Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 9999-9999

Volume 1, Nomor 1, Oktober 2021

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEDERA MENISCUS DEXTRA


DENGAN MODALITAS TENS, ULTRASOUND, DAN TERAPI LATIHAN
DI KONI JAWA BARAT
Nadia Salsabila Sofwan1, Ika Rahman2
1,2
Politeknik Piksi Ganesha

E-mail: nadiasalsof@gmail.com
ABSTRAK

Meniscus tear adalah robekan pada bantalan atau jaringan tulang rawan pada persendian lutut yang
disebabkan karena traumatic maupun degenerative, meniscus tear dapat mengakibatkan berbagai gangguan
(nyeri sendi terkunci, dan juga terjadinya pengikisan) dan dapat menyebabkaan degenerasi lebih awal pada
sendi lutut

Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi dalam penuruanan rasa nyeri, peningkatan kekuatan otot dan
peningkatakan lingkup gerak sendi pada penderita Meniscus tear dengan modalitas Trasncutaneuus
electrical Nerve Stimulation, Ultrasound dan terapi latihan Straight Leg Raise, Side Leg Raises, Prone Leg
Raises, Bridging, Squad, Clamshell, Lunges, Kombinasi, aglty.

Setelah pemberian tindakan fisioterapi sebanyak 6 kali, penurunan nilai nyeri tekan dari T1: 5 menjadi T6:
1, nyeri gerak dari T1: 6 menjadi T6: 1, nyeri diam dari T1: 6 menjadi T6: 1, peningkatan nilai kekuatan
otot hip fleksi T1= 4 menjadi T6= 5, hip ekstensi T1=4 menjadi T6=5, hip abduksi T1=4 menjadi T6=5,
hip adduksi T1=3,5 menjadi T6=5, Knee fleksi T1=3,5 menjadi T6= 5, knee ekstensi T1=3,5 menjadi
T6=5., peningkatan lingkup gerak sendi pada gerakan fleksi knee dextra aktif dari T1: 130o menjadi T6:
134o kemudia fleksi knee dextra pasif dari T1: 130 o menjadi T6: 135o , peningkatan score hasil pemeriksaan
aktivitas fungsional dari T1: 76 menjadi T6: 90.

Trasncutaneuus electrical Nerve Stimulation, Ultrasound dan terapi latihan Straight Leg Raise, Side Leg
Raises, Prone Leg Raises, Bridging, Squad, Clamshell, Lunges, Kombinasi, Eaglty dapat membantu
penurunan nyeri, meningkatkan kekuatan otot dan peningkatan lingkup gerak sendi pada kasus Meniscus .

Kata Kunci: Meniscus, Trasncutaneuus electrical Nerve Stimulation, Ultrasound dan terapi latihan.

1
Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 9999-9999
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2021

Abstract

Meniscus tear is a tear in the cushion or cartilage tissue in the knee joint caused by trauma or
degenerative, meniscus tear can cause various disorders (locking joint pain, and also erosion) and
can cause early degeneration of the knee joint.
This study aims to determine the management of physiotherapy in reducing pain, increasing
muscle strength and increasing the range of motion of the joints in patients with Meniscus tear
with Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation, Ultrasound and exercise therapy Straight Leg
Raise, Side Leg Raises, Prone Leg Raises, Bridging, Squad, Clamshell, Lunges, Combinations,
agilty.
After giving physiotherapy 6 times, the value of tenderness decreased from T1: 5 to T6: 1, motion
pain from T1: 6 to T6: 1, silent pain from T1: 6 to T6: 1, increased value of hip flexion muscle
strength T1 = 4 to T6= 5, hip extension T1=4 to T6=5, hip abduction T1=4 to T6=5, hip adduction
T1=3.5 to T6=5, Knee flexion T1=3.5 to T6= 5 , knee extension T1=3.5 to T6=5., increased joint
range of motion in active knee flexion movement from T1: 130o to T6: 134o then passive knee
flexion from T1: 130o to T6: 135o , increased score results functional activity checks from T1:76
to T6:90.
Transcutaneous electrical Nerve Stimulation, Ultrasound and exercise therapy Straight Leg Raise,
Side Leg Raises, Prone Leg Raises, Bridging, Squad, Clamshell, Lunges, Combinations, Eaglty
can help reduce pain, increase muscle strength and increase joint range of motion in Meniscus
cases.

Keywords: Meniscus, Transcutaneous electrical Nerve Stimulation, Ultrasound and exercise


therapy

2
Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 9999-9999
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2021

PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan suatu keadaan sehat yang utuh baik secara fisik, mental dan social serta bukan
hanyaa keadaan bebas dari sakit, penyakit atau kecacatan yang memungkinkan setiap orang dapat hidup
produktif secara social dan ekonomi (Word Health Organization). Sedangkan menurut undang undang
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun social yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomis. (kemenkes, UU no. 36 tahhun 2009)
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan keapada individu dan atau kelompok
untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentan kehidupan
dengan menggunakan penanganan secaara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,elektroterapeutis
dan mekanis) pelatihan fungsi, komunikasi.(Permenkes, No 65 Tahun 2015 Pasal 1). Fisioterapi juga
dibagi kembali dalam beberapa bagian salah saatunya fisioterapi olahraga. Fisioterapi dalam bidang
olahraga merupakan pelayanan kesehatan yang ditujukan bagi individu dan masyarakat untuk
mengembangkan, memelihara, dan memulihkan efek dan fungsi khususnya dalam bidang olahraga.
(Fisioterapi Olahraga, dr novita intan arovah 2017 jakarta). Permasalahan yang muncul pada kasus
olahraga yang bisa ditangani fisioterapi salah satunya berupa cedera meniscus dextra .
Meniscus dextra tear adalah robekan pada bantalan atau jaringan tulang rawan pada persendian lutut
yang disebabkan karena traumatic maupun degenerative, meniscus dextra tear dapat mengakibatkan
berbagai gangguan (nyeri sendi terkunci, dan jufa terjadinya pengikisan) dan dapat menyebabkaan
degenerasi lebih awal pada sendi lutut (Bernstein, 2010). Menurut Consumer Product Safety Commision
USA, 2005, cedera olahraga tersering disebabkan oleh olahraga basket, sepak bola dan bersepedah. Namun
menurut sebuah penelitian kasus cedera lutut 12 kali lebih banyak pada olahraga sepak bola dibandingkan
basket, salah satu cedera lutut yang umum terjadi adalah kasus cedera meniscus dextra . Angka insiden
cedera meniscus dextra di Indonesia belum jelas, namun dapat diproyeksikan dari insiden di berbagai
daerah. Berdasarkan data yang diperoleh dari KONI Jawa Barat pada bulan Februari sampai dengan bulan
Agustus tahun 2021, jumlah atlet yang mengalami cedera lutut meniscus dextra diperoleh sebanyak 8 –
10 orang dalam 6 bulan yang menjalani fisioterapi.
Banyak modalitas yang dimiliki fisioterapi untuk mengatasi meniscus dextra , pada kasus medial
meniscus dextra tear ini terapis menggunakan 3 modalitas yaitu: US (Ultrasound), TENS (Transcutaneus
Electrical Nerve Stimulation) dan Terapi Latihan. US dan TENS untuk mengurangi nyeri dan
mempercepaat penyembuhan jaringan lunak (Prentice, 2002; Antonio et al., 2012; Noehren et al., 2014).
Intervensi terpilih pada kasus cedera meniscus dextra ini adalah TENS, Ultrasound, dan terapi latihan.
TENS adalah bentuk stimulasi elektrik pada saraf perifer melalui kulit, yang digunakan untuk
mendapatkan electroanalgesia. TENS umumnya digunakan untuk electroanalgesia dibanyak kondisi
seperti penggunaan untuk nyeri akut. (Khatri 2012:40-45) TENS bekerja dengan menstimulasi serabut

3
Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 9999-9999
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2021

saraf tipe α β yang dapat mengurangi nyeri (Corwin 2009). Mekanisme kerjanya diperkirakan melalui
‘penutupan gerbang’ transmisi nyeri dari serabut saraf kecil dengan menstimulasi serabut saraf besar,
kemudian serabut saraf besar akan menutup jalur pesan nyeri ke otak dan meningkatkan aliran darah ke
area yang nyeri dan TENS juga menstimulasi produksi anti nyeri alamiah tubuh yaitu endorfin (James et
al. 2008). TENS dapat digunakan pada berbagai keadaan salah satunya pasien paska bedah dan kondisi
akut (Tucker et al 2008). Hal ini didukung oleh penelitian Rosyid (2010), bahwa TENS lebih efektif dalam
menurunkan inTENSitas nyeri dibandingkan dengan terapi es pada pasien simple fraktur karena TENS
memiliki mekanisme frekuensi dan amplitude yang dapat diatur berdasarkan sensasi nyeri yang dialami
oleh pasien simple fraktur. Keuntungan dari menggunakan TENS adalah bahwa tidak seperti
menghilangkan rasa sakit oleh obat, karena tidak menimbulkan ketagihan, tidak menyebabkan kantuk atau
mual, dan dapat dilakukan kapan saja sesuai kebutuhan (Josimari et al. 2008). Proses stimulus melalui
kulit mendukung untuk bekerja menurunkan nyeri dengan cara penutupan gerbang transmisi nyeri.
Diharapkan dengan TENS diperoleh hasil manajemen nyeri yang lebih efektif pada pasien di KONI Jawa
Barat.
Modalitas yang dapat diberikan pada kasus meniscus dextra selain dari TENS adalah Ultrasound
Diathermy yang merupakan gelombang suara berfrekuensi tinggi yang tidak dapat terdeteksi oleh telinga
manusia. Frekuensi Ultrasound medis di AS adalah 500.000 hingga 5.000.000 Hz (0,5 hingga 5MHz)
(Karen,dkk 2016). Terapi Ultrasound merupakan jenis thermotherapy (terapi panas) yang dapat
mengurangi nyeri akut maupun nyeri kronis. Terapi ini menggunakan arus listrik yang dialirkan melalui
tranduser yang mengandung Kristal kuarsa yang dapat mengembang dan kontraksi serta memproduksi
gelombang suara yang dapat di transmisikan pada kulit serta gelombang tubuh. (Intan, 2010 : 49)
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cedera meniscus dextra tidak hanya berupa modalitas
elektroterapi tetapi juga bisa dengan terapi latihan. Terapi latihan adalah gerakan tubuh, postur, atau
aktivitas fisik yang dilakukan secara sistematis dan terencana guna memberikan manfaat bagi pasien /
klien untuk memperbaiki atau mencegah gangguan, meningkatkan, mengembalikan, dan menambah
fungsi fisik, mencegah atau mengurangi factor resiko terkait kesehatan, mengoptimalkan kondisi
kesehatan, kebugaran, atau rasa sejahtera secara keseluruhan. (Kisner & Colby 2016:2). Terapi latihan
yang diberikan berupa straight leg raise, side leg raise, prone leg raise, bridging, squad, clamshell, lunges,
kombinasi.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui manfaat penggunaan TENS, Ultrasound dalam
penurunan rasa nyeri, dan pemberian Terapi Latihan dalam peningkatan kekuatan otot, lingkup gerak sendi
dan fungsional aktivitas. Mengetahui manfaat dari penyusunaan program tindakan fisioterapi, mampu
memberikan dan mengevaluasi tindakan fisioterapi pada penderita cedera Meniscus Dextra.

4
Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 9999-9999
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2021

METODE PENULISAN
A. Teknologi Intervensi Fisioterapi
Modalitas yang diaplikasikan pada kasus cedera Meniscus Dextra adalah TENS, Ultrasound dan terapi
latihan berupa straight leg raise, side leg raise, prone leg raise, bridging, squad, clamshell, lunges,
kombinasi.
TENS adalah bentuk stimulasi elektrik pada saraf perifer melalui kulit, yang digunakan untuk
mendapatkan electroanalgesia. TENS umumnya digunakan untuk electroanalgesia dibanyak kondisi
seperti penggunaan untuk nyeri akut. (Khatri 2012:40-45) Dan terapi latihan adalah gerakan tubuh,
postur, atau aktivitas fisik yang dilakukan secara sistematis dan terencana guna memberikan manfaat
bagi pasien/klien untuk memperbaiki atau mecegah gangguan, mengingkatkan, mengembalikan, dan
menambah fungsi fisik, mecegah atau mengurangi faktor resiko terkait kesehatan, mengoptimalkan
kondisi kesehatan, kebugaran, atau rasa sejahtera secara keseluruhan. (Kisner & Colby 2016:2)
Terapi Ulltrasound merupakan jenis thermotherapy (terapi panas) yang dapat mengurangi nyeri
akut maupun nyeri kronis. Terapi ini menggunakan arus listrik yang di alirkan melalui tranduser yang
mengandung kristal kuarsa yang dapat mengembangdan kontraksi serta memproduksi gelomnbang
suara yang dapat di transmisikan pada kulit serta gelombang tubuh. (Intan , 2010 : 49)
Terapi latihan adalah gerakan tubuh, postur, atau aktivitas fisik yang dilakukan secara sistematis
dan terencana guna memberikan manfaat bagi pasien / klien untuk memperbaiki atau mencegah
gangguan, meningkatkan, mengembalikan, dan menambah fungsi fisik, mencegah atau mengurangi
factor resiko terkait kesehatan, mengoptimalkan kondisi kesehatan, kebugaran, atau rasa sejahtera
secara keseluruhan. (Kisner & Colby 2016:2). Jenis intervensi terapi latihan :
1. Balance (keseimbangan)
Kemampuan untuk menyelaraskan segmen tubuh melawan gravitasi untuk mempertahankan atau
memindahkan tubuh (pusat massa) di dalam basis dukungan yang tersedia tanpa jatuh:
kemampuan untuk menggeraakan tubuh dalam keseimbangan dengaan gravitasi melalui interaksi
system sensorik dan motoric.
2. Coordination (koordinasi)
Waktu dan urutan otot menembak yang benar menembak dikombinasikan dengan intensitas yang
sesuai dari otot kontraksi yang mengarah pada inisiasi yang efektif, membimbing, dan gradasi
gerakan. Koordinasi adalah dasar dari kelancaran, gerakan yang akurat, efisien dan terjadi pada
kesadaran atau level otomatis.
3. Fleksibilitas
Kemampuan untuk bergerak bebas, tanpa batasan, digunakan secara bergantian dengan mobilitas.
4. Mobilitas

5
Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 9999-9999
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2021

Kemampuan struktur atau segmen tubuh untuk memindahkan atau dipindahkan untuk
memungkinkan terjadinya rentang gerakan (ROM) untuk aktivitas fungsional (fungsional).
Mobilitas pasif tergantung pada ekstensibilitas jaringan lunak (kontraktil dan nonkontraktil);
selain itu aktif mobilitas membutuhkan aktivasi neuromuscular.
5. Postural control / postural stability
Digunakan secara bergantian dengan keseimbangan statis atau dinamis.
6. Stabilitas
Kemampuan system neuromuscular melalui aksi otot sinergis untuk menahan ubuh proksimal atau
distal segmen dalam posisi stasioner atau mengontrol basis yang stabil selama gerakan yang
ditumpangkan.

B. Deskripsi Problematika Fisioterapi


Problematika yang terjadi menurut klasifikasi dari WHO tahun 2001 yang dikenal dengan
International Classification of Function and Disability (ICF). Yang terdiri atas 3
tingkatan, yaitu : Impairment, Functional Limitation dan Participation Restriction.
1. Impairement
Impairment adalah gangguan atau kelemahan dan nyeri yang dialami oleh pasien. Impairment
yang dimiliki oleh pasien cedera meniscus adalah adanya rasa nyeri pada lutut, adanya spasme
pada otot hamstring dan quadriceps dan penurunan fisiologi knee.
2. Funcional limitation
Fungsional Limitation adalah pengurangan fungsi atau keterbaatasan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari pada kasus ini pasien mengalami hambatan atau gangguan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari seperti : naik turun tangga, latihan melompat dan berlari spin.
3. Participation retriction
Participation restriction adalah keterbatasan dalam melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan sosialisasi dan kemasyarakatan dalam hal ini pasien mengalami hambatan dalam
berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan MES atlit basket karena kesulitan dan
terbatas untuk latihan sebagai atlet basket.

6
Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 9999-9999
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2021

Populasi Dan Sampel


1. Nyeri dengan VAS
Pengukuran nyeri dengan Viisual Analogues Scales (VAS) berupa sebuah garis lurus dengan panjang
10cm/100mm. dalam pelaksanaan pengukuran nyeri pasien diminta untuk memberi tanda pada garis
sesuai yang dirasakan pasien. Penentuan nilai VAS dilakukan dengan mengukur jarak antara titik /
ujung garis yang menunjukan tidak nyeri hingga ke titik yang ditunjukan pasien, nilai range vas adalah
0 s.d 10. Pada pemeriksaan ini terdapat hasil:
Pemeriksaan Nyeri Nilai
Nyeri diam 6/10
Nyeri tekan 5/10
Nyeri gerak 6/10

2. Kekuatan Otot dengan MMT


Manual Muscle Testing (MMT) merupakan suatu pemeriksaan kekuatan otot dengan
menggunakan metode gerakan melawan tahanan dengan scala penilaian dari angka 0 sampai
5 dan masing-masing memiliki tingkatan nilai yang berbeda. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui nilai kekuatan pada otot hip dan knee dengan gerakan Hip fleksi, ekstensi,
abduksi,adduksi, knee fleksi,ekstensi. Dari hasil pemeriksaan kekuatan otot dengan MMT
terdapat hasil:
Gerakan Nilai
Hip Fleksi 4
Hip Ekstensi 4
Hip abduksi 4
Hip adduksi 3,5
Knee fleksi 3,5
Knee ekstensi 3,5

7
Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 9999-9999
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2021

3. LGS dengan Goniometer


Goneometer merupakan alat ukur untuk mengetahui adanya keterbatasan lingkup gerak sendi.
Lingkup gerak sendi (LGS) adalah luas lingkup gerakan sendi yang mampu dicapai/ dilakukan
oleh sendi. Dari pemeriksaan LGS menggunakan goniometer terdapat hasil:
Gerakan Nilai
Pasif S : 0˚-130˚
Aktif S : 0˚-130˚

4. Fungsional Aktivitas dengan LYSHOLM


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam melakukan
aktivitas sehari hari, dengan hasil yang didapatkan sebagai berikut :

8
Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 9999-9999
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2021

Metode Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data dalam penyusunan studi kasus ini dibagi menjadi dua, yaitu data perimer dan
data sekunder.
1. Data Primer
Data primer terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pemeriksaan fisik, wawancara/Interview dan observasi.
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengetahui kondisi fisik pasien. Pemeriksaan ini terdiri dari: vital
sign, inspeksi, palpasi, pemeriksaan gerak dasar, kemampuan fungsional dan lingkungan aktivitas.
Wawancara/Interview adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara sesi tanya jawab
antara terapis dengan pasien. Observasi dilakukan sebagai bentuk pengamatan pasien selama diberikan
program fisioterapi.
2. Data Sekunder
Data sekunder tervagi menjadi dua bagian, yaitu studi dokumentasi dan data pustaka, didapatkan dari
buku-buku fisioterapi dan kumpulan jurnal yang berkaitan dengan kasus cedera Meniscus Knee
Dextra.

Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Pemeriksaan Evaluasi Nyeri dengan menggunakan VAS
Grafik 1. Hasil Evaluasi Nilai Nyeri

VAS KNEE DEXTRA


7
6 Nyeri Diam Nyeri Tekan Nyeri Gerak
5 6 6

4 5 5

3 4 4

2 3

1 2 2 2 2
1 1 1 1 1 1 1
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6

Pada grafik 1 menunjukan adanya penurunan nyeri setelah menjalani 6 kali terapi di klinik
fisioterapi KONI Jawa Barat, dimana nyeri diam pada T1=6 menjadi T6=1, nyeri tekan T1=5
menjadi T6=1, dan nyeri gerak T1=6 menjadi T6=1 .

9
Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 9999-9999
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2021

2. Hasil Pemeriksaan Evaluasi Kekuatan Otot dengan menggunakan MMT


Grafik 2. Hasil Evaluasi nilai kekuatan otot

PENILAIAN MMT
Hip Fleksi Hip Ekstensi Hip abduksi
Hip adduksi Knee fleksi Knee ekstensi
6
5
5 5 54.8 4.8 5 5 5 5 5 5
4.8
4 4.7
4.7
4.7
4.5
4.5
4.5
4.1 4.2
4.2 4.3
4.2 4.3
4.3
444 4 4 44.1
4.1
3 3.5
3.5
3.5
2
1
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Pada grafik 2 diatas menggambarkan adanya peningkatan kekuatan otot selama terapi di klinik
fisioterapi KONI Jawa Barat, pada gerakan hip fleksi, hip ekstensi, hip abduksi, hip adduksi, knee
fleksi, dan knee ekstensi. Pada gerakan hip fleksi T1= 4 menjadi T6= 5, hip ekstensi T1=4 menjadi
T6=5, hip abduksi T1=4 menjadi T6=5, hip adduksi T1=3,5 menjadi T6=5, Knee fleksi T1=3,5
menjadi T6= 5, knee ekstensi T1=3,5 menjadi T6=5. .
3. Hasil Pemeriksaan Evaluasi Lingkup Gerak Sendi dengan menggunakan Goniometer
Grafik 3. Hasil Evaluasi nilai LGS

EVALUASI LGS KNEE DEXTRA


130 133 133 134 134 134
130 132 132 134 135 135
150

100

50 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
0 KNEE EKSTENSI PASIF
T1 T2 T3 T4 T5 T6

KNEE EKSTENSI PASIF KNEE FLEKSI PASIF


KNEE EKSTENSI AKTIF KNEE FLEKSI AKTIF

Pada grafik 3 diatas menggambar hasil evaluasi lingkup gerak sendi LGS dengan goniometer selama
terapi di klinik fisioterapi KONI Jawa Barat, mulai dari T1 – T6 maka dapat disimpulkan bahwa
adanya peningkatan lingkup gerak sendi (LGS) knee dextra aktif dan pasif. Pada lingkup gerak sendi

10
Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 9999-9999
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2021

(LGS) Knee dextra aktif pada bidang sagittal yaitu T1= S 00-00-1300 menjadi T6= S 00-00-1350 . Dan
pada lingkup gerak sendi (LGS) knee dextra pasif pada bidang sagittal yaitu T1= S 00-00-1300 menjadi
T6= S 00-00-1350.

4. Hasil pemeriksaaan Evaluasi Aktifitas Fungsional dengan menggunakan Test LYSHOLM


Grafik 4. Hasil Evaluasi dengan Test LYSHOLM

NILAI PEMERIKSAAAN
LYSHOLM
NILAI PEMERIKSAAAN

95
90
85 90 90
80 85 85
75
76 76
70
65
T1 T2 T3 T4 T5 T6

Hasil evaluasi nilai pemeriksaaan aktivitas fungsional dengan menggunakan test Lysholm mulai dari
T1 sampai dengan T6 di klinik fisioterapi KONI Jawa Barat. Dinyatakan dengan adanya peningkatan
nilai hasil test lysholm T1=76 menjadi T6=90.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Setelah dilakukan tindakan fisioterapi pada Nn. R , Usia 23 tahun dengan Meniscus tears knee dextra
yang diberikan terapi dengan menggunakan TENS, US dan terapi latihan, sebanyak 6 kali yaitu pada tanggal
22 Februari 2021 sampai 12 maret 2021 yang di peroleh hasil evaluasi berupa :
1. Setelah melakukan pemberian Ultrasound dan TENS didapatkan penurunan nyeri dengan hasil
pemeriksaan nyeri yang dibuktikan dengan pemeriksaan dan evaluasi menggunakan VAS.
2. Setelah melakukan pemberian terapi latihan didapatkan peningkatan lingkup gerak sendi dengan hasil
pemeriksaan lingkup gerak sendi knee dextra menggunakan Goniometer.
3. Setelah melakukan pemberian terapi latihan didapatkan peningkatan kekuatan otot pada knee dextra,
dibuktikan dengan pemeriksaaan dan evaluasi MMT.
4. Setelah melakukan pemberian terapi latihan didapatkan peningkatan kemampuan fungsional,
dibuktikan dengan pemeriksaan dan evaluasi menggunakan Test LHYSOHLM.

11
Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 9999-9999
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2021

5. Setelah pemberian program rencana tindakan fisioterapi didapatkan hasil evaluasi yang signifikan.
Paasien mampu menyelesaikan program yang telah direncanakan.
6. Setelah dilakukan tindakan fisioterapi pada kasus cedera Meniscus dextra, didapatkan hasil evaluuasi
yang signifikan. Pasien mengatakan kondisinya menjadi lebih baik dari sebelum diberi tindakan
fisioterapi.

Saran
Berdasakan kesimpulan diatas, maka peneliti menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Pasien
Pasien harus memiliki keinginan dan kesungguhan yang kuat untuk sembuh, agar semangat
dalam melakukan latihan, sehingga semua tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Pasien juga
disarankan untuk melakukan latihan yang telah diajarkan.
2. Bagi Penulis
Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penulisan dan
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kasus Meniscus knee dextra.
3. Bagi Institusi
Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penulisan dan
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kasus Meniskus knee dextra.
4. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan untuk selalu menjaga kondisi fisik dan melakukan pencegahan
terhadap Meniscus knee dextra.

DAFTAR PUSTAKA
1. Bernstein, J. (2010). In Brief; Meniscal Tears. Clin Orthop Relat Res, 468, 1190– 1192.
2. Bjordal, JM, Johnson, MI & Ljunggreen, AN, 2003. ‘Transcutaneous electrical nerve stimulation
(TENS) can reduce postoperative analgesic consumption. A meta-analysis with assessment of
optimal treatment parameters for postoperative pain’, European Journal Pain , vol 7, no. 8, hal. 182-
187
3. Carolyn Kisner, L. A. C. (2012). Therapeutic Exercise: Foundation and Techniques.
4. Corwin, EJ 2009, Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3, EGC, Jakarta
5. de Albornoz PM, Forriol F. The meniscal healing process. Muscles, ligaments and tendons journal.
2012;2(1):10

12
Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 9999-9999
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2021

6. de Albornoz and Francisco Forriol2 Muscles Ligaments Tendons J. 2012 Jan-Mar; 2(1): 10–18.
Published online 2012 Jun 17.
7. Djohan Aras, S.Ft., Physio dan Arisandy Achmad, AMd.Ft., S.Ft, Physical Therapy Special Test
II, EGC, Jakarta , 2019
8. Doral, M.N., Bilge, O., Huri, G., Turhan, E., Voerdonk, R,2018 Modern Treatment of meniscal
Tears. EFFORT Open review, 3(5) 260-268
9. Doral MN, Turhan E, Donmez G, et al. Meniscectomy. Tech Knee Surg2010;9:150-158. [Google
Scholar]
10. Fisioterapi Olahraga dr. Novita Intan Arovah, MPH, EGC, ISBN 979-044-692-2, 2016
11. George V. Lawry (2016), Buku Pemeriksaan Muskuloskeletal yang Sistematis 2016, erlangga
12. Kisner Carolyn & Colby Allen Lynn, (2016). Terapi Latihan Dasar dan Teknik. (Volume 3). (Edisi
6). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
13. Kisner carolyn & Colby Allen Lynn, (2007). Therapeutic Exercise 5th Edition. Philadelphia: F.A.
Davis Company..
14. Schmidler, Cindy. (2016). Knee Joint Anatomy, Function and Problems.
http://www.healthpages.org/anatomy-function/knee-joint-structure-functionproblems/. Diakses 03
November, 2016

13

Anda mungkin juga menyukai