Anda di halaman 1dari 3

Ditetapkan,

PANDUAN Tanggal Terbit Direktur RSUD Dr. R Sosodoro Djatikoesoemo


PRAKTIK KLINIS Bojonegoro
DIAGNOSTIK 06 Januari 2014

MATA

Dr. SUNHADI, M.Kes


NIP. 19590721 198701 1 001

1. ICD-10
2. Pengertian Keratitis adalah peradangan kornea yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri,
jamur, virus atau suatu proses alergi-imunologi. Infeksi kornea pada umumnya
didahului oleh trauma, penggunaan lensa kontak, pemakaian kortikosteroid
topikal yang tidak terkontrol. Kelainan ini merupakan penyebab kebutaan ketiga
terbanyak di Indonesia
3. Anamnesis -Penurunan tajam penglihatan,
-Mata merah, berair, silau dan nyeri,
-Tampak lesi / kekeruhan di kornea.
Riwayat trauma (kelilipan, benda asing di kornea, khusus riwayat trauma tumbuh-
tumbuhan atau penggunaan obat tetes mata tradisional yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan dapat dicurigai disebabkan oleh jamur, penggunaan lensa kontak),
pemakaian kortikosteroid topikal
4. Pemeriksaa a. Pemeriksaan tajam penglihatan dengan kartu Snellen dan koreksi
n Fisik terbaik menggunakan pin-hole.
b. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk menilai keadaan kornea dan segmen
anterior lainnya
:
i. Melihat gambaran sekret (serosa, mukopurulen, purulen).
ii. Bentuk ulkud (pungtata, filamen, dendritik, geografik, oval,
intersisial, dll).
iii. Kedalaman ulkus (superfisial, dalam, apakah ada
kecenderungan untuk perforasi (impending perforation) dan
perforasi.
iv. Hipopion dapat ada atau tidak ada.
c. Tekanan intraokular (TIO) diukur dengan cara palpasi.
d. Tes fluoreseins untuk melihat adanya infiltrat dan defek
e. Tes seidel untuk melihat adanya perforasi kornea

5. Kriteria
Diagnosis
6. Diagnosis Keratitis
Kerja
7. Diagnosis Keratiti
Banding s
Konjun
gtivitis
Glauko
ma
akut

8. Pemeriksaa
a. Pemeriksaan kerokan kornea dengan pewarnaan Gram,
n Penunjang Giemsa dan pemeriksaan langsung dengan KOH 10%.
b. Pemeriksaan kultur kerokan kornea dengan agar darah
domba, tioglikolat dan agar sabouraud dekstrosa.
c. Bila segmen posterior sulit dinilai, lakukan pemeriksaan
ultrasonografi.

9. Terapi 10. Antibiotika tetes mata :


a. secara empiris : ofloxacin tetes
mata tiap 2-4 jam 1 tetes artificial
tear tiap 2-4 jam 1 tetes
b. sesuai hasil kultur dan tes sensitivitas obat
c. Pasien sebaiknya dirawat apabila :
i. Lesi ulkus kornea mengancam penglihatan, mengancam perforasi.
ii. Pasien dianggap kurang patuh untuk pemberian obat tiap jam.
iii. Diperlukan follow up untuk menilai keberhasilan terapi.
d. Apabila ditemukan gambaran ulkus kornea dendritik, geografik atau
stroma, dapat diberikan salep mata asiklovir 5 kali sehari atau tetes
mata idoksuridin tiap jam.
e. Bila pada pemeriksaan kerokan kornea didapatkan hasil Gram positif
atau negatif diberikan antibiotika tetes mata golongan
aminoglikosida (gentamisin, dibekasin, tobramisin) dengan
konsentrasi yang ditingkatkan (fortified) tiap jam atau golongan
quinolone (siprofloksasin, ofloksasin, levofloksasin) tiap 5 menit
pada 1 jam pertama dan dilanjutkan tiap jam. Keadaan kornea
diperiksa tiap hari hingga didapatkan adanya kemajuan pengobatan,
yang kemudian frekuensi pemberian dapat dikurangi hingga 2
minggu.
f. Bila kerokan kornea didapatkan hifa jamur, berikan tetes mata
Natamisin 5% tiap jam dan salep mata Natamisin 5% tiga kali sehari
atau bila pasien mampu, berikan tetes mata amfoterisin B 0,l5% tiap
jam (tetes mata amfoterisin B 0,l5% dapat dibuat dengan modifikasi
sediaan bubuk untuk pemberian intravena). Keadaan kornea
diperiksa tiap hari hingga didapatkan adanya kemajuan pengobatan,
yang kemudian frekuensi pemberian dapat dikurangi hingga 3-5
minggu.
g. Terapi tambahan yang dapat diberikan adalah tetes mata sikloplegik
dan anti-glaukoma apabila didapatkan peningkatan TIO. Pemberian
analgetik apabila diperlukan.
h. Lakukan pemeriksaan gula darah puasa dan 2 jam setelah makan
sebagai salah satu faktor risiko ulkus kornea.

11. Edukasi -Kebersihan mata


(Hospital -Tidak menggunakan lensa kontak
Health -Menghindari debu dan air kotor
-Tidak menggosok-gosokkan mata
Promotion)
12. Prognosis bonam
13. Tingkat
Evidens
14. Tingkat
Rekomenda
si
15. Penelaah
Kritis
16. Indikator
Medis
(Performanc
e
Measuremen
t)
17. Kepustakaa Standar pelayanan medik Perdami 2016
n AAO 2011-2012

Anda mungkin juga menyukai