Diajukan oleh:
P27226020120
JURUSAN FISIOTERAPI
2022
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS
DEVELOPMENTAL DELAY DENGAN METODE NEURO
DEVELOPMENT TREATMENT (NDT)
Diajukan oleh:
P27226020120
JURUSAN FISIOTERAPI
2022
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS
DEVELOPMENTAL DELAY DENGAN METODE NEURO
DEVELOPMENT TREATMENT (NDT)
Disusun oleh:
P27226020120
Telah disetujui
Pada tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui;
PENDAHULUAN
Pada tumbuh kembang anak terdapat salah satu masalah yang sering
dijumpai yaitu developmental delay. Keterlambatan dalam mencapai tahapan
bahsa, berpikir, dan keterampilan motorik disebut developmental delay atau
keterlambatan tumbuh kembang (Henrichs, 2010).
Seorang anak yang telah lahir akan mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan adalah? Perkembangan adalah? Perkembangan
anak dipengaruhi oleh apa? Oleh karena penting bagi orang tua untuk
memperhatikan hal hal yang dapat mempengaruhi perkembangan anak.
Pengertian global developmental delay?
Faktor faktor yang mempengaruhi developmental delay/
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar berlakang masalah di atas, rumusan masalah yang
penulis ambil adalah bagaimanakah penatalaksanaan fisioterapi pada kasus
developmental delay dengan metode neuro development treatment (NDT)?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui
penatalaksanaan fisioterapi pada kasus developmental delay dengan metode
neuro development treatment (NDT).
D. Manfaat Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut; (1) bagi penulis dapat menambah pengetahuan
tentang penatalaksanaan fisioterapi pada kasus developmental delay dengan
metode neuro development treatment (NDT), (2) bagi mahasiswa fisioterapi
bermanfaat untuk memperluas pengetahuan dibidang pediatri dan dapat
digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan penangan pada kasus
development delay, (3) bagi institusi Poltekkes Kemenkes Surakarta
khususnya jurusan fisioterapi dapat memberikan bahan referensi pengetahuan
untuk mahasiswa maupun dosen yang berkaitan dengan kasus development
delay, (4) bagi masyarakat umum dapat memberikan informasi agar mengerti
bahwa kasus development delay dapat ditangani oleh fisioterapi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. DESKRIPSI KASUS
5. Developmental Delay
a. Definisi
Developmental delay adalah ketinggalan secara signifikan pada
fisik, kemampuan kognitif, perilaku, emosi, atau perkembangan sosial
seorang anak bila dibandingkan dengan anak normal seusianya. Seorang
anak dengan developmental delay akan tertunda dalam mencapai satu atau
lebih perkembangan kemampuannya. Suatu keadaan ditemukannya
keterlambatan yang bermakna lebih atau sama dengan 2 aspek
perkembangan. Keterlambatan yang dimaksud adalah pencapaian
kemampuan tertinggal 2 standar deviasi (SD) dibandingkan dengan
ratarata populasi pada umur yang sesuai. Tumbuh kembang dikatakan
terlambat jika seorang anak tidak mencapai tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang diharapkan pada umur yang semestinya (Salimo dkk,
2013).
b. Patologi
Developmental delay disebabkan karena kurangnya suatu
rangsangan pada anak, rangsangan harus diberikan sedini mungkin dan
sesering mungkin untuk meningkatkan perkembangan anak agar lebih
cepat berkembang dan lebih terarah. Maka suatu rangsangan sangat
penting untuk diberikan kepada anak yang mengalami gangguan
perkembangan seperti keterlambatan perkembangan. Keterlambatan
perkembangan juga bisa disebabkan karena hipotonus otot tubuh dan
gangguan kontrol kepala. Dengan terganggunya kontrol kepala maka akan
berakibat pada gangguan yang selanjutnya, seperti kontrol gerak dan
gangguan kontrol postur.
B. Problematik fisioterapi
1. Impairment
Impairment merupakan gangguan kapasitas fisik yang
berhubungan dengan aktifitas fungsional dasar. Impairment yang biasa
terjadi pada anak DD adalah (1) adanya hipotonus otot, (2) adanya
gangguan kontrol kepala, (3) gangguan kontrol gerakan, dan (4) adanya
refleks yang belum hilang.
2. Functional limitation
Functional limitation merupakan hambatan seorang dalam
melakukan aktifitas fungsional dasar bagi dirinya sendiri. Functional
limitation yang biasa terjadi pada anak developmental delay adalah anak
belum mampu berdiri dan berjalan sesuai dengan usia perkembangannya.
3. Participation restriction
Pariticipation restriction merupakan keterbatasan seseorang dalam
melakukan aktifitas dalam berinterkasi dengan teman-teman di
lingkungan sekitar rumahnya.
C. Teknologi Fisioterapi
3. Mekanisme
A. RENCANA PENGKAJIAN
Tabel 3.1
Indeks Massa Tubuh Normal
Klasifikasi IMT
Berat badan kurang (Underweight) < 18,5
Berat badan normal 18,5 – 22,9
Berat badan berlebih (overweight) 23,0 – 24,9
Obesitas I 25,0 – 29,9
Obesitas II ≥ 30,0
e. Lingkar Kepala.
Pemeriksaan lingkar kepala bertujuan untuk mengetahui
pertumbuhan otak anak, karena pertumbuhan ukuran lingkar kepala
anak umumnya mengkuti pertumbuhan otak. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara berikut ini, (1) siapkan midline, (2) ukur lingkar kepala
anak dengan posisi anak tidur terlentang, (3) lalu diperoleh hasilnya
dalam satuan sentimeter (cm).
3. Pemeriksaan Fisioterapi
Rencana pemeriksaan fisioterapi yang akan dilakukan oleh terapis
adalah (1) anamnesis, (2) kesan awal saat bertemu klien, (3) kemampuan
sensorik, (4) kondisi keseimbangan, (5) kemampuan dan tidak
kemampuan klien, (6) tonus postural, (7) pola postural, (8) pemeriksaan
khusus, (9) pemeriksaan penunjang dan (10) deformitas atau kecacatan.
a. Anamnesis
Anamnesis awal pasien, juga dikenal sebagai riwayat
kesehatan atau riwayat subjektif tidak dapat dipungkiri menjadi
komponen paling penting dalam pemeriksaan pasien—dasar
membentuk rencana pemeriksaan fisik dan intervensi berkelanjutan.
Anamnesis ini bersifat kompleks dan mencakup banyak hal seperti
riwayat kondisi pasien saat ini, riwayat medis sebelumnya, factor
personal dan lingkungan, periksa semua obat yang didapat pasien,
asesmen status fungsional pasien, dan evaluasi tujuan pasien untuk
fisioterapi (Stacie j. fruth , 2014).
Anamnesis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu auto-anamnesis
dan hetero-anamnesis. Pada auto-anamnesis dilakukan jika pasien
memungkinkan untuk dilakukan wawancara, misal orang yang sudah
dewasa atau sudah paham apa yang di rasakan oleh pasien sendiri,
sedangkan hetero-anamnesis dilakukan jika pasien tidak bisa dimintai
keterangan tentang apa yang dikeluhkannya saat ini, sehingga perlu
adanya pihak ketiga misal orang tua atau orang yang paling tahu
tentang keadaan pasien. Keadaan tersebut terjadi jika pasien masih
kecil, orang dengan gangguan kejiwaann atau dengan orang
gangguan pendengaran atau bicara. Anamnesa terdiri dari: keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat prenatal, natal dan
postnatal, riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga, riwayat
imunisasi, riwayat psikososial, dan riwayat tumbuh kembang.
b. Kesan Awal Saat Bertemu Klien
Fisioterapis perlu memahami bagaimana sifat dasar klien/
anak sebelum dilakukannya terapi. Maka fisioterapis harus
melakukan tes pada beberapa aspek yang meliputi: (1) atensi, (2)
emosi, (3) motivasi, (4) problem solving, (5) komunikasi, dan (6)
kognisi.
c. Kemampuan Sensorik
Kemampuan sensorik adalah kemampuan dalam menyerap
informasi dari visual, auditori, penciuman, pengecapan (oral), taktil,
propioceptif dan vestibular. Tujuan pemeriksaan sensorik imi untuk
menentukangangguan sensorik dengan hubungan nya dengangerak
dan sebagia acuan untuk menyusun sasarandan rencana tindakan.
d. Kondisi Keseimbangan
Kondisi keseimbangan adalah kemampuan untuk
mempertahankan tubuh ketika di tempatkan diberbagai posisi
terutama pada saat posisi tegak. Terdapat dua pemeriksaan
keseimbangan yaitu keseimbangan statik dan dinamis. Pemeriksaan
keseimbangan statik merupakan kemampuan tubuh untuk menjaga
keseimbangan pada posisi tetap atau tidak melakukan aktivitas.
Pemeriksaan keseimbangan dinamik dilakukan dengan melihat
keseimbangan pasien saat melakukan aktivitas apakah sering terjatuh
atau tidak.
e. Kemampuan dan tidak kemampuan klien
Pemeriksaan kemampuan menggunakan DDST untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan anak sehingga terapis dapat
menentukan fase mana yang akan dibenahi setelah mengetahui
keterlambatanya. Denver Development Screening Test (DDST)
merupakan salah satu alat ukur ata screening pada kasus kelainan
dalam tumbuh kembang anak. Pemeriksaan dengan DDST
bertujuan untuk mendeteksi kemampua anak dalam keterlambatan
bahasa mengganti item yang sulit ditemukan dan mengganti
masalah lain yang sudah tercantum di dalamnya. Terdapat 4 aspek
di dalamnya, yaitu perilaku sosial, gerakan motorik halus (fine
motor), bahasa, dan gerakan motorik kasar (gross motor) (Adnan
Faris Naufal, ).
ddst
f. Tonus postural
Tonus postural diperiksa dengan 3 macam yaitu: (1) reaksi
tarikan dengan posisi pasien tidur terlentang kemudian terapis
meletakkan jari telunjuknya pada telapak tangan pasien maka
responnya dengan refleks menggenggam, kemudian pasien akan
menarik tangan terapis hingga ke posisi duduk serta kepala mengikuti
tegak, hasil pemeriksaan pasien memposisikan kepala tidak tertinggal
jauh tetapi siku dan lutut tetap ekstensi selama tarikan, (2) palpasi
dengan tiga jari pada otot-otot ekstremitas atas, perut, pungung dan
ekstremitas bawah. Hasil pemeriksaan tonus postural yaitu tonus
dalam batas normal.
g. Pola postural
Pola postural dinilai dari pemeriksaan dengan metode
pengamatan atau observasi menggunakan panca indera untuk
mendeteksi masalah kesehatan pasien. Pemeriksaan dilakukan pada
beberapa posisi dan gerak yaitu: (1) posisi terlentang mampu
mengangkat kepala, bahu, pelvis tampak simetri, (2) posisi tengkurap
kepala, bahu, pelvis tampak simetris, kontrol kepala bagus mampu
mengangkat kepala 90◦, (3) saat berguling dengan bantuan lengan
dan rotasi trunk, serta dapat kembali keposisi semula, (4) posisi ke
duduk sudah mampu duduk dari posisi tengkurap maupun terlentang,
(5) saat posisi duduk sudah mampu duduk tegak, (6) sudah mampu
merangkak dan ngesot, (7) belum mampu berdiri secara mandiri,
harus dengan bantuan, (8) ke posisi berdiri belum mampu secara
mandiri, harus dengan bantuan dan (9) berjalan belum mampu secara
mandiri, harus dengan bantuan.
h. Pemeriksaan khusus
Rencana pemeriksaan khusus yang akan dilakukan penulis
adalah pemeriksaan reflek dan pemeriksaan kekuatan otot dengan
XOTR.
1) Pemeriksaan Reflek Primitif
a) Reflek Flexion Withdrawl
Pemeriksaaan refleks flexion withdrawl dilakukan
dengan cara terapis memposisikan pasien tidur terlentang
diatas matras dan terapis memberikan stimulasi pada telapak
kaki pasien dengan menggelitik atau dengan yang lain.
Reflek positif jikatungkaiyang diberi stimulasi fleksi. Reflek
ini ada sampai bayi berusia ± 2 bulan.
b) Refleks Extensor Trust
Pemeriksaan refleks blinking dilakukan dengan cara
terapis memposisikan anak tidur telentang di atas matras
dangan kepala mid posisi,satu tungkai fleksi dan satu
tungkai ekstensi. Terapis memberikan stimulasi dengan cara
menggelitik pada telapak kaki yang fleksi, respon positif jika
tungkai yang diberikan stimulasi menjadi ekstensi. Reflek
ini ada sampai bayi berusia ± 2 bulan.
i. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang mencakup data-data media yang
mampu menggambarkan tentang tingkat keparahan kondisi anak
sehingga diharapkan dapat membantu dalam penentuan tindakan
terapi. Data penunjang misalnya CT Scan, MRI, BERA, ECG, EEG
dan lain-lain. Hasil yang didapatkan bahwa anak tidak melakukan
pemeriksaan penunjang seperti yang dijelaskan diatas.
j. Pemeriksaan Deformitas atau Kecacatan