Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN ANAKDENGAN


ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER

Disususn oleh kelompok 9B:


1. Dewi Nuzulul A.A (18027)
2. Hafidz Fatmawan (18041)
3. NurIstiqomah (18061)
4. RhenandaDewi P. P (18079)
5. Siti Sarahdita A (18095)

Dosen Pembimbing :
Ns. Ayuda Nia Agustina, M.Kep. Sp.Kep. An.

AKADEMI KEPERAWATAN FATMAWATI


JAKARTA
APRIL, 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga kami dari kelompok 9 dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada An. DD dengan Attention
Deficit Hyperactivity Disorder di Rumah Sakit Ibu dan Anak Merr Surabaya”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata
kuliah Keperawatan Anak I. Kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun
dengan baik tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait. Atas dukungan moral
dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ns. Suarse Dewi, M.Kep. Sp.Kep. MB. selaku Direktur Akademi Keperawatan
Fatmawati Jakarta.
2. Ns. Lisnawati N.F., M.Kep. selaku Wali Kelas Angkatan XXI Akademi
Keperawatan Fatmawati Jakarta.
3. Ns. Ayuda Nia Agustina, Sp. Kep. An. selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah
Keperawtan Anak I dan Pembimbing Makalah Keperawatan Anak I.
4. Orang tua tercinta yang telah membantu dalam segi material maupun dalam segi
motivasi selama dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna karena keterbatasan
pengetahuan, wawasan serta pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna perbaikan makalah yang akan
datang.

                                                                          

Jakarta, Maret 2020

Kelompok 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
B. Tujuan Penelitian ................................................................................................2
C. Metode Penulisan ................................................................................................3
D. Sistematika Penulisan ..........................................................................................3
BAB IITINJAUAN TEORI
A. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Anak .................................................4
1. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak...................................4
2. Ciri-Ciri Pertumbuhan ...................................................................................4
3. Ciri-Ciri Perkembangan .................................................................................5
4. Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 6 – 12 Tahun ...........6
B. Konsep Penyakit Anak ADHD ............................................................................7
1. Definisi ADHD ..............................................................................................7
2. Etiologi ADHD ..............................................................................................7
3. Tipe ADHD dan Manifestasi Klinis ..............................................................9
4. Kompilkasi ADHD ......................................................................................11
5. Pemeriksaan Penunjang ADHD...................................................................11
6. Penatalaksanaan MedisADHD ....................................................................11
C. Konsep Asuhan Keperawatan Anak dengan ADHD .........................................12
1. Pengkajian Keperawatan .............................................................................12
2. Diagnosis Keperawatan ...............................................................................14
3. Rencanaan Keperawatan ..............................................................................14
4. Evaluasi Keperawatan .................................................................................19
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan ...................................................................................21
B. Diagnosis Keperawatan .....................................................................................27
C. Rencanaan Keperawatan ....................................................................................27
D. Implementasi Keperawatan................................................................................27
E. Evaluasi Keperawatan .......................................................................................27
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................41
B. Saran .................................................................................................................42
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ADHD sering diterjemahkan dengan keadaan hiperaktivitas meskipun
sebenarnya hiperaktivitas merupakan gejala saja dari ADHD. Istilah
hiperaktivitas digunakan untuk anak dengan kelainan perilaku. Sebenarnya anak
normal pun dalam tahap perkembangan tertentu juga mengalami semacam
hiperaktivitas tetapi istilah yang dipakai untuk anak normal adalah overaktivitas.
Gangguan hiperaktivitas adalah gangguan pada anak yang timbul pada usia
perkembangan dini dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian,
hiperaktivitas, dan impulsivitas. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan
dapat berlanjut sampai dewasa. (Schaefer,et al,1991 dalam Abdul Muhith,2015).

Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD


seperti halnya dengan gangguan perkembangan lainnya (autisme), beberapa
faktor berperan dalam timbulnya ADHD adalah faktor genetik, perkembangan
otak saat kehamilan, perkembangan otak saat perinatal, terjadi disfungsi
metabolisme, hormonal, lingkungan fisik dan sosial sekitar, asupan gizi dan
orang-orang dilingkungan sekitar termasuk keluarga. Beberapa teori yang sering
dikemukakan adalah hubungan antara neurotransmiter dopamine dan
norepineprine. Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa pada
keluarga penderita selalu disertai dengan penyakit yang sama setidaknya. Pada
kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala menetap sampai masa dewasa (DSM-III-
R,1987 dalam buku Mary C.T (1998) ). Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian, impulsivitas dan
gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun dirumah (Isaac,2005dalam Dania,
Nijma, 2019).

Dalam jurnal Adiputra, (2018) disebutkan bahwa, pada penelitian yang


dilakukan El-nemr, et.al (2015) mengungkapkan bahwa prevalensi penderita
anak dengan ADHD di Mesir mencapai 19,7% dari 600 anak (286 laki-laki dan
314 perempuan) dari usia antara 5–12 tahun. Asherson (2012) mengungkapkan
bahwa data statistik menunjukan prevalensi ADHD di wilayah Asia sebesar 10 %
dari total keseluruhan anak. Prevalensi ADHD di Indonesia tidak diketahui
secara pasti tingkat kejadiannya. Penelitian yang dilakukan secara terbatas di
Jakarta dilaporkan prevalensi ADHD sebesar 4,2%, paling banyak ditemukan
pada anak usia sekolah dan pada anak laki-laki (Galih, 2011). Sementara itu di
Padang prevalensi mencapai 8%, di Bantul dan Yogyakarta mencapai 5,7%
(Putri, 2014). Kondisi anak dengan ADHD mudah dilihat seperti, kurang mampu
memperhatikan aktivitas permainan maupun tugas. Perhatiannya mudah terpecah
dan sering kehilangan barang. Selain itu, penderita ADHD juga memiliki
perilaku yang berubah-ubah, impulsif, selalu aktif dan tidak bisa asik dalam
kegiatan yang menghabiskan waktu, seperti membaca atau menyusun puzzle.
Dari data yang terdapat pada anak ADHD, dapat ditegakkan beberapa diagnosa
seperti kecemasan, perubahan pola belajar, koping keluarga tidak efefktif, dan
resiko cedera.

Peran perawat dalam perawatan anak ADHD meliputi peran sebagai pemberi
asuhan keperawatan dengan cara perawat membantu klien dengan ADHD
mendapatkan kembali kesehatannya secara holistik. Peran perawat sebagai
advokat dengan cara membantu klien dan keluarga dalam pengambilan
keputusan atas tindakan keperawatan yang akan diberikan pada anak ADHD.
Peran perawat sebagai edukator yaitu dengan membantu orang tua klien
meningkatkan pengetahuan tentang ADHD, tanda dan gejala ADHD, dan
penanganan kepada anak ADHD. Peran perawat sebagai kolaborator yaitu
dengan bekerja bersama tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli
gizi, dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak ADHD.

Berdasarkan uraian diatas maka kelompok tertarik untuk membahas makalah


dengan judul asuhan keperawatan anak dengan pasien ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorde). Makalah ini merupakan penugasan dari mata ajar
keperawatan anak dan diharapkan bisa bermanfaat bagi mahasiswa/i.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa/i dapat menguraikan dan
memahami asuhan keperawatan anak dengan kondisi ADHD berdasarkan
kasus pemicu.
2. Tujuan Khusus
a. Menguraikan tentang konsep tumbuh kembang anak.
b. Menguraikan tentang konsep penyakit ADHD.
c. Menguraikan asuhan keperawatan anak ADHD berdasarkan kasus
pemicu.

C. Metode Penulisan
Metode penulisan digunakan penulis dalam penulisan makalah ini yaitu metode
kepustakaan. Metode studi kepustakaan yaitu menggunakan beberapa studi
literatur yang sesuai dengan keperawatan anak ADHD. Adapun teknik
pengumpulan data dalam penulisan makalah ini adalah membaca dan
menyimpulkan berbagai referensi yang berkaitan dengan keperawatan anak
ADHD.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penyusunan makalah ini terdiri dari 4 bab, yaitu: BAB I
PENDAHULUAN terdiri dari tujuan umum, tujuan khusus, metode penulisan dan
sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORI terdiri dari konsep
pertumbuhan dan perkembangan anak, konsep penyakit ADHD, dan konsep asuhan
keperawatan anak dengan ADHD. BAB III TINJAUAN KASUS terdiri dari kasus
anak ADHD, asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. BAB IV
PENUTUP terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


1. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak
Menurut Soetjiningsih (2012 dalam Arnis & Yuliastanti, 2016),
pertumbuhan (growth) adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran
berat (gram, kilogram) ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Dalam
pengertian lain dikatakan bahwa pertumbuhan merupakan bertambahnya
ukuran fisik (anatomi dan struktur tubuh baik sebagian maupun seluruhnya
karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga
karena bertambah besarnya sel (IDAI, 2002). Sedangkan perkembangan
(development) adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan
diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-
organ dan sistem organ yang terorganisasi dan berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Dalam hal ini
perkembangan juga termasuk perkembangan emosi, intelektual dan perilaku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

2. Ciri-Ciri Pertumbuhan
Menurut Soetjiningsih (2012 dalam Arnis & Yuliastanti, 2016),
pertumbuhan mempunyai ciri-ciri:
a. Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan
dewasa.
b. Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini
ditandai dengan tanggalnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen,
hilangnya reflex primitif pada masa bayi. Timbulnya tanda seks
sekunder dan perubahan lainnya.
c. Kecepatan pertumbuhan tidak teratur. Hal ini ditandai dengan adanya
masa-masa tertentu dimana pertumbuhan berlangsung cepat yang
terjadi pada masa perenatal, bayi, dan remaja (aldostero).
Pertumbuhan berlangsung lambat pada masa prasekolah dan masa
sekolah.

3. Ciri-Ciri Perkembangan
Menurut Soetjiningsih (2012 dalam Arnis & Yuliastanti, 2016), proses
pertumbuhan dan perkembangan anakbersifat individual. Namun demikian
pola kerkembangan setiap anak mempunyai ciri-ciri, yaitu :
a. Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi
bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan
perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada
seseorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabutsaraf.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya. Seorang anak tidak bias berdiri dan ia
tidak bias berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang
terkait dengan fungsi anak terhambat. Perkembangan awal ini
merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan
selanjutnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan juga mempunyai
kecepatan yang berbeda-beda baik dalam pertumbuhan fisik maupun
perkembangan fungsi organ. Kecepatan pertumbuhan dan
perkembangan setiap anak juga berbeda-beda.
d. Pertumbuhan berkolerasi dengan perkembangan. Pada saat
pertumbuhan berlangsung, maka perkembangan pun mengikuti.
Terjadi peningkatan kemampuan mental, memori, daya nalar, asosiasi
dan lain-lain pada anak, sehingga pada anak sehat seiring
bertambahnya umur maka bertambah pula tinggi dan berat badannya
begitupun kepandaianya.
e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi
organ tubuh terjadi menurut hukum yang tetap, yaitu:
1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju
kearah kaudal/anggota tubuh (pola sefalo kaudal).
2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu
berkembang kebagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemamp ruang
gerak halus (pola proksimo distal).
f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan.Tahap-tahap tersebut tidak bias terjadi terbalik. Misalnya
anak mampu berjalan dahulu sebelum bias berdiri.

4. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 6 – 12 Tahun


Menurut Soetjiningsih (2012 dalam Arnis & Yuliastanti, 2016), tahap
pertumbuhan dan perkembangan, yaitu sebagai berikut:
a. Perkembangan kognitif menurut Piaget
Tahap kongkret (7-11 tahun).
Anak sudah dapat memandang realistis dan mempunyai anggapan
sama dengan orang lain. Sifat egosentris mulai hilang karena ia mulai
sadar akan keterbatasan dirinya. Tetapi sifat realistik ini belum
sampai ke dalam pikiran sehingga belum dapat membuat suatu
konsep atau hipotesis.
b. Perkembangan psikoseksual menurut Sigmud Freud
Tahap laten (5-12 tahun).
Kepuasan anak mulai terintegrasi. Anak masuk dalam masa pubertas
dan berhadapan langsung dengan tuntutan sosial seperti menyukai
hubungan dengan kelompoknya atau sebaya. Dorongan libido mulai
mereda.
c. Perkembangan psikososial menurut Erikson
Tahap rajin vs rendah diri (6-12 tahun/sekolah)
Anak selalu berusaha mencapai segala sesuatu yang diinginkan dan
berusaha mencapai prestasinya sehingga pada usia ini anak rajin
melakukan sesuatu. Apabila harapan tidak tercapai, kemungkinan
besar anak akan merasakan rendah diri.
B. Konsep Penyakit Anak ADHD
1. Definisi ADHD
Sesuai dengan edisi keempat dari American Psychiatric Association’s
Diagnostic andStatistical Manual (DSM-IV), ADHD adalah suatu keadaan
yang menetap dari inatensi dan/atau hiperaktifitas-impulsivitas yang lebih
sering frekuensinya dan lebih berat dibandingkan dengan individu lain yang
secara tipikal diamati pada tingkat perkembangan yang sebanding (Tayono,
2013). Gambaran penting ADHD yaitu pola persisten tidak perhatian
dan/atau hiperaktivitas serta impulsivitas yang lebih sering daripada pada
anak dengan usia yang sama (Ballard, Kennedy, & O’Brien, 2014). ADHD
merupakan gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik
hingga menyebabkan aktifitas yang tidak lazim dan cenderung berlebihan.
Hal tersebut ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa
diam, tidak bisa duduk dengan tenang. Beberapa kriteria yang lain sering
digunakan adalah, suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka
membuat keributan (Klik dokter, 2008 dalam Dania, 2019).

2. Etiologi ADHD
Menurut Susanto & Fengkey, (2016) faktor-faktor yang mungkin berperan
dalam terjadinya ADHD, yaitu:
a. Cedera otak : telah lama diperkiraan bahwa anak yang terkena ADHD
mendapat cedera otak yang minimal dan samar-samar pada sistem
safar pusatnya selama periode janin dan perinatalnya
b. Faktor neurokimiawi : Neurotransmitter dopamin (DA) dan
norepinefrin (NE) terlibat dalam patofisiologi ADHD; dopamin
adalah neurotransmitter yang terlibat dalam penghargaan,
pengambilan risiko, impulsif, dan suasana hati; norepinefrin
memodulasi perhatian, gairah dan suasana hati. Studi otak pada
individu dengan ADHD menunjukkan adanya cacat pada gen reseptor
dopamin D4 (DRD4) dan ekspresi berlebih dari dopamin transporter-
1 (DAT1). Reseptor DRD4 menggunakan DA dan NE untuk
memodulasi perhatian dan tanggapan terhadap lingkungan seseorang.
Protein transporter DAT1 atau dopamin membawa DA / NE ke
terminal saraf prasinaps sehingga mungkin tidak memiliki interaksi
yang cukup dengan reseptor post-sinaptik.
c. Struktur anatomi : pemeriksaan brain imaging yang dilakukan pada
anak dengan ADHD menunjukkan pengecilan volume otak yang
bermakna pada korteks prefrontal dorsolateral, kaudatus, palidum,
korpus kalosum, dan serebelum.
d. Faktor psikososial : Anak-anak dalam institusi seringkali hiperaktif
dan memiliki rentan atensi rendah. Tanda tersebut terjadi akibat
adanya pemutusan hubungan emosional yang lama, dan gejala
menghilang jika faktor pencetus dihilangkan, seperti melalui adopsi
atau penempatan di rumah penitipan.
Sedangkan menurut Pieter, H. Z. dkk.(2011) penyebab ADHD, yaitu
a. Dimensi Genetik
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa hiperaktif yang
menyertai ADHD selalu diikuti dengan riwayat keluarga yang
mengalami ADHD. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa hampir 1/3
dari ayah yang hiperaktif akan memberikan kontribusi 2-8 kali lebih
mudah terkena ADHD yang sama diturunkan pada anaknya. Mereka
akan memperlihatkan gangguan tingkah laku, gangguan perasaan,
emosi, dan substansi (Biederman, dkk, 1992; Faraone, dkk, 2000; dan
Faraone, 2003, dalam ). Salah satu penelitian yang menambahkan
penguatan pada pembentukan ADHD adalah faktor gen. Seperti yang
dikatakan oleh Sprick, dkk, (2000) bahwa gen-gen yang bertanggung
jawab pada pembentukan ADHD adalag gen yang berkaitan dengan
unsur kimiawi saraf (neurochemical), seperti dopamine, norepinefrin,
dan serotonin.
b. Volume otak
Dari penelitian dan diagnostik pada otak (brain imaging) ditemukan
bahwa terdapat mekanisme otak yang menghasilkan defisit atensi
(gangguan pemusatan perhatian), impulsif, dan hiperaktif pada
penderita ADHD. Salah satu penelitian yang reliabel menunjukkan
bahwa penderita ADHD memiliki volume otak yang lebih kecil dan
basal gaglia yang terletak lebih jauh dalam otak dan cerebrallar
vermis. Kecilnya volume otak sudah bisa dideteksi pada awal-awal
perkembangan otak yang mengalami kerusakan progresif umum.
Dipastikan mereka mengalami penurunan aliran darah pada korpus
striatum yang bisa menyebabkan defisit motivasi dan memicu sikap
acuh (Pop-per, dkk, 2003).
c. Kehamilan
Adaptif makanan, seperti zat pewarna, perencah dan zat pengawet
makanan diperkirakan turut bertanggung jawab pada pembentukan
gangguan ADHD. Seperti yang dikatakan oleh Linnet, dkk. (2003).
Bahwa kebiasaan ibu merokok saat hamil memberikan konstribusi
besar pada pembentukan gangguan ADHD. Ibu hamil yang merokok
memiliki risiko tiga kali lebih tinggi menghasilkan anak ADHD.
Apalagi jika ibu melahirkan anak kembar monozigot yang dianggap
paling rentan terkena ADHD.
d. Dimensi psikologis dan sosial
Dimensi psikologis dan sosial dianggap turut bertanggug jawab dalam
pembentukan ADHD. Respons negatif dari orang tua, guru, dan
teman-teman sebaya sangat berpengaruh pada perilaku hiperaktif dan
impulsif. Respons-respons negatif berupa self-esteem yang rendah,
citra diri yang negatif, dan sikap penolakan terhadap anak ADHD.

3. Tipe ADHD dan Manifetasi Klinis


Menurut DSM-IV dalam Susanto & Fengkey, (2016) tipe dan manifestasi
klinik ADHD, yaitu :
a. Gangguan pemusatan perhatian (inatensi) : terdapat lebih dari 6
gejala berikut telah menetap selama sekurang-kurangnya 6 bulan bahkan
sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat
perkembangan.
1) Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal yang detil dan
tidak teliti dalam mengerjakan tugas atau aktivitas lainnya.
2) Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian
terhadap tugas atau aktivitas bermain
3) Sering tampak tidak mendengarkan apabila berbicara langsung.
4) Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas
sekolah, pekerjaan sehari-hari, atau tugas di tempat kerja (bukan
karena perilaku menentang atau tidak dapat mengikuti instruksi).
5) Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas.
6) Sering menghindari, membenci, atau enggan untuk terlibat dalam
tugas yang memiliki usaha mental yang lama (seperti tugas di
sekolah dan pekerjaan rumah).
7) Sering menghilangkan atau ketinggalan hal-hal yang perlu untuk
tugas atau aktivitas (misalnya tugas sekolah, pensil, buku ataupun
peralatan).
8) Sering mudah dialihkan perhatiannya oleh stimulasi dari luar.
9) Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari.
b. Hiperaktivitas-impulsivitas: terdapat lebih dari 6 gejala hiperaktivitas-
impulsivitas berikut ini telah menetap selama sekurang-kurangnya enam
bulan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan
tingkat perkembangan. Gejala Hiperaktivitas ialah sebagai berikut :
1) Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau sering menggeliat-geliat
di tempat duduk.
2) Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau di dalam situasi
yang diharapkan anak tetap duduk.
3) Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas
waktu luang secara tenang.
4) Sering dalam keadaan “siap bergerak/pergi” (atau bertindak seperti
digerakkan oleh mesin).
Gejala impulsivitas ialah sebagai berikut :
1) Tidak sabar, sering menjawab pertanyaan tanpa berpikir lebih
dahulu sebelum pertanyaan selesai.
2) Sering sulit menunggu giliran.
3) Sering menyela atau mengganggu orang lain sehingga
menyebabkan hambatan dalam lingkungan sosial, pendidikan, dan
pekerjaan.

c. Tipe Campuran
Gejalanya campuran dari gangguan pemusatan perhatian (inatensi),
hiperaktivitas, dan impulsivitas Tanoyo, D. P. (2013). Menurut Pieter,
H. Z. dkk.(2011), kondisi ini mudah dilihat sehubungan dengan mereka
kurang mampu memperhatikan aktivitas permainan maupun tugas.
Perhatiannya mudah terpecah dan sering kehilangan barang. Faktor
penyebabnya bermuara dari kelemahan daya ingatan. Selain itu,
penderita ADHD juga memiliki perilaku yang berubah-ubah, impulsif,
selalu aktif dan tidak bisa asik dalam kegiatan yang menghabiskan
waktu, seperti membaca atau menyusun puzzle.

4. Komplikasi ADHD
Menurut Ballard, Kennedy, & O’Brien, (2014), komplikasi yang dapat
terjadi pada anak ADHD adalah:
a. Intelegensi dan kemampuan anak tidak sesuai dengan performa
akademik
b. Dapat memiliki perilaku ingkar atau membangkang atau memiliki
gangguan perilaku/ psikiatrik lain (gangguan ansietas, gangguan alam
perasaan seperti depresi dan bipolar, gangguan belajar, gangguan
komunikasi).
c. Komplikasi sekunder ADHD, seperti harga diri rendah dan penolakan
oleh teman sebaya, terus menimbulkan masalah yang serius bagi remaja.
Diperkirakan bahwa sedikitnya pada sepertiga anak, gejala akan
berlangsung hingga usia dewasa (Glod, 1997 dalamVidebeck, 2008).

5. Pemeriksaan Penunjang ADHD


Menurut Tanoyo, (2013), pemeriksaan penuujang yang dilakukan pada anak
ADHD, yaitu sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Liver Function Test
2) Complete blood cell counts
b. Pemeriksaan Imaging
1) MRI
2) PET (Positron Emission Tomography)
6. Penatalaksanaan Medis ADHD
Menurut Belleza (2017), penatalaksanaan medis ADHD sebagai beriku:
a. Stimulan. Obat stimulan, seperti methylphenidate (Ritalin, Concerta)
dan dextroamphetamine (Dexedrine), telah sering digunakan; ketika
diberikan dalam jumlah besar, obat-obatan ini dapat menekan nafsu
makan dan mempengaruhi pertumbuhan anak.
b. Atomoxetine. Atomoxetine (Strattera) telah menjadi lini kedua dan,
dalam beberapa kasus, pengobatan lini pertama pada anak-anak dan
orang dewasa dengan ADHD karena kemanjuran dan klasifikasi sebagai
nonstimulan.
c. Antidepresan trisiklik. Antidepresan trisiklik (imipramine, desipramine,
nortriptyline) telah ditemukan efektif dalam berbagai penelitian pada
anak-anak dengan ADHD. Namun, karena efek samping potensial,
mereka jarang digunakan untuk tujuan ini.
d. Modafinil. Modafinil (Provigil) memiliki data terkontrol placebo yang
mendukung kemanjurannya pada anak-anak dengan ADHD; obat ini
dapat digunakan sebagai pengobatan lini ketiga atau keempat.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Anak dengan ADHD


1. Pengkajian
Menurut Menurut Tanoyo, (2013) tahap pengkajian pada anak ADHD, yaitu
sebagai berikut:
a. Riwayat penyakit sekarang
Sesuai dengan kriteria ADHD berdasarkan DSM IV.
1) Apakah anak sering tampak tidak mendengarkan apabila berbicara
langsung?
2) Apakah anak sering tidak mengikuti instruksi dan gagal
menyelesaikan tugas? sekolah, pekerjaan sehari-hari, atau tugas di
tempat kerja (bukan karena perilaku menentang atau tidak dapat
mengikuti instruksi).
3) Apakah anak sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas
dan aktivitas?
4) Apakah anak mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam
aktivitas waktu luang secara tenang?
5) Dst.
b. Riwayat penyakit dahulu.
Ditemukan adanya riwayat pemakaian obat-obatan yang memiliki
interaksi negatif dengan ADHD atau pengobatannya seperti:
antikonvulsan, antihipertensi, obat yang mengandung kafein,
pseudoefedrin, monomain oxidase inhibitors (MAOIs). Didapatkan pula
adanya penyakit interaksi negatif degan ADHD atau pengobatannya
seperti: penyakit arterial (mayor), glaukoma sudut sempit, trauma
kepala, penyakit jantung, palpitasi, penyakit hati, hipertensi, kehamilan,
dan penyakit ginjal. Temukan pula adanya kelainan psikiatrik karena 30
– 50% penderita ADHD disertai dengan kelainan psikiatrik. Adapun
kelainan psikiatrik yang dimaksud antara lain: gangguan cemas,
gangguan bipolar, gangguan perilaku, depresi, gangguan disosiasi,
gangguan makan, gangguan cemas menyeluruh, gangguan mood,
gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik atau tanpa agorafobia,
gangguan perkembangan perfasif, Posttraumatic stres disorder (PTSD),
psikotik, fobia sosial, gangguan tidur, penyalah gunaan zat, sindrom
Tourette’s atau gangguan Tic, dan komorbiditas somatik.
c. Riwayat keluarga
Temukan adanya anggota keluarga lain yang menderita ADHD
d. Riwayat sosial
Meliputi interaksi antar anggota keluarga, masalah dengan hukum,
keadaan di sekolah, dan disfungsi keluarga.

2. Pemeriksaan Fisik
Menurut Tanoyo, (2013), pemeriksaan penuujang yang dilakukan pada anak
ADHD, yaitu sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Seluruh sistem tubuh
Perlu observasi yang baik terhadap perilaku penderita ADHD karena
pada penderita ADHD menunjukkan gejala yang sedikit pada
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi : tanda
vital, tinggi badan, berat badan. Pemeriksaan fisik umum termasuk
penglihatan, pendengaran dan neurologis. Tidak ada pemeriksaan fisik
dan laboratorium yang spesifik untuk ADHD. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan secara seksama, mungkin dapat membantu dalam
menegakkan diagnosa, dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain.

b. Pemeriksaan Psikologis (mental)


Terdiri dari pemeriksaan terhadap kesan umum berupa refleksi
menghisap, kontrol impuls, dan state of arousal. Pemeriksaan mental
seperti: tes intelegensia, tes visuomotorik, tes kemampuan bahasa, dan
lain-lain.

3. Diagnosis Keperawatan
Menurut Townsend & Morgan, (2018) diagnosa keperawatan yang dapat
diangkat pada anak ADHD, sebagai berikut :
a. Dimensi emosi: kecemasan berhubungan dengan hiperaktif.
b. Dimensi intelektual: perubahan pola belajar: rentang perhatian yang
pendek, mudah teralihkan, dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
berhubungan dengan hiperaktif.
c. Dimensi sosial: perubahan pola asuh behubungan dengan hiperaktivitas.
d. Dimensi spiritual: tekanan spiritual: keputusasaan berhubungan dengan
hiperaktif.
e. Dimensi fisik: resiko cedera berhubungan dengan hiperaktif.

4. Rencana Keperawatan
Menurut Townsend & Morgan, (2018) rencana keperawatan yang dapat
diangkat pada anak ADHD, sebagai berikut :
a. Dimensi Emosi
Diagonsa keperawatan:
Kecemasan berhubungan dengan hiperaktif
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan kecemasan teratasi
Kriteria hasil :
a) Anak dapat mengidentifikasi stres dan kecemasan dalam
lingkungan.
b) Anak dapat memindahkan diri ke area lain ketika terganggu oleh
rangsangan.
c) Anak dapat mengutarakan pikiran dan perasaan tentang situasi
masalah tertentu (berkelahi atau mengambil mainan dari anak-anak
lain).
Rencana asuhan keperawatan, sebagai berikut:
a) Bantu mengidentifikasi perasaan frustrasi, kemarahan, amarah,
dan keputusasaan dengan mendengarkan secara aktif, dan
berempati.
Rasional: untuk membantu anak mulai mempertimbangkan
sebab (perasaan) dan efek (memerankan) hubungan perilakunya.
b) Fasilitasi ekspresi perasaan frustrasi, kemarahan, kemarahan, dan
keputusasaan dengan cara yang tepat; bicarakan mereka,
gunakan energi fisik untuk mengekspresikannya.
Rasional: untuk memberikan alternatif bagi perilaku bermasalah.
c) Jelajahi metode alternatif untuk mengungkapkan perasaan ("apa
yang bisa Anda lakukan untuk mengekspresikan diri tanpa
amarah?" atau "apa yang Anda rasakan ketika Anda marah?).
Rasional: untuk mengajarkan tanggapan alternatif.
d) Mintalah klarifikasi ketika ekspresi perilaku perasaan tidak
dipahami.
Rasional: fungsi hubungan perawat-klien adalah untuk
memperjelas perasaan dan menghubungkannya dengan perilaku.
e) Kurangi tekanan untuk menyesuaikan diri dengan teman sebaya.
hindari perbandingan dengan orang lain.
Rasional: mengenali individualitas anak dan juga mengurangi
ketegangan yang mungkin terkait dengan tuntutan untuk
menyesuaikan diri.

b. Dimensi Intelektual
Diagnosa keperawatan:
Perubahan pola belajar: rentang perhatian yang pendek, mudah
teralihkan, dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
berhubungan dengan hiperaktif.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan rentang perhatian dan konsentrasi anak meningkat.
Kriteria hasil :
a) Anak tetap duduk untuk periode waktu yang ditentukan,
b) Anak dapat berkonsentrasi pada tugas,
c) Anak dapat menyelesaikan tugas,
d) Anak dapat berpartisipasi dalam kegiatan kelompok tanpa
mengganggu orang lain.
Rencana asuhan keperawatan, sebagai berikut:
a) Minta alasan anak untuk perilaku tertentu
Rasional: berikan sarana bagi anak untuk memeriksa perilakunya.
b) Bantu anak meningkatkan rentang perhatian dengan memberikan
lingkungan yang merangsang.
Rasional: membantu anak-anak belajar mengendalikan diri.
c) Gunakan penguatan positif untuk membantu anak menunda.
Sambung tangan segera untuk belajar menunggu, untuk bergiliran.
Rasional: membantu anak-anak belajar mengendalikan diri.
d) Berikan arahan dan tugas yang singkat dan ringkas.
Rasional: rentang perhatian pendek dan anak mengalami kesulitan.
e) Biarkan anak bekerja dengan kecepatannya sendiri dalam batas
yang wajar
Rasional: mengurangi ketegangan yang terkait dengan tekanan
untuk menyelesaikan tugas. Menyelesaikan dan meningkatkan
harga diri anak.
f) Kolaborasi dalam pemberian medikasi obat stimulan dan
nonstimulan.
Rasional: meningkatkan konsentrasi dan mengontrol perilaku

c. Dimensi Sosial
Diagnosa keperawatan:
Perubahan pola asuh behubungan dengan hiperaktivitas.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan stabilitas keluarga meningkat.
Kriteria hasil :
a) Meningkatnya kesadaran orangtua tentang perilaku anak dan
keadaan yang terkait dengan perilaku positif atau negatif
b) Meningkatnya pengetahuan orangtua dalam perawatan dan
mendisiplinkan anak.
Rencana asuhan keperawatan, sebagai berikut:
a) Tingkatkan konsep diri anak dengan meningkatkan keterampilan
sosial
Rasional: kapasitas untuk berhubungan dengan orang lain akan
meningkatkan harga diri dan mengurangi isolasi.
b) Berikan kesempatan bagi anak untuk melakukan interaksi yang
sukses dengan teman sebaya dengan mengawasi permainan.
Rasional: untuk belajar menjadi sukses dalam pertukaran sosial.
c) Libatkan keluarga dalam perawatan.
Rasional: keluarga merupakan sumber utama perawatan dan
keterlibatan disiplin meningkatkan kerjasama dalam perawatan.
d) Sediakan terapi keluarga
Rasional: disfungsi pada anggota keluarga menunjukkan
disfungtion dalam sistem keluarga. keluarga perlu memeriksa
respons mereka terhadap anak, cara-cara di mana mereka
berkontribusi pada perilaku, dan cara-cara di mana mereka dapat
membantu anak dalam beradaptasi.
e) Berikan peluang bagi anak untuk bermain dengan anak-anak
lainnya.
Rasional: meningkatkan sosialisasi anak

d. Dimensi Spiritual
Diagnosa keperawatan:
Tekanan spiritual: keputusasaan berhubungan dengan hiperaktif
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan tekanan spiritual teratasi
Kriteria hasil :
a) Anak dapat merasa aman dan percaya pada orang lain
b) Anak dapat mengendalikan perilaku
Rencana asuhan keperawatan, sebagai berikut:
a) Berikan hubungan suportif yang membina
Rasional: anak dapat merasa aman dan percaya pada orang lain
b) Berikan sikap bahwa anak itu unik dan spesial serta dihargai
sebagai orang yang memiliki hak mampu menghargai orang lain
dengan benar.
Rasional: untuk meyakinkan bahwa anak itu baik-baik saja dan
harapan bahwa anak dapat mengendalikan perilaku. meningkatkan
harga diri anak
c) Promosikan rasa cinta dan kepemilikan anak dalam keluarga.
Rasional: mengurangi isolasi
d) Promosikan rasa penerimaan orang tua terhadap anak sebagai
anggota keluarga yang berbeda dan dihargai.
Rasional: mengurangi penolakan orang tua dan untuk meningkatkan
respons mereka terhadap kebutuhan anak.
e) Promosikan kerja sama dengan perawatan.
Rasional: mencegah kerusakan perilaku lebih lanjut dan untuk
meningkatkan kepuasan dan kesenangan dalam hubungan dan
kehidupan secara umum.

e. Dimensi Fisik
Diagnosa keperawatan:
Resiko cedera berhubungan dengan hiperaktif.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan cedera tidak terjadi
Kriteria hasil :
a) Tidak terjadi cedera pada anak,
b) Anak tidak melukai diri sendiri dan orang lain,
c) Anak mampu menyalurkan kekerasan fisik pada hal yang positif
Rencana asuhan keperawatan, sebagai berikut:
a) Amati perilaku anak secara sering.
Rasional : anak-anak ADHD memiliki resiko tinggi untuk
melakukan pelanggaran, memerlukan pengamatan yang seksama
untuk mencegah tindakan yang bagi diri sendiri atau orang lain.
b) Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan
anak.
Rasional : keselamatan fisik adalah prioritas dari keperawatan.
c) Arahkan perilaku kekerasan fisik ke benda atau kegiatan fisik
(kantung tinju, bola, joging).
Rasional : mengarahkan kekerasan fisik ke arah yang positif.
d) Temani anak jika tingkat kegelisahan dan tegangan mulai
meningkat.
Rasional : hadirnya seseorang yang dapat dipercaya memberikan
rasa aman.

5. Evaluasi
Menurut Townsend & Morgan, (2018) evaluasi efektivitas pengobatan
didasarkan pada tujuan yang terukur dan kriteria hasil.
a. Kecemasan teratasi. Dengan kriteria hasil : anak dapat mengidentifikasi
stres dan kecemasan dalam lingkungan, anak dapat memindahkan diri
ke area lain ketika terganggu oleh rangsangan, anak dapat mengutarakan
pikiran dan perasaan tentang situasi masalah tertentu (berkelahi atau
mengambil mainan dari anak-anak lain).
b. Perubahan pola belajar teratasi. Dengan kriteria hasil: anak tetap duduk
untuk periode waktu yang ditentukan, anak dapat berkonsentrasi pada
tugas, anak dapat menyelesaikan tugas, anak dapat berpartisipasi dalam
kegiatan kelompok tanpa mengganggu orang lain.
c. Perubahan pola asuh keluarga teratasi. Dengan kriteria hasil:
meningkatnya kesadaran orangtua tentang perilaku anak dan keadaan
yang terkait dengan perilaku positif atau negative, meningkatnya
pengetahuan orangtua dalam perawatan dan mendisiplinkan anak
d. Tekanan spiritual: keputusasaan teratasi. Dengan kriteria hasil: anak
dapat merasa aman dan percaya pada orang lain, dan anak dapat
mengendalikan perilaku
e. Cedera tidak terjadi. Dengan kriteria hasil: tidak terjadi cedera pada
anak, anak tidak melukai diri sendiri dan orang lain, anak mampu
menyalurkan kekerasan fisik pada hal yang positif.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini kelompok akan menguraikan pelaksanaan “Asuhan Keperawatan


pada An. DD dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder di RSIA MERR
Surabaya” yang dilaksanakan selama 3 hari dari tanggal 20 Maret 2020 sampai
dengan 22 Maret 2020. Asuhan keperawatan ini kelompok lakukan sesuai dengan
pendekatan pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 20 Maret 2020. Klien masuk pada tanggal 20
Maret 2020 dengan nomor register 01715749, diagnosa medis Attention Deficit
Hyperactivity Disorder di RSIA MERR Surabaya.
1. Identitas Anak
Nama : An. DD
Tempat tanggal lahir : 19 maret 2013
Umur : 7 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
BB : 20 kg
TB : 110 cm
Pendidikan : Sekolah dasar
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat :Jl. Melati, Perumahan Melati Asri, Blok C4,
Surabaya
Tanggal MRS : 20 Maret 2020
Tanggal Pengkajian : 20 Maret 2020
Nomor Register : 01715749
Diagnosa Medis : ADHD
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ibu W
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Jl. Melati, Perumahan Melati Asri, Blok C4,
Surabaya
Hubungan dengan Klien : Ibu klien

3. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu klien mengatakan An. DD mengalami kesulitan dalam konsentrasi
belajar dan belajar dalam keadaan diam. Saat proses belajar mengajar di
dalam kelas An. DD tidak mampu fokus ketika guru berbicara di depan
kelas, seperti mencoret-coret buku, tidak mengerjakan tugas dari guru,
menggigit pensil. An. DD juga sering tidak mendengarkan perintah guru,
instruksi yang diberikan selalu berulang-ulang agar An. DD mengerti. Saat
belajar di dalam kelas An. DD suka berdiri dari tempat duduknya,
memukul meja, menggedor papan, dan menaikkan kaki di atas kursi. An.
DD suka melihat aktivitas yang dilakukan oleh teman-temannya. An. DD
sering menganggu temannya seperti melempar buku pada teman atau
orang yang ada di depannya, memukul, dan menjaili teman. An DD siswa
ADHD dengan lambat belajar. An. DD sangat malas sekali bila belajar,
ketika disuruh oleh guru sering tidak mau melaksanakan dan semaunya
sendiri. Ketika teman-teman An. DD membuat gaduh, An. DD akan
dengan cepat mengikuti sehingga kelas menjadi ramai.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan sebelumnya pernah mengalami penyakit yang sama
c. Riwayat kesehatan keluarga
Dikeluarga klien ada yang mengalami penyakit ADHD yaitu tante klien,
dan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit menular.
P

Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempuan

: Meninggal

P : Pasien

d. Riwayat Anak
Ibu klien mengatakan An. DD melewati salah satu tahapan perkembangan
yaitu fase merangkak.
1. Masa Pre-Natal
Selama kehamilan ibu 4 kali memeriksakan kandungannya ke
Puskesmas dan Dokter, mendapat imunisasi TT sebanyak 2 kali.
Selama kehamilan ibu tidak pernah mengalami ibu tidak pernah
mengalami penyakit yang menular atau penyakit lainnya. Ibu juga
berkata saat kehamilannya suka makan makanan laut seperti udang,
kerang.
2. Masa Intra-Natal
Proses persalinan klien secara normal (spontan) dengan bantuan bidan,
dengan umur kehamilan 36 minggu.
3. Masa Post-Natal.
Klien lahir dalam keadaan normal, dengan BBLR ±2000 gram dalam
keadaan sehat. Waktu lahir klien langsung menangis.
e. Pengetahuan Orang Tua
1. Tentang makanan sehat
Orang tua klien belum cukup mengetahuin tentang makanan sehat dan
gizi klien baik dan berat badannya 20 kg. Klien diberikan ASI sampai
umur 6 bulan dan dilanjutkan dengan MPASI.
2. Personal Hygiene
Orang tua klien sudah mengetahui tentang kebersihan dengan baik,
dilihat dari kebersihan klien dan orang tuanya sendiri.
3. Imunisasi
Imunisasi yang didapatkan klien tidak lengkap yaitu: imunisasi BCG
satu kali, DPT empat kali, campak dua kali, polio empat kali, hepatitis
B empat kali.

4. Pola kebiasaan
a. Pola nutrisi
Pola nutrisi klien sebelum sakit: klien makam 3 kali sehari habis 1 porsi
makan, dengan jenis makanan nasi, lauk-pauk, sayuran, minum air putih
dan susu. Nafsu makan klien baik, tidak ada mual dan muntah. Orang tua
klien masih memberikan makanan yang mengandung zat aditif seperti
MSG, yang banyak terdapat pada makanan, jajanan/minuman berwarna,
dan gula.. Kebiasaan klien sebelum makan yaitu mencuci tangan.
Makanan yang tidak disukai tidak ada. Sedangkan dirumah sakit klien
makan habis 1/2 porsi, minum air putih dan susu. Klien tidak
menggunakan alat bantu untuk makan.
b. Pola Eliminasi
1) BAK
Sebelum dirawat di rumah sakit klien buang 4-5 x/hari, warna kuning
jernih, keluhan tidak ada, dan berbau amonia. Sedangkan di rumah
sakit klien buang air 3-4 x/hari, warna kuning jernih, dan berbau
amonia.
2) BAB
Sebelum sakit klien BAB 1x/hari, waktu tidak tentu, warna kuning
kecoklatan, konsistensi padat dengan tidak menggunakan obat-obatan
pencahar. Di rumah sakit, klien BAB 1x/hari, warna kuning
kecoklatan, tidak menggunakan obat-obatan pencahar.
c. Pola personal hygiene
Sebelum sakit klien mandi 2 x/hari waktu pagi dan sore, oral hygiene 2
x/hari waktu pagi dan sore, cuci rambut 3 hari sekali. Di rumah sakit klien
dimandikan 2 x/hari waktu pagi dan sore, oral hygiene 2 x/hari setiap
pagi dan sore, cuci rambut belum pernah selama sakit. Klien dibantu
dalam melakukan aktivitas mandi oleh perawat dan keluarga.
d. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit klien tidur selama 7-8 jam sehari, tidur siang tidak pernah
dan tidur malam 7-8 jam. Di rumah sakit klien tidur selama 9-10 jam
sehari, tidur siang 2 jam dan tidur malam 7-8 jam. Kebiasaan sebelum
tidak ada.
e. Pola aktivitas dan latihan
Klien adalah siswa sekolah dasar inklusi Surabaya. Klien sering
melakukan aktivitas olahraga di sekolah.

5. Pemeriksaan Fisik Sistem Tubuh


a. Pemeriksaan Fisik Umun
kesadaran Compos Mentis, Tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 100
x/menit irama teratur dan teraba kuat, akral kulit klien hangat dengan
temperatur kulit 370C, pernafasan klien dalam batas normal, 23 x/menit.
Pada pemeriksaan sensori, penciuman klien normal, bentuk simetris,
kebersihan hidung baik, dan tidak terdapat polip. Indra pengecapan klien
normal, tidak terlihat peradangan dan pendarahan pada mulut, fungsi
pengecapan baik, mukosa bibir lembab. Indra penglihatan klien normal,
bentuk simetris, tidak ada kotoran mata, konjungtiva tidak anemis, tidak
ada peradangan dan pendarahan, klien dapat melihat jarak dekat dan jarak
jauh dengan baik. Indra pendengaran klien normal, klien dapat
mendengar dengan baik jika dipanggil langsung memberi respon, tidak
ada peradangan dan pendarahan, tidak terdapat serumen yang menumpuk.
b. Sistem Oksigenasi
Jalan napas klien bersih, tidak sesak, tidak menggunakan otot bantu
pernapasan, frekuensi napas 23 x/menit, irama teratur, klien bernapas
secara spontan, batuk tidak ada, pada palpasi dada tidak teraba massa,
klien tidak mengeluh nyeri dan pad taktil fremitus getaran kedua paru
simetris, pada perkusi dada sonor paru kanan dan kiri, suara napas
vesikuler, ronkhi dan wheezing tidak ada, tidak ada nyeri saat bernapas,
dan tidak menggunakan alat bantu nafas.
c. Integumen
Kulit tampak bersih, turgor kulit klien baik, temperatur kulit hangat 37ºC,
tidak terdapat lesi maupun luka, dan klien tidak mengalami kelainan kulit.
d. Muskuloskeletal
Bentuk simetris, tidak ada luka maupun fraktur pada ekstremitas atas dan
bawah.

6. Pemeriksaan Penunjang
Hasil CT-scan atau MRI mengungkapkan penurunan volume otak terutama di
korteks frontalis, basal ganglia dan serebrum.

7. Penatalaksanaan (Terapi dan Diet)


Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien yaitu:
a. Terapi medik : anak mendapatkan obat oral concerta 2x15 mg, pada pukul
06.00 WIB dan 18.00 WIB. Concerta merupakan salah satu obat stimulan
golongan methylphenidate yang berfungsi meningkatkan kemampuan
memperhatikan, tetap fokus pada suatu kegiatan, dan mengendalikan
masalah perilaku. Efek samping obat ini adalah gugup, sulit tidur,
kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, pusing, mual, muntah,
atau sakit kepala.
b. Terapi musik dan gerak: merupakan terapi efektif dan alat edukasi untuk
anak dengan ADHD sehingga dapat mempengaruhi perubahan
keterampilan yang penting pada gangguan belajar atau perilaku.
c. Diet : Menghindari konsumsi makanan yang mengandung pengawet,
MSG, pewarna, gula buatan, dan zat sintetik lainnya.
d. Terapi keluarga
Memberitahukan kepada orang tua mengenai faktor-faktor penyebab dan
cara menanggulangi gangguan ADHD.

8. Data Fokus
a. Data Subjektif
Ibu klien mengatakan klien sangat sulit untuk belajar, klien memang lebih
suka memerhatikan benda-benda lain yang ada disekelilingnya seperti
mainan, dan mudah bosan saat belajar seperti banyak alasan. Ibu klien
mengatakan tidak begitu menerapkan aturan kepada klien agar klien
disiplin dan patuh. Ketika klien tidak mau belajar atau sulit untuk belajar,
biasanya akan dibiarkan bermain dan melakukan kegiatan semaunya.

b. Data Objektif
Hasil observasi didapatkan klien mengalami kesulitan dalam konsentrasi
belajar dan belajar dalam keadaan diam. Saat proses belajar mengajar di
dalam kelas klien tidak mampu fokus ketika guru berbicara di depan kelas,
seperti mencoret-coret buku, tidak mengerjakan tugas dari guru, menggigit
pensil. Klien juga sering tidak mendengarkan perintah guru, instruksi yang
diberikan selalu berulang-ulang agar klien mengerti. Saat belajar di dalam
kelas klien suka berdiri dari tempat duduknya, memukul meja, menggedor
papan, dan menaikkan kaki di atas kursi. klien suka melihat aktivitas yang
dilakukan oleh teman-temannya. klien sering menganggu temannya
seperti melempar buku pada teman atau orang yang ada di depannya,
memukul, dan menjaili teman. Klien siswa ADHD dengan lambat belajar.
Klien sangat malas sekali bila belajar, ketika disuruh oleh guru sering
tidak mau melaksanakan dan semaunya sendiri. Ketika teman-teman klien
membuat gaduh, klien akan dengan cepat mengikuti sehingga kelas
menjadi ramai.

9. Analisis Data
No Data Masalah Etiologi
1. Data Subjektif: Perubahan pola Hiperaktivitas
a. Ibu klien mengatakan klien belajar: rentang
sangat sulit untuk belajar, perhatian yang
b. Ibu klien mengatakan klien pendek, mudah
memang lebih suka teralihkan, dan
memerhatikan benda-benda ketidakmampuan
lain yang ada disekelilingnya untuk
seperti mainan, dan mudah berkonsentrasi
bosan saat belajar seperti
banyak alasan.
a. Ibu klien mengatakan klien
tidak mampu fokus ketika
guru berbicara di depan
kelas, seperti mencoret-coret
buku, tidak mengerjakan
tugas dari guru, menggigit
pensil.
b. Ibu klien mengatakan ketika
teman-teman klien membuat
gaduh, klien akan dengan
cepat mengikuti sehingga
kelas menjadi ramai.
Data Objektif:
a. Hasil observasi didapatkan,
klien mengalami kesulitan
dalam konsentrasi belajar.
b. Klien tidak mampu fokus
ketika ada yang berbicara.
c. Klien sering tidak
mendengarkan perintah,
instruksi yang diberikan
selalu berulang-ulang agar
klien mengerti.
d. Klien sangat malas sekali
bila belajar dan semaunya
sendiri.
Data Subjektif:
a. Ibu klien mengatakan
dirinya tidak begitu
menerapkan aturan kepada
klien agar klien disiplin dan
patuh. Ketika klien tidak
mau belajar atau sulit untuk
belajar, biasanya akan
dibiarkan bermain dan
melakukan kegiatan Perubahan pola Hoperaktivitas
2.
semaunya. asuh keluatga
b. Ibu klien mengatakan
dirinya lebih menyerahkan
sepenuhnya kepada terapis
dan guru kelas dalam
mengembangkan perilaku
klien dan akademik klien.
Data Objektif:
a. Ibu klien terlihat tidak begitu
memahami kondisi anaknya.
3. Data Subjektif: Resiko cedera
Ibu klien mengatakan saat Hiperaktivitas
belajar klien suka berdiri dari
tempat duduknya, memukul
meja, menggedor papan, dan
menaikkan kaki di atas kursi.
Data Objektif:
a. Klien terlihat sering
menganggu orang lain
seperti melempar benda pada
orang lain, dan menjahili
orang lain.
b. Klien terlihat sering
berlarian dan tidak bisa
diam.

B. Diagnosa Keperawatan
Setelah kelompok menganalisa data, maka kelompok merumuskan diagnosa
keperawatan yang disusun berdasarkan prioritas. Diagnosa keperawatan pada
klien adalah :
1. Perubahan pola belajar: rentang perhatian yang pendek, mudah teralihkan,
dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi berhubungan dengan
hiperaktivitas
2. Perubahan pola asuh keluarga berhubungan dengan Hiperaktivitas.
3. Resiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas.

C. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan


1. Perubahan pola belajar: rentang perhatian yang pendek, mudah
teralihkan, dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi berhubungan
dengan hiperaktivitas.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan rentang
perhatian dan konsentrasi anak meningkat.
Kriteria Hasil
Tetap duduk untuk dalam periode waktu yang ditentukan, berkonsentrasi
pada tugas,
menyelesaikan tugas, berpartisipasi dalam kegiatan kelompok tanpa
mengganggu orang lain.
Rencana Tindakan
a. Minta alasan anak untuk perilaku tertentu (menjahili teman, marah-
marah, dll) dan mengkoreksi perilakunya
Rasional:memberikan sarana bagi anak untuk memeriksa perilakunya.
b. Ajarkan anak untuk belajar menunggu dan bergiliran dengan penguatan
yang positif.
Rasional: membantu anak-anak belajar mengendalikan diri.
c. Berikan arahan dan tugas yang singkat dan ringkas.
Rasional: rentang perhatian pendek dan anak mengalami kesulitan.
d. Beri kesempatan klien bekerja dengan kecepatannya sendiri dalam batas
yang wajar.
Rasioal: mengurangi ketegangan yang terkait dengan tekanan untuk
menyelesaikan tugas. Menyelesaikan dan meningkatkan harga diri anak.
e. Berikan reward (tepuk tangan, beri ucapan “bagus”) kepada klien saat
bisa mengikuti perintah, misalnya duduk dengan tenang, tidak memukul
meja, dll.
Rasional: klien mampu untuk mengontrol emosi, keterampilan sosial dan
juga perkembangan kognitif.
f. Beri anak terapi dengan terapi musik dan gerak.
Rasional: membantu anak-anak belajar untuk mengatur diri dan dalam
berhubungan dengan orang lain serta mengatur emosinya.
g. Kolaborasi pemberian obat stimulan oral concerta 2x15 mg, pada pukul
06.00 WIB dan 18.00 WIB.
Rasional: meningkatkan kemampuan memperhatikan, tetap fokus pada
suatu kegiatan, dan mengendalikan masalah perilaku.
Pelaksanaan:
Hari Selasa tanggal 20 Maret 2020.
Pukul 07.24 WIB mengajarkan anak untuk belajar menunggu dan bergiliran
dengan penguatan yang positif., respon: klien mengatakan tidak mau
bergiliran dan tidak mau menunggu. Pukul 08.00 WIB memberi anak terapi
dengan terapi musik dan gerak, respon: klien mengatakan menyukai lagunya,
tetapi klien terlihat berlarian kesana kemari. Pukul 09.00 WIB memberikan
arahan dan tugas yang singkat dan ringkas, respon: klien mengatakan paham
dengan perkataan perawat, tetapi klien terlihat masih tidak bisa diam.. Pukul
09.15 WIB memberikan reward berupa permen kepada klien saat bisa
mengikuti perintah untuk duduk tenang, respon: klien terlihat senang dan
klien mengucapkan terimakasih. Pukul 09.30 WIB memberi kesempatan
klien bekerja dengan kecepatannya sendiri dalam batas yang wajar, respon:
klien mengatakan tidak mau mengerjakan tugasnya karena merasa bosan.
Pukul 11.00 WIB meminta alasan anak saat menjahili teman dan
mengkoreksinya, respon: klien mengatakan senang menjahili temannya.
Evaluasi:
Hari Selasa tanggal 20 Maret 2020, pukul 14.00 WIB
Subjektif:
Klien mengatakan tidak mau bergiliran dan tidak mau menunggu, klien
mengatakan menyukai lagunya, klien mengatakan paham dengan perkataan
perawat, klien mengatakan tidak mau mengerjakan tugasnya karena merasa
bosan, dan klien mengatakan senang menjahili temannya.
Objektif:
Klien terlihat berlarian kesana kemari, terlihat tidak bisa diam, klien terlihat
senang dan klien mengucapkan terimakasih saat diberikan hadiah..
Analisa:
Masalah perubahan pola belajar belum teratasi
Perencanaan:
Lanjutkan intervensi
a. Minta alasan anak untuk perilaku tertentu (menjahili teman, marah-
marah, dll) dan mengkoreksi perilakunya
b. Ajarkan anak untuk belajar menunggu dan bergiliran dengan penguatan
yang positif.
c. Berikan arahan dan tugas yang singkat dan ringkas.
d. Beri kesempatan klien bekerja dengan kecepatannya sendiri dalam batas
yang wajar.
e. Berikan reward (tepuk tangan, beri ucapan “bagus”) kepada klien saat
bisa mengikuti perintah, misalnya duduk dengan tenang, tidak memukul
meja, dll.
f. Beri anak terapi dengan terapi musik dan gerak.
g. Kolaborasi pemberian obat stimulan oral concerta 2x15 mg, pada pukul
06.00 WIB dan 18.00 WIB.
Pelaksanaan
Hari Rabu tanggal 21 Maret 2020.
Pukul 07.45 WIB memberi anak terapi dengan terapi musik dan gerak,
respon: klien mengatakan menyukai lagunya, tetapi klien terlihat berlarian
kesana kemari. Pukul 08.30 WIB mengajarkan anak untuk belajar menunggu
dan bergiliran.dengan penguatan yang positif., respon: klien mengatakan mau
bergiliran dan mau menunggu, tetapi klien mau menunggu waktunya tidak
lama. Pukul 09.34 WIB memberikan arahan dan tugas yang singkat dan
ringkas, respon: klien mengatakan paham dengan perkataan perawat, tetapi
klien tidak mengerjakan tugasnya. Pukul 09.50 WIB memberikan reward
berupa ucapan “bagus” kepada klien saat bisa mengikuti perintah untuk
duduk tenang, respon: klien terlihat senang dan duduk tenang selama 5 menit.
Pukul 10.15 WIB meminta alasan anak saat marah-marah dan
mengkoreksinya, respon: klien mengatakan tidak senang berbagi mainan
dengan teman yang lain. Pukul 11.30 WIB memberi kesempatan klien
bekerja dengan kecepatannya sendiri dalam batas yang wajar, respon: klien
mengatakan tidak mau mengerjakan tugasnya karena ingin bermain.
Evaluasi:
Hari Rabu tanggal 21 Maret 2020 pukul 14.00 WIB
Subjektif:
klien mengatakan menyukai lagunya, klien mengatakan mau bergiliran dan
mau menunggu, klien mengatakan paham dengan perkataan perawat, klien
mengatakan tidak senang berbagi mainan dengan teman yang lain, klien
mengatakan tidak mau mengerjakan tugasnya karena ingin bermain.
Objektif:
klien terlihat berlarian kesana kemari, klien mau menunggu waktunya tidak
lama, klien tidak mengerjakan tugasnya, klien terlihat senang dan duduk
tenang selama 5 menit.
Analisa:
Masalah perubahan pola belajar belum teratasi
Perencanaan:
Lanjutkan intervensi
a. Minta alasan anak untuk perilaku tertentu (menjahili teman, marah-
marah, dll) dan mengkoreksi perilakunya
b. Ajarkan anak untuk belajar menunggu dan bergiliran dengan penguatan
yang positif.
c. Berikan arahan dan tugas yang singkat dan ringkas.
d. Beri kesempatan klien bekerja dengan kecepatannya sendiri dalam batas
yang wajar.
e. Berikan reward (tepuk tangan, beri ucapan “bagus”) kepada klien saat
bisa mengikuti perintah, misalnya duduk dengan tenang, tidak memukul
meja, dll.
f. Beri anak terapi dengan terapi musik dan gerak.
g. Kolaborasi pemberian obat stimulan oral concerta 2x15 mg, pada pukul
06.00 WIB dan 18.00 WIB.
Pelaksanaan:
Hari Kamis tanggal 22 Maret 2020.
Pukul 07.05 WIB memberi anak terapi dengan terapi musik dan gerak,
respon: klien mengatakan menyukai lagunya, tetapi klien tidak mau
mengikuti keragan terapis. Pukul 08.00 WIB mengajarkan anak untuk
belajar menunggu dan bergiliran dengan penguatan yang positif, respon:
klien mengatakan mau bergiliran dan mau menunggu, tetapi klien mau
menunggu waktunya tidak lama. Pukul 09.45 WIB memberikan arahan dan
tugas yang singkat dan ringkas, respon: klien mengatakan paham dengan
perkataan perawat, tetapi klien tidak mengerjakan tugasnya. Pukul 10.50
WIB memberikan reward berupa ucapan “bagus” kepada klien saat bisa
mengikuti perintah untuk duduk tenang, respon: klien terlihat senang dan
duduk tenang selama 10 menit. Pukul 11.15 WIB meminta alasan anak saat
menjahili temannya dan mengkoreksinya, respon: klien mengatakan tidak
senang melihat temannya menangis. Pukul 12.15 WIB memberi kesempatan
klien bekerja dengan kecepatannya sendiri dalam batas yang wajar, respon:
klien mengatakan tidak mau mengerjakan tugasnya karena ingin bermain.
Evaluasi:
Hari Kamis tanggal 22 Maret 2020 pukul 14.00 WIB
Subjektif:
klien mengatakan menyukai lagunya, klien mengatakan mau bergiliran dan
mau menunggu, klien mengatakan paham dengan perkataan perawat, klien
mengatakan senang melihat temannya menangis, klien mengatakan tidak mau
mengerjakan tugasnya karena ingin bermain.
Objektif:
klien terlihat berlarian kesana kemari, klien mau menunggu waktunya tidak
lama, klien tidak mengerjakan tugasnya, klien terlihat senang.
Analisa:
Masalah perubahan pola belajar belum teratasi
Perencanaan:
Discharge Planning
a. Patuh minum obat concerta 2x15 mg pada pukul 06.00 WIB dan 18.00
WIB
b. Patuh memberi alasan untuk perilaku tertentu (menjahili teman, marah-
marah, dll) dan mengkoreksi perilakunya
c. Patuh belajar menunggu dan bergiliran dengan penguatan yang positif.
d. Patuh mengikuti terapi musik dan gerak.

2. Perubahan pola asuh keluarga behubungan dengan hiperaktivitas.


Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola
asuh orangtua meningkat.
Kriteria Hasil
Meningkatnya kesadaran keluarga tentang perilaku anak dan keadaan yang
terkait dengan perilaku positif atau negatif, meningkatnya pengetahuan
keluarga dalam perawatan dan mendisiplinkan anak.
Rencana Tindakan
a. Libatkan orang tua dalam perawatan anak
Rasional: keluarga merupakan sumber utama perawatan dan keterlibatan
disiplin meningkatkan kerjasama dalam perawatan.
b. Lakukan terapi keluarga seperti (mengenal faktor-faktor penyebab dan
cara menanggulangi ADHD, mengembangkan rencana intervensi,
memfokuskan pada penguatan komunikasi, dll).
Rasional: disfungsi pada anggota keluarga menunjukkan disfungtion
dalam sistem keluarga. keluarga perlu memeriksa respons mereka
terhadap anak, cara-cara di mana mereka berkontribusi pada perilaku, dan
cara-cara di mana mereka dapat membantu anak dalam beradaptasi.
c. Diskusi dengan orang tua tentang efek stimulasi berlebihan yang memicu
amarah anak.
Rasional: membantu keluarga mendapatkan wawasan dan menyediakan
sarana untuk intervensi.
d. Tentukan faktor-faktor dalam perilaku orang tua (alkohol, narkoba,
penyakit mental) yang dapat mengganggu anak.
Rasional: menghindari terjadinya perilaku menyimpang pada orang tua.
e. Jelaskan kepada orang tua tentang diet anak ADHD yang baik seperti
tidak mengandung pengawet, MSG, pewarna, gula buatan, dan zat
sintetik lainnya.
Rasional: makanan yang mengandung pengawet, MSG, pewarna, dan
gula buatan dapat meningkatkan timbulnya perilaku ADHD.
Pelaksanaan
Hari Selasa tanggal 20 Maret 2020.
Pukul 07.24 WIB melibatkan keluarga dalam perawatan anak saat terapi
musik dan gerak, respon: orang tua klien terlihat kooperatif dalam merawat
anak. Pukul 08.50 WIB mendiskusikan dengan orang tua tentang efek
stimulasi berlebihan yang memicu amarah anak, respon: orang tua klien
mengatakan tidak tau penyebab anaknya marah karena anaknya sering tiba-
tiba marah. Pukul 10.00 WIB melakukan terapi keluarga yaitu mengenal
faktor-faktor penyebab dan cara menanggulangi ADHD, respon: orang tua
klien mengatakan paham dengan penjelasan perawat, orang tua klien dapat
mengulangi apa yang dijelaskan perawat. Pukul 10.30 WIB menentukan
faktor-faktor dalam perilaku orang tua (alkohol, narkoba, penyakit mental)
yang dapat mengganggu anak, respon: orang tua klien mengatakan tidak ada
perilaku minum alkohol, narkoba, namun ada tante klien menderita ADHD.
Pukul 13.00 WIB menjelaskan kepada orang tua tentang diet anak ADHD
yang baik seperti tidak mengandung pengawet, MSG, pewarna, gula buatan,
dan zat sintetik lainnya, respon: orang tua klien mengatakan paham dengan
penjelasan perawat, dan orang tua klien mampu menyebutkan diet yang baik
untuk anak ADHD.
Evaluasi:
Hari Selasa tanggal 20 Maret 2020, pukul 14.00 WIB
Subjektif:
Orang tua klien mengatakan tidak tau penyebab anaknya marah karena
anaknya sering tiba-tiba marah, orang tua klien mengatakan paham dengan
perjelasan perawat, orang tua klien mengatakan tidak ada perilaku minum
alkohol, narkoba, namun ada tante klien menderita ADHD, orang tua klien
mengatakan paham dengan penjelasan perawat mengenai diet anak ADHD
Objektif:
Orang tua klien terlihat kooperatif dalam merawat anak, orang tua klien dapat
mengulangi apa yang dijelaskan perawat, orang tua klien mampu
menyebutkan diet yang baik untuk anak ADHD.
Analisa:
Masalah perubahan pola asuh keluarga belum teratasi
Perencanaan:
a. Libatkan orang tua dalam perawatan anak
b. Lakukan terapi keluarga seperti (mengenal faktor-faktor penyebab dan
cara menanggulangi ADHD, mengembangkan rencana intervensi,
memfokuskan pada penguatan komunikasi, dll).
c. Diskusi dengan orang tua tentang efek stimulasi berlebihan yang memicu
amarah anak.
d. Tentukan faktor-faktor dalam perilaku orang tua (alkohol, narkoba,
penyakit mental) yang dapat mengganggu anak.
e. Jelaskan kepada orang tua tentang diet anak ADHD yang baik seperti
tidak mengandung pengawet, MSG, pewarna, gula buatan, dan zat
sintetik lainnya.
Pelaksanaan
Hari Rabu tanggal 21 Maret 2020.
Pukul 07.45 melibatkan keluarga dalam perawatan anak saat terapi musik
dan gerak, respon: orang tua klien terlihat kooperatif dalam merawat anak.
WIB Pukul 09.00 WIB mendiskusikan dengan orang tua tentang efek
stimulasi berlebihan yang memicu amarah anak, respon: orang tua klien
mengatakan tidak tau penyebab anaknya marah karena anaknya sering tiba-
tiba marah. Pukul 10.00 WIB melakukan terapi keluarga yaitu mengenal
faktor-faktor penyebab dan cara menanggulangi ADHD, respon: orang tua
klien mengatakan paham dengan penjelasan perawat, orang tua klien dapat
mengulangi apa yang dijelaskan perawat. Pukul 12.45 WIB menentukan
faktor-faktor dalam perilaku orang tua (alkohol, narkoba, penyakit mental)
yang dapat mengganggu anak, respon: orang tua klien mengatakan tidak ada
perilaku minum alkohol, narkoba, namun ada tante klien menderita ADHD.
Pukul 12.10 WIB menjelaskan kepada orang tua tentang diet anak ADHD
yang baik seperti tidak mengandung pengawet, MSG, pewarna, gula buatan,
dan zat sintetik lainnya, respon: orang tua klien mengatakan paham dengan
penjelasan perawat, dan orang tua klien mampu menyebutkan diet yang baik
untuk anak ADHD.

Hari Rabu tanggal 21 Maret 2020 pukul 14.00 WIB


Subjektif:
Orang tua klien mengatakan tidak tau penyebab anaknya marah karena
anaknya sering tiba-tiba marah, orang tua klien mengatakan paham dengan
perjelasan perawat, orang tua klien mengatakan tidak ada perilaku minum
alkohol, narkoba, namun ada tante klien menderita ADHD, orang tua klien
mengatakan paham dengan penjelasan perawat mengenai diet anak ADHD
Objektif:
Orang tua klien terlihat kooperatif dalam merawat anak, orang tua klien dapat
mengulangi apa yang dijelaskan perawat, orang tua klien mampu
menyebutkan diet yang baik untuk anak ADHD.
Analisa:
Masalah perubahan pola asuh keluarga belum teratasi
Perencanaan:
a. Libatkan orang tua dalam perawatan anak
b. Lakukan terapi keluarga seperti (mengenal faktor-faktor penyebab dan
cara menanggulangi ADHD, mengembangkan rencana intervensi,
memfokuskan pada penguatan komunikasi, dll).
c. Diskusi dengan orang tua tentang efek stimulasi berlebihan yang memicu
amarah anak.
d. Tentukan faktor-faktor dalam perilaku orang tua (alkohol, narkoba,
penyakit mental) yang dapat mengganggu anak.
e. Jelaskan kepada orang tua tentang diet anak ADHD yang baik seperti
tidak mengandung pengawet, MSG, pewarna, gula buatan, dan zat
sintetik lainnya.
Pelaksanaan:
Hari Kamis tanggal 22 Maret 2020.
Pukul 07.05 WIB melibatkan keluarga dalam perawatan anak saat terapi
musik dan gerak, respon: orang tua klien terlihat kooperatif dalam merawat
anak. Pukul 08.00 WIB mendiskusikan dengan orang tua tentang efek
stimulasi berlebihan yang memicu amarah anak, respon: orang tua klien
mengatakan sudah mengetahui penyebab anaknya marah. Pukul 09.45 WIB
melakukan terapi keluarga yaitu mengenal faktor-faktor penyebab dan cara
menanggulangi ADHD, respon: orang tua klien mengatakan paham dengan
penjelasan perawat, orang tua klien dapat mengulangi apa yang dijelaskan
perawat. Pukul 10.50 WIB memberikan reward berupa ucapan “bagus”
kepada klien saat bisa mengikuti perintah untuk duduk tenang, respon: klien
terlihat senang dan duduk tenang selama 10 menit. Pukul 11.15 WIB
menjelaskan kepada orang tua tentang diet anak ADHD yang baik seperti
tidak mengandung pengawet, MSG, pewarna, gula buatan, dan zat sintetik
lainnya, respon: orang tua klien mengatakan paham dengan penjelasan
perawat, dan orang tua klien mampu menyebutkan diet yang baik untuk anak
ADHD.
Evaluasi:
Hari Kamis tanggal 22 Maret 2020 pukul 14.00 WIB
Subjektif:
Orang tua klien mengatakan sudah mengetahui penyebab anaknya marah,
orang tua klien mengatakan paham dengan perjelasan perawat, orang tua
klien mengatakan paham dengan penjelasan perawat mengenai diet anak
ADHD.
Objektif:
Orang tua klien terlihat kooperatif dalam merawat anak, orang tua klien dapat
mengulangi apa yang dijelaskan perawat, orang tua klien mampu
menyebutkan diet yang baik untuk anak ADHD.
Analisa:
Masalah perubahan pola asuh keluarga teratasi
Perencanaan
Discharge Planning:
a. Patuh terlibat dalam perawatan anak
b. Orang tua mengetahui tentang efek stimulasi berlebihan yang memicu
amarah anak.
c. Patuh dalam menghindari faktor-faktor dalam perilaku seperti minum
alkohol, narkoba, penyakit mental yang dapat mengganggu anak.
d. Patuh dalam memberikan diet anak ADHD yang baik seperti tidak
mengandung pengawet, MSG, pewarna, gula buatan, dan zat sintetik
lainnya.

3. Resiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas


Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan cedera
tidak terjadi
Kriteria Hasil:
Tidak terjadi cedera pada anak, anak tidak melukai diri sendiri dan orang lain,
anak mampu menyalurkan kekerasan fisik pada hal yang positif
Rencana Tindakan
a. Amati perilaku anak secara sering.
Rasional : anak-anak ADHD memiliki resiko tinggi untuk melakukan
pelanggaran, memerlukan pengamatan yang seksama untuk mencegah
tindakan yang bagi diri sendiri atau orang lain.
b. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak.
Rasional : keselamatan fisik adalah prioritas dari keperawatan.
c. Arahkan perilaku kekerasan fisik ke benda atau kegiatan fisik (kantung
tinju, bola, joging).
Rasional : mengarahkan kekerasan fisik ke arah yang positif.
d. Temani anak jika tingkat kegelisahan dan tegangan mulai meningkat.
Rasional : hadirnya seseorang yang dapat dipercaya memberikan rasa
aman.
Pelaksanaan:
Hari Selasa tanggal 20 Maret 2020.
Pukul 08.00 WIB mengamati perilaku anak, respon: orang tua klien
mengatakan anaknya yang sering mengganggu temannya dan anak terlihat
sering menganggu temannya seperti melempar buku pada teman atau orang
yang ada di depannya, serta menjaili teman. Pukul 09.15 WIB
menyingkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak,
respon: orang tua klien mengatakan tidak ada benda berbahaya di lingkungan
anak. Pukul 10.30 WIB mengarahkan perilaku kekerasan fisik ke benda atau
kegiatan fisik (kantung tinju, bola, joging), respon: anak mengatakan tidak
mau bermain kantung tinju dan melakukan aktivitas fisik yang lain. Pukul
11.00 WIB menemani anak jika tingkat kegelisahan dan tegangan mulai
meningkat, respon: orang tua klien mengatakan mau mengikuti aktivitas
anaknya.
Evaluasi:
Hari Selasa tanggal 20 Maret 2020, pukul 14.00 WIB
Subjektif:
Orang tua klien mengatakan anaknya yang sering mengganggu temannya,
orang tua klien mengatakan tidak ada benda berbahaya di lingkungan anak,
anak mengatakan tidak mau bermain kantung tinju dan melakukan aktivitas
fisik yang lain, orang tua klien mengatakan mau mengikuti aktivitas anaknya.
Objektif:
anak terlihat sering menganggu temannya seperti melempar buku pada teman
atau orang yang ada di depannya, serta menjaili teman.
Analisa:
Masalah resiko cedera belum teratasi
Perencanaan:
a. Amati perilaku anak secara sering.
b. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak.
c. Arahkan perilaku kekerasan fisik ke benda atau kegiatan fisik (kantung
tinju, bola, joging).
d. Temani anak jika tingkat kegelisahan dan tegangan mulai meningkat.
Pelaksanaan
Hari Rabu tanggal 21 Maret 2020.
Pukul 08.00 WIB mengamati perilaku anak, respon: orang tua klien
mengatakan anaknya yang sering mengganggu temannya dan anak terlihat
sering menganggu temannya seperti melempar buku pada teman atau orang
yang ada di depannya, serta menjaili teman. Pukul 09.15 WIB
menyingkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak,
respon: orang tua klien mengatakan tidak ada benda berbahaya di lingkungan
anak. Pukul 10.15 WIB mengarahkan perilaku kekerasan fisik ke benda atau
kegiatan fisik (kantung tinju, bola, joging), respon: anak mengatakan tidak
mau bermain bola dan melakukan aktivitas fisik yang lain. Pukul 13.00 WIB
menemani anak jika tingkat kegelisahan dan tegangan mulai meningkat,
respon: orang tua klien mengatakan mau mengikuti aktivitas anaknya.
Evaluasi:
Hari Rabu tanggal 21 Maret 2020 pukul 14.00 WIB
Subjektif:
Orang tua klien mengatakan anaknya yang sering mengganggu temannya,
orang tua klien mengatakan tidak ada benda berbahaya di lingkungan anak,
anak mengatakan tidak mau bermain bola dan melakukan aktivitas fisik yang
lain, orang tua klien mengatakan mau mengikuti aktivitas anaknya.
Objektif:
Anak terlihat sering menganggu temannya seperti melempar buku pada
teman atau orang yang ada di depannya, serta menjaili teman.
Analisa:
Masalah resiko cedera belum teratasi
Perencanaan:
a. Amati perilaku anak secara sering.
b. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak.
c. Arahkan perilaku kekerasan fisik ke benda atau kegiatan fisik (kantung
tinju, bola, joging).
d. Temani anak jika tingkat kegelisahan dan tegangan mulai meningkat.
Pelaksanaan:
Hari Kamis tanggal 22 Maret 2020.
Pukul 07.15 WIB mengamati perilaku anak, respon: orang tua klien
mengatakan anaknya yang sering mengganggu temannya dan anak terlihat
sering menganggu temannya seperti melempar mainan pada teman atau orang
yang ada di depannya. Pukul 08.15 WIB menyingkirkan semua benda-benda
yang berbahaya dari lingkungan anak, respon: orang tua klien mengatakan
tidak ada benda berbahaya di lingkungan anak. Pukul 10.00 WIB
mengarahkan perilaku kekerasan fisik ke benda atau kegiatan fisik (kantung
tinju, bola, joging), respon: anak mengatakan tidak mau joging dan melakukan
aktivitas fisik yang lain. Pukul 11.50 WIB menemani anak jika tingkat
kegelisahan dan tegangan mulai meningkat, respon: orang tua klien
mengatakan mau mengikuti aktivitas anaknya.
Evaluasi:
Hari Kamis tanggal 22 Maret 2020 pukul 14.00 WIB
Subjektif:
Orang tua klien mengatakan anaknya yang sering mengganggu temannya,
orang tua klien mengatakan tidak ada benda berbahaya di lingkungan anak,
anak mengatakan tidak mau joging dan melakukan aktivitas fisik yang lain,
orang tua klien mengatakan mau mengikuti aktivitas anaknya.
Objektif:
Anak terlihat sering menganggu temannya seperti melempar mainan pada
teman atau orang yang ada di depannya.
Analisa:
Masalah resiko cedera belum teratasi
Perencanaan
Discharge Planning:
a. Patuh terlibat dalam mengamati perilaku anak.
b. Patuh menyingkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari
lingkungan anak.
c. Patuh dalam mengarahkan perilaku kekerasan fisik ke benda atau
kegiatan fisik (kantung tinju, bola, joging).
d. Patuh menemani anak jika tingkat kegelisahan dan tegangan mulai
meningkat.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan pada An.DD tidak sesuai dengan tahapan usia,
dibuktikan dengan An.DD susah konsentrasi dan tidak bisa bersosialisai dengan
teman akibat hiperaktifitas. ADHD yang dialami pada An.DD merupakan tipe
campuran yaitu tipe campuran dari gangguan pemusatan perhatian (inatensi),
hiperaktivitas, dan impulsivitas.

ADHD pada An.DD disebabkan oleh keturunan dibuktikan bahwa salah satu
keluarga klien memiliki penyakit yang sama. Klien telah mendapatkan terapi
musik dan terapi obat oral Concerta 2x15 mg, pada pukul 06.00 WIB dan 18.00
WIB yang berfungsi meningkatkan kemampuan memperhatikan, tetap fokus
pada suatu kegiatan, dan mengendalikan masalah perilaku. Tanda dan gejala
ADHD yang nampak pada klien adalah tidak mampu fokus, sangat malas sekali
bila belajar, susah konsentrasi, sering menganggu teman, dan membuat gaduh.

Pengkajian yang terfokus pada pasien An.DD dengan ADHD meliputi riwayat
kesehatan sekarang, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga,
riwayat anak dan pemeriksaan penunjang yang menunjukkan hasil CT-scan atau
MRI mengungkapkan penurunan volume otak terutama di korteks frontalis, basal
ganglia dan serebrum. Pada kasus An.DD dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan meliputi, perubahan pola belajar: rentang perhatian yang pendek,
mudah teralihkan, dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi berhubungan
dengan hiperaktif, perubahan pola asuh: kurangnya stabilitas keluarga terkait
dengan hiperaktif, dan resiko cedera berhubungan dengan hiperaktifitas.
Intervensi dilakukan kepada An.DD sebagian besar sudah sesuai dengan teori.
Adapun intervensi yang tidak sesuai dengan teori adalah beri anak terapi dengan
terapi musik dan gerak dan jelaskan kepada orang tua tentang diet anak ADHD
yang baik. Evaluasi selama 3x24 jam masalah keperawatan, perubahan pola
belajar belum teratasi, koping keluarga tidak efektif teratasi, dan resiko cedera
belum teratasi.
B. Saran
Pada kesempatan ini, izinkanlah penulis memberikan saran kepada mahasiswa
dan perawat sehingga asuhan keperawatan pada klien dengan spinal cord injury
khususnya fraktur thorakul lumbal dapat semakin baik.
1. Untuk mahasiswa
a. Mahasiswa/i mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh
di institusi dan menerapkan secara langsung kepada pasien melalui asuha
keperawatan dan memanfaatkan waktu praktik seoptimal mungkin agar
tujuan dari asuhan keperawatan dapat tercapai.
b. Mahasiswa/i lebih meningkatkan keberanian untuk membina kerja sama
dan komunikasi dengan tim kesehatan lain seperti pada perawat ruangan,
co ass, dokter, dan residen.
c. Mahasiswa lebih meningkatkan promosi kesehatan mengenai nutrisi yang
seimbang sehingga mengurangi resiko terjadinya ADHD
2. Untuk perawat
Adapun saran untuk perawat ruangan yaitu:
a. Mempertahankan tim yang solid dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien.
b. Meluangkan waktu untuk melakukan terapi kepada klien
DAFTAR PUSTAKA

Arnis, A. & Yuliastanti.(2016). Keperawatan Anak.Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia

Muhith, A. (2015). Pendidikan keperawatan jiwa: Teori dan aplikasi. Penerbit Andi.

Ballard, K. A., Kennedy, W. Z., & O’Brien, P. G. (2014). Keperawatan kesehatan


jiwa psikiatrik: teori & praktik. Jakarta: EGC.

Pieter, H. Z. dkk.(2011). Pengantar Psikopatologi untuk keperawatan. Jakarta:


Kencana.

Dania, Nijma.(2019). Teori Dasar ADHD: Sebuah Panduan Dasar Anak ADHD.
Bandung: Dunkids Media.

Videbeck, S. L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: Egc, 45, 2010-2011.

Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC.

Adiputra, I. M. S., Trisnadewi, N. W. T., & Parlin, G. A. K. U. (2018). GAMBARAN


TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG ADHD DI PAUD
KECAMATAN DENPASAR UTARA. Bali Medika Jurnal, 5(1), 9-22.

Mar’atun Nafi’ah, A., Cahyo Wibowo, I., & Dianto, F. (2018). Periodesasi Masa
Perkembangan Anak-Anak. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 1-15.

Tanoyo, D. P. (2013). Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder Diagnosis And


Treatment. E-Jurnal Medika Udayana, 1179-1197.
Rusmawati, D., & Kumala Dewi, E. (2011). Pengaruh Terapi Musik Dan Gerak
Terhadap Penurunan Kesulitan Perilaku Siswa Sekolah Dasar Dengan
Gangguan ADHD. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 9(1).

Susanto, B. D., & Sengkey, L. S. (2016). Diagnosis dan penanganan rehabilitasi


medik pada anak dengan Attention Deficit Hyperactivity
Disorder. JURNAL BIOMEDIK: JBM, 8(3).

Yanofiandi, Y., & Syarif, I. (2015). PERUBAHAN NEUROANATOMI SEBAGAI


PENYEBAB ADHD. Majalah Kedokteran Andalas, 33(2).

Anda mungkin juga menyukai