Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

SMF MATA
RS BMC Bangli
2018-2019
1. No. ICD 10
2. Diagnosis Kerja Keratitis dan Ulkus Kornea
3. Pengertian Keratitis dan ulkus kornea adalah peradangan kornea yang dapat
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, virus atau suatu proses
alergi-imunologi. Infeksi kornea pada umumnya didahului oleh
trauma, penggunaan lensa kontak, pemakaian kortikosteroid
topikal yang tidak terkontrol. Kelainan ini merupakan penyebab
kebutaan ketiga terbanyak di Indonesia.
4. Anamnesis a. Penurunan tajam penglihatan,
b. Mata merah, berair, silau dan nyeri,
c. Tampak lesi / kekeruhan di kornea.
b. Riwayat trauma (kelilipan, benda asing di kornea, khusus riwayat
trauma tumbuhtumbuhan atau penggunaan obat tetes mata
tradisional yang berasal dari tumbuh tumbuhan dapat dicurigai
disebabkan oleh jamur, penggunaan lensa kontak), pemakaian
kortikosteroid topikal
5. Pemeriksaan Fisik a. Pemeriksaan tajam penglihatan dengan kartu Snellen dan koreksi
terbaik menggunakan pin-hole.
b. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk menilai keadaan kornea dan
segmen anterior lainnya :
 Melihat gambaran sekret (serosa, mukopurulen, purulen).
 Bentuk ulkud (pungtata, filamen, dendritik, geografik, oval,
intersisial, dll).
 Kedalaman ulkus (superfisial, dalam, apakah ada
kecenderungan untuk perforasi (impending perforation) dan
perforasi.
 Hipopion dapat ada atau tidak ada.
c. Tekanan intraokular (TIO) diukur dengan cara palpasi.
d. Tes fluoreseins untuk melihat adanya infiltrat dan defek
e. Tes seidel untuk melihat adanya perforasi kornea
6. Kriteria Diagnosis
7. Diagnosis Banding 1. Keratitis
2. Konjungtivitis
3. Glaukoma akut
8. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan kerokan kornea dengan pewarnaan Gram, Giemsa dan
pemeriksaan langsung dengan KOH 10%.
b. Pemeriksaan kultur kerokan kornea dengan agar darah domba,
tioglikolat dan agar sabouraud dekstrosa.
c. Tes sensitivitas
d. Bila segmen posterior sulit dinilai, lakukan pemeriksaan
ultrasonografi.
9. Penatalaksanaan 1. Antibiotika tetes mata :
 secara empiris : ofloxacin tetes mata tiap 2-4 jam 1 tetes
 artificial tear tiap 2-4 jam 1 tetes
 sesuai hasil kultur dan tes sensitivitas obat
a. Pasien sebaiknya dirawat apabila :
Lesi ulkus kornea mengancam penglihatan, mengancam perforasi.
Pasien dianggap kurang patuh untuk pemberian obat tiap jam.
Diperlukan follow up untuk menilai keberhasilan terapi.
b. Apabila ditemukan gambaran ulkus kornea dendritik, geografik atau
stroma, dapat diberikan salep mata asiklovir 5 kali sehari atau tetes
mata idoksuridin tiap jam.
c. Bila pada pemeriksaan kerokan kornea didapatkan hasil Gram
positif atau negative diberikan antibiotika tetes mata golongan
aminoglikosida (gentamisin, dibekasin, tobramisin) dengan
konsentrasi yang ditingkatkan (fortified) tiap jam atau golongan
quinolone (siprofloksasin, ofloksasin, levofloksasin) tiap 5 menit
pada 1 jam pertama dan dilanjutkan tiap jam. Keadaan kornea
diperiksa tiap hari hingga didapatkan adanya kemajuan pengobatan,
yang kemudian frekuensi pemberian dapat dikurangi hingga 2
minggu.
d. Bila kerokan kornea didapatkan hifa jamur, berikan tetes mata
Natamisin 5% tiap jam dan salep mata Natamisin 5% tiga kali sehari
atau bila pasien mampu, berikan tetes mata amfoterisin B 0,l5% tiap
jam (tetes mata amfoterisin B 0,l5% dapat dibuat dengan modifikasi
sediaan bubuk untuk pemberian intravena). Keadaan kornea
diperiksa tiap hari hingga didapatkan adanya kemajuan pengobatan,
yang kemudian frekuensi pemberian dapat dikurangi hingga 3-5
minggu.
e. Terapi tambahan yang dapat diberikan adalah tetes mata sikloplegik
dan anti-glaukoma apabila didapatkan peningkatan TIO. Pemberian
analgetik apabila diperlukan.
f. Lakukan pemeriksaan gula darah puasa dan 2 jam setelah makan
sebagai salah satu factor risiko ulkus kornea.
g. Tindakan bedah:
 Keratektomi superfisial tanpa membuat perlukaan pada membran
Bowman, dengan indikasi:
o Keratitis virus epitelial.
o Erosi kornea rekuren.
 Keratektomi superfisial hingga membran Bowman atau stroma
anterior, dengan indikasi:
o Untuk menegakkan diagnosis, terutama pada ulkus kornea jamur.
o Menghilangkan materi infeksi, terutama jamur.
 Tarsorafi lateral atau medial, dengan indikasi:
o Keratitis terpapar
o Keratitis neuroparalitik

 Tissue adhessive atau graft amnion multilayer, dengan indikasi:


o Ulkus kornea dengan tissue loss berukuran kecil
o Perforasi kornea perifer berukuran kecil
 Flap konjungtiva, dengan indikasi:.
o Kecenderungan perforasi/descematocele
o Perforasi kornea di perifer
 Periosteal graft dengan flap konjungtiva, dengan indikasi:
o Kecenderungan perforasi/descematocele
o Perforasi kornea
 Keratoplasi tembus, dengan indikasi:
o Mempertahankan integritas bola mata
o Mengganti jaringan kornea yang terinfeksi dengan donor kornea
 Fascia lata atau periosteal graft, dengan indikasi:
o Mempertahankan integritas bola mata, dimana sulit untuk
mendapatkan donor kornea
10. Edukasi - Kebersihan mata
- Tidak menggunakan lensa kontak
- Menghindari debu dan air kotor
- Tidak menggosok-gosokkan mata
11. Prognosis Dubia ad bonam
12. Ingkat Evidens I/II/III/IV
13. Tingkat Rekomendasi A/B/C
14. Penelaah Kritis
15. Indikator
16. Kepustakaan

Anda mungkin juga menyukai