah dosis ketiga atau saat kehamilan berikutnya

TT5 atau Td5 1-10 tahun setelah dosis keempat atau saat kehamilan berikutnya
PROGNOSIS

Prognosis bergantung pada masa inkubasi, waktu yang dibutuhkan dari


inokulasispora hingga gejala muncul, dan waktu dari pertama kali munculnya
gejala hingga spasme tetanik yang pertama. Statistik terbaru menunjukkan
tingkat mortalitas pada tetanus ringan-sedang mencapai 6%. Sedangkan tetanus
berat memiliki tingkat mortalitas 60%.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai