Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN
BAB II RUANG LINGKUP PELAYANAN
BAB III LANDASAN HUKUM
BAB IV KEBUTUHAN TENAGA/ KEANGGOTAAN
BAB V TATALAKSANA PELAYANAN
BAB VI KESELAMATAN KERJA
BAB VII INDIKATOR MUTU
BAB VIII PENUTUP
LAMPIRAN
A. SK DIREKTUR
B. ORGANISASI ( STRUKTUR DAN URAIAN TUGAS)
C. VISI,MISI, FALSAFAH DAN NILAI.
D. SPO
E. DAFTAR ACUAN/ REFERENSI/ KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk
dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah
ditentukan.
Menurut Azrul (1997) yang dimaksud gawat darurat (emergency care) adalah
bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera
untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving).
Instalasi gawat darurat adalah salah satu sumber utama pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Ada beberapa hal yang membuat situasi di UGD menjadi khas,
diantaranya adalah pasien yang perlu penanganan cepat walaupun riwayat
kesehatannya belum jelas.
Maksud dari pelayanan rawat darurat adalah bagian dari pelayanan kedokteran
yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan
kehidupannya. Unit kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat darurat
disebut dengan nama Instalasi Gawat Darurat (UGD). Tergantung dari kemampuan
yang dimiliki, keberadaan UGD dapat beraneka macam. Namun yang lazim ditemukan
adalah yang tergabung dalam rumah sakit.
Meskipun telah majunya sistem rumah sakit yang dianut oleh suatu negara
bukan berarti tiap rumah sakit memiliki kemampuan mengelola UGD sendiri. Penyebab
utama kesulitan untuk mengelola UGD adalah karena UGD merupakan salah satu dari
unit kesehatan yang paling padat modal, padat karya, serta padat teknologi.
UGD yaitu suatu tempat / unit pelayanan dirumah sakit yang memiliki tim kerja
dengan kemampuan khusus dan peralatan yang memebrikan pelayanan pasien gawat
darurat yang terorganisir.
Instalasi pelayanan pertama bagi pasien yang datang ke rumah sakit terutama
dalam hal kedaruratan berdasrkan kriteria standart baku.

1.1 LATAR BELAKANG


Latar Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes,
pada tahun 2007 jumlah rumah sakit di Indonesia sebanyak 1.319 yang terdiri atas
1.033 RSU dengan jumlah kunjungan ke RSU sebanyak 33.094.000, sementara
data kunjungan ke UGD sebanyak 4.402.205 (13,3 % dari total seluruh kunjungan
di RSU), dari jumlah seluruh kunjungan UGD terdapat 12,0 % berasal dari pasien
rujukan.
Pasien yang masuk ke UGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang
cepat dan tepat untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan
gawat darurat sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat
menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan
penanganan yang tepat. Semua itu dapat dicapai antara lain dengan
meningkatkan sarana, prasarana, sumberdaya manusia dan manajemen Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit sesuai dengan standar.
Disisi lain, desentralisasi dan otonomi telaj memberikan peluang daerah
untuk mengembangkan daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya
serta siap mengambil alih tanggung jawab yang selam ini dilakukan oleh pusat.
Untuk itu daerah harus dapat menyusun perencanaan di bidang kesehatan
khususnya pelayanan gawat darurat yang baik dan terarah agar mutu pelayanan
kesehatan tidak menurun, sebaliknya meningkat dengan pesat. Oleh karenanya
Depkes perlu membuat standar yang baku dalam pelayanan gawat darurat yang
dapat menjadi acuan bagi daerah dalam mengembangkan.

1.2 TUJUAN
1. Mencegah kematian dan kecacatan pada penderita gawat darurat
2. Melakukan pembagian atau pengelompokkan jenis kegawat daruratan atau
yang biasa disebut dengan TRIAGE
3. Memberikan pertolongan pertama dengan respon time yang tepat sesuai
dengan kondisi pasien atau klien
4. Menerima rujukan pasien atau mengirim pasien
5. Melakukan penanggulangan korban musibah masal dan bencana yang terjadi
dalam maupun diluar rumah sakit
BAB II RUANG LINGKUP PELAYANAN

Area-area pelayanan kesehatan di UGD, meliputi area administratif, reception/


triage/ waiting area, resuscitation area, area perawat akut (pasien yang tidak
menggunakan ambulan), area Konsultasi (untuk pasien yang menggunakan
ambulan), staff work stations, area khusus, misalnya ruang wawancara untuk
keluarga pasien, ruang prosedur, plaster room, apotik, opthalmology/ ENT, psikiatri,
ruang isolasi, ruang dekontaminasi, dan area ajar mengajar, pelayanan penunjang,
misalnya gudang/ tempat penyimpanan, perlengkapan bersih dan kotor, kamar
mandi, ruang ttaff, tempat troli linen, tempat peralatan yang bersifat mobile, mobile
X-Ray equipment bay, ruang alat kebersihan, area tempat makanan dan minuman,
kantor dan area administrasi, area diagnostik misalnya medis imaging area
laboratorium, departemen keadaan darurat untuk sementara/ bangsal observasi
jangka pendek/ singkat (opsional), dan ruang sirkulasi.
Ukuran Total UGD dimana total area internal UGD, tidak termasuk bangsal
pengamatan dan area internal imaging sekarang ini sebaiknya, harus sedikitnya 50
m2/1000 kehadiran tahunan atau 145 m 2/1000 jumlah pasien yang masuk setahun,
ukuran yang manapun boleh dipakai tetapi lebih baik dipilih yang lebih besar.
Ukuran yang minimum suatu UGD akan lebih fungsional apabila seluas 700 m 2.
Total ukuran dan jumlah area perawatan akan juga akan dipengaruhi oleh faktor-
faktor seperti: Jumlah angka pasien, pertumbuhan yang diproyeksikan, anti pasti
perubahan di dalam teknologi, keparahan penyakit, waktu penggunaan
laboratorium dan imaging medis, jumlah atau susunan kepegawaian dan struktur

BAB III LANDASAN HUKUM

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


856/Menkes/SK/IX/2009. Tentang standart Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit,
adalah sebagai berikut :

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


Menimbang :
a. Bahwa rumah sakit harus memiliki Standar Instalasi Gawat Darurat sehingga dapat
memberikan pelayanan dengan respon cepat dan penanganan yang tepat.
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlU
menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar Instalasi Gawat Darurat
(IGD) Rumah Sakit.
Mengingat :
a. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3495);
b. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431)
c. Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang - Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Negara Nomor 4548)
d. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3637)
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575 / Menkes /Per/XI/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
f. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 448/Menkes/SK/VII/1993 tentang
Pembentukan Tim Kesehatan Penanggulangan Korban Bencana di setiap Rumah
Sakit
g. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di kabupaten/Kota.
h. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN:

1. Kesatu : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR INSTALASI


GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT
2. Kedua : Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud dalam Diktum Kesatu tercantum dalam lampiran keputusan ini.
3. Ketiga : Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit sebagaimana dimaksud
dalam diktum kedua agar digunakan sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dan
penyelenggara rumah sakit dalam memberikan pelayanan gawat darurat dirumah
sakit.
4. Keempat : Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Standar Instalasi Gawat
Darurat ( IGD ) Rumah Sakit dengan melibatkan organisasi profesi terkait sesuai
dengan tugas dan fungsinya masing- masing.
5. Kelima : Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri ini, maka Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit sepanjang mengatur mengenai gawat darurat dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
6. Keenam : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

BAB IV KEBUTUHAN TENAGA/ KEANGGOTAAN

a. Kemampuan minimal petugas ird


Menurut Depkes 1990 :
1. Membuka dan membebaskan jalan nafas (Airway)
2. Memberikan ventilasi pulmoner dan oksigenasi (Breathing)
3. Memberikan sirkulasi artificial dengan jalan massage jantung luar (Circulation)
4. Menghentikan perdarahan,balut bidai,transportasi,pengenalan dan
penanggulangan obat resusitas,membuat dan membaca rekaman EKG

b. Kemampuan tenaga perawat ird


Sesuai dengan pedoman kerja perawat,Depkes 1999 :
1. Mampu mengenal klasifikasi dan labelisasi pasien
2. Mampu mengatasi pasien : syok, gawat nafas,gagal
jantung,kejang,koma,perdarahan,kolik, status asthmatikus,nyeri hebat daerah
panggul dan kasus ortopedi.
3. Mampu melaksanakan pencatatan dan pelaporan Askep
4. Mampu berkomunikasi :intern dan ekstern

c. Sarana dan prasarana fisik ruangan yang diperlukan di ird


Ketentuan umum fisik bangunan :
1. Harus mudah dijangkau oleh masyarakat
2. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda (Alur masuk kendaraan
/pasien tidak sama dengan alur keluar)
3. Harus memiliki ruang dekontaminasi (dengan fasilitas shawer) yang terletak
antara ruang “triage “(ruang penerimaan pasien) dengan ruang tindakan
4. Ambulans / kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di depan
pintu
5. Ruang triage harus dapat memuat minimal 2 brankar

BAB V TATALAKSANA PELAYANAN

KONSEP DASAR TRIAGE INSTALASI GAWAT DARURAT KONSEP DASAR


KEPERAWATAN GAWAT DARURAT :
1. Pasien Gawat Darurat Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya dan atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya. Bisanya di lambangkan
dengan label merah. Misalnya AMI (Acut Miocart Infac).
2. Pasien Gawat Tidak Darurat Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat. Bisanya di lambangkan dengan label Biru. Misalnya
pasien dengan Ca stadium akhir.
3. Pasien Darurat Tidak Gawat Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi
tidak mengancam nyawa dan anggota badannya. Bisanya di lambangkan dengan
label kuning. Misalnya : pasien Vulnus Lateratum tanpa pendarahan.
4. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan
kedaruratan. Bisanya di lambangkan dengan label hijau. Misalnya : pasien batuk,
pilek. 5. Pasien Meninggal Label hitam ( Pasien sudah meninggal, merupakan
prioritas terakhir. Adapun petugas triage di lakukan oleh dokter atau perawat senior
yang berpengalaman dan petugas triage juga bertanggung jawab dalam
operasi,pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu.
BAB VI KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja karyawan atau staf di UGD meliputi beberapa hal, antara lain :
1. Pengaturan jam kerja atau sifh
Jam kerja atau sifh di UGD RSIA FATMA dibagi menjadi 3 yaitu :
 Pagi : Pukul 07.00 – 14.00 WIB
 Sore : Pukul 14.00 – 21.00 WIB
 Malam : Pukul 21.00 – 07.00 WIB
Nb : Operan jaga dilakukan setiap 30 menit sebelum jam jaga dimulai.
2. Pengetahuan setiap staf tentang penggunaan APD (Alat Perlindungan Diri) dalam
melakukan setiap tindakan kepperawatan atau medis
3. Pengetahuan dan penerapan BLS/BHD dalam kondisi darurat
4. Penerapan hand hygience sebelum dan sesudah melakukan tindakan ataupun
kontak dengan lingkungan pasien
5. Pengetahuan dan penerapan cara penggunaan APAR (Alat Pemadan Api Ringan)
BAB VII INDIKATOR MUTU

SASARAN MUTU UKURAN HASIL TARGET STRATEGI PENCAPAIAN FREKWENSI METODE


TERUKUR MONITORING PENGUKURA
Ketepatan waktu % penderita Gawat < 20% - intensifikasi labelisasi status pasien 2 bulanan Σ Px GD yg dilay
Emergency dan atau Darurat UGD > 5’ perbulan
Response Time yang dilayani dg - Perbaikan format pencatatan
-------------X100%
Rate tindakan Live AKPPGD (Angka Keterlambatan
Saving oleh petugas Pelayanan Pertama Σ px GD pada b

GD (yang telah Gawat/Darurat) yg sama

dilatih PPGD) lebih - Pembinaan Staf: pertemuan


dari 5 menit bulanan, pelatihan/ penyegaran

Mutu SDM / % petugas yang Paramedis - Pembinaan Staf: pertemuan 6 bulan


Jml ptgs UGD yg
petugas Gawat bekerja diruang GD ≥80% bulanan, pelatihan/ penyegaran
Darurat (medis dan Medis ≥20% - pengusulan pelatihan bersertifikat
Paramedis yang BLS/PPGD/ATLS/ACLS bagi
------------------
telah dilatih PPGD/ petugas UGD yang belum
X100%
pelatihan. Tiap tahun minimal
ATLS/ ACLS)
mengirim 1 dokter dan 2 perawat Total petugas UG
BAB VIII PENUTUP

Demikian pedoman UGD ini dibuat atas dasar kesepakatan bersama dan sesuai
dengan tata naskah pembuatan pedoaman yang disepakati bersama. Adapun pedoman
ini sudah sesuai dengan SK Direktur RSIA FATMA. Diharapkan seluruh staf yang terkait
dalam pedoman ini dapat menggunakan pedoman ini sebagai acuan dalam melakukan
pekerjaanya di UGD RSIA FATMA.

ORGANISASI (STRUKTUR DAN URAIAN TUGAS)

PT. LIAN MEDIKA MANDIRI

DIREKTUR RSIA FATMA

Dr. Winandra Putra, M.MKes

UNIT GAWAT DARURAT

BENDAHARA PENANGGUNG JAWAB


KEPALA GUDANG SEKRETARIS

Hidayatul Fuad, Amd. Kep RoySaefudin


Hendi Inderawan, Amd.
Akbar, S.Kep, NsKep Anita, S.Kep, Ns
Uraian Tugas :
VISI, MISI, FALSAFAH DAN NILAI

VISI :
Menjadi rumah sakit ibu dan anak pilihan masyarakat Bojonegoro dan sekitarnya.

MISI :
1. Menyediakan pelayanan yang bermutu
2. Didukung teknologi terkini
3. Biaya terjangkau
4. Pelayanan yang lengkap dan memuaskan

FALSAFAH :
1. Kepercayaan
2. Keamanan
3. Profesional
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anda mungkin juga menyukai