Dosen Pembimbing :
Ns. Ayuda Nia Agustina, M.Kep. Sp.Kep. An.
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga kami dari kelompok 9 dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada An. DD dengan Attention
Deficit Hyperactivity Disorder di Rumah Sakit Ibu dan Anak Merr Surabaya”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata
kuliah Keperawatan Anak I. Kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun
dengan baik tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait. Atas dukungan moral
dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ns. Suarse Dewi, M.Kep. Sp.Kep. MB. selaku Direktur Akademi Keperawatan
Fatmawati Jakarta.
2. Ns. Lisnawati N.F., M.Kep. selaku Wali Kelas Angkatan XXI Akademi
Keperawatan Fatmawati Jakarta.
3. Ns. Ayuda Nia Agustina, Sp. Kep. An. selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah
Keperawtan Anak I dan Pembimbing Makalah Keperawatan Anak I.
4. Orang tua tercinta yang telah membantu dalam segi material maupun dalam segi
motivasi selama dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna karena keterbatasan
pengetahuan, wawasan serta pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna perbaikan makalah yang akan
datang.
Kelompok 9
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
B. Tujuan Penelitian ................................................................................................2
C. Metode Penulisan ................................................................................................3
D. Sistematika Penulisan ..........................................................................................3
BAB IITINJAUAN TEORI
A. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Anak .................................................4
1. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak...................................4
2. Ciri-Ciri Pertumbuhan ...................................................................................4
3. Ciri-Ciri Perkembangan .................................................................................5
4. Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 6 – 12 Tahun ...........6
B. Konsep Penyakit Anak ADHD ............................................................................7
1. Definisi ADHD ..............................................................................................7
2. Etiologi ADHD ..............................................................................................7
3. Tipe ADHD dan Manifestasi Klinis ..............................................................9
4. Kompilkasi ADHD ......................................................................................11
5. Pemeriksaan Penunjang ADHD...................................................................11
6. Penatalaksanaan MedisADHD ....................................................................11
C. Konsep Asuhan Keperawatan Anak dengan ADHD .........................................12
1. Pengkajian Keperawatan .............................................................................12
2. Diagnosis Keperawatan ...............................................................................14
3. Rencanaan Keperawatan ..............................................................................14
4. Evaluasi Keperawatan .................................................................................19
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan ...................................................................................21
B. Diagnosis Keperawatan .....................................................................................27
C. Rencanaan Keperawatan ....................................................................................27
D. Implementasi Keperawatan................................................................................27
E. Evaluasi Keperawatan .......................................................................................27
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................41
B. Saran .................................................................................................................42
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ADHD sering diterjemahkan dengan keadaan hiperaktivitas meskipun
sebenarnya hiperaktivitas merupakan gejala saja dari ADHD. Istilah
hiperaktivitas digunakan untuk anak dengan kelainan perilaku. Sebenarnya anak
normal pun dalam tahap perkembangan tertentu juga mengalami semacam
hiperaktivitas tetapi istilah yang dipakai untuk anak normal adalah overaktivitas.
Gangguan hiperaktivitas adalah gangguan pada anak yang timbul pada usia
perkembangan dini dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian,
hiperaktivitas, dan impulsivitas. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan
dapat berlanjut sampai dewasa. (Schaefer,et al,1991 dalam Abdul Muhith,2015).
Peran perawat dalam perawatan anak ADHD meliputi peran sebagai pemberi
asuhan keperawatan dengan cara perawat membantu klien dengan ADHD
mendapatkan kembali kesehatannya secara holistik. Peran perawat sebagai
advokat dengan cara membantu klien dan keluarga dalam pengambilan
keputusan atas tindakan keperawatan yang akan diberikan pada anak ADHD.
Peran perawat sebagai edukator yaitu dengan membantu orang tua klien
meningkatkan pengetahuan tentang ADHD, tanda dan gejala ADHD, dan
penanganan kepada anak ADHD. Peran perawat sebagai kolaborator yaitu
dengan bekerja bersama tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli
gizi, dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak ADHD.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa/i dapat menguraikan dan
memahami asuhan keperawatan anak dengan kondisi ADHD berdasarkan
kasus pemicu.
2. Tujuan Khusus
a. Menguraikan tentang konsep tumbuh kembang anak.
b. Menguraikan tentang konsep penyakit ADHD.
c. Menguraikan asuhan keperawatan anak ADHD berdasarkan kasus
pemicu.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan digunakan penulis dalam penulisan makalah ini yaitu metode
kepustakaan. Metode studi kepustakaan yaitu menggunakan beberapa studi
literatur yang sesuai dengan keperawatan anak ADHD. Adapun teknik
pengumpulan data dalam penulisan makalah ini adalah membaca dan
menyimpulkan berbagai referensi yang berkaitan dengan keperawatan anak
ADHD.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penyusunan makalah ini terdiri dari 4 bab, yaitu: BAB I
PENDAHULUAN terdiri dari tujuan umum, tujuan khusus, metode penulisan dan
sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORI terdiri dari konsep
pertumbuhan dan perkembangan anak, konsep penyakit ADHD, dan konsep asuhan
keperawatan anak dengan ADHD. BAB III TINJAUAN KASUS terdiri dari kasus
anak ADHD, asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. BAB IV
PENUTUP terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Ciri-Ciri Pertumbuhan
Menurut Soetjiningsih (2012 dalam Arnis & Yuliastanti, 2016),
pertumbuhan mempunyai ciri-ciri:
a. Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan
dewasa.
b. Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini
ditandai dengan tanggalnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen,
hilangnya reflex primitif pada masa bayi. Timbulnya tanda seks
sekunder dan perubahan lainnya.
c. Kecepatan pertumbuhan tidak teratur. Hal ini ditandai dengan adanya
masa-masa tertentu dimana pertumbuhan berlangsung cepat yang
terjadi pada masa perenatal, bayi, dan remaja (aldostero).
Pertumbuhan berlangsung lambat pada masa prasekolah dan masa
sekolah.
3. Ciri-Ciri Perkembangan
Menurut Soetjiningsih (2012 dalam Arnis & Yuliastanti, 2016), proses
pertumbuhan dan perkembangan anakbersifat individual. Namun demikian
pola kerkembangan setiap anak mempunyai ciri-ciri, yaitu :
a. Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi
bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan
perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada
seseorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabutsaraf.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya. Seorang anak tidak bias berdiri dan ia
tidak bias berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang
terkait dengan fungsi anak terhambat. Perkembangan awal ini
merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan
selanjutnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan juga mempunyai
kecepatan yang berbeda-beda baik dalam pertumbuhan fisik maupun
perkembangan fungsi organ. Kecepatan pertumbuhan dan
perkembangan setiap anak juga berbeda-beda.
d. Pertumbuhan berkolerasi dengan perkembangan. Pada saat
pertumbuhan berlangsung, maka perkembangan pun mengikuti.
Terjadi peningkatan kemampuan mental, memori, daya nalar, asosiasi
dan lain-lain pada anak, sehingga pada anak sehat seiring
bertambahnya umur maka bertambah pula tinggi dan berat badannya
begitupun kepandaianya.
e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi
organ tubuh terjadi menurut hukum yang tetap, yaitu:
1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju
kearah kaudal/anggota tubuh (pola sefalo kaudal).
2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu
berkembang kebagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemamp ruang
gerak halus (pola proksimo distal).
f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan.Tahap-tahap tersebut tidak bias terjadi terbalik. Misalnya
anak mampu berjalan dahulu sebelum bias berdiri.
2. Etiologi ADHD
Menurut Susanto & Fengkey, (2016) faktor-faktor yang mungkin berperan
dalam terjadinya ADHD, yaitu:
a. Cedera otak : telah lama diperkiraan bahwa anak yang terkena ADHD
mendapat cedera otak yang minimal dan samar-samar pada sistem
safar pusatnya selama periode janin dan perinatalnya
b. Faktor neurokimiawi : Neurotransmitter dopamin (DA) dan
norepinefrin (NE) terlibat dalam patofisiologi ADHD; dopamin
adalah neurotransmitter yang terlibat dalam penghargaan,
pengambilan risiko, impulsif, dan suasana hati; norepinefrin
memodulasi perhatian, gairah dan suasana hati. Studi otak pada
individu dengan ADHD menunjukkan adanya cacat pada gen reseptor
dopamin D4 (DRD4) dan ekspresi berlebih dari dopamin transporter-
1 (DAT1). Reseptor DRD4 menggunakan DA dan NE untuk
memodulasi perhatian dan tanggapan terhadap lingkungan seseorang.
Protein transporter DAT1 atau dopamin membawa DA / NE ke
terminal saraf prasinaps sehingga mungkin tidak memiliki interaksi
yang cukup dengan reseptor post-sinaptik.
c. Struktur anatomi : pemeriksaan brain imaging yang dilakukan pada
anak dengan ADHD menunjukkan pengecilan volume otak yang
bermakna pada korteks prefrontal dorsolateral, kaudatus, palidum,
korpus kalosum, dan serebelum.
d. Faktor psikososial : Anak-anak dalam institusi seringkali hiperaktif
dan memiliki rentan atensi rendah. Tanda tersebut terjadi akibat
adanya pemutusan hubungan emosional yang lama, dan gejala
menghilang jika faktor pencetus dihilangkan, seperti melalui adopsi
atau penempatan di rumah penitipan.
Sedangkan menurut Pieter, H. Z. dkk.(2011) penyebab ADHD, yaitu
a. Dimensi Genetik
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa hiperaktif yang
menyertai ADHD selalu diikuti dengan riwayat keluarga yang
mengalami ADHD. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa hampir 1/3
dari ayah yang hiperaktif akan memberikan kontribusi 2-8 kali lebih
mudah terkena ADHD yang sama diturunkan pada anaknya. Mereka
akan memperlihatkan gangguan tingkah laku, gangguan perasaan,
emosi, dan substansi (Biederman, dkk, 1992; Faraone, dkk, 2000; dan
Faraone, 2003, dalam ). Salah satu penelitian yang menambahkan
penguatan pada pembentukan ADHD adalah faktor gen. Seperti yang
dikatakan oleh Sprick, dkk, (2000) bahwa gen-gen yang bertanggung
jawab pada pembentukan ADHD adalag gen yang berkaitan dengan
unsur kimiawi saraf (neurochemical), seperti dopamine, norepinefrin,
dan serotonin.
b. Volume otak
Dari penelitian dan diagnostik pada otak (brain imaging) ditemukan
bahwa terdapat mekanisme otak yang menghasilkan defisit atensi
(gangguan pemusatan perhatian), impulsif, dan hiperaktif pada
penderita ADHD. Salah satu penelitian yang reliabel menunjukkan
bahwa penderita ADHD memiliki volume otak yang lebih kecil dan
basal gaglia yang terletak lebih jauh dalam otak dan cerebrallar
vermis. Kecilnya volume otak sudah bisa dideteksi pada awal-awal
perkembangan otak yang mengalami kerusakan progresif umum.
Dipastikan mereka mengalami penurunan aliran darah pada korpus
striatum yang bisa menyebabkan defisit motivasi dan memicu sikap
acuh (Pop-per, dkk, 2003).
c. Kehamilan
Adaptif makanan, seperti zat pewarna, perencah dan zat pengawet
makanan diperkirakan turut bertanggung jawab pada pembentukan
gangguan ADHD. Seperti yang dikatakan oleh Linnet, dkk. (2003).
Bahwa kebiasaan ibu merokok saat hamil memberikan konstribusi
besar pada pembentukan gangguan ADHD. Ibu hamil yang merokok
memiliki risiko tiga kali lebih tinggi menghasilkan anak ADHD.
Apalagi jika ibu melahirkan anak kembar monozigot yang dianggap
paling rentan terkena ADHD.
d. Dimensi psikologis dan sosial
Dimensi psikologis dan sosial dianggap turut bertanggug jawab dalam
pembentukan ADHD. Respons negatif dari orang tua, guru, dan
teman-teman sebaya sangat berpengaruh pada perilaku hiperaktif dan
impulsif. Respons-respons negatif berupa self-esteem yang rendah,
citra diri yang negatif, dan sikap penolakan terhadap anak ADHD.
c. Tipe Campuran
Gejalanya campuran dari gangguan pemusatan perhatian (inatensi),
hiperaktivitas, dan impulsivitas Tanoyo, D. P. (2013). Menurut Pieter,
H. Z. dkk.(2011), kondisi ini mudah dilihat sehubungan dengan mereka
kurang mampu memperhatikan aktivitas permainan maupun tugas.
Perhatiannya mudah terpecah dan sering kehilangan barang. Faktor
penyebabnya bermuara dari kelemahan daya ingatan. Selain itu,
penderita ADHD juga memiliki perilaku yang berubah-ubah, impulsif,
selalu aktif dan tidak bisa asik dalam kegiatan yang menghabiskan
waktu, seperti membaca atau menyusun puzzle.
4. Komplikasi ADHD
Menurut Ballard, Kennedy, & O’Brien, (2014), komplikasi yang dapat
terjadi pada anak ADHD adalah:
a. Intelegensi dan kemampuan anak tidak sesuai dengan performa
akademik
b. Dapat memiliki perilaku ingkar atau membangkang atau memiliki
gangguan perilaku/ psikiatrik lain (gangguan ansietas, gangguan alam
perasaan seperti depresi dan bipolar, gangguan belajar, gangguan
komunikasi).
c. Komplikasi sekunder ADHD, seperti harga diri rendah dan penolakan
oleh teman sebaya, terus menimbulkan masalah yang serius bagi remaja.
Diperkirakan bahwa sedikitnya pada sepertiga anak, gejala akan
berlangsung hingga usia dewasa (Glod, 1997 dalamVidebeck, 2008).
2. Pemeriksaan Fisik
Menurut Tanoyo, (2013), pemeriksaan penuujang yang dilakukan pada anak
ADHD, yaitu sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Seluruh sistem tubuh
Perlu observasi yang baik terhadap perilaku penderita ADHD karena
pada penderita ADHD menunjukkan gejala yang sedikit pada
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi : tanda
vital, tinggi badan, berat badan. Pemeriksaan fisik umum termasuk
penglihatan, pendengaran dan neurologis. Tidak ada pemeriksaan fisik
dan laboratorium yang spesifik untuk ADHD. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan secara seksama, mungkin dapat membantu dalam
menegakkan diagnosa, dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain.
3. Diagnosis Keperawatan
Menurut Townsend & Morgan, (2018) diagnosa keperawatan yang dapat
diangkat pada anak ADHD, sebagai berikut :
a. Dimensi emosi: kecemasan berhubungan dengan hiperaktif.
b. Dimensi intelektual: perubahan pola belajar: rentang perhatian yang
pendek, mudah teralihkan, dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
berhubungan dengan hiperaktif.
c. Dimensi sosial: perubahan pola asuh behubungan dengan hiperaktivitas.
d. Dimensi spiritual: tekanan spiritual: keputusasaan berhubungan dengan
hiperaktif.
e. Dimensi fisik: resiko cedera berhubungan dengan hiperaktif.
4. Rencana Keperawatan
Menurut Townsend & Morgan, (2018) rencana keperawatan yang dapat
diangkat pada anak ADHD, sebagai berikut :
a. Dimensi Emosi
Diagonsa keperawatan:
Kecemasan berhubungan dengan hiperaktif
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan kecemasan teratasi
Kriteria hasil :
a) Anak dapat mengidentifikasi stres dan kecemasan dalam
lingkungan.
b) Anak dapat memindahkan diri ke area lain ketika terganggu oleh
rangsangan.
c) Anak dapat mengutarakan pikiran dan perasaan tentang situasi
masalah tertentu (berkelahi atau mengambil mainan dari anak-anak
lain).
Rencana asuhan keperawatan, sebagai berikut:
a) Bantu mengidentifikasi perasaan frustrasi, kemarahan, amarah,
dan keputusasaan dengan mendengarkan secara aktif, dan
berempati.
Rasional: untuk membantu anak mulai mempertimbangkan
sebab (perasaan) dan efek (memerankan) hubungan perilakunya.
b) Fasilitasi ekspresi perasaan frustrasi, kemarahan, kemarahan, dan
keputusasaan dengan cara yang tepat; bicarakan mereka,
gunakan energi fisik untuk mengekspresikannya.
Rasional: untuk memberikan alternatif bagi perilaku bermasalah.
c) Jelajahi metode alternatif untuk mengungkapkan perasaan ("apa
yang bisa Anda lakukan untuk mengekspresikan diri tanpa
amarah?" atau "apa yang Anda rasakan ketika Anda marah?).
Rasional: untuk mengajarkan tanggapan alternatif.
d) Mintalah klarifikasi ketika ekspresi perilaku perasaan tidak
dipahami.
Rasional: fungsi hubungan perawat-klien adalah untuk
memperjelas perasaan dan menghubungkannya dengan perilaku.
e) Kurangi tekanan untuk menyesuaikan diri dengan teman sebaya.
hindari perbandingan dengan orang lain.
Rasional: mengenali individualitas anak dan juga mengurangi
ketegangan yang mungkin terkait dengan tuntutan untuk
menyesuaikan diri.
b. Dimensi Intelektual
Diagnosa keperawatan:
Perubahan pola belajar: rentang perhatian yang pendek, mudah
teralihkan, dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
berhubungan dengan hiperaktif.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan rentang perhatian dan konsentrasi anak meningkat.
Kriteria hasil :
a) Anak tetap duduk untuk periode waktu yang ditentukan,
b) Anak dapat berkonsentrasi pada tugas,
c) Anak dapat menyelesaikan tugas,
d) Anak dapat berpartisipasi dalam kegiatan kelompok tanpa
mengganggu orang lain.
Rencana asuhan keperawatan, sebagai berikut:
a) Minta alasan anak untuk perilaku tertentu
Rasional: berikan sarana bagi anak untuk memeriksa perilakunya.
b) Bantu anak meningkatkan rentang perhatian dengan memberikan
lingkungan yang merangsang.
Rasional: membantu anak-anak belajar mengendalikan diri.
c) Gunakan penguatan positif untuk membantu anak menunda.
Sambung tangan segera untuk belajar menunggu, untuk bergiliran.
Rasional: membantu anak-anak belajar mengendalikan diri.
d) Berikan arahan dan tugas yang singkat dan ringkas.
Rasional: rentang perhatian pendek dan anak mengalami kesulitan.
e) Biarkan anak bekerja dengan kecepatannya sendiri dalam batas
yang wajar
Rasional: mengurangi ketegangan yang terkait dengan tekanan
untuk menyelesaikan tugas. Menyelesaikan dan meningkatkan
harga diri anak.
f) Kolaborasi dalam pemberian medikasi obat stimulan dan
nonstimulan.
Rasional: meningkatkan konsentrasi dan mengontrol perilaku
c. Dimensi Sosial
Diagnosa keperawatan:
Perubahan pola asuh behubungan dengan hiperaktivitas.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan stabilitas keluarga meningkat.
Kriteria hasil :
a) Meningkatnya kesadaran orangtua tentang perilaku anak dan
keadaan yang terkait dengan perilaku positif atau negatif
b) Meningkatnya pengetahuan orangtua dalam perawatan dan
mendisiplinkan anak.
Rencana asuhan keperawatan, sebagai berikut:
a) Tingkatkan konsep diri anak dengan meningkatkan keterampilan
sosial
Rasional: kapasitas untuk berhubungan dengan orang lain akan
meningkatkan harga diri dan mengurangi isolasi.
b) Berikan kesempatan bagi anak untuk melakukan interaksi yang
sukses dengan teman sebaya dengan mengawasi permainan.
Rasional: untuk belajar menjadi sukses dalam pertukaran sosial.
c) Libatkan keluarga dalam perawatan.
Rasional: keluarga merupakan sumber utama perawatan dan
keterlibatan disiplin meningkatkan kerjasama dalam perawatan.
d) Sediakan terapi keluarga
Rasional: disfungsi pada anggota keluarga menunjukkan
disfungtion dalam sistem keluarga. keluarga perlu memeriksa
respons mereka terhadap anak, cara-cara di mana mereka
berkontribusi pada perilaku, dan cara-cara di mana mereka dapat
membantu anak dalam beradaptasi.
e) Berikan peluang bagi anak untuk bermain dengan anak-anak
lainnya.
Rasional: meningkatkan sosialisasi anak
d. Dimensi Spiritual
Diagnosa keperawatan:
Tekanan spiritual: keputusasaan berhubungan dengan hiperaktif
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan tekanan spiritual teratasi
Kriteria hasil :
a) Anak dapat merasa aman dan percaya pada orang lain
b) Anak dapat mengendalikan perilaku
Rencana asuhan keperawatan, sebagai berikut:
a) Berikan hubungan suportif yang membina
Rasional: anak dapat merasa aman dan percaya pada orang lain
b) Berikan sikap bahwa anak itu unik dan spesial serta dihargai
sebagai orang yang memiliki hak mampu menghargai orang lain
dengan benar.
Rasional: untuk meyakinkan bahwa anak itu baik-baik saja dan
harapan bahwa anak dapat mengendalikan perilaku. meningkatkan
harga diri anak
c) Promosikan rasa cinta dan kepemilikan anak dalam keluarga.
Rasional: mengurangi isolasi
d) Promosikan rasa penerimaan orang tua terhadap anak sebagai
anggota keluarga yang berbeda dan dihargai.
Rasional: mengurangi penolakan orang tua dan untuk meningkatkan
respons mereka terhadap kebutuhan anak.
e) Promosikan kerja sama dengan perawatan.
Rasional: mencegah kerusakan perilaku lebih lanjut dan untuk
meningkatkan kepuasan dan kesenangan dalam hubungan dan
kehidupan secara umum.
e. Dimensi Fisik
Diagnosa keperawatan:
Resiko cedera berhubungan dengan hiperaktif.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan cedera tidak terjadi
Kriteria hasil :
a) Tidak terjadi cedera pada anak,
b) Anak tidak melukai diri sendiri dan orang lain,
c) Anak mampu menyalurkan kekerasan fisik pada hal yang positif
Rencana asuhan keperawatan, sebagai berikut:
a) Amati perilaku anak secara sering.
Rasional : anak-anak ADHD memiliki resiko tinggi untuk
melakukan pelanggaran, memerlukan pengamatan yang seksama
untuk mencegah tindakan yang bagi diri sendiri atau orang lain.
b) Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan
anak.
Rasional : keselamatan fisik adalah prioritas dari keperawatan.
c) Arahkan perilaku kekerasan fisik ke benda atau kegiatan fisik
(kantung tinju, bola, joging).
Rasional : mengarahkan kekerasan fisik ke arah yang positif.
d) Temani anak jika tingkat kegelisahan dan tegangan mulai
meningkat.
Rasional : hadirnya seseorang yang dapat dipercaya memberikan
rasa aman.
5. Evaluasi
Menurut Townsend & Morgan, (2018) evaluasi efektivitas pengobatan
didasarkan pada tujuan yang terukur dan kriteria hasil.
a. Kecemasan teratasi. Dengan kriteria hasil : anak dapat mengidentifikasi
stres dan kecemasan dalam lingkungan, anak dapat memindahkan diri
ke area lain ketika terganggu oleh rangsangan, anak dapat mengutarakan
pikiran dan perasaan tentang situasi masalah tertentu (berkelahi atau
mengambil mainan dari anak-anak lain).
b. Perubahan pola belajar teratasi. Dengan kriteria hasil: anak tetap duduk
untuk periode waktu yang ditentukan, anak dapat berkonsentrasi pada
tugas, anak dapat menyelesaikan tugas, anak dapat berpartisipasi dalam
kegiatan kelompok tanpa mengganggu orang lain.
c. Perubahan pola asuh keluarga teratasi. Dengan kriteria hasil:
meningkatnya kesadaran orangtua tentang perilaku anak dan keadaan
yang terkait dengan perilaku positif atau negative, meningkatnya
pengetahuan orangtua dalam perawatan dan mendisiplinkan anak
d. Tekanan spiritual: keputusasaan teratasi. Dengan kriteria hasil: anak
dapat merasa aman dan percaya pada orang lain, dan anak dapat
mengendalikan perilaku
e. Cedera tidak terjadi. Dengan kriteria hasil: tidak terjadi cedera pada
anak, anak tidak melukai diri sendiri dan orang lain, anak mampu
menyalurkan kekerasan fisik pada hal yang positif.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu klien mengatakan An. DD mengalami kesulitan dalam konsentrasi
belajar dan belajar dalam keadaan diam. Saat proses belajar mengajar di
dalam kelas An. DD tidak mampu fokus ketika guru berbicara di depan
kelas, seperti mencoret-coret buku, tidak mengerjakan tugas dari guru,
menggigit pensil. An. DD juga sering tidak mendengarkan perintah guru,
instruksi yang diberikan selalu berulang-ulang agar An. DD mengerti. Saat
belajar di dalam kelas An. DD suka berdiri dari tempat duduknya,
memukul meja, menggedor papan, dan menaikkan kaki di atas kursi. An.
DD suka melihat aktivitas yang dilakukan oleh teman-temannya. An. DD
sering menganggu temannya seperti melempar buku pada teman atau
orang yang ada di depannya, memukul, dan menjaili teman. An DD siswa
ADHD dengan lambat belajar. An. DD sangat malas sekali bila belajar,
ketika disuruh oleh guru sering tidak mau melaksanakan dan semaunya
sendiri. Ketika teman-teman An. DD membuat gaduh, An. DD akan
dengan cepat mengikuti sehingga kelas menjadi ramai.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan sebelumnya pernah mengalami penyakit yang sama
c. Riwayat kesehatan keluarga
Dikeluarga klien ada yang mengalami penyakit ADHD yaitu tante klien,
dan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit menular.
P
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
P : Pasien
d. Riwayat Anak
Ibu klien mengatakan An. DD melewati salah satu tahapan perkembangan
yaitu fase merangkak.
1. Masa Pre-Natal
Selama kehamilan ibu 4 kali memeriksakan kandungannya ke
Puskesmas dan Dokter, mendapat imunisasi TT sebanyak 2 kali.
Selama kehamilan ibu tidak pernah mengalami ibu tidak pernah
mengalami penyakit yang menular atau penyakit lainnya. Ibu juga
berkata saat kehamilannya suka makan makanan laut seperti udang,
kerang.
2. Masa Intra-Natal
Proses persalinan klien secara normal (spontan) dengan bantuan bidan,
dengan umur kehamilan 36 minggu.
3. Masa Post-Natal.
Klien lahir dalam keadaan normal, dengan BBLR ±2000 gram dalam
keadaan sehat. Waktu lahir klien langsung menangis.
e. Pengetahuan Orang Tua
1. Tentang makanan sehat
Orang tua klien belum cukup mengetahuin tentang makanan sehat dan
gizi klien baik dan berat badannya 20 kg. Klien diberikan ASI sampai
umur 6 bulan dan dilanjutkan dengan MPASI.
2. Personal Hygiene
Orang tua klien sudah mengetahui tentang kebersihan dengan baik,
dilihat dari kebersihan klien dan orang tuanya sendiri.
3. Imunisasi
Imunisasi yang didapatkan klien tidak lengkap yaitu: imunisasi BCG
satu kali, DPT empat kali, campak dua kali, polio empat kali, hepatitis
B empat kali.
4. Pola kebiasaan
a. Pola nutrisi
Pola nutrisi klien sebelum sakit: klien makam 3 kali sehari habis 1 porsi
makan, dengan jenis makanan nasi, lauk-pauk, sayuran, minum air putih
dan susu. Nafsu makan klien baik, tidak ada mual dan muntah. Orang tua
klien masih memberikan makanan yang mengandung zat aditif seperti
MSG, yang banyak terdapat pada makanan, jajanan/minuman berwarna,
dan gula.. Kebiasaan klien sebelum makan yaitu mencuci tangan.
Makanan yang tidak disukai tidak ada. Sedangkan dirumah sakit klien
makan habis 1/2 porsi, minum air putih dan susu. Klien tidak
menggunakan alat bantu untuk makan.
b. Pola Eliminasi
1) BAK
Sebelum dirawat di rumah sakit klien buang 4-5 x/hari, warna kuning
jernih, keluhan tidak ada, dan berbau amonia. Sedangkan di rumah
sakit klien buang air 3-4 x/hari, warna kuning jernih, dan berbau
amonia.
2) BAB
Sebelum sakit klien BAB 1x/hari, waktu tidak tentu, warna kuning
kecoklatan, konsistensi padat dengan tidak menggunakan obat-obatan
pencahar. Di rumah sakit, klien BAB 1x/hari, warna kuning
kecoklatan, tidak menggunakan obat-obatan pencahar.
c. Pola personal hygiene
Sebelum sakit klien mandi 2 x/hari waktu pagi dan sore, oral hygiene 2
x/hari waktu pagi dan sore, cuci rambut 3 hari sekali. Di rumah sakit klien
dimandikan 2 x/hari waktu pagi dan sore, oral hygiene 2 x/hari setiap
pagi dan sore, cuci rambut belum pernah selama sakit. Klien dibantu
dalam melakukan aktivitas mandi oleh perawat dan keluarga.
d. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit klien tidur selama 7-8 jam sehari, tidur siang tidak pernah
dan tidur malam 7-8 jam. Di rumah sakit klien tidur selama 9-10 jam
sehari, tidur siang 2 jam dan tidur malam 7-8 jam. Kebiasaan sebelum
tidak ada.
e. Pola aktivitas dan latihan
Klien adalah siswa sekolah dasar inklusi Surabaya. Klien sering
melakukan aktivitas olahraga di sekolah.
6. Pemeriksaan Penunjang
Hasil CT-scan atau MRI mengungkapkan penurunan volume otak terutama di
korteks frontalis, basal ganglia dan serebrum.
8. Data Fokus
a. Data Subjektif
Ibu klien mengatakan klien sangat sulit untuk belajar, klien memang lebih
suka memerhatikan benda-benda lain yang ada disekelilingnya seperti
mainan, dan mudah bosan saat belajar seperti banyak alasan. Ibu klien
mengatakan tidak begitu menerapkan aturan kepada klien agar klien
disiplin dan patuh. Ketika klien tidak mau belajar atau sulit untuk belajar,
biasanya akan dibiarkan bermain dan melakukan kegiatan semaunya.
b. Data Objektif
Hasil observasi didapatkan klien mengalami kesulitan dalam konsentrasi
belajar dan belajar dalam keadaan diam. Saat proses belajar mengajar di
dalam kelas klien tidak mampu fokus ketika guru berbicara di depan kelas,
seperti mencoret-coret buku, tidak mengerjakan tugas dari guru, menggigit
pensil. Klien juga sering tidak mendengarkan perintah guru, instruksi yang
diberikan selalu berulang-ulang agar klien mengerti. Saat belajar di dalam
kelas klien suka berdiri dari tempat duduknya, memukul meja, menggedor
papan, dan menaikkan kaki di atas kursi. klien suka melihat aktivitas yang
dilakukan oleh teman-temannya. klien sering menganggu temannya
seperti melempar buku pada teman atau orang yang ada di depannya,
memukul, dan menjaili teman. Klien siswa ADHD dengan lambat belajar.
Klien sangat malas sekali bila belajar, ketika disuruh oleh guru sering
tidak mau melaksanakan dan semaunya sendiri. Ketika teman-teman klien
membuat gaduh, klien akan dengan cepat mengikuti sehingga kelas
menjadi ramai.
9. Analisis Data
No Data Masalah Etiologi
1. Data Subjektif: Perubahan pola Hiperaktivitas
a. Ibu klien mengatakan klien belajar: rentang
sangat sulit untuk belajar, perhatian yang
b. Ibu klien mengatakan klien pendek, mudah
memang lebih suka teralihkan, dan
memerhatikan benda-benda ketidakmampuan
lain yang ada disekelilingnya untuk
seperti mainan, dan mudah berkonsentrasi
bosan saat belajar seperti
banyak alasan.
a. Ibu klien mengatakan klien
tidak mampu fokus ketika
guru berbicara di depan
kelas, seperti mencoret-coret
buku, tidak mengerjakan
tugas dari guru, menggigit
pensil.
b. Ibu klien mengatakan ketika
teman-teman klien membuat
gaduh, klien akan dengan
cepat mengikuti sehingga
kelas menjadi ramai.
Data Objektif:
a. Hasil observasi didapatkan,
klien mengalami kesulitan
dalam konsentrasi belajar.
b. Klien tidak mampu fokus
ketika ada yang berbicara.
c. Klien sering tidak
mendengarkan perintah,
instruksi yang diberikan
selalu berulang-ulang agar
klien mengerti.
d. Klien sangat malas sekali
bila belajar dan semaunya
sendiri.
Data Subjektif:
a. Ibu klien mengatakan
dirinya tidak begitu
menerapkan aturan kepada
klien agar klien disiplin dan
patuh. Ketika klien tidak
mau belajar atau sulit untuk
belajar, biasanya akan
dibiarkan bermain dan
melakukan kegiatan Perubahan pola Hoperaktivitas
2.
semaunya. asuh keluatga
b. Ibu klien mengatakan
dirinya lebih menyerahkan
sepenuhnya kepada terapis
dan guru kelas dalam
mengembangkan perilaku
klien dan akademik klien.
Data Objektif:
a. Ibu klien terlihat tidak begitu
memahami kondisi anaknya.
3. Data Subjektif: Resiko cedera
Ibu klien mengatakan saat Hiperaktivitas
belajar klien suka berdiri dari
tempat duduknya, memukul
meja, menggedor papan, dan
menaikkan kaki di atas kursi.
Data Objektif:
a. Klien terlihat sering
menganggu orang lain
seperti melempar benda pada
orang lain, dan menjahili
orang lain.
b. Klien terlihat sering
berlarian dan tidak bisa
diam.
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah kelompok menganalisa data, maka kelompok merumuskan diagnosa
keperawatan yang disusun berdasarkan prioritas. Diagnosa keperawatan pada
klien adalah :
1. Perubahan pola belajar: rentang perhatian yang pendek, mudah teralihkan,
dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi berhubungan dengan
hiperaktivitas
2. Perubahan pola asuh keluarga berhubungan dengan Hiperaktivitas.
3. Resiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas.
A. Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan pada An.DD tidak sesuai dengan tahapan usia,
dibuktikan dengan An.DD susah konsentrasi dan tidak bisa bersosialisai dengan
teman akibat hiperaktifitas. ADHD yang dialami pada An.DD merupakan tipe
campuran yaitu tipe campuran dari gangguan pemusatan perhatian (inatensi),
hiperaktivitas, dan impulsivitas.
ADHD pada An.DD disebabkan oleh keturunan dibuktikan bahwa salah satu
keluarga klien memiliki penyakit yang sama. Klien telah mendapatkan terapi
musik dan terapi obat oral Concerta 2x15 mg, pada pukul 06.00 WIB dan 18.00
WIB yang berfungsi meningkatkan kemampuan memperhatikan, tetap fokus
pada suatu kegiatan, dan mengendalikan masalah perilaku. Tanda dan gejala
ADHD yang nampak pada klien adalah tidak mampu fokus, sangat malas sekali
bila belajar, susah konsentrasi, sering menganggu teman, dan membuat gaduh.
Pengkajian yang terfokus pada pasien An.DD dengan ADHD meliputi riwayat
kesehatan sekarang, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga,
riwayat anak dan pemeriksaan penunjang yang menunjukkan hasil CT-scan atau
MRI mengungkapkan penurunan volume otak terutama di korteks frontalis, basal
ganglia dan serebrum. Pada kasus An.DD dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan meliputi, perubahan pola belajar: rentang perhatian yang pendek,
mudah teralihkan, dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi berhubungan
dengan hiperaktif, perubahan pola asuh: kurangnya stabilitas keluarga terkait
dengan hiperaktif, dan resiko cedera berhubungan dengan hiperaktifitas.
Intervensi dilakukan kepada An.DD sebagian besar sudah sesuai dengan teori.
Adapun intervensi yang tidak sesuai dengan teori adalah beri anak terapi dengan
terapi musik dan gerak dan jelaskan kepada orang tua tentang diet anak ADHD
yang baik. Evaluasi selama 3x24 jam masalah keperawatan, perubahan pola
belajar belum teratasi, koping keluarga tidak efektif teratasi, dan resiko cedera
belum teratasi.
B. Saran
Pada kesempatan ini, izinkanlah penulis memberikan saran kepada mahasiswa
dan perawat sehingga asuhan keperawatan pada klien dengan spinal cord injury
khususnya fraktur thorakul lumbal dapat semakin baik.
1. Untuk mahasiswa
a. Mahasiswa/i mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh
di institusi dan menerapkan secara langsung kepada pasien melalui asuha
keperawatan dan memanfaatkan waktu praktik seoptimal mungkin agar
tujuan dari asuhan keperawatan dapat tercapai.
b. Mahasiswa/i lebih meningkatkan keberanian untuk membina kerja sama
dan komunikasi dengan tim kesehatan lain seperti pada perawat ruangan,
co ass, dokter, dan residen.
c. Mahasiswa lebih meningkatkan promosi kesehatan mengenai nutrisi yang
seimbang sehingga mengurangi resiko terjadinya ADHD
2. Untuk perawat
Adapun saran untuk perawat ruangan yaitu:
a. Mempertahankan tim yang solid dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien.
b. Meluangkan waktu untuk melakukan terapi kepada klien
DAFTAR PUSTAKA
Dania, Nijma.(2019). Teori Dasar ADHD: Sebuah Panduan Dasar Anak ADHD.
Bandung: Dunkids Media.
Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC.
Mar’atun Nafi’ah, A., Cahyo Wibowo, I., & Dianto, F. (2018). Periodesasi Masa
Perkembangan Anak-Anak. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 1-15.