Anda di halaman 1dari 26

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA


TAHUN 2022

STROKE ISCHEMIA

1. Pengertian (Definisi) Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh f
ungsi neurologis (defisit neurologik fokal atau global) yang terjad
i secara mendadak, berlangsung selama atau lebih dari 24 jam
atau menyebabkan kematian. Stroke iskemik disebabkan oleh b
erkurangnya atau hilangnya aliran darah parenkim otak, retina, a
tau medula spinalis, yang dapat disebabkan oleh penyumbatan,
dan dibuktikan dengan pemeriksaan imaging dan/atau patologi.
2. Anamnesis  Gangguan global berupa gangguan kesadaran
 Gangguan fokal yang muncul mendadak, dapat berupa :
 Kelumpuhan sesisi/kedua sisi, kelumpuhan satu extremitas,
kelumpuhan otot-otot penggerak bola mata, kelumpuhan otot-
otot untuk proses menelan, wicara dan sebagainya
 Gangguan fungsi keseimbangan
 Gangguan fungsi penghidu
 Gangguan fungsi penglihatan
 Gangguan fungsi pendengaran
 Gangguan fungsi Somatik Sensoris
 Gangguan fungsi autonom
 Gangguan kejang motorik atau non motorik
 Gangguan Neurobehavioral yang meliputi :
o Gangguan atensi
o Gangguan memori
o Gangguan bicara verbal
o Gangguan mengerti pembicaraan
o Gangguan pengenalan ruang
o Gangguan fungsi kognitif lain
3. Pemeriksaan Fisik Status generalis : kesadaran (Glasgow Coma Scale), vital sign
(TD, Nadi, RR, Temperatur) dan pemeriksaan umum lainnya
Status neurologis : ditemukan adanya defisit neurologis pada sal
ah satu atau lebih dari pemeriksaan berikut ini: pemeriksaan sar
af-saraf kranialis, fungsi motorik, sensorik, luhur, vegetatif, gejal
a rangsang meningeal, gerakan abnormal.
4. Kriteria Diagnosis Terdapat gejala defisit neurologis global atau salah
satu/beberapa defisit neurologis fokal yang terjadi mendadak
dengan bukti gambaran neuroimaging (CT-Scan tanpa kontras
atau MRI)
5. Diagnosis Kerja CVA Ischemia
6. Diagnosis Banding 1. CVA ICH (bila belum dilakukan CT/MRI Otak)
2. Ensefalopati toksik atau metabolik
3. TIA
4. Kelainan non neurologis / fungsional (contoh : kelainan jiwa)
5. Bangkitan epilepsi yang disertai paresis Todd’s
6. Migren hemiplegik
7. Lesi struktural intracranial (hematoma subdural, tumor otak,
AVM)
8. Infeksi ensefalitis, abses otak
9. Trauma kepala
10. Ensefalopati hipertensif
11. Sklerosis multiple
7. Pemeriksaan Penunjan  CT Scan Kepala/MRI Kepala tanpa kontras
g  GDA, GD 1/2 untuk memeriksa riwayat DM
 Lab partial tromboplastin time, platelet.
 EKG
 Troponin
 Thoraks untuk memeriksa riwayat penyakit jantung
 Laboratorium profil lipid untuk memeriksa riwayat dislipidem
i, Ur/Cr, SGOT/SGPT, serum elektrolit
8. Terapi a. Tatalaksana Emergency:
 Stabilisasi jalan nafas
- Pemberian oksigen untuk pasien dengan penurunan
kesadaran dan memiliki disfungsi bulbar
- Stabilisasi oksigen >94%
 Manajemen Hipertensi/hypotensi
- Hypertensi : ex Nicardipin IV (TD >185/110) 5 mg/jam
naikan dosis 2.5 mg/jam setiap 5-15 menit max 15
mg/jam
- Hypotensi dan hypovolemia : ex infus kristaloid
 Manajemen Suhu
- Jika suhu > 38oC di berikan antipiretik
 Manajemen Gula darah
- Hypoglikemia : GDA <60 mg/dl perlu pemberian terapi
- Hyperglikemia perlu pemberian terapi hingga target
GDA antara 180-140 mg/dl ex: insulin, anti diabetik oral
 IV Alteplase (Trombolisis)
- Time window : Alteplase dosis 0.9 mg/kgBB max dosis
90 mg selama 60 menit di awali 10% dari dosis bolus
selama 1 menit pada stroke iskemik onset 3-4.5 jam
- Mild CVA : di rekomendasikan pada pasien dengan
onset 3 jam dengan adanya kelumpuhan
 IV Fibrinolitik lain
- Tenecteplase IV single bolus 0,25 mg/kg max 25 mg
 Trombectomi mekanik
- Onset 6-16 jam pada pasien CVA dengan oklusi
pembuluh darah besar anterior yang memenuhi kriteria
DAWN atau DEFUSE 3
- Onset 16-24 jam pada pasien CVA dengan oklusi
pembuluh darah besar anterior yang memenuhi kriteria
DAWN
 Antiplatelet
- Aspirin diberikan 24-48 jam dari onset awal
- Jangan di berikan bersamaan dengan IV alteplase
- CVA noncardioemboli dapat diberikan aspirin +
clopidogrel dimulai 24 jam dari awal gejala
maintenance hingga 21 hari
 Pengendalian tekanan intrakranial (manitol jika diperlukan)
 Pemerian antikejang (injeksi diazepam)
 Pemberian antiepileptik, jika didapatkan post stroke
epilepsy
 Analgetik jika diperlukan
 Gastroprotektor, jika diperlukan
b. Tatalaksana umum di Ruangan
 Stroke unit
 Head UP
 Pemberian oksigen (pertahankan SpO2 >94%)
 Manajemen tekanan darah
- TD > 220/120 turunkan MAP 15% dalam 24 jam
pertama
- Ex terapi : ARB, ACE-Inhibitor, Calcium Antagonist,
Beta blocker, Diuretik
 Manajemen suhu
- Jika suhu >38oC diberikan antipiretik
 Manajemen gula darah
 Managemen disfagia
- Dilakukan sebelum pasien makan minum dan
menerima obat oral untuk mengurangi resiko aspirasi
 Manajemen nutrisi
- Penggunaan NGT pada pasien dengan disfagia
 Profilaksis DVT
- SC heparin (UFH atau LMWH)
 Pencegahan stroke sekunder (antiplatelet : aspirin,
clopidogrel, cilostazol atau antikoagulan : warfarin,
dabigatran, rivaroxaban)
 Neuroprotektor (citicholin, piracetam, pentoxyfiline, DLBS)
 Rehabilitasi medis (dimulai setelah >24 onset)
 Pemberian antikejang ec diazepam injeksi
 Pemberian antiepileptik, jika didapatkan post stroke
epilepsy
9. Edukasi Bertujuan melakukan pencegahan sekunder (serangan ulang str
oke) dengan memberikan konseling kepada penderita dan kelua
rganya, diantaranya:
a. Pengaturan diet dengan mengkonsumsi makanan
rendah lemak jenuh dan kolesterol, tinggi serat, tinggi
protein, mengandung antioksidan
b. Pengendalian faktor-faktor resiko yang telah diketahui
dengan obat-obat yang telah diberikan selama dirawat
dan rutin kontrol berobat pasca dirawat
c. Memodifikasi gaya hidup (olahraga, tidak merokok, tidak
mengkonsumsi alkohol, penurunan berat badan pada
obesitas)
d. Melanjutkan fisioterapi dengan berobat jalan
10. Prognosis Ad vitam
Tergantung berat stroke dan komplikasi yang timbul
11. Tingkat Evidens Class I
12. Tingkat Rekomendasi Level A
13. Penelaah Kritis dr. Catur Arisetianto, Sp.S
dr. Dewi Maharani, Sp.S
dr. Achmad Syahrir Sp.S
dr. Ahmad Farid Wajdi Sp.S
14. Indikator Medis  Semua faktor-faktor resiko pada penderita stroke telah diide
ntifikasi dan diatasi dengan pendekatan multidisiplin
 Perbaikan klinis penderita stroke
 NIHSS
 Konseling terhadap pasien stroke dan keluarga ttg perawat
an di rumah (home care) dan kontrol rutin pasca perawatan
utk pencegahan sekunder stroke
15. Kriteria Pulang - Keadaan umum membaik
- Komplikasi stroke trombosis tertangani
16. Kepustakaan - Standar Pelayanan Medis Neurologi 2006
- Standar Pelayanan Operasional 2006
- AHA/ASA Guideline Stroke 2011
- AHA/ASA Guideline Stroke Iskhemia 2019
Stroke scale untuk mengukur :
1. Tingkat deficit neurologis
2. Membantu mengidentifikasi pasien untuk intervensi fibrinolytic atau mekanik
3. Penilaian perubahan status klinis
4. Identifikasi resiko tinggi komplikasi ICH

\
Asuhan Keperaw Asuhan keperawatan bagi pasien yang mengalami CVA maka perlu
atan dilakukan pengkajian dan perencanaan asuhan keperawatan baik yang
bisa dilakukan di Rumah Sakit maupun di rumah/keluarga sekaligus

1. Kategori : Fisiologis LUARAN

Subkategori : Neurosensor Manajemen Peningkatan Tekanan


i Intrakranial (L.06194)

Diagnosa : D. 0066 Penuru


nan Kapasitas Adaptif Intra
INTERVENSI
kranial
1. Observasi
a. identifikasi penyebab peni
Penyebab : ngkatan TIK (mis. lesi, gan
gguan metabolisme, edem
a. lesi menempati ruang (
a serebral)
mis. space-occupaying l
b. monitor tanda/ gejala peni
esion- akibat tumor, abs
ngkatan TIK (mis. tekanan
es)
darah meningkat, tekanan
b. gangguan metabolisme
nadi melebar, bradikardia,
(mis. akibat hiponatremi
pola napas ireguler, kesad
a, ensefalopati, uremiku
aran menurun)
m, ensefalopati hepatiku
c. monitor MAP (Mean Arteri
m, ketoasidosis diabetik,
al Pressure)
septikemia)
d. monitor CVP (central Veno
c. edema serebral ( mis. a
us Pressure), jika perlu
kibat cedera kepala(hem
e. monitor PAWP, jika perlu
atoma epidural, hemato
f. monitor PAP, jika perlu
ma subdural, hematoma
g. monitor ICP (Intra Cranial
subarachnoid, hematom
Pressure), jika tersedia
a intraserebral), stroke i
h. monitor CPP (Cerebral Per
skemik, stroke hemoragi
fusion Pressure)
k, hipoksia, ensefalopati
i. monitor gelombang ICP
iskemik, pascaoperasi)
j. monitor status pernapasan
d. peningkatan tekanan ve
k. monitor intake dan output
na ( mis. akibat trombosi
cairan
s sinus vena serebral, g
l. monitor cairan serebro-spi
agal jantung, trombosis/
nalis (mis. warna, konsiste
obstruksi vena jugularis
nsi)
atau vena kava superio
2. Terapeutik
r)
e. obstruksi aliran cairan s a. minimalkan stimulus deng
erebrospinalis (mis. hido an menyediakan lingkunga
sefalus) n yang tenang
f. hipertensi intrakranial idi b. berikan posisi semi Fowler
opatik c. hindari manuver Valsava
d. cegah terjadinya kejang
Gejala dan Tanda Mayor : e. hindari penggunaan PEEP
f. hindari pemberian cairan I
Subjektif
V hipotonik
a. sakit kepala g. atur ventilator agar PaCO2
Objektif optimal
h. pertahankan suhu tubuh n
a. tekanan darah meningk ormal
at dengan tekanan nadi 3. Kolaborasi
(pulse pressure) meleba
r a. kolaborasi pemberian sed
b. bradikardia asi dan anti konvulsan, jika
c. pola napas ireguler perlu
d. tingkat kesadaran menu b. kolaborasi pemberian diur
run etik osmosis, jika perlu
e. respon pupil melambat a kolaborasi pemberian pelunan tinj
tau tidak sama a, jika perlu
f. refleks neurologis tergan
ggu
Gejala dan Tanda Minor :

Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif

a. gelisah
b. agitasi
c. muntah (tanpa disertai
mual)
d. tampak lesu/ lemah
e. fungsi kognitif terganggu
f. tekanan intrakranial (TI
K) lebih dari 20 mmHg
g. Papiledema
postur deserebrasi (ekstensi)

2. Kategori : Fisiologis LUARAN


Manajemen Peningkatan Tekanan
Subkategori : Sirkulasi
Intrakranial (L.06194)
Diagnosa :
D. 0017 Risiko Perfusi Sere INTERVENSI
bral Tidak Efektif 1. Observasi
a. Identifikasi penyebab penin
gkatan TIK (mis. Lesi, gan
Faktor Risiko: gguan metabolism, edema
a. Keabnormalan masa prot serebral)
ombin dan atau masa tro b. Monitor tanda/ gejala penin
mboplastin parsial
b. Penurunan kinerja ventrik gkatan TIK (mis, tekanan d
el kiri arah meningkat, tekanan n
c. Aterosklerosis aorta adi melebar, bradikardia, p
d. Diseksi arteri ola nafas ireguler, kesadar
e. Fibrilasi atrium an menurun
f. Tumor otak c. Monitor MAP (Mean Anteri
g. Stenosis karotis
h. Miksoma atrium al Pressure)
i. Aneurisma serebri d. Monitor CVP (Central Veno
j. Koagulopati (mis. Anemia us Pressure), Jika perlu
sel sabit) e. Monitor PAWP jika perlu
k. Dilatasi kardiomiopati f. Monitor PAP, jika perlu
l. Koagulasi intravaskuler di g. Monitor ICP (Intra Cranial
seminata
Pressure), jika tersedia
m. Embolisme
n. Cedera kepala h. Monitor CPP (cerebral Perf
o. Hiperkolesteronemia usion Pressure)
p. Hipertensi i. Monitor gelombang ICP
q. Endocarditis infektif j. Monitor status pernapasa
r. Katup prostetik mekanis n
s. Stenosis mitral k. Monitor intake output cair
t. Neoplasma otak
an
u. Infark miokard akut
v. Sindrom sick sinus l. Monitor cairan serebro-spi
w. Penyalagunaan zat nalis (mis. Warna, konsiten
x. Terapi tombolitik si)
Efek samping tindakan (mis, 2. Terapeutik
tindakan operasi bypass) a. Minimalkan stimulus deng
an menyediakan lingkunga
n yang tenang
b. Berikan posisi semi fowler
c. Hindari maneuver Valsava
d. Cegah terjadinya kejang
e. Hindari penggunaan PEEP
f. Hindari pemberian cairan I
V hipotonik
g. Atur Ventilator agar PaCO2
optimal
h. Pertahankan suhu tubuh n
ormal
3. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian sed
asi dan anti konvulsan, jika
perlu
b. Kolaborasi pemberian diur
etic osmosis, jika perlu
c. Kolaborasi pemberian pelu
nak tinja, jika perlu

3. Kategori : Fisiologis LUARAN :


Subkategori : Respirasi Bersihan Jalan Napas Meningkat
(L.01001)
Diagnosa :
D. 0001 Bersihan Jalan Naf INTERVENSI
as Tidak Efektif
1. Observasi
a. Identifikasi kemampuan bat
Penyebab : uk (adanya spuntum, batuk t
a. Spasme jalan napas idak efektif/ tidak mampu ba
b. Hipersekresi jalan na tuk, suara nafas, adanya ro
pas nkhi, sianosis)
c. Benda asing dalam ja b. Monitor adanya retensi sput
lan napas um
d. Adanya jalan napas b c. Monitor tanda dan gejala inf
uatan eksi saluran napas
e. Sekresi yang tertahan d. Monitor input dan output cai
f. Respon alergi ran ( mis. jumlah dan karakt
g. Efek agen farmakolog eristik)
ia (mis. anastesi) 2. Terapeutik
a. Atur posisi semi-Fowler atau
Fowler
Gejala dan Tanda Mayor :

Objektif

a. Batuk tidak efektif


b. Tidak mampu batuk
c. Sputum berlebih
d. Mengi, wheezing
dan/atau ronkhi
kering
e. Mekonium dijalan b. Pasang perlak dan bengkok
napas (pada di pangkuan pasien
neonatus) c. Buang sekret pada tempat s
putum
3. Edukasi
Gejala dan Tanda Minor : a. Jelaskan tujuan dan prosed
ur batuk efektif
Subjektif
b. Anjurkan tarik napas dalam
a. Dispnea melalui hidung selama 4 det
b. Sulit bicara ik, ditahan selama 2 detik, k
c. Ortopnea emudian keluarkan dari mul
ut dengan bibir mencucu (di
bulatkan) selama 8 detik
Objektif
c. Anjurkan mengulangi tarik n
a. Gelisah apas dalam hingga 3 kali
b. Sianosis d. Anjurkan batuk dengan kuat
c. Bunyi napas menurun langsung setelah tarik napa
d. Frekuesni nafas s dalam yang ke-3
berubah 4. Kolaborasi
Pola nafas berubah Kolaborasi pemberian mukolitik at
au ekspektoran

4. Kategori : Fisiologis LUARAN

Subkategori : Nyeri dan Ke Manajemen Nyeri (L.08238)


nyamanan

Diagnosa : D. 0077 Nyeri A


INTERVENSI
kut
1. Observasi
a. identifikasi lokasi, karakteri
Penyebab : stik, durasi, frekuensi, kual
itas, intensitas nyeri
a. agen pencedera fisiologi
b. identifikasi skala nyeri
s (mis. inflamasi, iskemi
c. identifikasi respon nyeri no
a, neoplasma)
n verbal
b. agen pencedera kimiawi
d. identifikasi faktor yang me
(mis. terbakar, bahan ki
mperberat dan mempering
mia iritan)
an nyeri
c. agen pencedera fisik (mi
e. identifikasi pengetahuan d
s. abses, amputasi, terb
an keyakinan tentang nyeri
akar, terpotong, mengan
f. identifikasi pengaruh buda
gkat berat, prosedur ope
ya terhadap respon nyeri
rasi, trauma, latihan fisik
g. identifikasi pengaruh nyeri
berlebihan)
pada kualitas hidup
Gejala dan Tanda Mayor :
h. monitor keberhasilan terap
Subjektif i komplementer yang suda
h diberikan
a. mengeluh nyeri i. monitor efek samping pen
Objektif ggunaan analgetik
a. tampak meringis 2. Terapeutik
b. bersikap protektif (mis. a. berikan teknik nonfarmakol
waspada posisi menghin ogis untuk mengurangi ra
dari nyeri) sa nyeri (mis. TENS, hipno
c. gelisah sis, akupresur, terapi musi
d. frekuensi nadi meningka k, biofeedback, terapi pijat
t aromaterapi, teknik imajina
e. sulit tidur si terbimbing, kompres ha
Gejala dan Tanda Minor : ngat/ dingin, terapi bermai
Subjektif n
b. kontrol lingkungan yang m
(tidak tersedia) emperberat rasa nyeri (mi
Objektif s. suhu ruangan, pencaha
yaan, kebisingan)
a. tekanan darah meningk c. fasilitas istirahat dan tidur
at d. pertimbanagn jenis dan su
b. pola napas berubah mber nyeri dalam pemiliha
c. nafsu makan berubah n strategi meredakan nyeri
d. proses berpikir tergangg 3. Edukasi
u
a. jelaskan penyebab, period
e. menarik diri
e dan pemicu nyeri
f. berfokus pada diri sendir
b. jelaskan strategi meredaka
i
n nyeri
diaforesis
c. anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
d. anjurkan menggunakan an
algetik secara tepat
e. ajarkan teknik nongarmak
ologis untuk mengurangi r
asa nyeri
4. Kolaborasi

kolaborasi pemberian analgetik, ji


ka perlu

5. Kategori : Fisiologis LUARAN

Subkategori : Aktivitas/ Isti Dukungan Ambulasi (L.06171)


rahat

Diagnosa : D. 0054 Ganggu


INTERVENSI
an Mobilitas Fisik
1. Observasi
a. identifikasi adanya nyeri at
Penyebab : au keluhan fisik lainnya
b. identifikasi toleransi fisik m
a. kerusakan integritas stru
elakukan ambulasi
ktur tulang
c. monitor frekuensi jantung
b. perubahan metabolisme
dan tekanan darah sebelu
c. ketidakbugaran fisik
m memulai ambulasi
d. penurunan kendali otot
d. monitor kondisi umum sela
e. penurunan massa otot
ma melakukan ambulasi
f. penurunan kekuatan oto
2. Terapeutik
t
g. keterlambatan perkemb a. fasilitas aktivitas ambulasi
angan dengan alat bantu (mis. to
h. kekakuan sendi ngkat, kruk)
i. kontraktur b. fasilitas melakukan mobilis
j. malnutrisi asi fisik, jika perlu
k. gangguan muskuloskele c. libatkan keluarga unruk m
tal embantu pasien dalam me
l. gangguan neuromuskul ningkatkan ambulasi
ar 3. Edukasi
m. indeks masa tubuh diata
a. jelaskan tujuan dan prosed
s persentil ke-75 sesuai
ur ambulasi
usia
b. anjurkan melakukan ambul
n. efek agen farmakologis asi dini
o. program pembatasan ge ajarkan ambulasi sederhana yang
rak harus dilakukan (mis. berjalan dari
p. nyeri tempat tidur ke kursi roda, berjala
q. kurang terpapar informa n dari tempat tidur ke kamar mand
si tentang aktivitas fisik i, berjalan sesuai toleransi)
r. kecemasan
s. gangguan kognitif
t. keengganan melakukan
pergerakan
u. gangguan sensoriperse
psi
Gejala dan Tanda Mayor :

Subjektif

a. mengeluh sulit mengger


akkan ekstremitas
Objektif

a. kekuatan otot menurun


b. rentang gerak (ROM) m
enurun
Gejala dan Tanda Minor :

Subjektif

a. nyeri saat gerak


b. enggan melakukan perg
erakan
c. merasa cemas saat ,ber
gerak
Objektif

a. sendi kaku
b. gerakan tidak terkoordin
asi
c. gerakan terbatas
fisik lemah

6. Kategori : Fisiologis LUARAN

Subkategori : Neurosensor Dukungan Perawatan Diri :Makan/


i Minum (L.11351)

Diagnosa : D. 0063 Ganggu


an Menelan
INTERVENSI

1. Observasi
Penyebab : a. identifikasi diet yang dianju
rkan
a. gangguan serebrovaskul
b. monitor kemampuan mene
er’ lan
b. gangguan saraf kranialis c. monitor status hidrasi pasi
c. paralisis serebral en, jika perlu
d. akalasia 2. Terapeutik
e. abnormalitas laring
a. ciptakan lingkungan yang
f. abnormalitas orofaring
menyenangkan selama m
g. anomali jalan napas ata
akan
s
b. atur posisi yang nyaman u
h. defek anatomik kongenit
ntuk makan/ minum
al
c. lakukan oral hygiene sebel
i. defek laring
um makan , jika perlu
j. defek nasal
d. letakkan makanan di sisi
k. defek rongga nasofaring
mata yang sehat
l. defek trakea
e. sediakan sedotan untuk mi
m. refluk gastroesofagus
num, sesuai kebutuhan
n. obstruksi mekanis
f. siapkan makanan dengan
o. prematuritas
suhu yang meningkatkan n
Gejala dan Tanda Mayor :
afsu makan
Subjektif g. sediakan makanan dan mi
numan yang disukai
a. mengeluh sulit menelan
h. berikan bantuan saat mak
Objektif
an/ minum sesuai tingkat k
a. batuk sebelum menelan emandirian, jika perlu
b. batuk setelah makan ata i. motivasi untuk makan di ru
u minum ang makan, jika tersedia
c. tersedak 3. Edukasi
d. makanan tertinggal di ro
a. jelaskan posisi makanan p
ngga mulut
ada pasien yang mengala
Gejala dan Tanda Minor :
mi gangguan penglihatan
Subjektif dengan menggunakan ara
h jarum jam (mis. sayur di j
oral am 12, rendang di jam 3)
(tidak tersedia) 4. Kolaborasi

faring kolaborasi pemberian obat (mis. a


nalgesik, antiemetik)sesuai indika
a. menolak makan si
esofagus

a. mengeluh bangun dimal


am hari
b. nyeri epigastrik
Objektif

oral

a. bolus masuk terlalu cep


at
b. refluk nasal
c. tidak mampu membersih
kan rongga mulut
d. makanan jatuh dari mulu
t
e. makanan terdorong kelu
ar dari mulut
f. sulit mengunyah
g. muntah sebelum menela
n
h. bolus terbentuk lama
i. waktu makan lama
j. porsi makanan tidak hab
is
k. fase oral abnormal
l. mengiler
faring

a. muntah
b. posisi kepala kurang ele
vasi
c. menelan berulang ulang
esofagus

a. hematemesis
b. gelisah
c. regurgitasi
d. odinofagia
bruksisme

7. Kategori : Fisiologis LUARAN

Subkategori : Nutrisi dan C Manajemen Nutrisi (L.03119)


airan

Diagnosa : D. 0019 Defisit


INTERVENSI
Nutrisi
1. Observasi
a. identifikasi status nutrisi
Penyebab : b. identifikasi alergi dan intoler
ansi makanan
a. ketidakmampuan menela
c. identifikasi makanan yang di
n makanan
sukai
b. ketidakmampuan mencer
d. identifikasi kebutuhan kalori
na makanan
dan jenis nutrien
c. ketidakmampuan mengab
e. identifikasi perlunya penggu
sorbsi nutrien
naan selang nasogastrik
d. peningkatan kebutuhan m
f. monitor asupan makanan
etabolisme
g. monitor berat badan
e. faktor ekonomi (mis. finan
h. monitor hasil pemeriksaan l
sial tidak mencukupi) aboratorium
f. faktor psikologis (mis. stre 2. Terapeutik
s, keengganan untuk mak
a. lakukan oral hygiene sebel
an)
um makan, jika perlu
Gejala dan Tanda Mayor :
b. fasilitasi menentukan pedo
Subjektif man diet (mis, piramida mak
anan)
(tidak tersedia)
c. sajikan makanan secara me
Objektif narik dan suhu yang sesuai
d. berikan makanan tinggi sera
a. berat badan menurun min t untuk mencegah konstipas
imsl 10 % dibawah rentan i
g ideal e. berikan makan tinggi kalori
Gejala dan Tanda Minor : dan tinggi protein
Subjektif f. berikan suplemen makanan,
jika perlu
a. cepat kenyang setelah m g. hentikan permberian makan
akan melalui selang nasogatrik jik
b. kram/nyeri abdomen a asupan oral dapat ditolera
c. nafsu makan menurun nsi
Objektif 3. Edukasi
a. bising usus heparaktif a. anjurkan posisi duduk, jika p
b. otot pengunyah lemah erlu
c. otot menelan lemah b. ajarkan diet yang diprogram
d. membran mukosa pucat kan
e. sariawan 4. Kolaborasi
f. serum albumin menurun
g. rambut rontok berlebihan a. kolaborasi pemberian medik
diare asi sebelum makan (mis. pe
reda nyeri, antlemetik) jika p
erlu
kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jeni
s nutrien yang dibutuhkan jika perl
u

8. Kategori : Psikologis LUARAN

Subkategori : Integritas Eg Reduksi Ansietas (L.09314)


o

Diagnosa : D. 0080 Ansieta


INTERVENSI
s
1. Observasi
a. identifikasi saat tingkat ans
Penyebab : ietas berubah (mis. kondis
i, waktu, stresor)
a. krisis situasional
b. identifikasi kemampuan m
b. kebutuhan tidak terpenuhi
c. krisis maturasional engambil keputusan
d. ancaman terhadap konse c. monitor tanda-tanda ansiet
p diri as (verbal dan nonverbal)
e. ancaman terhadap kemati 2. Terapeutik
an
a. ciptakan suasana terapeuti
f. kekhawatiran mengalami
k untuk menumbuhkan ke
kegagalan
percayaan
g. disfungsi sistem keluarga
b. temani psien untuk mengu
h. hubungan orang tua-anak
rangi kecemasan, jika me
tidak memuaskan
mungkinkan
i. faktor keturunan (tempera
c. dengarkan dengan penuh
men mudah teragitasi sej
perhatian
ak lahir)
d. gunakan pendekatan yang
j. penyalagunaan zat
tenang dan meyakinkan
k. terpapar bahaya lingkung
e. tempatkan barang pribadi
an (mis. toksin, polutan d
yang memberikan kenyam
an lain lain
anan
l. kurang terpapar informas
f. motivasi mengidentifikasi s
i
ituasi yang memicu kecem
Gejala dan Tanda Mayor :
asan
Subjektif g. diskusikan perencanaan re
alistis tentang peristiwa ya
a. merasa bingung
ng akan datang
b. merasa khawatir dengan
3. Edukasi
akibat dari kondisi yang di
hadapi a. jelaskan prosedur, termas
c. sulit berkonsentrasi uk sensasi yang mungkin
Objektif dialami
b. informasikan secara faktua
a. tampak gelisah
l mengenai diagnosis, pen
b. tampak tegang
gobatan dan prognosis
c. sulit tidur
c. anjurkan melakukan kegiat
Gejala dan Tanda Minor :
an yang tidak kompetitif se
Subjektif sui kebutuhan
d. anjurkan mengungkapkan
a. mengeluh pusing perasaan dan persepsi
b. anoreksia e. latih kegiatan pengalihan u
c. palpitasi ntuk mengurangi ketegang
d. merasa tidak berdaya an
Objektif f. latih penggunaan mekanis
a. frekuensi napas meningk me perlahanan diri yang te
at pat
b. frekuensi nadi meningkat g. latih teknik relaksasi
c. tekanan darah meningkta 4. Kolaborasi
d. diaforesis kolaborasi pemberian obat antians
e. tremor ietas, jika perlu
f. muka tampak pucat
g. suara bergetar
h. kontak mata buruk
i. sering berkemih
berorientasi pada masa lalu

9. Kategori : Fisiologis LUARAN


Pencegahan Perdarahan (L.0206
Subkategori : Sirkulasi
7)
Diagnosa :
D. 0012 Risiko Perdarahan INTERVENSI
1. Observasi
a. Monitor tanda dan gejala p
Faktor Risiko: erdarahan
a. Aneurisma b. Monitor nilai hematocrit/ he
b. Gangguan Gastrointestin moglobin sebelum dan set
al (mis, ulkus lambung, p elah kehilangan darah
olip, varises) c. Monitor tanda tanda vital ot
c. Gangguan fungsi jhati, ostatik
(mis, sirosis hepatitis) d. Monitor koagulasi (mls. Pro
d. Komplikasi kehamilan(mi thrombin time (PT), partial t
s, ketuban pecah sebelu hromboplastin time (PTT), f
m waktunya, plasenta pre ibrinogen, degradasi fibrin
via/ abrupsio, kehamilan dan atau platelet
kembar) 2. Terapeutik
e. Komplikasi pasca partum a. Pertahankan bed rest sela
(mis, atoni uterus, retensi ma perdarahan
plasenta) b. Batasi tindakan invasive, ji
f. Gangguan koagulasi (mi ka perlu
s. Trombositopenia) c. Gunakan Kasur pencegah
g. Efek agen farmakologis an decubitus
h. Tindakan pembedahan d. Hindari pengukuran suhu r
i. Trauma ektal
j. Kurang terpapar informas 3. Edukasi
i tentang pencegahan per b. Jelaskan tanda dan gejala
darahan perdarahan
k. Proses keganasan c. Anjurkan penggunaan kau
s kaki saat ambulasi
d. Anjurkan peningkatan asu
pan cairan untuk menghin
dari konstipasi
e. Anjurkan menghindari aspi
rin atau antikoagulan
f. Anjurkan meningkatkan as
upan makanan dan vitamin
K
g. Anjurkan segera melapor ji
ka terjadi perdarahan
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jik
a perlu
b. Kolaborasi pemberian prod
uk darah, jika perlu
c. Kolaborasi pemberian pelu
nak tinja, jika perlu

10 Kategori : Lingkungan LUARAN

Subkategori : Keamanan d Pencegahan Cedera (L.14537)


an Proteksi

Diagnosa : D.0165 Resiko


INTERVENSI
Cidera
1. Observasi
a. identifikasi area lingkunga
Faktor resiko n yang berpotensi menyeb
abkan cedera
Eksternal
b. identifikasi obat yang berp
a. Terpapar patogen otensi menyebabkan cede
b. Terpapar zat kimia toksi ra
k c. identifikasi kesusaian alas
c. Terpapar agen nosokom kaki atau stoking elastis pa
ial da ekstremitas bawah
d. Ketidakamanan transpor 2. Terapeutik
tasi
a. sediakan pencahayaan ya
Internal
ng memadai
a. Ketidaknormalan profil d b. gunakan lampu tidur sela
arah ma jam tidur
b. Perubahan orientasi afet c. sosialisasikan pasien dan
if keluarga dengan lingkung
c. Perubahan sensasi an ruang rawat (mis. peng
d. Disfungsi autoimun gunaan telepon, tempat tid
e. Hipoksia jaringan ur, penerangan ruangan d
f. Kegagalan mekanisme an lokasi kamar mandi)
pertahanan tubuh d. gunakan alas lantai jika be
g. Malnutrisi resiko mengalami cedera s
h. Perubahan fungsi psiko erius
motor e. sediakan alas kaki antislip
Perubahan Fungsi kognitif f. sediakan pispot atau urinal
untuk eliminasi di tempat ti
dur, jika perlu
g. pastikan bel panggilan ata
u telepon mudah dijangka
u
h. pastikan barang-barang pri
badi mudah dijangkau
i. pertahankan posisi tempat
tidur di posisi terendah saa
t digunakan
j. pastikan roda tempat tidur
atau kursi roda dalam kon
disi terkunci
k. gunakan pengaman tempa
t tidur sesuai dengan kebij
akan fasilitas pelayanan k
esehatan
l. pertimbangan penggunaan
alam elektronik pribadi ata
u alarm sensor pada temp
at tidur atau kursi
m. diskusikan mengenai latih
an dan terapi fisik yang dip
erlukan
n. diskusikan mengenai alat
bantu mobilitas yang sesu
ai (mis. tongkat atau alat b
antu jalan)
o. diskusikan bersama anggo
ta keluarga yang dapat me
ndampingi pasien
p. tingkatkan frekuensi obser
vasi dan pengawasan pasi
en, sesuai kebutuhan
3. Edukasi

a. jelaskan alasan intervensi


pencegahan jatuh ke pasie
n dan keluarga
b. anjurkan berganti posisi se
cara perlahan dan duduk s
elama beberapa menit seb
elum berdiri
Konseling dan Ed 1. Sasaran Edukasi
ukasi a. Pasien
b. Keluarga Pasien

2. Materi Edukasi
a. Edukasi tentang pengertian, penyebab, faktor resiko penyakit Stro
ke
b. Edukasi tentang tanda dan gejala penyakit Stroke
c. Edukasi terkait pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan
d. Edukasi tentang kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diingin
kan
e. Edukasi tentang pengobatan penyakit Stroke (Mengawasi agar pa
sien teratur minum obat)
f. Edukasi terkait pencegahan penyakit berulang. Jika terjadi serang
an stroke ulang, harus segera mendapat pertolongan segera
g. Edukasi tentang komplikasi penyakit Stroke
h. Edukasi tentang prognosa penyakit Stroke
i. Membantu pasien menghindari faktor risiko.

Tabel 1.3 Membedakan Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik

Tingkat Evidens

Tingkat Rekomen
dasi

Penelaah Kritis

Kriteria Rujukan Semua pasien stroke setelah ditegakkan diagnosis secara klinis dan dibe
rikan penanganan awal, segera mungkin harus dirujuk ke fasilitas pelaya
nan kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis saraf, terkait den
gan angka kecacatan dan kematian yang tinggi. Dalam hal ini, perhatian t
erhadap therapeutic window untuk penatalaksanaan stroke akut sangat di
utamakan.
Peralatan 1. Alat pemeriksaan neurologis.
2. Senter
3. Infus set.
4. Oksigen.
Prognosis Prognosis : dubia, (tergantung luas dan letak lesi)
stroke hemoragik sebagian besar : dubia ad malam.
Penanganan yg lambat berakibat angka kecacatan dan kematian tinggi.

Referensi 1. Misbach J dkk. Kelompok Studi Stroke. Guideline Stroke 2011.


Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), Jakarta,
2011. (Misbach, 2011)
2. Jauch EC et al. Guidelines for the Early Management of Patients with
Acute Ischemic Stroke. A Guideline for Healthcare Professionals
From the American Heart Association/American Stroke Association.
Stroke 2013; 44:870-947.(Jauch, 2013)
3. Morgenstern LB et al. Guidelines for the Management of
Spontaneous Intracerebral Hemorrhage. Guideline for Healthcare
Professionals From the American Heart Association/American Stroke
Association. Stroke 2010;41:1-23. (Morgenstern, 2010)
4. Furie K et al. Guidelines for the Prevention of Stroke in Patients With
Stroke or Transient Ischemic Attack : A Guideline for Healthcare
Professionals From the American Heart Association/American Stroke
Association. Stroke 2011;42:227-276. (Furie, 2011)
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)
STROKE

Metode pemecahan masalah gizi pada pasien stroke yang sistematis


Pengertian Asuhan
dimana Nutrisionis/ Dietisien berfikir kritis dalam membuat keputusan
Gizi pada Stroke untuk menangani masalah gizi sehingga aman, efektif dan berkualitas
Asesmen/ Melanjutkan hasil skrining perawat terkait risiko malnutrisi dan atau
Pengkajian: kondisi khusus. Stroke termasuk kondisi khusus sehingga memerlukan
asesmen gizi.
Antropometri Data berat badan, tinggi badan dan atau lingkar lengan atas
Mengkaji data labolatorium terkait gizi seperti HB, Hematokrit, Leukosit,
Biokimia Albumin (bila ada)
Mengkaji data nyeri saat menelan, kesulitan menelan, air liur menetes,
Klinis/Fisik makanan lengket dalam mulut/kerongkongan, tensi darah status hidrasi,
masa otot dan lemak, ada tidak nya edema.
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
Riwayat Makan
makanan, rata-rata asupan sebelum masuk RS (kualitatif dan kuantitatif)
Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat ini,
Riwayat Personal riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat penggunaan
suplemen makanan, status kesehatan mental, serta status kognitif
Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan menurunnya konsumsi
Diagnosis Gizi zat gizi karena kesulitan menelan ditandai dengan asupan makanan 50%
(Masalah Gizi) dari kebutuhan (NI-2.1). Kesulitan Menelan berkaitan dengan stroke
ditandai dengan estimasi menurunnya asupan makan (NC-1.1)
Intervensi Gizi
(Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan :
1. Memenuhi kebutuhan zat gizi ≥ 80%
2. Mempertahankan status gizi optimal

b. Implementasi Preskripsi Diet :


Pemberian a. Kebutuhan Energi 25-45 kkal/kgBB. Pada fase akut energi diberikan
Makanan 1100-1500 kkal/hari
b. Protein 0.8-1 g/kgBB. Apabila pasien dengan status gizi kurang,
diberikan 1.2-1.5 g/kgBB.
c. Lemak 20-25% dari energi total Karbohidrat 60-70% dari energi total
Kolesterol <300 mg
d. Serat 15-25 gram
e. Natrium 1500 mg -2300 mg, Cukup vitamin dan mineral
f. Jenis Diet makan cair/ enteral, saring, lunak, biasa, bertahap sesuai
tes fungsi menelan. Mudah dicerna porsi kecil sering
g. Pemberian Energi dan Protein bertahap disesuaikan dengan
kemampuan mengkonsumsi per oral
Cukup cairan
Bentuk makanan dapat dikombinasi cair/ enteral atau bubur susu, bubur
saring, makanan lunak maupun makan biasa, bertahap. Jalur makanan.
(oral/ enteral per NGT/ parenteral atau kombinasi) sesuai kondisi klinis
dan kemampuan mengkonsumsi.

c. Edukasi Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet


d. Konseling Gizi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien dan keluarga serta
penunggu pasien (care giver) mengenai diet post stroke untuk pemulihan
sesuai dengan kemampuan menelan, kebutuhan, bentuk makanan baik
jumlah, jadwal dan jenis makanan yang dianjurkan

e. Koordinasi Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu dengan
dengan tenaga dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lain terkait asuhan pasien
kesehatan lain
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor hasil positif
maupun negative dari :
1. Status Gizi berdasarkan antropometri
Monitoring dan 2. Hasil biokimia terkait gizi
Evaluasi 3. Fisik Klinis terkait dengan gizi yaitu ada tidaknya residu,
malabsorbsi/diare, dll
4. Asupan Makanan
Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada hari ke
4 atau ke 5 perawatan) untuk melihat keberhasilan intervensi sesuai hasil
Re Asesmen
monitoring evaluasi. Jika pasien sudah kembali pulang maka re asesmen
(Kontrol kembali)
di rawat jalan untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi
(terapi gizi) 2-4 minggu setelah pulang dari rumah sakit.
1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
Indikator (Target 2. Bentuk makanan biasa
yang akan dicapai/ 3. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Indek Masa Tubuh
Outcome) (IMT) atau lingkar lengan atas, biokimia albumin, fisik/klinis dan
asupan makan
1. Komplikasi Pada Stroke, FKUI 2015
2. Penuntun Diet Edisi 3 Tahun 2006. Asosiasi Dietisien Indonesia
(AsDI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
3. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition Terminology
(IDNT) Reference Manual
Kepustakaan 4. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual.
Standardize Language for the Nutrition Care Process. Fourth Edition.
Academy of Nutrition and Dietetics 2013
5. Guidelines Clinical Nutrition in patients with stroke. German society
for Clinical Nutrition, German Medical Societies 2013
6. Stroke Nutrition Therapy, American Dietetic Association
PANDUAN ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)

PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)


TATALAKSANA KASUS STROKE

Stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi saraf yang diakibatkan oleh peny
akit pembuluh darah otak, bukan oleh sebab yang lain.
Stroke Iskemik (Stroke Sumbatan)
a. Stroke Emboli
Bekuan darah atau plak yang terbentuk di dalam jantung atau pembulu
h arteri besar yang terangkut menuju otak 
b. Stroke Trombotik
Bekuan darah atau plak yang terbentuk di dalam pembuluh arteri yang
Pengertian
mensuplai darah ke otak
(Definisi)
Stroke Hemoragik (Stroke Berdarah)
a. Perdarahan Intraserebral
Pecahnya pembuluh darah dan darah masuk ke dalam jaringan yang
menyebabkan sel-sel otak mati sehingga berdampak pada kerja otak b
erhenti.
b. Perdarahan Subarachnoid
Pecahnya pembuluh darah yang berdekatan dengan permukaan otak d
an darah bocor di antara otak dan tulang tengkorak.

1. Mengumpulkan data dan informasi spesifik terkait pengobatan pasien


Asesmen K 2. Menentukan problem farmakoterapi pasien
efarmasian 3. Menentukan kebutuhan dan tujuan farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien
1. Rekomendasi pemilihan fibrinolitik (contoh: alteplase), antiplatelet (cont
oh: aspirin, clopidogrel), antihipertensi (contoh: golongan ACEI, golong
an ARBs, golongan CCB), neuroprotektan (contoh: citicoline, piraceta
m), antidislipidemia/antitrigliserida (contoh: golongan statin atau golong
Identifikasi an fibrat), atau obat saluran cerna / anti-ulcer (contoh: golongan H2 Blo
DRP (Drug cker, golongan PPI)
Related 2. Pemantauan terapi dari antiplatelet, neuroprotektan, antihipertensi, anti
Problem) dislipidemia, dan antiulcer yang digunakan dikaitkan dengan kondisi kli
nis dan data lab pasien.
3. Monitoring efek samping dan manajemen efek samping dari antiplatele
t, antihipertensi, antidislipidemia, dan antiulcer yang digunakan.
4. Memberikan rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi obat atau t
erjadi reaksi hipersensitivitasi.
Intervensi F 1. Pemilihan jenis dan rute dari antiplatelet, neuroprotektan, antihipertens
armasi i, antidislipidemia, dan antiulcer yang digunakan dikaitkan dengan kond
isi klinis dan data lab pasien. Rekomendasi pertimbangan pemberian t
erapi kombinasi daripada terapi tunggal untuk antiplatelet dan antihiper
tensi yang digunakan.
2. Dosis dan lama penggunaan dari antiplatelet, neuroprotektan, antihiper
tensi, antidislipidemia, dan antiulcer yang digunakan. Pemberian dosis
yang kurang dapat menyebabkan obat tidak mecapai jendela terapi se
hingga tidak menimbulkan efek terapi (tidak mencapai Minimum Efectiv
e Concentration).
Rentang waktu terbaik untuk dapat diberikan terapi fibrinolitik yang dap
at memberikan manfaat perbaikan fungsional otak dan juga terhadap a
ngka kematian adalah <3 jam dan rentang 3-4,5 jam setelah onset geja
la.
3. Cara pemberian (pemilihan rute) pada kasus HT Emergency, yaitu pert
imbangan penggunaan Nikardipin injeksi dengan dosis 0,5 – 10 mcg /
kgBB via syringe pump atau Diltiazem injeksi dengan dosis 5-15 mikro
gram/ kgBB via syringe pump. PERDOSSI merekomendasikan pember
ian antihipertensi melalui rute parenteral bagi pasien stroke hemoragik
dengan tekanan darah sistol >180 mmHg. Perlu dilakukan monitoring c
ara rekonstitusi dan dilusi sediaan pada pelarut yang kompatibel.
4. Kegagalan terapi obat
Efektivitas antiplatelet dan antihipertensi yang digunakan berpengaruh
pada keberhasilan terapi stroke. Target penurunan tekanan darah pad
a pasien yang tidak menerima terapi trombolitik adalah penurunan teka
nan darah 15% selama 24 jam pertama setelah onset gejala stroke de
ngan disertai monitoring kondisi neurologis.
5. Efek samping obat
Reaksi obat yang tidak diinginkan dari penggunaan antiplatelet adalah
adanya reaksi pendarahan dan gangguan GI seperti mual dan muntah.
Sedangkan reaksi efek samping dari antidislipidemia yang mungkin terj
adi adalah rhabdomyolisis. Antihipertensi yang mungkin menyebabkan
reaksi efek samping adalah captopril yaitu batuk kering; amlodipine da
pat menyebabkan bengkak pada pergelangan kaki; furosemide dapat
meningkatkan aliran urin (diuresis).
6. Interaksi obat yang dapat menurunkan efektivitas antiplatelet seperti pe
nggunaan omeprazole bersama dengan clopidogrel, serta interaksi oba
t pada penggunaan amlodipine dan simvastatin yang dapat meningkatk
an risiko rhabdomyolisis. Penggunaan antiplatelet kombinasi juga dapa
t menyebabkan interaksi obat yang dapat menyebabkan peningkatan ri
siko pendarahan.
7. Reaksi hipersensitivitas (contoh : ruam merah, bengkak, sesak nafas).
Monitoring d TTV, DL, serum elektrolit, PPT, KPTT, INR, LDL, Kolesterol Total, Asam Ur
an Evaluasi at, HDL, GDS.

Edukasi dan 1. Cara dan durasi penggunaan antiplatelet, neuroprotektan, antihipertensi,


Informasi antidislipidemia, dan antiulcer yang digunakan.
 Antiplatelet : Sesudah makan, ditelan utuh.
 Antihipertensi : Semua diminum sesudah makan kecuali captopril di
minum 1 jam sebelum makan. Nifedipin oros tidak boleh digerus.
 Antidislipidemia : Semua diminum sesudah makan kecuali gemfibro
zil diminum 30 menit sebelum makan. Simvastatin harus diminum m
alam hari.
 Anti ulcer : Semua diminum 30-60 menit sebelum makan.
2. Manajemen untuk mengatasi efek samping
 Antiplatelet : jika ada gejala pendarahan seperti gusi berdarah/mimi
san/urin berwarna merah, maka penggunaan antiplatelet harus diev
aluasi.
 Antiplatelet : jika ada gejala gangguan GI seperti mual, kembung, m
untah, atau nyeri perut setelah minum obat antiplatelet, maka penje
daan obat dapat dilakukan.
 Antidislipidemia : Jika pasien mengalami gejala kaku otot di pundak,
paha, punggung bagian bawah, kelemahan otot atau kesulitan men
ggerakkan lengan dan tungkai, maka perlu dilakukan evaluasi terha
dap penggunaan antidislipidemia.
3. Managemen interaksi obat, yaitu :
 Rekomendasi penggantian anti-ulcer pada kasus penggunaan clopi
dogrel – omeprazole
 Pemberian jeda waktu pemberian obat pada penggunaan amlodipin
e – simvastatin (pagi – malam), dan pada interval pada penggunaan
kombinasi antiplatelet untuk mengurasi ESO gangguan GI.
4. Pemberian edukasi tentang pentingnya menjaga pola makan dan compli
ance terhadap penggunaan obat-obat kronis agar tidak terjadi stroke ser
angan berulang.
Penelaah Kr
Apoteker Klinis
itis

 DL : Normal
 TTV : Normal
 Serum elektrolit : Normal
Indikator  PPT/ KPTT/ INR : Normal
 LDL / Kolesterol Total / HDL : Normal
 Asam Urat : Normal
 GDS : Normal
1. Presley, B. 2014. Penatalaksanaan Farmakologi Stroke Iskemik Akut. 
Daftar Pusta Rasional, 12(1).
ka 2. Juwita, R., Iwo, M. I., Banuaji, C., & Kusumaeni, T. 2015. Peran Apotek
er Dalam Mencegah Drug Related Problem Pada Pasien Stroke Yang
Dirawat Inap, Neurona, 32 (3).

Anda mungkin juga menyukai