Faktor resiko :
osteoporosis
5. Pemeriksaan Fisik 1. airway : memastikan patensi airway (inspeksi, auskultasi,
palpasi)
2. Breathing : ventilasi oksigenasi
3. Circulation : mengontrol perdarahan
4. Disabilation : tentukan tingkat kesadaran
5. Exposure : membuka pakaian pasien dan cegah hipotermia
Pemeriksaan Fisik:
a) Inspeksi (Look)
Adanya deformitas dari jaringan tulang namun tidak
menembus kulit. Anggota tubuh tidak dapat digerakkan.
b) Palpasi (Feel)
Teraba deformitas tulang jika dibandingkan dengan sisi
yang sehat
Nyeri tekan
Bengkak
Perbedaan panjang anggota gerak yang sakit dibandingkan
dengan sisi yang sehat.
c) Gerak(move)
d) Umumnya tidak dapat digerakkan
6. Kriteria Diagnosis Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan
fisik dan penunjang.
7. Diagnosis Banding -
8. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan radiologi berupa foto polos dilakukan pemeriksaan
dalam proyeksi AP dan lateral.
9. Penatalaksanaan Prinsip penatalaksanaan dilakukan dengan:
1. semua fraktur tertutup dikelola secara emergensi dengan
metode ATLS
2. Lakukan stabilisasi fraktur dengan bidai, waspadai adanya
tanda-tanda compartement syndrome seperti edema, kulit
yang mengkilat dan adanya nyeri tekan.
3. Dilakukan Tindakan Pemasangan Gips/ORIF
10. Edukasi Imobilisasi
11. Prognosis ad Bonam
12. Ingkat Evidens I/II/III/IV
13. Tingkat Rekomendasi A/B/C
14. Penelaah Kritis
15. Indikator perbaikan klinis
16. Kepustakaan 1. Appley, G.A & Solomon Louis. 2013. Ortopedi dan Fraktur
Sistem Appley. Jakarta: Widya Medika.
2. Rasjad, Chairuddin. 2012. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.
Makasar: Bintang Lamumpatue