Anda di halaman 1dari 39

Presentasi Kasus

Bell’s Palsy
(RSUD Jombang)
Anggota kelompok :

01 02 03

Audinda Agdi Rizki Farid Nur W. Oxy Azizah A.


P_27226020109 P_27226020120 P_27226020086
Pengertian Bell’s Palsy

Bell’s palsy merupakan suatu kelumpuhan akut nervus


fasialis perifer yang tidak diketahui sebabnya. Bell’s palsy
terjadi diduga karena adanya peradangan pada saraf wajah
yang mana terjadi penekanan pada saraf yang keluar dari
foramen stylomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan
fasialis lower motor neuron (Mardjono, 2003).
Etiologi Bell’s Palsy
Menurut Adam (2019),
Teori iskemik vaskuler Teori herediter
Terjadi gangguan sirkulasi darah Diduga terjadi karena kanalis
pada kanalis fasialis yang fasialis yang sepit pada keturunan
menyebabkan kelumpuhan pada keluarga pasien, sehingga
saraf fasialis. menyebabkan paresis fasialis.

Teori infeksi virus


Teori imunologi
Adanya reaktivasi dari Herpes
Simplex Virus (HSV), yang terjadi Timbul akibat reaksi imunologi dari
saat daya tahan tubuh menurun setelah pemberian atau sebeleum
sehingga terjadi inflamasi pada saraf pemberian imunisasi.
fasialis.
Patofisiologi

Bell’s palsy bisa disebabkan oleh inflamasi saraf fasialis pada


ganglion genitakulum yang terdapat di kanalis fasialis, yang
menyebabkan iskemia, kompresi, dan demielinasi. Iskemia
atau inflamasi saraf fasialis menyebabkan terjadinya edema
dan penjepitan saraf fasialis selama perjalanannya di os
temporal yang menimbulkan adanya kompresi dan kerusakan
pada saraf (Hargiani, 2018)
Tanda dan Gejala
Terdapat nyeri di belakang telinga, 1 atau 2 hari sebelum terjadi
kelumpuhan wajah

Terganggunya n. fasialis menyebabkan kelumpuhan otot ekspresi


wajah

Sudut mulut jatuh, garis pada dahi menghilang, kantong bawah


mata jatuh disertai air mata yang menetes

Penderita mengeluhkan adanya rasa tebal atau mati rasa pada


wajah
Diagnosa banding
Herpes zoster (Ramsay Hunt Facial Diplegia
Syndrome) Sering disebabkan oleh
Inflamasi saraf facialis dan ganglion karena guillainbarre
geniculate yang disebabkan oleh virus syndrome, juga dapat
varicella zoster. Biasanya diikuti disebabkan oleh
dengan peningkatan vesicular pada sarcoidosis yang dikenal
membrane mukosa faring, vesikel sebagai uveoparotid
pada chonca atau saluran pendengaran fever (Heefordt
externa. Sering melibatkan saraf syndrome) (Adam,
vestibulocochlearis. Terdapat gejala 2019).
prodromal sebelumnya seperti
malaise, sakit kepala, demam. (Adam,
2019).
Prognosis
Prognosis pada kondisi Bell’s Palsy umumnya sangat baik, tingkat
kerusakan saraf menentukan proses penyembuhan. Dengan atau
tanpa pengobatan, sebagian besar orang menjadi lebih baik. Pada
85% kasus, tandatanda klinis perbaikan secara spontan terjadi dalam
waktu 3 minggu. Sebagian orang dengan kondisi Bell’s Palsy dapat
pulih tanpa gejala sisa. Beberapa orang dapat sembuh dengan gejala
sisa seperti kelemahan otot wajah ringan, sedang, hingga berat
(NINDS, 2022).
Penatalaksanaan Fisioterapi
Anamnesis Umum
Nama : ny. L. A,
Umur : 25 tahun,
Jenis kelamin : wanita,
Alamat: pundon, jombang
Agama : islam
Pekerjaan: admininistrasi di
pabrik
Diagnosa medis : Bell’s Palsy dextra

Terapi umum : Dokter spesialis saraf, Medika mentosa:


mecobalamin, renaidinac, dan methylpreisolone

Rujukan fisioterapi dari dokter spesialis saraf


RPD dan Riwayat keluarga
KU Tidak ada
Pasien mengeluhkan bibirnnya
mencong ke kiri dan merasa tebal Riwayat pribadi
dan kaku pada dahi.
Pasien merupakan seorang
RPS pekerja pabrik bagian
administrasi. Setiap hari pasien
2 minggu yang lalu, pasien bepergian mengendarai mobil duduk menghadap kipas angin
dengan jendela terbuka ditambah lagi pada ke esokan besar, tapi sekarang posisi
harinya pasien bekerja sambil menghadap kipas secara duduknya sudah diubah agar
langsung, setelah itu pasien mengeluhkan kaku pada wajah tidak menghadap ke kipas angin
sisi kiri. Hal yang memperberat keluhannya adalah ketika lagi. Setelah mendapatkan
pasien menutup mata, tersenyum, dan mengangkat alis. keluhannya, pasien sering
Setelah itu pasien pergi periksa ke dokter spesialis saraf melakukan massage pada
dan mendapatkan rujukan ke poli rehabilitasi medik. wajahnya sendiri.
l
Anamnesis sistem
Kepala dan leher : Pasien mengeluhkan kaku pada leher
Cardiovasscular : Pasien tidak mengeluhkan nyeri dada dan jantung berdebar
Respiratory : Tidak ada keluhan sesak napas
Gastrointestinal : Tidak ada keluhan mual dan muntah pada pasien
Urogenitalis : Tidak ada keluhan buang air kecil
Musculoskeletal : Ada rasa kaku dan otot wajah sebelah kiri melemah
Nervorum : Tidak ada keluhan kesemutan pada area wajah
Pemeriksaan umum
Inspeksi
Vital sign
a) Tekanan darah : 110/70 mmHg Statis : Wajah terlihat asimetris antara
b) Denyut nadi : 74 kali/menit kanan dan kiri, mulut tampak mencong ke
c) Pernafassan : 22 kali/menit kiri.
d) Temperatur : 36,5 °C Dinamis : Asimetris ketika tersenyum,
e) Tinggi badan : 166 cm mata kanan tidak bisa menutup dengan
f) Berat badan : 60 Kg rapat.
s
Palpasi
Tidak ada perbedaan suhu pada kedua sisi wajah
Kognitif, Intrapersonal &
Pemeriksaan gerak aktif
interpersonal
a. Mengangkat alis sisi kiri belum 1. Kognitif : pasien mampu menceritakan

sejajar dengan sisi kanan dan kejadian awal mula dideritanya


2. Intrapersonal : pasien memiliki motivasi yang
tidak ada kerutan di dahi kanan
tinggi untuk sembuh
b. Saat tersenyum asimetris 3. Interpersonal : pasien mampu berkomunikasi

c. Saat bersiul belum simetris dengan baik

Pemeriksaan gerak pasif Tidak dilakukan


Kemampuan fungsional dasar, aktivitas
fungsional, dan lingkungan aktivitas

Kemampuan Fungsional Dasar :


Mata sebelah kiri tidak bisa menutup dengan rapat, senyum tidak simetris, dan
belum mampu mecucu

Aktivitas Fungsional :
Saat minum dan berkumur masih ada kebocoran

Lingkungan Aktivitas :
Pasien berkerja dan bersosialisasi dengan lingkungannya meskipun masih
kurang percaya diri
Pemeriksaan spesifik
Pemeriksaan kemampuan fugsional dengan skala ugo fisch
(Sumber: Amanati, 2017)

a) 0% (zero) : asimetris komplit,tidak ada gerakan volunter sama

sekali

b) 30% (poor) : simetris ringan,kesembuhan cenderung ke asimetris,ada

gerakan volunter

c) 70% (fair) : simetris sedang, kesembuhan cenderung normal

d) 100% (normal): simetris komplit (normal) (Sumber: Amanati, 2017)


HASIL PEMERIKSAAN

Presentase Skor (nilai x


Posisi Nilai
(0%,30%,70%,100%) presentase)

Diam 20 70% 14

Megerutkan dahi 30 0% 0

Menutup mata 10 30% 9

Tersenyum 30 30% 9

Bersiul 10 30% 3

 
Total = 35 (Kelumpuhan sedang berat)
Pemeriksaan kekuatan otot dengan Daniel and
Worthinghom’s Manual Muscle Testing (MMT).
NO NAMA OTOT FUGSI NILAI

1 M.Frontalis Mengangkat alis 1


ERIKSAAN KEKUATAN OTOT WAJAH
2 M.Corrugator supercili Mendekatkan kedua pangkal alis 0

3 M.Procerus Mengkerutkan kulit antara kedua alis 0

4 M.Orbicularis oculli Menutup kelompok mata 3

5 M.Nasalis Mengembangkan cuping hidung 3

6 M. Depresor anguli Menarik ujung mulut kebawah 1

7 M. Zigomaticus Tersenyum 1

8 M. Orbicularis oris Bersiul 1

9 M. Buccinator Meniup sambil menutup mulut 1

10 M. metalis Mengangkat dagu 1

11 M. Platysma Merengangkan kulit leher 1


DIAGNOSIS FISIOTERAPI

Impairment Fungtional Limitation


antara lain bibir tidak simetris, tidak berupa gangguan fungsi yang
dapat menutup mata secara penuh, melibatkan otot-otot wajah, seperti
tidak dapat mengerutkan dahi, saat makan dan minum, berkumur,
tersenyum mulut asimetris gangguan bicara dan gangguan
ekspresi

Participation Restriction
berupa merasa kurang percaya diri dan
tidak nyaman dengan keadaannya
sehingga penderita cenderung menarik diri
dengan lingkungannya
TUJUAN
Jangka pendek Jangka panjang

1. meningkatkan meningkatkan kemampuan


kekuatan otot wajah, aktivitas fungsional sehari-hari,
2. meningkatkan seperti makan, minum, berkumur,
kemampuan menutup mata serta
fungsional wajah meengekspresikan wajah.
Edukasi & Home program
Home program
Edukasi
1. pasien disarankan tidak tidur
di lantai pasien diminta untuk latihan mengangkat alis,
2. menggunakan kipas angin mengerutkan dahi, menutup mata,
langsung kewajahnya, tersenyum, menunjukkan gigi, mencucu,
3. ketika berkendara harap membuka mulut. Latihan-latihan tersebut
memakai helm, masker, slayer bisa dilakukan didepan cermin agar pasien
agar tidak terpapar angin bisa melihat sehingga dapat mensimetriskan
secara langsung, gerakan-gerakan pada wajah tersebut.
4. serta mengurangi bergadang. Latihan dilakukan 3 kali sehari pagi, siang,
dan sore dengan 8 kali pengulangan setiap
gerakan.
Teknologi fisioterapi
PNF
(Propioceptive
Infra red (IR)
Neuromuscular
Fasilitation)

Electrical
Massage
Stimulation
Infra red (IR)
(Alakram, 2011).
diaplikasikan pada wajah sisi lesi dan daerah sekitar foramen stilomastoideus
selama 15 menit. Jarak pemasangan pada lampu luminous antara 35-45 cm
sedangkan untuk pemasangan jenis non luminous antara 45-60 cm.

Indikasi Kontra indikasi

1. Daerah dengan
1. kondisi peradangan insufisiensi pada darah
setelah sub akut, 2. gangguan sensibilitas
2. gangguan sirkulasi kulit dan
darah 3. adanya kecenderungan
3. spasme otot pada wajah terjadinya perdarahan
PNF (Propioceptive Neuromuscular
Fasilitation)

PNF adalah pendekatan terapi latihan yang


mengombinasikan pola gerak diagonal berdasarkan
fungsional dengan teknik fasilitasi neuromuskular untuk
membangkitkan respon motorik serta meningkatkan kontrol
dan fungsi neuromuskular. (Puspitaningrum, 2022).
Electrical Stimulation (ES)
(Guzelant, 2014).
masuknya arus listrik dengan melintasi kulit untuk mengeksitasi saraf
atau jaringan. Electricla stimulation menggunakan arus faradik
merupakan arus pendek yang terputus dengan durasi pulsa 0-1-1 ms dan
frekuensinya 50-100 Hz, yang digunakan untuk menstimulasi otot

Indikasi Kontraindikasi
hipertensi, demam, kondisi umum tubuh
1. Otot yang tidak digunakan dalam
kurang baik, hiprtsensitif, luka
waktu lama (disuse athropy)
terbuka, hilangnya sensasi, dan
2. Terbentuk adhesi efusi di jaringan
logam dijaringan sekitarnya
yang tidak ada kontraksi otot
3. Edema dan ulkus
MASSAGE
(Mumford,2001 dikutip oleh Amananti dkk,2017).

rangkaian yang tersruktur dari tekanan atau sentuhan. Tangan dan bagian tubuh
yang lain seperti lengan wajah dan siku dapat digunakan untuk melakukan
manipulasi di atas kulit

Indikasi Kontaindikasi

1. kasus-kasus yang 1. adanya luka bakar, luka gores


memerlukan rileksasi 2. penyakit yang penyebarannya
otot, melalui kulit dan darah,
2. rehabilitasi pascacedera 3. gangguan sensasi,
atau sembuh dari sakit, 4. adanya kelainan pada pembuluh
3. kasus-kasus yang darah
memerlukan perbaikan
sirkulasi darah
Pelaksanaan Fisioterapi
Infra Red
Penatalaksanaan
Persiapan alat
Pertama, mata pasien ditutup dengan
Periksa alat, siapkan alat
handuk. Posisikan IR tegak lurus dengan
pengatur waktu dan handuk
wajah pada jarak 30 -45 cm. Atur waktu
10 menit. Lalu nyalakan IR dan pantau
Persiapan pasien
kondisi pasien.
Pasien diposisikan tidur
terlentang, kepala sedikit
menoleh ke arah sisi
yang sehat
Penatalaksanaan
Electrical (1) nyalakan alat electrical stimulation, (2) pasang
stimulation elektrode pasif pada cervical 7, elektrode aktif di
Persiapan alat letakkan pada motor point tiap-tiap otot wajah yang akan
Periksa alat dan siapkan distimulasi, (3) atur dosis pada alat dengan frekuensi =
spons elektroda yang sudah 20 Hz, (4) lakukan terapi per bagian otot dari wajah,
dibasahi. setiap mengganti titik motor point yang dituju arus
intensitas harus direndahkan dan ketika menaikkan
Persiapan pasien intensitas, tanyakan kepada pasien apakah sudah pas,
Pasien diposisikan tidur terlalu rendah atau terlalu tinggi. Setiap titik diperlukan
terlentang. Pasien dijelaskan 30 kali kontraksi dengan 3 kali pengulangan (Guzelant,
mengenai terapi apa yang akan 2014).
dilakukan.
PNF M. Corrugator supercilii : Tangan
terapis berada di atas alis pasien,
Persiapan pasien dan terapis
Pasien diposisikan tidur kemudian terapis mengisntruksikan
terlentang. Terpis duduk pada kepada pasien untuk menarik alis
kursi di sebelah kranial pasien. kebawah. Berikan resistensi ke arah
Penatalaksanaan kranial serta lateral.
M. Frontalis : Tangan terapis berada di dahi pasien,
kemudian terapis menginstruksikan kepada pasien untuk M. orbicularis oculi : Tangan terapis
mengangkat alis. Berikan resistensi pada dahi ke arah berada di kelopak mata pasien, kemudian
kaudal serta medial. terapis menginstruksikan kepada pasien
untuk meutup mata. Berikan resistensi
pada bawah dan atas kelopak mata
PNF
M. buccinator : Tangan terapis berada di sisi
lateral pipi pasien, kemudian terapis
M. risorius dan M. zygomaticus major : Tangan
mengnstruksikan kepada pasien untuk
terapis berada di sisi leteral mulut pasien,
menarik pipi kearah dalam. Berikan resistensi
kemudian terapis menginstruksikan kepada pasien
pada permukaan bagian dalam pipi dengan
untuk tersenyum. Berikan resistensi pada sudut
jari-jari ke atas atau ke bawah serta ke luar.
mulut ke arah medial serta kaudal.
Pengaplikasian PNF dilakukan
M. orbicularis oris : Tangan terapis berada di sisi pada setiap otot-otot wajah yang
lateral mulut pasien, kemudian terapis mengalami gangguan fungsi dengan 3
menginstruksikan kepada pasien untuk set, 5 kali pengulangan, dan ditahan 10
mengerucutkan bibir. Berikan resistensi pada bibir detik (Puspitaningrum, 2022).
bagian atas dan bawah pasien ke arah lateral
Massage

Persiapan pasien dan terapis


Pasien diposisikan tidur patrisage Gerakan ini dilakukan
terlentang. Terpis duduk pada
kursi di sebelah kranial pasien. dengan cara memeras dan
mengangkat, letakkan jempol di pipi
Penatalaksanaan
lalu tiga jari tengah memijat dari dagu
effleurage secara gentle dengan arah gerakan
lalu peras dan angkat, hal ini bertujuan
dari dahi ke telinga, dari pipi ketelinga, serta
mengalami kakuan serta agar tidak
dari dagu ke telinga dilakukan 3 kali
terjadi perlengketan jaringan, lakukan
pengulangan, bertujuan untuk menimbulkan
rangsangan pada otot wajah, lakukan pada pada sisi yang sehat
kedua sisi wajah pasien.
● finger kneading dengan ● tapping dengan jari-jari
jari-jari dengan yang dilakukan dari dahi
memberikan tekanan dan ke telinga, dari pipi
gerakan melingkar keteinga, serta dari dagu
dengan arah menuju ketelinga. Lakukan 3 kali
telinga dilakukan pengulangan tiap masing-
sebanyak 3 kali masing gerakan. Masing
pengulangan, bertujuan masing gerakan dilakukan
untuk memperlancar dalam waktu 8 kali
sirkulasi pada aliran pengulangan, bertujuan
darah. Lakukan pada untuk stimulasi otot-otot
kedua sisi. wajah, lakukan pada sisi
yang lesi (wajah sisi kiri).
EVALUASI
Evaluasi nilai kekuatan otot dengan MMT
NO NAMA OTOT FUGSI T0 T1 T2 T3
1 M.Frontalis Mengangkat alis 1 1 1 3
2 M.Corrugator supercili Mendekatkan kedua pangkal alis 0 0 1 1

3 M.Procerus Mengkerutkan kulit antara kedua alis 0 0 0 1

4 M.Orbicularis oculli Menutup kelompok mata 3 3 3 5

5 M.Nasalis Mengembangkan cuping hidung 3 3 3 3

• 6 Evaluasi nilaianguli
M. Depresor kekuatan otot Menarik
denganujung
MMTmulut kebawah 1 1 1 3

7 M. Zigomaticus Tersenyum 1 1 3 3

8 M. Orbicularis oris Bersiul 1 1 1 1

9 M. Buccinator Meniup sambil menutup mulut 1 1 1 1

10 M. Mentalis Mengangkat dagu 1 1 1 3


11 M. Platysma Merengangkan kulit leher 1 1 1 3
Evaluasi kemampuan fungsional wajah dengan skala Ugo Fisch

Posisi T0 T1 T2 T3
Diam 14 14 14 21
Megerutkan dahi 0 0 0 3
Menutup mata 9 9 9 9
Tersenyum 9 9 9 14
Bersiul 3 3 3 7
Total = 35 35 35 54
Interpretasi Kelumpuhan Kelumpuhan sedang Kelumpuhan sedang Kelumpuhan
sedang berat berat berat sedang
HASIL TERAPI TERAKHIR

Setelah menjalankan terapis sebanyak 4 kali terapis


pasien bernama NY L.A Usia 25 tahun
dengan diagnosa Bell’s palsy dengan hasil
yang didapatkan adanya penurunan rasa
tebal pada wajah, adanya peningkatan
kekuatan otot wajah dan kemampuan
fugsional wajah.

Anda mungkin juga menyukai