Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

delay

Disusun Oleh :

Linda Pratama Syaifuddin (18170002)

Febrian Kristanto (18170011)

PROGRAM STUDI D-3 FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2021
Daftar Isi

BAB I.........................................................................................................................

Pendahuluan.............................................................................................................

1.1 Latar Belakang...................................................................................................

2.1 Rumusan Masalah..............................................................................................

3.1 Tujuan Laporan


Kasus.......................................................................................

4.1 Manfaat Laporan


Kasus.....................................................................................

BAB
II........................................................................................................................

Kerangka
Teori.........................................................................................................

1.2 Definisi Speach Delay.........................................................................................

2.2
Etiologi.................................................................................................................

3.2 Patologi................................................................................................................

4.2 Karakteristik Speach delay...............................................................................

BAB III......................................................................................................................

Laporan
Kasus..........................................................................................................

BAB 4.........................................................................................................................

Pembahasan..............................................................................................................
BAB 5

Penutup.............................................................................................................

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat kesehatan dan umur panjang kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Speach Delay ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas praktik
komprehensif kami. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Speach delay dan bagaimana peran Fisioterapi pada Speach Delay bagi
para pembaca dan penulis.

Kami ucapkan banyak terima kasih kepada CI Klinik LY Physiocare yang telah
memberikan kami Ilmu pengetahuan yang begitu penting tentang pediatri
sehingga ilmu yang kami dapat sangat bermanfaat dan menambah pengetahuan
serta wawasan sesuai dengan program studi yang kami tekuni saat ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran sangat membantu kami dalam pembuatan makalah ini agar
lebih sempurna lagi. Terima kasih.

Cawas, Klaten, 5 april 2021


Ini juga...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada awal lahir bayi memiliki bahasa bunyi suara menangis, kemudian
dengan seiring berjalannya waktu bayi semakin besar mengalami perkembangan
dengan melakukan komunikasi. Interaksi sosial dalam keluarganya sendiri, orang-
orang terdekatnya dalam unsur keluarga, kerabat maupun dengan lingkungan. Saat
bayi lahir ia menangkap bahasa pertama dari kedua orang tuanya yang merawat,
menjaga, membesarkannya ini bisa kita perhatikan bagaimana bayi memberikan
respon terhadap suara (child-direct speech) yang didengarkan melalui gerak
tubuh, mata dan badan. Suara yang diterima bagian dari intonasi irama bunyi
suara orang tua saat melakukan komunikasi pertama dengan anak ketika lahir
dibeberapa bulan (Palupi, 2015).

Gangguan keterlambatan bicara ini tentu memiliki banyak faktor yang


berhubungan dengan anak seperti pola asuh dalam keluarga, dan intensitas
pemberian stimulus. Sehingga untuk melihat adanya ganggaun tersebut yang
dapat orang tua lakukan adalah dengan melalui berbagai pendekatan dan media
serta pengamatan. Untuk perkembangan bahasa anak usia 4-6 tahun dapat dilihat
melalui berbicara dengan lancar., penguasaan bahasa dan penyampaian kata sudah
lebih kompleks (Fitriani, 2016). Gangguan keterlambatan bicara ini menimbulkan
dampak bagi anak dalam mengembangkan keterampilan sosial (social skill) dan
ketika membangun hubungan sosial dengan orang lain. Faktor keterlambatan
bicara dipengaruhi oleh faktor internal yang terdiri dari genetika, kecacatan fisik,
malfungsi neurologis, prematur, jenis kelamin (Yulianda, 2019)
Ada sebagian anak yang terbukti tidak mengalami gangguan pendengaran
atau auitisme, keterlambatan bicaranya termasuk dalam klasifikasi. Gangguan
perkembangan bicara dan bahasa ekspresif dalam istilah sehari-hari sering disebut
speech delay. Gangguan bicara merupakan salah satu penyebab gangguan
perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak (Syamsuardi, 2015).
Menurut Soetjiningsih (1995), perkembangan bicara dan bahasa merupakan
indikator seluruh perkembangan anak, karena perkembangan berbahasa sensitif
terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya sebab melibatkan
perkembangan kognitif, sensori motorik, psikologis, emosi dan lingkungan di
sekitar anak. Perkembangan bicara dan bahasa merupakan indikator seluruh
perkembangan anak, karena dapat memprediksi gangguan lain seperti
neuropsikoatri atau perkembangan saraf seperti autis atau ADHD dan gangguan

Menurut survey yang dilakukan oleh Unit Kerja Koordinasi (UKK)


Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), angka
pada anak yang mengalami gangguan bicara dan Bahasa cukup tinggi, dan paling
dominan. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada 7
rumah sakit pendidikan yaitu di Surabaya, Jakarta, Bandung, Palembang,
Denpasar, Padang, dan Makasar, menemukan bahwa 8-33% dengan rata-rata 21%
anak mengalami gangguan bicara-bahasa (Saputra,2013).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Layanan Autis Kota Surakarta,
penyebab anak memiliki hambatan dalam berbicara diantaranya adalah kurangnya
gizi orangtua, stimulus yang kurang, dan pola asuh. Anak berasal dari keluarga
yang kurang mampu, hal tersebut berdampak pada pemberian gizi yang kurang
kepada subjek. Selain itu, orang tua yang bekerja menjadikan anak lebih sering
beraktivitas di dalam rumah, sehingga menyebabkan kurangnya interaksi yang
terjalin antara anak dengan orang luar. Persoalan yang dialami subjek salah
satunya dalam hal menerapkan pengasuhan yang tepat. Namun, salah satu langkah
yang telah di lakukan saat ini adalah lebih sering berkomunikasi dengan anak.
Judarwanto (dalam Sunanik 2013) menyatakan bahwa faktor eksternal paling
menentukan perkembangan anak. Anak yang berasal dari daerah yang sosio-
ekonominya buruk, layanan kesehatan kurang memadai, serta asupan gizi yang
kurang, menyebabkan anak dapat mengalami berbagai gangguan dalam tumbuh
kembang, diantaranya ganguan Bahasa dan bicara.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja permasalahan yang timbul pada anak dengan kondisi Speach
Delay ?
2. Bagaimana Penatalaksanaan fisioterapi pada anak dengan kondisi speach
delay di Klinik Ly Physiocare?

C. Tujuan Laporan Kasus

1. Untuk mengetahui permasalahan apa saja yang timbul pada anak dengan
kondisi speach delay
2. Untuk mengetahui Penatalaksanaan fisioterapi pada anak dengan kondisi
speach delay di Klinik Ly Physiocare

D. Manfaat Laporan Kasus

1. Bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam melaksanakan proses
fisioterapi pada kondisi Speach Delay.
2. Bagi Fisioterapi
Untuk mendapatkn metode yang tepat dan bermanfaat dalam melakukan
penanganan pada kondisi Speach delay.
3. Bagi Orang Tua
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada orangtua
mengenai pola asuh pada anak, selain itu dapat menjadi acuan dalam
menetapkan pola asuh kedepannya.
4. Bagi masyarakat
Untuk pengetahuan masyarakat tentang pentingnya Speach Delay serta
mengetahui peranan fisioterapi pada kasus tersebut.

BAB II
KERANGKA TEORI

Deskripsi Kasus
1. Definisi Speach Delay

Gangguan bicara merupakan salah satu penyebab gangguan perkembangan


yang paling sering ditemukan pada anak (Syamsuardi, 2015). Menurut
Soetjiningsih (1995), perkembangan bicara dan bahasa merupakan indikator
seluruh perkembangan anak, karena perkembangan berbahasa sensitif terhadap
keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya sebab melibatkan perkembangan
kognitif, sensori motorik, psikologis, emosi dan lingkungan di sekitar
anak.Perkembangan bicara dan bahasa merupakan indikator seluruh perkembangan
anak, karena dapat memprediksi gangguan lain seperti neuropsikoatri atau
perkembangan saraf seperti autis atau ADHD dan gangguan kesulitan belajar
(Akkus,dkk, 2018) .

Speech delay (terlambat bicara) adalah istilah yang sering diberikan oleh
dokter anak kepada anak-anak ini. keterlambatan berbicara adalah sebuah gejala
dari suatu diagnosis tertentu. Jadi, jika menerima istilah bahwa anak kita
mengalami keterlambatan bicara dengan mengatakan bahwa si anak mengalami
speech delay, lalu dianjurkan untuk diberi terapi wicara, kita juga akan kesulitan
menentukan bentuk terapi wicara yang seperti apa. Bisa jadi nanti justru kita
menerima terapi wicara yang terlalu umum dan tidak menegena pada sasaran, atau
justru salah pendekatan yang bisa menyebabkan anak menjadi trauma.11 Anak
yang mengalami speech delay juga tergolong dalam gangguan pada ekspresi
bahasa, misalnya kesulitan menyampaikan pikiran-pikiran dalam bentuk kalimat
yang baik, kesulitan menyusun kata-kata yang baik, atau kesulitan menyusun
elemen cerita secara runtut. Namun pada umumnya ia tidak mengalami kesulitan
penerimaan bahasa, ia juga pandai berbahasa simbolik. Hanya saja saat anak itu
masih kecil atau balita dimana belum mengalami perkembangan berbahasa secara
baik, ia juga mengalami kekurangan daftar kata-kata, sehingga jika diajak
berbicara juga masih mengalami kesulitan pemahaman bahasa dan juga kesulitan
mengambil daftar kata dalam memorinya (finding words yang merupakan
kelemahan anak kelompok ini).

2. Etiologi

Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua
gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau
organ pembuat suara. Berikut ini adalah beberapa penyebab gangguan bicara.
Namun bila penyebabnya karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi
tidak terlalu berat. Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan
bicara adalah sebagai berikut:

a. Gangguan Pada Pendengaran


Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar
pembicaraan disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan
bila ada keterlambatan bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan
pendengaran, bisa karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa
terjadi bila mengalami infeksi yang berulang pada organ dalam sistem
pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan genetik, infeksi
ibu saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila
terdapat keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan
pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi otak,
pemakaian obat-obatan tertentu atau kuning yang berat ( hiperbilirubin ).
Pengobatan dengan pemasangan alat bantu dengar akan sangat membantu
bila kelainan ini dideteksi sejak awal. Pada anak yang 28 mengalami
gangguan pendengaran tetapi kepandaian normal, perkembangan berbahasa
sampai 6-9 bulan tampaknya normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian
menggumam akan hilang disusul hilangnya suara lain dan anak tampaknya
sangat pendiam. Adanya kemunduran ini juga seringkali dicurigai sebagai
kelainan saraf degeneratif.

b. Kelainan Organ Bicara


Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan
mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft
palate), deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan laring. Pada lidah pendek
terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan mengucapkan huruf
”t”, ”n” dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula mengakibatkan suara
desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z” dan ”th”.Kelainan bibir sumbing bisa
mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa rinolaliaaperta, yaitu terjadi
suara hidung pada huruf bertekanan tinggi seperti ”s”, ”k”, dan ”g”.
c. Retardasi Mental
Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak
dibandingkan anak lain seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab
terbanyak dari gangguan bahasa. Pada kasus redartasi 29 mental,
keterlambatan berbahasa selalu disertai keterlambatan dalam bidang
pemecahan masalah visuo-motor.
d. Genetik Heriditer dan Kelainan Kromosom
Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua.
Biasanya juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil.
Biasanya keterlambatan. Menurut Mery GL anak yang lahir dengan
kromosom 47 XXX terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan
membutuhkan terapi bicara sebelum usia prasekolah. Sedangkan Bruce
Bender berpendapat bahwa kromosom 47 XXY mengalami kelainan bicara
ekpresif dan reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX.
e. Kelainan Sentral (Otak)
Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan untuk
menggabungkan kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan
berbahasa yang selalu lebih rendah. Ia sering menggunakan mimik untuk
menyatakan kehendaknya seperti pada pantomim. Pada usia sekolah, terlihat
dalam bentuk kesulitan belajar.

f. Gangguan Emosi dan Perilaku


Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak
minimal, gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk
dikenali. Biasanya diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan
gejala tersamar lainnya.
g. Alergi Makanan
Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak,
sehingga mengakibatkan gangguan perkembangan salah satunya adalah
keterlambatan bicara pada anak. Gangguan ini biasanya terjadi pada
manifestasi alergi pada gangguan pencernaan dan kulit. Bila 31 alergi
makanan sebagai penyebab biasanya keterlambatan bicara terjadi usia
di bawah 2 tahun, di atas usia 2 tahun anak tampak sangat pesat
perkembangan bicaranya.

3. Patologi

Faktor yang dapat menyebabkan anak mengalami keterlambatan


bicara adalah karena adanya gangguan di otak, khususnya pada daerah oral
motor. Adanya gangguan ini akan menyebabkan anak mengalami masalah
dalam mengolah suara. Lalu, gangguan pada sistem neurologis juga sangat
mungkin menyebabkan anak mengalami keterlambatan bicara. Misalnya,
anak yang mengalami distrofi otot bisa berpengaruh juga pada otot-otot
untuk berbicara sehingga menyebabkan anak mengalami kesulitan
memproduksi kata.
Selain dapat mengakibatkan anak kesulitan berkomunikasi, speech
delay juga berakibat pada sulitnya orang tua memahami keinginan anak.
Bahkan akibat lebih jauh, speech delay bisa berdampak serius. Anak akan
sangat mudah untuk memiliki faktor risiko gangguan jiwa, seperti depresi
dan anxiety. Itu disebabkan karena mereka tidak bisa mengekspresikan apa
yang mereka mau. Bagi mereka semua perasaan itu tidak nyaman, sebab
mereka tidak bisa memberi tahu atau mengekspresikan apakah mereka
sedih, marah, atau kecewa, dan ini bisa berawal dari speech delay.

Terkadang ketika anak merengek atau menangis, orang tua akan


cenderung memberikan apa saja yang ia mau asalkan berhenti menangis,
termasuk gawai. Sebaiknya ketika anak dalam keadaan seperti itu, yang
tepat untuk dilakukan adalah harus adanya interaksi dua arah antara orang
tua dan anak. Dengan interaksi dua arah yang semakin banyak, orang tua
akan membantu perkembangan kosa kata anak, selain itu kemampuan
emosionalnya juga akan lebih berkembang.

4. Karakteristik Speach delay

a. Usia 1 tahun (12 bulan)


- Menggunakan bahasa tubuh seperti melambaikan tangan ‘good-bye’
atau menunjuk objek tertentu
- Berlatih menggunakan beberapa konsonan yang berbeda
- Vokalisasi atau melakukan komunikasi
b. Speech Delay Anak Usia 1-2 Tahun
- Tidak memanggil ‘mama’ dan ‘dada’
- Tidak menjawab bila dikatakan ‘tidak’, ‘halo’ dan ‘bye’
- Tidak memiliki satu atau 3 kata pada usia 12 bulan dan 15 kata pada
usia 18 bulan
- Tidak mampu mengidentifikasi bagian tubuh
- Kesulitan mengulang suara dan gerakan
- Lebih memilih menunjukkan gerakan daripada berbicara verbal
c. Tanda dan Gejala Speech Delay Anak Usia 2-5 Tahun
- Tak mampu menyampaikan kata-kata atau frase secara spontan
- Tak mampu mengikuti petunjuk dan perintah sederhana
- Kurang bunyi konsonan di awal atau akhir kata, seperti ‘aya’ (ayah),
‘uka’ (buka)
- Tidak dipahami bicaranya oleh keluarga terdekat
- Tak mampu untuk membentuk 2 atau 3 kalimat sederhana.

BAB III

LAPORAN KASUS

I. PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Nama : An. F
Umur : 30 September 2018 ( 3 tahun )
Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Trucuk, Klaten

II. DATA - DATA MEDIS RUMAH SAKIT


A. Diagnosa Medis : Speech Delay
Tanggal : …
B. Catatan Klinis (Medika mentosa, Hasil Lab, Foto Rontgen,
TORCH, Tes Darah Dan Urine , MRI, Ct-Scan, Eeg, dll)
Tidak ada catatan klinis
C. Terapi Umum ( General Treatment ) :
Tidak ada
D. Rujukan Fisioterapi :
Tidak ada rujukan fisioterapi
III. SEGI FISIOTERAPI
A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
1. Keluhan Utama :
Ibu mengatakan anak belum lancer berbicara, susah makan, sering
kesandung saat berjalan dan sering terjatuh. Ibu juga mengatakan anak
takut dengan suara. Ketika anak mendengar suara motor king, anak
menangis seperti dicubit. Selain itu, anak juga takut dengan air
sehingga anak tidak mau mandi dan hanya di seka / memakai lap.
2. Riwayat penyakit Utama
 Pre Natal
Ibu mengatakan mempunyai riwayat haid tidak lancer. Ketika
ibu mengandung, ibu sering mual namun tidak sampai muntah.
Selain itu, tidak ada keluhan.
 Natal
Kelahiran tidak sesuai HPL karena ada riwayat PCO. Pada usia
kehamilan 42 minggu, ibu melahirkan An.F. kelahiran secara
normal, jam 10 malam ketuban pecah dan jam 7 pagi lahir,
setelah lahir anak tidak langsung menangis akhirnya dikasih
selang pada mulut anak dan anak di angkat kakinya dengan
posisi kepala di bawah dan diberi sinar barulah anak menangis.
 Post Natal
Ketika anak umur 1 bulan, ibu melihat anak sering
menangis ketika mendengar suara motor. Ibu mengatakan
anak nangis seperti dicubit-cubit.
 Riwayat Perkembangan
Ibu mengatakan anak mulai tengkurap umur 3 bulan, duduk
usia 6 bulan, merangkat usia 7-8 bulan. Anak sudah bias
berjalan di umur 10 bulan, akan tetapi saat ia berjalan anak
masih sering jatuh. Kemudian umur 1 tahun lebih, anak dibawa
ke klinik LY, Klaten. Setelah beberapa kali terapi, anak
mengalami perkembangan yaitu saat berjalan anak tidak sering
jatuh. Dan dalam kondisi sekarang tinggal melatih fokusnya
karena anak mudah teralih fokusnya selain itu mengurangi
hiperaktifnya serta meningkatkan kemampuan komunikasinya.

3. Anamnesis Sistem

Sistem Keterangan
Kepala dan Leher Tidak ada keluhan
Kardiovaskuler Tidak ada keluhan
Respirasi Tidak ada keluhan
Gastrointestinalis BAB Lancar
Urogenital BAK Lancar
Musculoskeletal Tidak ada keluhan
Nervorum Tidak ada keluhan

B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Tanda – Tanda Vital :
a. Lingkar Kepala : 50 cm
b. Tinggi Badan : 92 cm
c. Berat Badan : 12,7 kg
d. Komunikasi Verbal : kurang baik
e. Komunikasi Non Verbal : kurang baik
f. Kualitas Pendengaran : baik
g. Kualitas Penglihatan : baik
h. Kualitas Kinetik : kurang baik
2. Inspeksi ( statis & dinamis )
Statis
 Postur ketika duduk membungkuk
 Ada kontak mata ( ya jelas ada)
 Sering melamun, saat melamun mulut umik-umik
Dinamis

 Anak belum bias bicara lancar


 Anak belum stabil ketika pendaratan setelah melompat
 Anak kadang patuh kadang tidak
 Anak terkadang tidak memperhatikan ketika dipanggil
3. Palpasi
 Spasme m.paravertebra
 Suhu lokal normal
 Tonus normal
 Hipersensitif taktil
 Hipersensitif oral
4. Perkusi
Tidak dilakukan
5. Gerakan Dasar
a. Gerak Aktif
 Anggota gerak Atas
Anak dapat menggerakan anggota gerak atas secara
aktif tanpa ada hambatan
 Anggota Gerak Bawah
Anak dapat menggerakan anggota bawah secara aktif
tanpa ada hambatan
b. Gerak Pasif
 Anggota Gerak Atas
Dapat digerakan full ROM
 Anggota Gerak Bawah
Dapat digerakan full ROM
c. Gerak Isometrik Melawan Tahanan
Tidak dilakukan
6. Kognitif, Intrapersonal, Interpersonal
a. Kognitif
Anak kesulitan memahami instruksi yang diberikan
b. Intrapersonal
Sulit mengekpresikan apa yang anak rasakan
c. Interpersonal
Anak terkadang tidak komunikatif
7. Kemampuan Fungsional & Lingkungan Aktifitas
Anak sudah bias berjalan, berlari, lompat. Selain itu anak juga
sudah bias mencuci tangan sendiri, makan, mengambil minum,
memakai topi. Anak terkadang patuh.
8. Pemeriksaan Spesifik
Denver II
a. Personal Sosial
2 kotak terpotong garis anak tidak lulus. Anak baru dapat
menggunakan sendok garpu, minum dengan cangkir, menirukan
kegiatan main bola.
b. Adaptif – Motorik Halus
3 kotak terpotong garis anak lulus, menyusun menara dari 2
kubus, ambil manik-manik, mencoret-coret.
c. Bahasa
3 kotak terpotong garis anak lulus
d. Motorik Kasar
3 kotak terpotong garis anak lulus

Reflek Primitif
 Babinski reflek (+)
 Blingking reflek (+)
 Protektif reflek (+)
 Plantar graps reflek (+)
 Palmar graps reflek (+)
 Standing (+/-)
C. DIAGNOSA FISIOTERAPI
a. Impairment
- Spasme otot paravertebral
- Kekakuan pada lidah
- Hipersensitif taktil
- Hipersensitif oral
- Gangguan konsentrasi
- Gangguan reflek standing
b. Functional Limitation
- Anak belum lancar berbicara
- Anak takut bahkan sampai menangis ketika mendengar suara
keras
- Saat berjalan anak terkadang jatuh
- Fokus anak mudah teralih
- Anak belum mampu bahkan takut ketiaka bertemu dan
berinteraksi dengan orang lain
c. Disability
- Anak tidak bias melakukan kemampuan fungsional dan
aktivitasnya dengan baik seperti berinteraksi dan bergaul dengan
orang lain.
D. PROGRAM / RENCANA FISIOTERAPI
1. Tujuan
a. Jangka Pendek
- Mengurangi spasme pada otot paravertebral
- Mengurangi hipersensitif pada taktil dan oral
- Meningkatkan konsentrasi / fokus pada anak
- Meningkatkan keseimbangan pada anak
- Mengurangi tingkat hiperaktif pada anak

b. Jangka Panjang
- Mengoptimalkan pengurangan hipersensitif taktil dan oral
- Mengoptimalkan peningkatan konsentrasi anak
- Mengoptimalkan peningkatan keseimbangan pada anak
- Megoptimalkan pengurangan gangguan perilaku
(hiperaktif)

2. TEKNOLOGI INTERVENSI
a. Teknologi Fisioterapi
- Neuro sensorik
- Vestibular exercise
- Jump exercise
- Berdiri 1 kaki
- Blocking & Bedong
- Oral Facing Stimulation
b. Edukasi
Terapis mengedukasi ibu untuk melatih anak di rumah
dengan latihan yang terapis berikan di klinik seperti latihan
berdiri 1 kaki, latihan melompat dan latihan keseimbangan.
c. Rencana Evaluasi
- Palpasi
- Pemeriksaan reflek primitive
- Pemeriksaan Denver II
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Penatalaksanaan Fisioterapi
1. Senin, 15 Maret 2021
a. Neurosensorik
Alat &Bahan : baby oil, tisu
 Persiapan alat
Siapkan alat dan bahan ( baby oil, tisu )
 Persiapan pasien
Posisi pasien terlentang
 Mulai lakukan teknik neurosensorik pada anak yang gerakannya
antara lain ;
- Usapan taktil
Usapan ringan berawal dari puncak kepala ( beri tekanan
sedikit ), bahu ( beri tekanan sedikit ), pergelangan tangan
kemudian lepas.
( lakukan pengulangan 3 kali )
- Usapan halus
Salah satu tangan terapis berada di COG kemudian tangan yang
lain melakukan usapan halus berbentuk bintang menuju ke arah
cervical dilanjutkan ke arah pundak kanan-kiri, panggul kanan -
kiri. ( 3 kali pengulangan )
- Usapan bergelombang
- Usapan contract-relax
- Usapan angka 1
- Usapan angka 8
- Picking up dan contract relax
- Tendon guard
o Dimulai dari gluteus, insertion hamstring, origo dan
insertio gastrocnemius, kemudian lakukan myofacial
release
o Upper &lower back ( paravertebral ) : lakukan trigger
point pada discus intervertebralis dimulai dari distal ke
proksimal
o Laukan palm kneading pada sepanjang voramen
intervertrebalisbaru dilanjutkan dengan myofascial
release,
o Mobilisasi trunk ( rotasi lateral dekstra sinistra, fleksi
trunk )
b. Vestibular Exercise
Alat dan bahan : kain, ball gym
- Persiapan alat dan bahan
- Persiapan pasien, posisikan pasien di atas ballgym secara
pronelying.
- Lalu mulai latihan, ball gym digerakan ke depan dan ke
belakang bersamaan dengan melatih protektif reflek anak.
Lakukan latihan tersebut selama kurang lebih 10 menit. Latihan
vestibular tersebut juga bisa dilakukan dengan latihan
kordinasi, seperti saat anak berada di atas ball gym, anak sambil
diinstruksikan untuk memasukan mainan donat ke kerucut,
kemudian memindahkan barang dari posisi satu ke posisi
lainnya.
c. Latihan Melompat
Alat dan bahan : ball gym, kotak puzzle.
- Persiapan alat
- Persiapan pasien dengan posisi berdiri di atas ball gym,
kemudian terapis menginstruksikan anak untuk melopat di atas
ball gym tersebut. Setelah selesai, selanjutnya latiha melompat
dengan menggunakan kotak puzzle berjumlah 4 dan berjejer
dua-dua. Kemudian anak diinstruksikan untuk melewati kotak
itu dengan cara melompati 4 kotak puzzle tersebut. Tujuan dari
latihan ini adala selain melatih keseimbangan , juga melatih
kordinasi dan fokus.
d. Blocking dan bedong
Persiapan alat : bandage elastic, kain, tisu
- Persiapan alat
- Persiapan pasien , posisi pasien terlentang
- Tenangkan terlebih dahulu pasien apabila ia tidak koorperatif
- Mulai dengan langkah pertama yaitu bedong badan anak
dengan kain.
- Setelah itu, lakukan bloking dengan menutup area mata dan
setengah muka dengan bandage elasctik dan berikan alas tisu
pada matanya supaya mata tidak bersentuhan langsung dengan
bandage.
- Lakukan terapi selama kurang lebih 15 menit.
- Selama bloking dan bedong, terapis dapat melakukan interaksi
atau komunikasi kepada pasien. Tujuan terapi ini adalah untuk
mengenalkan pasien terhadap posisi diam, posisi
anatomis,melatih fokus pasien.

e. Oral Facing stimulation ( OFS )


persiapan alat : sikat gigi dan gelas berisi air, tisu
- Pasien terlentang dalam posisi berbaring dan terbedong.
Kemudian masukan sikat gigi ke air kemudian lakukan
stimulasi kepada bibir , lidah. Tujuan latihan ini adalah untuk
mengurangi hipersensitif oral.
-
b. kamis, 18 Maret 2021
Intervensi Fisioterapi :P
- NS
- Vestibular exercise with ballgym
- Latihan melopat berdiri 1 kaki
- Oral Facing Stimulation
- Blocking bedong
c. Senin, 22 Maret Maret 2021
Intervensi Fisioterapi :
- NS
- Vestibular exercise with ballgym
- Latihan melopat berdiri 1 kaki
- Oral Facing Stimulation
- Blocking bedong
B. Evaluasi
a. Spasme otot berkurang
b. Tingkat sensitive oral dan taktil berkurang
c. Ibu mengatakan, dirumah anak lebih tenang
d. Ibu mengatakan , ketika berjalan anak sudah lebih stabil dan tidak sering
jatuh lagi
e. Ibu mengatakan sedikit demi sedikit anak dapat berinteraksi dengan ibu,
ayah dan tetangganya.hanya saja anak hanya kendala di bicaranya yang
belum mampu merangkai kata-kata

C. Hasil Terapi Terakhir


- Spasme berkurang
- Fokus anak lebih baik dari sebelumnya
- Anak lebih stabil saat berjalan dan saat berdiri 1 kaki.
- Sensitive oral berkurang
- Sensitive taktil berkurang

Anda mungkin juga menyukai