Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

PENGARUH PEMBERIAN NDT DAN MASSAGE TERHADAP

PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL ANAK DENGAN

GLOBAL DELAY DEVELOPMENT (GDD)

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Stase Pediatri di YPAC Surakarta

Disusun oleh:

1. Aulia Nadhila Cahyaningrum (P27226019156)

2. Dian Andini Puspitaningrum (P27226019159)

3. Opie Elma Tediana (P27226019181)

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV JURUSAN FISIOTERAPI

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

2022
MAKALAH

PENGARUH PEMBERIAN NDT DAN MASSAGE TERHADAP

PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL ANAK DENGAN

GLOBAL DELAY DEVELOPMENT (GDD)

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Stase Pediatri di YPAC Surakarta

Disusun oleh:

1. Aulia Nadhila Cahyaningrum (P27226019156)

2. Dian Andini Puspitaningrum (P27226019159)

3. Opie Elma Tediana (P27226019181)

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV JURUSAN FISIOTERAPI

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

2022

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………......…………... i


Daftar Isi ………………………………………………………..………….…….. ii
Daftar Gambar ……………………………………………......…………...….…. iii
Daftar Tabel ……………..………………………………………………..…...… iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………..………………………………………...……... 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………...… 3
C. Tujuan Penulisan .…………………………………………..…………….. 3
D. Manfaat Penulisan .…………………………………..…………………… 3
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Kasus………………….……………………………………….. 5
B. Problematika Fisioterapi…………………....……………………..…….. 15
C. Intervensi Fisioterapi ……….…………………………………..………. 16
D. Alat Ukur ……………………………………………..…………...……. 18

BAB III STATUS KLINIS ……………………………………………………… 23

BAB IV PEMBAHASAN
A. Kesimpulan …………………………………...………………………… 36
B. Saran ………………………..…………………………………………... 36

DAFTAR PUSTAKA ……………...…………………………………………… 37

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 DDST …………………………………...………………..…..…… 20

Gambar 2.2 GMFCS ……………………………………………………..…….. 22

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Etiologi GDD ……………...…………………………..…......…..…... 11

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan pada manusia secara berurutan akan

terjadi dimulai dari bayi, masa anak-anak, masa remaja, masa dewasa, hingga masa

tua atau manula. Pada anak pertumbuhan dan perkembangan adalah hal yang

penting untuk diperhatikan. Pertumbuhan menyangkut hal seperti peningkatan

ukuran tubuh dan struktur biologis yang berkaitan dengan kuantitas, sedangkan

perkembangan adalah proses yang mengambarkan perilaku kehidupan sosial dan

psikologis manusia dalam kehidupan sosial yang lebih kompleks (Ikalor, 2013).

Setiap anak memiliki masa-masa pertumbuhan dan perkembangan dengan

ciri khas tersendiri dan kecepatan pencapaian setiap anak berbeda. Sekitar 5-10%

anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan. Data angka kejadian

keterlambatan perkembangan umum belum diketahui dengan pasti, namun

diperkirakan sekitar 1-3% anak di bawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan

perkembangan umum (IDAI, 2013). Tiga tahun pertama usia anak merupakan

periode emas atau masa kritis untuk optimalisasi proses tumbuh kembang. Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya keterlambatan perkembangan anak

diantaranya ada faktor internal meliputi faktor keturunan dan faktor kondisi pasien,

selain itu ada faktor eksternal meliputi kelahiran, gizi dan psikologis (Mahendra,

2015).

1
2

Global delay development (GDD) adalah salah satu gangguan

perkembangan yang dapat dialami oleh anak. Gangguan ini ditandai dengan

keterlambatan dalam dua atau lebih domain perkembangan. Global delay

development (GDD) dihubungkan dengan kemungkinan adanya retardasi mental

di kemudian hari. Istilah Global delay development (GDD) ditujukan untuk anak

usia dibawah 5 tahun dan retardasi mental ditujukan pada anak yang berumur lebih

tua setelah adanya pemeriksaan IQ yang lebih valid (Hudaya P, 2014).

Untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pada perkembangan anak perlu

dilakukan skrining. Beberapa hal yang dinilai pada tahap skrining perkembangan

anak antara lain, motorik kasar, motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa, dan

juga sosialisasi dan kemandirian. American Academy of Pediatrics

merekomendasikan skrining perkembangan dilakukan minimal pada usia 9, 18 dan

30 bulan. Selanjutnya pada usia 3-4 tahun, 5 dan 8 tahun (Hudaya, 2014).

Fisioterapi pada kasus keterlambatan anak dapat berperan dalam

meningkatkan kemampuan fungsional agar anak mampu hidup mandiri sehingga

dapat mengurangi ketergantungan terhadap orang lain (Shapherd, 1995). Fisioterapi

dapat melakukan intervensi berupa terapi latihan dalam bentuk play exercise untuk

dapat meningkatkan kemampuan fungsional anak (Mahendra, 2015). Selain itu

intervensi fisioterapi berupa NDT dalam bentuk stimulasi dan fasilitasi dan juga

massage dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pasien delay

development (Hwan lee et al, 2017 dan Purwasih et al, 2018).


3

Dengan mengetahui dan memahami dengan baik tentang tumbuh kembang

anak, orang tua dapat dengan mudah untuk mengetahui adanya keterlambatan pada

anaknya, sehingga keterlambatan tersebut dapat segera ditangani. Semakin cepat

penanganan yang dilakukan, maka akan dapat memperkecil potensi keterlambatan

yang lebih besar atau kompleks.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pemberian NDT dapat berpengaruh dalam peningkatan fungsional

pada kasus global delay development (GDD)?

2. Apakah pemberian Massage dapat berpengaruh dalam peningkatan

fungsional pada kasus global delay development (GDD)?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian NDT dalam peningkatan fungsional

pada kasus global delay development (GDD).

2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian Massage dalam peningkatan

fungsional pada kasus global delay development (GDD).

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Institusi

Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk menambahan

pengetahuan dan dapat berguna sebagai referensi untuk mengembangkan

sumber pustaka terutama dalam kasus pelaksanaan fisioterapi pada anak

dengan gangguan global delay development (GDD).


4

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat terutama

para orang tua terkait dengan kasus fisioterapi pada anak dengan gangguan

global delay development (GDD) dan penanganan yang sesuai untuk kasus

tersebut.

3. Bagi Penulis

Diharapkan penulis dapat menambah wawasan dan lebih memahami

tentang kasus pelaksanaan fisioterapi pada anak dengan gangguan global

delay development (GDD), serta penanganan yang sesuai untuk kasus

tersebut.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Kasus

1. Pengertian

Global delay development (GDD) ialah kecacatan perkembangan dalam arti

terdapat adanya penundaan yang signifikan pada dua/lebih domain perkembangan

antara lain : personal sosial, gross motor (motorik kasar), fine motor (motorik

halus), bahasa, kognitif dan aktivitas sehari-hari. Global delay development (GDD)

menjadi faktor utama dari sebagian besar neurodevelopmental disorder. Pada anak

dengan global delay development (GDD) umumnya terjadi pada umur dibawah 5

tahun (Van et al., 2017).

Global delay development (GDD) adalah manifestasi dari berbagai kelainan

neurodevelopmental (mulai dari disabilitas belajar hingga kelainan neuromuscular).

Penyebab yang dapat memicu terjadinya GDD adalah faktor yang diperoleh karena

suatu penyebab antara lain :

a. Penyabab saat Prenatal / Perinatal :

1) Terpapar teratogens atau racun

2) Asfiksia intrapartum

3) Prematur

4) Infeksi kongenital

5) Kongenital hipotiroidisme

6) Trauma saat kelahiran

5
6

7) Hemoragic intracranial

b. Penyebab saat Postnatal :

1) Infeksi (meningitis, ensefalitis)

2) Trauma otak

3) Penyebab dari lingkungan, misalnya kurangnya nutrisi (Pediatric

Clerkship – University of Chicago, 2012).

Penyebab lain global development delay antara lain genetik atau sindromik,

metabolik, endokrin, trauma, penyebab dari lingkungan, malformasi serebral,

cerebral palsy, infeksi, dan toxin (Walters, 2010). Salah satu penyebab GDD pada

beberapa kasus yaitu akibat infeksi seperti virus rubella. Pada ibu yang telah

terinfeksi virus rubella, maka virus ini akan terbawa oleh aliran darah ibu. Virus

akan menginfeksi janin yang berada dalam kandungan ibu melewati tali pusat janin.

Virus yang berhasil menembus dinding penghalang plasenta, maka dipastikan janin

akan terinfeksi. Beberapa kemungkinan seperti keguguran dan immaturasi otak

yang menyebabkan gangguan lain. Jangka waktunya kurang lebih 5 hari setelah

konsepsi (Ramadhan, 2012).

2. Tumbuh kembang anak

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam ukuran baik

besar, jumlah, atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu. Perkembangan

lebih menitikberatkan pada aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ

ataupun individu, termasuk pula perubahan pada aspek sosial atau emosional akibat

pengaruh lingkungan.
7

Dengan demikian proses pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek

fisis sedangkan proses perkembangan berkaitan dengan fungsi pematangan

intelektual dan emosional organ atau individu. Jenis-jenis tumbuh kembang anak

yaitu:

a. Tumbuh kembang fisis

Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam ukuaran besar dan

fungsi organisme atau individu. Perubahan fungsi ini bervariasi dari fungsi

tingkat molekular yang sederhana seperti aktivasi enzim terhadap

diferensiasi sel, sampai kepada psoses metabolisme yang kompleks dan

perubahan bentuk fisis pada masa pubertas dan remaja.

b. Tumbuh kembang intelektual

Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian

berkomunikasi dan kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan

simbolik, seperti berbicara, bermain, berhitung atau membaca.

c. Tumbuh kembang emosional

Proses tumbuh kembang emosional bergantung kepada kemampuan

bayi untuk membentuk ikatan batin, kemampuan untuk bercinta dan

berkasih sayang, kemampuan untuk menangani kegelisahan akibat suatu

frustasi dan kemampuan untuk rangsangan agresif.

3. Tahap tumbuh kembang

Tahap tumbuh kembang anak secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu:
8

a. Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terdiri atas masa prenatal mulai

masa embrio (mulai konsepsi sampai 8 minggu) dan masa fetus (9 minggu

sampai lahir), serta masa pascanatal mulai dari masa neonates (0-28 hari),

masa bayi (29 hari – 1 tahun), masa anak (1-2 tahun), masa prasekolah (3-6

tahun).

b. Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun keatas, terdiri atas masa sekolah (6-12

tahun) dan masa remaja (12-18 tahun).

4. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang merupakan hasil interaksi

sebagai faktor yang saling bekaitan, yang pada dasarnya dapat diklasifikasikan

dalam 3 kelompok yaitu :

a. Faktor Genetik

Faktor genetik ini merupakan modal dasar dalam mencapai hasil

akhir proses tumbuh kembang. Potensi genetik yang bermutu hendaknya

dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil

yang optimal. Adapun yang termasuk dalam faktor genetik diantaranya

adalah faktor bawaan yang normal atau patoloigik, jenis kelamin, suku

bangsa atau bangsa.

b. Faktor Lingkungan

Berbagai keadaan lingkungan yang berpengaruh terhadap tumbuh

kembang anak lazim digolongkan menjadi lingkungan biopsikosial, yang

diadalamnya tercakup komponen biologis (fisis), psikologis, ekonomi,

sosial, politik dan budaya.


9

c. Faktor Perilaku

Keadaan perilaku akan mempengaruhi pola tumbuh kembang anak.

Perilaku yang sudah tertanam pada masa anak akan terbawa dalam masa

kehidupan selanjutnya. Belajar sebagai aspek utama aktualisasi, merupakan

proses pendidikan yang dapat mengubah dan membentuk perilaku anak.

Dorongan kuat untuk perubahan perilaku dapat diartikan positif atau

negative, bergantung kepada apakah sifat dorongan tersebut merupakan

pengalaman yang baik, menyenangkan, menggembirakan atau sebaliknya.

Perubahan perilaku dan bentuk perilaku yang terjadi akibat pengaruh

berbagai faktor lingkungan akan mempunyai dampak luas terhadap

sosialisasi dan disiplin anak.

5. Epidemiologi

Prevalensi Keterlambatan Perkembangan Global sekitar 5-10% pada anak

di seluruh dunia, sedangkan di Amerika Serikat angka kejadian KPG

diperkirakan 1%-3% dari anak-anak berumur <5 tahun. Penelitian oleh Suwarba

dkk. di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta mendapatkan prevalensi Keterlambatan

Perkembangan Global adalah 2,3%. Etiologi Keterlambatan Perkembangan Global

sangat bervariasi, sekitar 80% akibat sindrom genetik atau abnormalitas kromosom,

asfiksia perinatal, disgenesis serebral dan deprivasi psikososial sedangkan 20%nya

belum diketahui. Sekitar 42% dari etiologi keterlambatan perkembangan global

dapat dicegah seperti paparan toksin, deprivasi psikososial dan infeksi intrauterin,

serta asfiksia perinatal.


10

Menurut penelitian Deborah M dkk. prevalensi Keterlambatan

Perkembangan Global di Poliklinik Anak RSUP Sanglah adalah 1,8% dan sering

ditemukan pada anak berumur lebih dari 12 bulan (67%). Rasio laki-laki dan

perempuan hampir sama 1:1,12. Keluhan terbanyak adalah belum bisa berbicara

pada 16 (24%), belum bisa berbicara danberjalan pada 14 (21%), serta belum

bisa berjalan pada 12 (18%) pasien. Didapatkan 20% BBLR dan BBLSR, ibu

berpendidikan menengah ditemukan pada 68% kasus. Karakteristik klinis

didapatkan 30% gizi kurang, 29% mikrosefali, 20% dicurigai suatu sindrom.

Evaluasi perkembangan menunjukkan 40 (60%) terlambat pada seluruh sektor

perkembangan. Etiologi ditemukan pada 61% dengan penyebab terbanyak adalah

kelainan majemuk, hipotiroid, disgenesis cerebral, cerebral palsy.

6. Etiologi

Global delay development (GDD) dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya

yaitu :

a. Prenatal (selama kehamilan)

Kelainan bawaan seperti down syndrome, ibu merokok/konsumsi alkohol

saat hamil, atau infeksi virus saat kehamilan

b. Natal (saat proses melahirkan)

Anak lahir prematur, berat badan lahir rendah, anak mengalami gangguan

pernapasan saat lahir


11

c. Post Natal (setelah lahir)

Cedera atau benturan pada kepala, kejang, infeksi virus dan penyebab lain

seperti kurangnya stimulasi, malnutrisi, atau pola pengasuhan yang salah.

Global delay development (GDD) dapat merupakan manifestasi yang

muncul dari berbagai kelainan neurodevelopmental, mulai dari disabilitas belajar

hingga kelainan neuromuskular. Tabel berikut memberikan pendekatan beberapa

etiologi Global delay development (GDD) :

Kategori Penjelasan

Genetik atau Sindromik ‒ Sindrom yang mudah


Teridentifikasi dalam 20% dari diidentifikasi, misalnya Sindrom
mereka Down.
yang tanpa tanda-tanda neurologis, ‒ Penyebab genetik yang tidak
kelainan dismorfik, atau riwayat terlalu jelas pada awal masa kanak-
keluarga. kanak, misalnya Sindrom Fragile
X, Sindrom Velo-cardio-facial
(delesi 22q11), Sindrom
Angelman, Sindrom Soto,
Sindrom Rett, fenilketonuria
maternal, mukopolisakaridosis,
distrofi muskularis tipe Duchenne,
tuberus sklerosis, neuro
fibromatosis tipe 1, dan delesi
subtelomerik.

Metabolik Skrining universal secara nasional


Teridentifikasi dalam 1% dari neonatus untuk fenilketonuria (PKU) dan
mereka defisiensi acyl-Co A Dehidrogenase rantai
yang tanpa tanda-tanda neurologis, sedang. Misalnya, kelainan siklus/daur
kelainan dismorfik, atau riwayat urea.
keluarga

Endokrin Terdapat skrining universal neonatus


untuk hipotiroidisme kongenital

Traumatik Cedera otak yang didapat, misalnya


karena benturan
12

Penyebab dari lingkungan ‒ Anak-anak memerlukan


kebutuhan dasarnya seperti
makanan, pakaian, kehangatan,
cinta, dan stimulasi untuk dapat
berkembang secara normal.
‒ Anak-anak tanpa perhatian, diasuh
dengan kekerasan, penuh
ketakutan, dibawah stimulasi
lingkungan mungkin tidak
menunjukkan perkembangan yang
normal.
‒ Ini mungkin merupakan faktor
yang berkontribusi dan ada
bersamaan dengan patologi lain
dan merupakan kondisi yaitu
ketika kebutuhan anak diluar
kapasitas orangtua untuk dapat
menyediakan/ memenuhinya.

Malformasi serebral Misalnya, kelainan migrasi neuron

Cerebral palsy dan Kelainan Kelainan motorik dapat mengganggu


Perkembangan Koordinasi perkembangan secara umum.
(Dispraksia)

Infeksi ‒ Perinatal, misalnya Rubella, CMV,


HIV
‒ Meningitis neonatal

Toksin ‒ Fetus: Alkohol maternal atau obat-


obatan saat masa kehamilan
‒ Anak: Keracunan timbal

Tabel 2.1 Etiologi GDD

7. Patofisiologi

Keterlambatan perkembangan motorik anak diartikan sebagai

keterlambatan perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak

tubuh, dan perkembangan tersebut erat kaitannya dengan perkembangan pusat


13

motorik anak. Perkembangan pengendalian gerakan tubuh meliputi kegiatan yang

terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Keterlambatan

perkembangan gerakan motorik anak dapat dibagi menjadi dua yaitu motorik kasar

dan motorik halus. Motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan

pergerakan dan sikap tubuh dan biasanya memerlukan tenaga, karena dilakukan

oleh otot-otot tubuh yang besar. Contohnya menegakkan kepala, tengkurap,

merangkak, berjalan, berlari dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah

gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otototot

kecil, tetapi diperlukan koordinasi yang cermat, contohnya memegang benda kecil

dengan jari telunjuk dan ibu jari, memasukan benda kedalam botol, menggambar

(Khan & Underhill, 2006).

8. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala pada kasus global delay development (GDD) adalah

sebagai berikut.

a. Tanda bahaya motorik kasar

Tanda bahaya pada motorik kasar adalah : (1) gerakan yang asimetris atau

tidak seimbang misalnya antara anggota tubuhbagian kiri dan kanan. (2)

menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih

dari usia 6 bulan, (3) hiper / hipotonia atau gangguan tonus otot, (4) hiper /

hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh dan (5) adanya gerakan yang

tidak terkontrol
14

b. Tanda bahaya gangguan motor halus

Tanda bahaya gangguan motor halus adalah : (1) bayi masih menggenggam

setelah usia 4 bulan, (2) adanya dominasi satu tangan (handedness) sebelum

usia 1 tahun, (3) eksplorasi oral (seperti memasukkan mainan ke dalam

mulut) masih sangatdominan setelah usia 14 bulan, (4) perhatian

penglihatan yang inkonsisten

c. Tanda bahaya gangguan bicara dan bahasa (ekspresif)

Tanda dan bahaya gangguan bicara dan bahasa (ekspresif) : (1) Kurangnya

kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap suatu

benda pada usia 20 bulan, (2) ketidakmampuan membuat frase yang

bermakna setelah 24 bulan dan (3) orang tua masih tidak mengerti perkataan

anak pada usia 30 bulan.

d. Tanda bahaya gangguan bicara dan bahasa (reseptif)

Tanda dan bahaya gangguan bicara dan bahasa (reseptif) : (1) Perhatian

atau respons yang tidak konsisten terhadap suara atau

bunyi,misalnya saat dipanggil tidak selalu member respons, (2) Kurangnya

kemampuan berbagi perhatian atau ketertarikan mdengan orang lain pada

usia 20 bulan dan (3) Sering mengulang ucapan orang lain (membeo) setelah

usia 30 bulan.

e. Tanda bahaya gangguan sosio-emosional

Tanda bahaya gangguan sosio-emosional : (1) usia 6 bulan: jarang senyum

atau ekspresi kesenangan lain, (2) usia 9 bulan: kurang bersuara dan

menunjukkan ekspresi wajah, (3) usia 12 bulan: tidak merespon panggilan


15

namanya, (4) usia 15 bulan: belum ada kata, (5) usia 18 bulan: tidak bisa

bermain pura-pura, (6) usia 24 bulan: belum ada gabungan 2 kata yang

berarti dan (7) Segala usia: tidak adanya babbling, bicara dan kemampuan

bersosialisasi /interaksi.

f. Tanda bahaya gangguan kognitif

Tanda bahaya gangguan kognitif : (1) usia 2 bulan: kurangnya fixation. (2)

usia 4 bulan: kurangnya kemampuan mata mengikuti gerak benda, (3) usia

6 bulan: belum berespons atau mencari sumber suara, (4) usia 9 bulan:

belum babbling seperti ‘mama’, ‘baba’, (5) usia 24 bulan: belum ada kata

berarti dan (6) usia 36 bulan: belum dapat merangkai 3 kata.

B. Problematika Fisioterapi

1. Impairment

Impairment pada kasus global delayed development (GDD)

diantara adalah: (1) Adanya kelemahan otot pada ekstermitas bawah anak.

(2) Adanya gangguan keseimbangan pada anak. (3) Adanya keterbatasan

dalam kemampuan fungsional berdiri dan berjalan. (4) Adanya gangguan

dalam perkembangan dan 5) Adanya gangguan sensorik pada anak.

2. Functional limitation

Pasien kesulitan dalam kegitan fungsional diusianya sekarang

adalah belum mampunya berdiri secara mandiri dan berjalan masih

kesulitan.
16

3. Participant retriction

Pasien kesulitan dalam bersosialisasi dengan teman sebayanya, dan

juga sulit dalam mengikuti bermain.

C. Intervensi Fisioterapi

Intervensi yang dapat diberikan pada kasus global delay development

(GDD), yaitu :

1. Neuro Developmental Treatment (NDT) atau Bobath

Neuro Developmental Treatment (NDT) merupakan salah satu pendekatan

yang paling umum digunakan untuk intervensi anak-anak dengan gangguan

perkembangan yang diciptakan oleh Dr. Karel Bobath dan Mrs. Berta Bobath.

Tujuan diberikan Neuro Developmental Treatment (NDT) untuk mengevaluasikan

efektivitas saraf pada fungsi motorik kasar pada anak – anak yang memiliki

keterlambatan perkembangan (Hwan lee, et al, 2017).

Tahap Dasar Latihan Bobath dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu :

a. Latihan mengontrol kepala dan tangan

Latihan mengontrol kepala dan tangan sangat penting sebagai tahap

awal dari latihan selanjutnya. Mengangkat dan menahan kepala serta badan

melalui penumpuan tangan berguna untuk persiapan berguling, merangkak

dan duduk.
17

b. Latihan mengontrol badan untuk duduk

Pada tahap ini, anak diajarkan untuk mempertahankan badannya

tetap tegak sewaktu ia bergerak bersandar pada tangannya. Posisi duduk

akan membuat anak mampu melihat kedua tangannya dan

mempergunakannya. Tujuan latihan pada tahap ini yaitu agar anak dapat

beraktivitas ke segala arah pada saat duduk, mempersiapkan diri untuk

berdiri dan jongkok dari posisi duduk, dan beraktivitas dari posisi duduk ke

merangkak.

c. Latihan untuk mengontrol tungkai untuk berdiri dan berjalan

Tujuan yang ingin dicapai pada tahap ini yaitu agar anak dapat

mempersiapkan tungkainya dari duduk berlutut untuk selanjutnya berdiri.

Teknik stimulasi dilakukan dengan cara posisi pasien duduk atau berdiri,

terapis memberikan penekanan pada knee dan ankle pasien. Teknik

dilakukan dengan diberikan fasilitasi duduk dengan cara posisi pasien

duduk di atas bola atau guling bobath, fiksasi pada pelvic, dorong pelvic ke

depan dan ke belakang. Pasien diinstruksikan atau digerakan mengikuti

gerakan terapis ke depan dan ke belakang.

Fasilitasi berdiri dilakukan dengan cara posisikan pasien di depan bola

bobath atau kursi, terapis fiksasi pada pelvic, dorong pelvic ke anterior dan

posterior agar merangsang anak untuk berdiri. Terakhir fasilitasi berjalan

parallel bar, key point of control berada pada shoulder dan pelvic. Ajarkan

pasien berjalan dengan benar (tangan kanan maju, di ikuti kaki kiri dan
18

sebaliknya) dan selalu mengontrol posisi berjalan pasien, dilakukan sebanyak

3 kali pengulangan (Purwasih et al., 2020) .

2. Massage

Massage merupakan intervensi pijatan yang dapat meningkatkan kesehatan

dan kesejahteraan anak – anak yang bertujuan untuk perkembangan motorik dan

memberikan stimulasi lewat sentuhan untuk meningkatkan sensitivitas sensorik.

Massage dilakukan dengan cara posisi pasien tidur terlentang atau senyaman

pasien. Area yang diterapi bebas dari pakaian. Gerakan memijatnya menuju ke arah

jantung, di mulai dari lower extremities, abdomen, chest, upper extremities, face

dan back (Purwasih et al., 2020)

Karena pasien yang mengalami kondisi GDD adalah anak-anak, intervensi

diatas bisa kita kombinasikan dengan bermain (play exercise) agar anak tidak jenuh

saat menjalani sesi terapi. Selain itu, jangan lupa beri pujian atau reward saat pasien

mampu melakukan latihan sesuai dengan instruksi.

D. Alat Ukur

1. Children,s Memorial Hospital USA (XOTR)

Children’s Memorial Hospital USA (XOTR) merupakan alat ukur yang

dapat digunakan untuk mengukur kekuatan otot pada anak. Pemeriksaan kekuatan

otot dilakukan sesuai kriteria penilaian Childern’s Memorial Hospital Chicago

USA sebagai berikut:

X : kekuatan normal, terjadi kontraksi dan adanya gerakan cukup kuat


19

O : nol, tidak terjadi kontraksi

T : trace, terjadi kontraksi namun tidak ada gerakan

R : reflek, terjadi gerakan yang merupakan gerakan reflek (Griya et al., 2017).

2. Denver Development Screening Test (DDST)

Denver Developmental Screening Test (DDST) adalah alat ukur yang

digunakan dengan tujuan untuk mendeteksi dini adanya developmental problem.

Alat ukur ini indikasi digunakan untuk anak umur 4 minngu sampai 6 tahun.

Pemeriksaan dilakukan di 4 sektor yaitu, gross motor, fine motor, bahasa dan

personal social (Wahyono, 2021).


20

Gambar 2.1 DDST (Wahyono, 2021)


21

3. Gross Motor Function Classification System (GMFCS)

Gross Motor Function Classification System (GMFCS) adalah sistem klasifikasi 5

tingkat yang memberikan gambaran terkait fungsi motorik kasar anak dengan

kemampuan gerak serta berfungsi sebagai pedoman untuk menciptakan dan

memelihara kondisi anak dalam skala Gross Motor Function Classification System

(GMFCS). Terdapat 5 level Gross Motor Function Classification System (GMFCS)

yang kini sudah diketahui. Perbedaan antar level didasarkan pada kemampuan

fungsional, kebutuhan akan teknologi pendukung, termasuk perangkat mobilitas

genggam (alat bantu jalan, kruk, atau tongkat) atau mobilitas beroda dan kualitas

gerakan. Semakin meningkat levelnya, semakin turun mobilitasnya (Markom,

2020).
22

Gambar 2.2 GMFCS (Peterson et al., 2016)


23

BAB III

STATUS KLINIS FT PEDIATRI

No.MR : 10.750

I. Identitas Pasien
Nama : Isvara Janetra Cahya P.A

Tempat/Tgl Lahir : Surakarta, 16 Agustus 2019

Nama Ayah : M. Barokah (38 tahun)

Nama Ibu : Murti Cahyani (30 tahun)

Alamat : Bonorejo RT.03/RW.17 Nusukan, Solo, Jawa Tengah

No Hp : 081226043693

Diagnosis Medis : Global Delay Development

II. Pemeriksaan Umum


a. Suhu tubuh : 36,10c
b. Tekanan darah : -
c. Denyut nadi : 92x/menit
d. Pernafasan : 20x/menit
e. Status Gizi : baik (normal) BB/TB : 17kg/ 98cm
f. Lingkar Kepala : 47 cm

III. Pemeriksaan Fisioterapi


a. Anamnesis :
Keluhan Utama
Orang tua pasien mengeluh bahwa anak belum mampu berdiri dan
berjalan secara mandiri diusia 3 tahun.

23
24

RPS (Riwayat Penyakit Sekarang)


Anak belum mampu berdiri dan berjalan secara mandiri/masih
memerlukan bantuan orang lain dan alat bantu untuk merambat berjalan,
dikarenakan anak pada saat masih bayi sempat panas dan juga mengalami
kuning karna anak kebanyakan tidur, sehingga dirawat di RS selama
kurang lebih 2 minggu
- Riwayat PreNatal
Pada waktu hamil ibu tidak memiliki riwayat hipertensi, pada usia 3
bulan ibu jatuh dari motor namun kandungan tidak apa-apa, ketika usia
kandungan 6 bulan posisi bayi sung sang, namun ketika dibenahi posisi
bayinya ibu mengalami flek.
- Natal
Pasien lahir premature pada usia kandungan 8,5 bulan, premature
disebabkan di picu oleh ketuban pecah dini. Setelah ketuban pecah dini
langsung dilahirkan lahir dengan persalinan normal, anak langsung
menangis dan dengan berat badan lahir 2,5kg.
- PostNatal
Anak sempat dirawat di RS setelah lima hari kelahiran karena anak
mengalami kuning dan dirawat selama 1minggu.
RPD (Riwayat Penyakit Dahulu)
Pasien mempunyai riwayat kuning saat lahir dan dirawat di RS
selama 2 minggu
RPK(Riwayat Penyakit Keluarga)
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
karena bukan penyakit herediter/familial.
Riwayat Imunisasi
Anak sudah mendapatkan imunasasi lengkap sampai umur 9 bulan
yaitu
imunisasi HB-0, BCG, IPV 1, DPT-HB-Hib1, IPV2, DPT-HB-Hib2, IPV
3, DPTHB-Hib3, dan MR.

24
25

Riwayat Psikososial
Anak tinggal dan dirawat oleh orang tua . Anak senang saat
bertemu orang baru, belum mampu beradaptasi dengan lingkungan baru
dan bermain dengan teman sebayanya.
Riwayat Tumbuh Kembang
Anak usia 4-5 bulan belum bisa tengkurap, usia 9-10 bulan mampu
tengkurap namun belum mampu duduk sendiri didudukkan masih
bersandar, usia 11 bulan belum bisa duduk sendiri, duduk belum stabil,
sudah mampu merayap belum mampu merangkak dan berdiri.
b. Kesan awal saat pertama bertemu klien :
Atensi: mampu memperhatikan saat dipanggil, dan memperhatikan
instruksi terapis
Emosi: kurang baik, anak selalu menangis diawal terapi namun tidak
mengeluarkan air mata
Motivasi: baik, anak sangat semangat terapi dan antusias saat mencoba hal
baru.
Problem Solving: mampu melewati rintangan saat terapi dan bermain
Komunikasi: sudah mampu mengatakan mama dan papa, mengatakan
pulang dan dada jika telah usai terapi
Kognisi: cukup, mampu memahami perintah dari terapis
c. Kemampuan sensorik :
Tidak ada masalah pada kemampuan sensoriknya
d. Kondisi keseimbangan :
Statik: mampu duduk mandiri dengan waktu lama
Dinamik: mampu memposisikan badan dari tidur terlentang hingga duduk
dengan mandiri dan tepat.

e. Kemampuan dan ketidak mampuan klien


1) Sesuai dengan umur Kronologis
Pasien sudah bisa berguling kanan-kiri, dari terlentang ke
tengkurap, dari tidur terlentang hingga duduk dengan mandiri, pasien

25
26

mampu membedakan anggota keluarga, pasien mampu mengatakan


mama, papa, pulang, maem,mbah, rapopo

2) Terlambat tidak sesuai dengan usia perkembangan


Pasien belum mampu berdiri dan berjalan secara mandiri.

f. TonusPostural
Untuk tonus AGA tidak terjadi kelemahan, namun pada tonus AGB
dan grup otot punggung mengalami kelemahan.
g. Pola Postural ( dari kranial ke kaudal) atau Pengamatan Posisi dan
Pola Gerak
Telentang : mampu melakukan tanpa hambatan
Telungkup: mampu telungkup secara mandiri
Berguling: mampu berguling
Ke Duduk : mampu ke duduk secara mandiri
Duduk : mampu duduk tanpa bantuan
Merangkak,Ngesot (bila ada): mampu merangkak dengan baik
Berdiri: mampu berdiri namun menggunakan bantuan orang lain/ benda
yang lebih tinggi dari anak untuk pegangan
Ke Berdiri : masih menggunakan alat bantu
Berjalan: mampu berjalan namun menggunakan alat bantu

26
27

h. Pemeriksaan khusus (menggunakan assesment tools


GMFM/ASWORTH/Reflex/Sensori/AIM/EIDP,dll)
1. Kekuatan otot

Grup otot Pemeriksaan


Fleksi shoulder X
Ekstensi shoulder X
Abduksi shoulder X
Adduksi shoulder X
Fleksi elbow X
Ekstensi elbow X
Palmar fleksi wrist X
Dorsal fleksi wirst X
Fleksi hip X
Fleksi trunk X
Ekstensi trunk X
Ekstensi hip X
Abduksi hip X
Adduksi hip X
Fleksi knee X
Ekstensi knee X
Dorso fleksi ankle X

Keterangan :
X: Anak mampu menggerakkan persendian dengan normal
O: Tidak ada gerakan dan tonus otot
T : Terdapat tonus otot namun tidak ada gerakan
R : Munculnya gerakan yang diakibatkan refleks

27
28

2. GMFCS

Pada kasus Global Delay Development ini pada permeriksaan


menggunakan GFMCS terdapat pada Level IV, anak sudah mampu
berdiri dengan bantuan walker/kruk jika ingin ambulasi dan transfer
dengan berjalan

28
29

3. DDST

29
30

Sektor Pemeriksaan Hasil


Personal sosial Memakai t-shirt V
Menyebutkan nama teman X
Gosok gigi dengan V
bantuan
Memakai baju V
Motorik halus Menara dari 8 kubus X
Meniru garis vertical X
Menara dari 4 kubus V
Bahasa Mengetahui 2 kegiatan V
Menyebutkan 4 gambar X
Bicara sebagian V
dimengerti
Menunjuk gambar V
Motorik kasar Berdiri 1 detik dengan satu X
kaki
Melempar bola tangan V
keatas
Melompat X
Berjalan naik tangga X

4. Reflek

Reflek Hasil
Graps reflek reaktif
Rigthong reflek reaktif
Protektif reflek reaktif
Standing reflek reaktif

30
31

(Tandai bagian tubuh yang


bermasalah)

i. Pemeriksaan Penunjang :
MRI, CT Scan, BERA, EEG, ECG dll
tidak ada

j. Deformitas/ kecacatan :
Tidak ada

31
32

IV. Underlaying Proces

Prenatal :ibu sempat


ngeflek pada usia Natal : Lahir Post natal : pada hari ke
kandungan prematur 8,5 bulan, 5 anak mengalami

Hipotiroid

Menghambat pertumbuhan dan


perkembangan fisik

Global Delay Development

Gangguan motorik kasar Gangguan motorik halus kognitif

Muscle tone dan postural Keterlambatan berbicara Belom bisa


tone hipotonus merangkai 3 kata

Propioseptif dan somatosensoris


pada extremitas bawah

Keterlambatan motorik dan


kemampuan fungsional

Belum bisa berdiri dalam


waktu yang lama dan kontrol
keseimbangan, berjalan Intervensi

• Massage
Peningkatan kemampuan • NDT
fungsional dan kemandirian

32
33

V. Diagnosis Fisioterapi Berdasarkan ICFCY


- Impairment :

Body structure

- s110 Structure of brain


- s770 Additional musculoskeletal structures related to movement
- s198 Nervous system
Body function

- b7353 Tone of muscles of lower half of body


- b755 Involuntary movement reaction functions
- b2304 Speech discrimination
- b2351 Vestibular function of balance

- Participation Restriction

- d710 Basic interpersonal interaction


- Contextual Factor
• Personal factor
- b1266 Anak mood swing
• Environmental factor
- Fasilitator barrier: e310 Immediate family (support keluarga
sangat mendukung)
- anak terlalu sensitive dengan linkungan dan orang yang tak
pernah dilihat
VI. Tujuan Fisioterapi
- Tujuan jangka pendek : Penguatan otot tungkai dan perbaikan otot postural
- Tujuan jangka panjang : Pasien dapat melakukan aktivitas fungsional
berjalan dan berdiri dan mampu mandiri
VII.Rencana Intervensi Fisioterapi
- Diberikan Stregthening pada ekstremitas bawah dan juga penguluran pada

tungkai bawah

33
34

- Diberikan Stimulasi berdiri untuk mengenalkan pada anak melawan

gravitasi

- Diberikan pelatihan merangkak dan jongkok untuk penguatan dan juga

stimulasi posisi merangkak

- Latihan keseimbangan pada posisi duduk

VIII. Home Program


Menganjurkan pada orang tua untuk melatih anak stimulasi berdiri dan

berjalan.

IX. Evaluasi
a. Sesaat (setelah fisioterapi):
- Kekuatan otot pada setelah terapi mengalami peningkatan pasien sudah

mampu menumpu dengan lutut selama beberapa menit

- Keseimbangan saat duduk di bola sudah semakin membaik.

b. Berkala (mingguan/ bulanan):


a) Evaluasi kekuatan otot
Grup otot Hasil
T1 T6
Fleksi shoulder X X
Ekstensi shoulder X X
Abduksi shoulder X X
Adduksi shoulder X X
Fleksi elbow X X
Ekstensi elbow X X
Palmar fleksi wrist X X
Dorsal fleksi wirst X X
Fleksi hip X X
Fleksi trunk X X
Ekstensi trunk X X
Ekstensi hip X X
Abduksi hip X X
Adduksi hip X X
Fleksi knee X X

34
35

Ekstensi knee X X
Dorso fleksi ankle X X

b) Evaluasi GMFCS
T1 T6
Level IV, anak sudah mampu Level IIi, anak sudah mampu
berdiri dengan bantuan berdiri dengan bantuan
walker/kruk jika ingin ambulasi walker/kruk jika ingin ambulasi
dan transfer dengan berjalan dan transfer dengan berjalan dan
naik tangga

c) Evaluasi DDST

Sektor Pemeriksaan Hasil


T1 T6
Personal Memakai t-shirt V V
sosial
Menyebutkan nama teman X V
Gosok gigi dengan bantuan V V
Memakai baju V V
Motorik Menara dari 8 kubus X V
halus
Meniru garis vertical X X
Menara dari 4 kubus V V
Bahasa Mengetahui 2 kegiatan V V
Menyebutkan 4 gambar X V
Bicara sebagian dimengerti V V
Menunjuk gambar V V
Motorik Berdiri 1 detik dengan satu X X
kasar kaki
Melempar bola tangan keatas V V
Melompat X v
Berjalan naik tangga X v

35
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Kesimpulan

Pasien atas nama An. I, usia 3 tahun dengan diagnosa medis global delay

development (GDD). Setelah diberi fisioterapi selama 6 kali dengan metode NDT

dan Massage, mendapatkan hasil akhir evaluasi belum ada peningkatan pada

kemampuan fungsional dengan DDST dan motorik kasar yang diukur dengan

GMFCS sudah mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi memang tidak

signifikan terjadi, karena untuk merangkak mandiri anak masih belum mampu.

Peningkatan kemampuan anak berkebutuhan khusus memang tidak bisa terjadi

selama 6 kali terapi saja. Terapi harus dilakukan rutin dan berkala selama jangka

waktu tertentu untuk melihat hasil dari tujuan awal.

B. Saran

Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan mencapai tujuan terapi yang

di inginkan pasien disarankan untuk rutin melaksanakan terapi secara teratur serta

melaksanakan home program yang telah diberikan oleh fisioterapi.

36
DAFTAR PUSTAKA

Griya, D. I., Bunda, F., & Yogyakarta, N. (2017). PENATALAKSANAAN


FISIOTERAPI PADA KASUS DOWN SYNDROME DENGAN MODALITAS
TERAPI LATIHAN DI GRIYA FISIO BUNDA NOVY YOGYAKARTA.

Hendra. (2017). Pengukuran kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing (MMT).
Physio Hendra. http://fisioterapipedia.blogspot.com/2017/11/pengukuran-
kekuatan-otot-dengan-mmt.html

IDAI. (2013). Mengenal Keterlambatan Perkembangan Umum pada Anak. Ikatan


Dokter Anak Indonesia. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-
anak/mengenal-keterlambatan-perkembangan-umum-pada-anak

Ikalor, A. (2013). PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Oleh:


Allvanialista Ikalor NIM: E1A012004. Journal, 7, 1–6.

Mahendra, S. (2015). Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Development


Delayed(DD) dengan Metode Play Exercise. Dd, 29–39.

Markom. (2020). EDUKASI CP GMFCS. YPAC JAKARTA.


https://www.ypacjakarta.org/edukasi-cp-gmfcs/

Peterson, N., Walton, R., Peterson, N., & Walton, R. (2016). Ambulant cerebral
palsy. Orthopaedics and Trauma, 30(6), 525–538.
https://doi.org/10.1016/j.mporth.2016.08.005

Purwasih, Y., Rahmawati, W., & Khadiratul, M. (2020). Penatalaksanaan Baby


Massage dan Neuro Developmental Treatment (NDT) pada Kasus Delay
Development. Istitut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri, 582–587.

Wahyono, Y. (2021). Pemeriksaan Tumbang. Pemeriksaan Tumbang, 15.

37

Anda mungkin juga menyukai