Anda di halaman 1dari 5

Pemberian Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) pada arus

gelombang frekuensi 150 Hz, durasi 150 ms, frekuensi impuls yang sebanding
dengan biolectricy alami, akan merangsang pengurangan nyeri karena dapat
menghambat reseptor nyeri. Perjalanan impuls pada serabut A delta yang
dihasilkan oleh Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) akan
menabrak impuls nociseptor yang berjalan di A delta yang sama, sehingga
terlepasnya zat “P” dari neuron sensoris akan berujung terjadi vasodilatasi
sehingga pengangkutan zat zat limbah seperti histamine, zat “P” akan ikut
terangkat (Watson, 2013). Pada penelitian Maulidia (2018) bahwa Trancutaneus
Electrical Nerve Stimulation (TENS) dapat mengurangi nyeri karena pemberian
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) pada frekuensi 100 Hz
selama 15 menit dengan motode pemasangan pad diletakkan pada titik-titik nyeri
akan menghambat rangsangan dariserabut nociseptive untuk mencapai pusat yang
lebih tinggi yaitu otak, sehingga nyeri dapat berkurang. Dengan modalitas TENS
pada kasus CTS didapatkan penurunan nyeri pada To dengan T4 berkurang 3
skala pada nyeri gerak, nyeri diam 1 skala dan nyeri tekan 2 skala. Ini sesuai
dengan penggunaan alat yang efektif dalam mengurangi nyeri. Pada penelitian
Siam (2016) terdapat 6 kali terapi dengan nyeri diam 4, nyeri tekan 4, nyeri gerak
6 berkurang menjadi nyeri diam 1, nyeri tekan 2, dan nyeri gerak 3. Sedangkan
peneliti hanya 4 kali terapi dengan T0 nyeri diam 2, nyeri tekan 6, nyeri gerak 5
menjadi nyeri diam 1, nyeri tekan3, nyeri gerak 3. ini dikarenakan masa kerja
pasien juga berpengaruh dalam penurunan nyeri dan pekerjaan sehari-hari pasien
juga memiliki faktor terjadinya CTS. sebelum nya pasien juga memiliki keluhan
yang sama sekitar 3 bulan yang lalu ini juga berpengaruh dalam proses
penyembuhan pasien. pada modalitas ini dapat memberikan penurunan nyeri
karena diketahui TENS dapat memblokade nyeri yang dapat menurunkan ambang
rasa nyeri.

I. Penurunan nyeri setelah pemberian terapi dengan modalitas Ultrasound


(US), terjadi karena Ultra sound mempunyai efek mekanik yang juga lebih
dikenaldengan efek micromassage yang akan menimbulkan efek panas dan tubuh
akan memberikan reaksi terhadap efek panas tersebut yaitu vasodilatasi (pelebaran
pembulu darah) melalui pelebaran pembulu darah maka zat-zat pengiritasi
jaringanakan terangkut (Komariyah, 2012). Dengan terapi ultrasound terjadi
stimulasi perbaikan saraf, terdapat efek anti inflamasi, sehingga dapat
memfasilitasi pemulihan dari kompresi saraf medianus (Ono et al., 2011). Pada
penelitian Rosiyana 2015 bahwa Ultrasound (US) dapat mengurangi nyeri karena
adanya efek thermal dengan fungsi meningkatkan konduksi saraf dan
meningkatkan ambang rangsang yang cukup dibutuhkan dalam penurunan nyeri.
Dengan modalitas Ultrasound terdapat penurunan nyeri pada kasus CTS pada To
dengan T4 berkurang 3 skala pada nyeri gerak, nyeri diam 1 skala dan nyeri tekan
2 skala. Ini sesuai dengan penggunaan alat yang efektif dalam mengurangi nyeri.
Pada 4 kali terapi karena ditambah dengan pekerjaan pasien yang banyak
menggunakan tangan seperti mengetik maka dari itu tingkat penurunan skala nyeri
hanya 3 skala. Hal ini sama juga yang diungkapkan pada penelitian menurut
Ansori (2015) dengan 6 kali terapi didapatkan hasil nyeri berkurang pada T0 nyeri
diam 2, nyeri tekan 4, nyeri gerak 5 menjadi nyeri diam 1, nyeri tekan 2, nyeri
gerak 4. Ditambah juga dengan penelitian Panjawi (2018) dengan 4 kali terapi
didapatkan hasil nyeri berkurang sebanyak 2 skala. Tetapi penelitian didapatkan
hasil terapi 4 kali dengan penurunan nyeri dari T0 nyeri diam 2, nyeri tekan 6,
nyeri gerak 5, menjadi nyeri tekan 1, nyeri tekan 3 dan nyeri gerak 3. Hal ini
Ultrasound bermanfaat untuk memperbaiki jaringan yang lebih dalam.

Nerve and tendon gliding exercise dapat memaksimalkan perbaikan gejala yang
ditimbulkan oleh kompresi nervus medianus di terowongan karpal dan gejala
terkait tendon fleksorum yang terjadi pada pasien CTS. Ketika latihan dilakukan,
terjadi remodelling dan peregangan pada tenosinovium di sekitar struktur
terowongan karpal, hal ini mengurangi adhesi dan kompresi pada struktur di
dalam terowongan karpal. Dengan kata lain, latihan ini dapat mengembalikan
struktur anatomis tersebut ke posisi semula dan seharusnya sehingga adhesi
kompresi di dalam terowongan berkurang dan gejala-gejala juga berangsur hilang.
Efek ini juga diduga dapat meningkatkan venous return dari nervus medianus,
sehingga tekanan di
dalam kanal menjadi berkurang (Ballestero-Pérez et al., 2017).

Walaupun hasil signifikan dilaporkan pada banyak penelitian terkini, nerve and
tendon gliding exercise sebagai intervensi konservatif CTS masih

menjadi kontroversi. Latihan ini diduga memilki risiko

bergesernya struktur anatomis terkait melewati posisi

seharusnya, karena sebelum pelaksanaan latihan ini

tidak diketahui secara pasti lokasi struktur yang

mengalami kompresi tersebut. Efek samping yang

ditimbulkan dapat berupa peningkatan tekanan pada

struktur terowongan karpal yang memperburuk

gejala. Hal ini dapat dicegah dengan tidak

melakukan latihan secara berlebihan dan sesuai

dengan anjuran sesuai kepustakaan. Pelaksanaan

latihan ini juga perlu pengawasan dari dokter atau

fisioterapis yang kompeten (Atya, 2011).

Ressisted Active Exercise merupakan suatu terapi latihan yang diberikan untuk
meningkatkan kekuatan otot. Jika suatu tahanan diberikan pada otot yang
berkontraksi, maka otot tersebut akan beradaptasi dengan meningkatnya kekuatan
otot akibat adanya adaptasi syaraf dan peningkatan serat otot (Kisner and Colby,
2007).

Ultrasound adalah suatu alat terapi yang menggunakan getaran mekanik


gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz. Perbaikan sirkulasi darah
oleh efek terapi ultrasound akan menyebabkan terjadinya relaksasi otot karena
zat-zat pengiritasi jaringan bersirkulasi
untuk dieliminasi dengan lebih baik (Buana et al., 2017). Jika gelombang
ultrasound masuk ke tubuh efek pertama yang muncul adalah efek

mekanik. Adanya gelombang longitudinal menyebabkan adanya peregangan


dengan frekuensi yang sama menghasilkan variasi tekanan didalam jaringan.
Variasi tekanan merupakan efek mekanik yang disebut efek micromassage.
Adanya variasi tekanan tersebut akan menghasilkan perubahan volume dari sel-sel
tubuh sebesar 0,02%, perubahan permeabilitas dari membran sel dan membran
jaringan dan mempermudah proses metabolisme (Hayes, 2014). Melalui efek
nonthermal penggunaan ultrasound dapat menghasilkan microstreaming pada
pergerakan molekul. Hal tersebut merangsang pelepasan histamin dari mast cells
yang

meningkatkan transport ion kalsium melintasi membran sel sehingga merangsang


pelepasan histamin. Histamin menarik polimorfonuklear leukosit, bersama dengan
monosit yang fungsi utamanya adalah untuk melepaskan agen chemotactic dan
faktor pertumbuhan yang merangsang fibroblast dan sel endotel untuk membentuk
kolagen, vaskularisasi digunakan untuk pengembangan jaringan ikat baru yang
sangat penting untuk perbaikan yang cepat. Micromassage yang ditimbulkan dari
ultrasound akan menimbulkan efek panas dalam jaringan. Efek panas yang
diproduksi tidak sama untuk setiap jaringan tergantung dari beberapa faktor yang
ditentukan diantaranya bentuk aplikasi ultrasound (continue atau terputus-putus),
intensitas, lamanya terapi dan keoefisien absorbsi (Hayes, 2014). Dari
peningkatan temperatur jaringan tersebut akan

menghasilkan pemanjangan serat kolagen pada tendon dan kapsul sendi,


penurunan kekakuan sendi, pengurangan spasme otot, modulasi nyeri,
peningkatan aliran darah, dan respon inflamasi ringan. Peningkatan suhu 1 ̊C
membantu meningkatkan metabolisme dan proses penyembuhan, peningkatan
suhu 2 ̊-3 ̊C mengurangi nyeri dan spasme otot, dan peningkatan 4 ̊C
meningkatkan ekstensibilitas kolagen dan mengurangi kekakuan sendi (Triyono
dan Jaryanto, 2018)

Anda mungkin juga menyukai