Anda di halaman 1dari 48

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trend meningkatnya usia harapan hidup pada lanjut usia di Indonesia,

membawa implikasi pada semakin banyaknya lanjut usia yang membutuhkan

perawatan untuk mempertahankan status kesehatannya. Filosofi keperawatan

pada lanjut usia adalah mempertahankan status kesehatan dengan adanya

penurunan kemampuan pada lanjut usia baik fisik maupun mental karena proses

degeneratif sampai menghantarkan pada proses kematian yang sejahtera. Untuk

menciptakan hal yang demikian diperlukan keterampilan perawatan khususnya

gerontic nurse (perawat lansia) untuk memberikan pelayanan keperawatan

terbaik didasarkan pengetahuan yang kuat (strong knowladge) (Kushariyadi,

2011).Perubahan terkait usia dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan

penurunan metabolisme di sel lainnya. Proses ini menyebabkan penurunan

fungsi tubuh dan perubahan komposisi tubuh. Terkait dengan sistem

muskuluskeletal perubahan yang terjadi adalah; (1) Peningkatan jaringan

adipose, (2) Penurunan massa tubuh yang tidak berlemak dan kandungan

mineral tubuh, (3) Penurunan tinggi akibat penurunan kelengkungan tulang

belakang dan penyempitan ruang invertebrate, (4) Penurunan pembentukan

kolagen dan massa otot, (5) Penurunan viskositas cairan sinovial, lebih banyak

membran sinovial yang fibrotik (Jeime L. Stockslager Liz Schaffer, 2007).

Usia harapan hidup lansia pada tahun 2010 adalah 67,4 tahun dengan

tingkat populasi 23,9 juta jiwa (9,77%). Tahun 2020 diperkirakan usia harapan
2

hidup mencapai 71,1 tahun dengan tingkat populasi 28,8 juta jiwa (11,34%)

(Effendi dan Makhfudli, 2009). Tercatat di Jawa Timur sendiri jumlah lansia

mencapai angka 10% dari total 36 juta penduduk yakni 3,6 juta jiwa (Dinas

Sosial Provinsi Jawa Timur, 2012). Sedangkan di Tuban jumlah lansia 51.600

orang.Survei pendahuluan yang peneliti lakukan di salah satu posyandu

lansiawilayah kerja Puskesmas Montong Kecamatan Montongterdapat 8 lansia

mengalami nyeri anggota gerak, mengungkapkan bahwa persendian mereka

lebih kendor/lemas setelah diberikan pijatan dan kompres hangat.Berdasarkan

data laporan 15 penyakit terbanyak Puskesmas Montongyang peneliti peroleh

pada 19Nopember 2013, pada Oktober 2013 yaitu penyakit sistem otot dan

jaringan pengikat berada di urutan keduadengan 154 (8,4%) kasus. Di Wilayah

Kerja Puskesmas Montong jumlah lansia mencapai 2.739 jiwa dan 97 (76,5%)

diantaranya mengeluh nyeri otot dan persendian.

Menurut Asosiasi Nyeri Internasional (1979),disebutkan bahwa nyeri

adalah suatu yang tidak menyenangkan, bersifat subyektif dan berhubungan

dengan pancaindra, sirkulasi darah yang lancar sumber kesehatan tubuh

manusia, misalnya orang yang merasa cemas, marah, emosi, dan sedih serta

merupakan suatu pengalaman emosional yang dikaitkan dengan kerusakan

jaringan baik aktual maupun potensial, atau digambarkan sebagai suatu

kerusakan/cedera.Terdapat empat proses fisiologis dari nyeri nosisetif(saraf-saraf

yang menghantarkan stimulus nyeri ke otak): transduksi, transmisi, persepsi, dan

modulasi.Stimulus suhu, kimia, atau mekanik, biasanya dapat menyebabkan

nyeri.Energi dari stimulus-stimulus ini dapat diubah menjadi energi

listrik.Perubahan energi ini dinamakan transduksi. Transduksi dimulai di perifer,


3

ketika stimulus terjadinya nyeri mengirimkan impuls yang melewati serabut

saraf nyeri perifer yang terdapat di pancaindera (nosiseptor: saraf pancaindera

yang menghantarkan stimulus nyeri ke otak), maka akan menimbulkan potensial

aksi. Setelah proses transduksi selesai, transmisi impuls nyeri dimulai (Potter &

Perry, 2010).

Massage memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot.

Rangsangan massage otot ini dipercaya akan merangsang serabut berdiameter

besar, sehingga mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri(Anas Tamsuri,

2006). Kompres hangat membantu meredakan rasa nyeri, kaku dan spasme otot.

Kompres hangat akan memberi panas yang berkonsentrasi dan membantu pasien

dengan gangguan pada pergelangan tangan dan sendi kecil. Manfaat yang

maksimal akan diperoleh dalam waktu 20 menit sesudah aplikasi panas. Aplikasi

yang sering dalam waktu yang pendek merupakan cara yang paling bermanfaat.

Latihan terapeutik dapatdilakukan dengan lebih nyaman dan efektif setelah

terapi panas tersebut dilakukan (Smeltzer, 2002).

Berdasarkan studi di atas penting untuk diteliti tentang

perbedaanmassagedan kompres hangat terhadap penurunan nyeri sendi, dengan

harapan individu dapat melakukan pengobatan secara mandiri pada khususnya

dan disamping selain menggunakan obat-obatan pada umumnya.

1.2 Identifikasi Masalah

Masih banyaknya lansia yang mengalami gangguan kenyamanan karena

perubahan-perubahan dari proses penuaan. Pada setiap orang terjadi perubahan,

terkait dalam faktor usia yaitu; (1) Peningkatan jaringan adipose, (2) Penurunan
4

massa tubuh yang tidak berlemak dan kandungan mineral tubuh, (3) Penurunan

tinggi akibat penurunan kelengkungan tulang belakang dan penyempitan ruang

invertebrate, (4)Penurunan pembentukan kolagen dan massa otot, (5) Penurunan

viskositas cairan sinovial, lebih banyak membran sinovial yang fibrotik,

sehingga terjadi penurunan luas gerak sendi dan kekakuan sendi yang

menimbulkan nyeri.

Survei pendahuluan yang peneliti lakukan di salah satu posyandu lansia

wilayah kerja Puskesmas Montong Kecamatan Montong terdapat 8 lansia

mengalami nyeri anggota gerak, mengungkapkan bahwa persendian mereka

lebih kendor/lemas setelah diberikan pijatan dan kompres hangat.Berdasarkan

data laporan 15 penyakit terbanyak Puskesmas Montong yang peneliti peroleh

pada 19 Nopember 2013, pada Oktober 2013 yaitu penyakit sistem otot dan

jaringan pengikat berada di urutan kedua dengan 154 (8,4%) kasus. Di Wilayah

Kerja Puskesmas Montong jumlah lansia mencapai 2.739 jiwa dan 97 (76,5%)

diantaranya mengeluh nyeri otot dan persendian.

Terdapat alternatif lain dalam menangani nyeri yaitu dengan tanpa

pengobatan (nonfarmakologis), salah satu dari tehnik stimulasi kulit adalah

dengan massage(masase) dan kompres hangat.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut “Adakah perbedaan efektifitasmassagedan

kompres hangat terhadap penurunan nyeri sendipada lansia di wilayah kerja

Puskesmas Montong Kabupaten Tuban? ”


5

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui Perbedaan efektifitasmassagedan kompres hangat terhadap

penurunan nyeri sendi pada lansia di wilayah kerja puskesmas Montong

Kabupaten Tuban.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasinyeri sendi pada lansiasebelum di berikan massage di

wilayah kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban.

2) Mengidentifikasinyeri sendi pada lansiasetelah diberikanmassagedi

wilayah kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban.

3) Mengidentifikasinyeri sendi pada lansia sebelum di berikan kompres

hangat di wilayah kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban.

4) Mengidentifikasinyeri sendi pada lansia setelah diberikan kompres

hangat di wilayah kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban.

5) Menganalisis perbedaanefetifitas massagedan kompres hangat terhadap

penurunan nyeri sendi pada lansiadi wilayah kerja Puskesmas Montong

Kabupaten Tuban.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Memberi pengalaman baru bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian

dan dapat mengetahui perbedaan efektifitas massage dan kompres hangat

terhadap penurunan nyeri sendi.


6

1.5.2 Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada tenaga

kesehatan atau instansi kesehatan lainnya sebagai salah satu bekal dalam

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya penanganan penurunan

nyeri sendi dengan massage dan kompres hangat.

1.5.3 Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini mampu menjadi wawasan atau

pengetahuansebagai bahan masukan dalam memberikan penanganan pada nyeri

sendi.

1.6 Ruang Lingkup

1.6.1 Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulanMaret 2014.

1.6.2 Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas Montong Kabupaten

Tuban.

1.6.3 Ruang Lingkup Materi

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup materi keperawatan gerontik


7

1.7 Keaslian Penelitian

Taabel 1.1 Keaslian PenelitianPerbedaan EfektifitasMassageDan Kompres


Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia
Wilayah Kerja Puskesmas Montong Kecamatan
MontongKabupaten Tuban

Judul Variabel Metode Hasil


No Tahun Peneliti
Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
1 Efektifitas 2011 Ria Independen Quesy Adanya
. Pijat Novitasari Pijat Eksperim Efektifitas
terhadap Dependen en Pijat
penurunan penurunan Tow terhadap
nyeri nyeri group penurunan
persalinan pretest- nyeri
kala 1 fase posttest persalinan
aktif ibu kala 1 fase
inpartu di aktif ibu
klinik tutun inpartu
sehati
tanjung
merawa

2 Pengaruh 2012 Mery Fanada Independen Pre- Adanya


kompre kompres eksperimen Efektifitas
hangat hangat tal kompre
terhadap Dependen Pre and hangat
penurunan penurunan post test terhadap
nyeri nyeri only penurunan
rematik pada rematik nyeri
lansia dip rematik
anti social pada
tresna wedha lansia
teratai
palemban
8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Lanjut Usia

2.1.1 Proses Menua

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan

fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994, dalam Nugroho,

2000).

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah.

Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Proses

menua sudah berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya

dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain

sehingga tubuh “ mati ” sedikit demi sedikit. Sebenarnya, tidak ada batas yang

tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang,

fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian

puncak maupun saat menurunnya.Hal ini juga sangat individu.Namun, umumnya

fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada umur antara 20 sampai 30

tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi

tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai

bertambahnya umur (Nugroho, 2000).

9
9

2.1.2 Batasan Lanjut Usia

Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara

memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan

umur(Nugroho, 2000).

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) :

1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun.

3) Lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun.

4) Usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun.

Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998, tentang kesejahteraan

lanjut usia Bab 1 pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang

yang mencapai usia 60 tahun ke atas”.

Barren & Jenner (1977) mengusulkan untuk membedakan antara; usia

biologis, usia psikologis, dan usia sosial;

1) Usiabiologis, yang menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak

lahirnya berada dalam keadaan hidup tidak mati.

2) Usia psikologis, yang nenunjuk kepada kemampuan seseorang untuk

mengadakan penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya.

3) Usia sosial, yang menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau

diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya.

2.1.3 Perubahan-perubahan pada Lanjut Usia

Menurut Nugroho (2000), terdapat perubahan-perubahan pada lansia

antara lain: (1) Perubahan-perubahan fisik, yang meliputi perubahan pada sel,

sistem persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem


10

kardiovaskuler, sistem pengaturan temperatur tubuh, sistem respirasi, sistem

gastrointestinal, sistem genitourinaria, sistem endokrin, sistem kulit, dan sistem

muskuluskleletal, (2) Perubahan mental, yang meliputi perubahan pada

kenangan (memory) dan I.Q (Intelegentia Quation), dan (3) Perubahan

psikososial.

Pada penulisan ini akan dibahas perubahan fisiologis pada sistem

muskuloskeletal (Pudjiastuti & Utomo, 2003).

1) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin)

Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon, tulang, dan

jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan cross

linking yang tidak teratur. Bentangan yang tidak teratur dan penurunan

hubungan.Tarikan linier pada jaringan kolagen merupakan salah satu

alasan penurunan mobilitas pada jaringan tubuh. Setelah kolagen

mencapai puncak fungsi atau daya mekaniknya karena penuaan, daya

elastisitas dan kekakuan dari kolagen menurun karena mengalami

perubahan kualitatif dan kuantitatif sesuai penuaan.

Perubahan pada kolagen itu merupakan penyebab turunnya fleksibilitas

pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan

kekuatan otot dan penurunan kemampuan bergerak dari duduk ke berdiri,

jongkok,dan berjalan, serta terjadi hambatan dalam melakukan aktivitas

setiap hari.

2) Kartilago

Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami

granulasi dan akhirnya menjadi rata, sehingga kemampuan kartilago


11

untuk generasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung ke arah

progresif. Proteoglikanyang merupakan komponen dasar matriks

kartilago berkurang atau hilang secara bertahap.Kartilago mengalami

klasifikasi di berbagai tempat persendian, sehingga fungsinya sebagai

peredam kejut dan permukaan sendi yang berpelumas menurun dengan

konsekwensi kartilago pada persendian rentan terhadap gesekan.

Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu berat

badan.Akibat perubahan tersebut sendi mudah mengalami peradangan,

kekakuan nyeri, keterbatasan gerak, dan terganggunya aktivitas setiap

hari.

3) Tulang

Berkurangnya kepadatan tulang, setelah diobservasi merupakan bagian

dari penuaan secara fisiologis.Trabecula longitudinal menjadi tipis dan

trabekula transversal terabsorbsi kembali, sehingga jumlah spongiosa

berkurang dan tulang kompakta menjadi tipis. Perubahan yang lain

berupa penurunan estrogen sehingga produksi osteoklas tidak terkendali,

penurunan penyerapan kalium di usus, peningkatan kanal haversi

sehingga tulang keropos. Berkurangnya jaringan dan ukuran tulang

secara keseluruhannya menyebabkan kekakuan dan penurunan

kekuatannya. Hal ini berdampak terjadi osteoporosis yang selanjutnya

dapat mengakibatkan nyeri, deformitas, dan traktur (Pudjiastuti &

Utomo, 2003).
12

4) Otot

Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi.Penurunan

jumlah dan ukuran serabut otot, atrofi pada beberapa serabut otot dan

hipertropi pada beberapa serabut otot yang lain, peningkatan jaringan

lemak dan jaringan penghubung dan lain-lain mengakibatkan efek

negatif.Efek tersebut adalah penurunan kekuatan, penurunan fleksibilitas,

perlambatan waktu reaksi dan penurunan kemampuan fungsional.

5) Sendi

Jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligamen dan fasia pada lansia

mengalami penurunan elastisitas.Ligamen, kartilago dan jaringan

partikular mengalami penurunan daya lentur dan elastisitas.Terjadi

degenerasi, erosi dan klasifikasi pada kartilago dan kapsul sendi.Sendi

kehilangan fleksibilitasnya sehingga terjadi penurunan luas gerak sendi

dan menimbulkan kekakuan sendi.

2.2 Persendian

Persambungan, sendi atau artikulasio adalah istilah yang digunakan

untuk menunjuk pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari kerangka,

(Evelyn C. Pearce, 2008).Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih

tulang.Terdapat tiga tipe sendi; (Price & Wilson, 2006):

1) Sendi fibrosa (sinartridial), merupakan sendi yang tidak dapat bergerak.

Sendi fibrosa tidak memiliki lapisan tulang rawan dan tulang yang satu

dengan yang lainnya dihubungkan oleh jaringan ikat fibrosa. Terdapat

dua tipe sendi fibrosa ; (1) sutura, diantara tulang tulang tengkorak, dan
13

(2) sindesmosis yang terdiri dari suatu membran interoseus atau suatu

ligamen diantara tulang. Serat-serat ini memungkinkan sedikit gerakan

tetapi bukan merupakan gerakan sejati. Perlekatan tulang tibia dan fibula

bagian distal adalah contoh dari tipe sendi fibrosa ini.

2) Sendi kartilaginosa(amfiartridial), merupakan sendi yang dapat sedikit

bergerak. Sendi kartilaginosa adalah sendi-sendi yang ujung-ujung

tulangnya dibungus oleh rawan hialin, disokong oleh ligamen dan hanya

dapat sedikit bergerak. Ada dua tipe sendi kartilaginosa. Sinkondrosis

adalah sendi-sendi yang seluruh persendiannya diliputi oleh rawan hialin.

Sendi kostokondral adalah contoh dari sinkondrosis. Simfisis adalah sendi

yang tulang-tulangnya memiliki suatu hubungan fibrokartilago antara

tulang dan selapis tipis rawan hialin yang menyelimuti permukaan sendi.

Simfisis pubis dan sendi-sendi pada tulang punggung adalah contohnya.

3) Sendi sinovial (diartrodial), merupakan sendi yang dapat digerakkan

bebas. Sendi ini memiliki rongga sendi dan permukaan sendi dilapisi

rawan hialin. Kapsul sendi terdiri dari suatu selaput penutup fibrosa

padat, suatu lapisan dan yang terbentuk dan jaringan ikat dengan

pembuluh darah yang banyak, dan sinovium yang membantu suatu

kantung yang melapisi seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon

yang melintasi sendi. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental

yang membasahi permukaan sendi. Cairan sinovial normalnya bening,

tidak membeku, dan tidak berwarna atau berwarna kekuningan.

Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menanggung beban tubuh

pada sendi sinovial. Rawan ini memegang peranan penting dalam


14

membagi beban tubuh. Rawan sendi tersusun dari sedikit sel dan

sejumlah besar zat-zat dasar. Zat-zat dasar ini terdiri dari kolagen tipe II

dan proteoglikan yang dihasilkan oleh sel-sel rawan. Proteoglikan yang

ditemukan pada rawan sendi sangat hidrofilik, sehingga memungkinkan

rawan tersebut mampu menahan kerusakan sewaktu sendi menerima

beban yang berat.

2.3 Nyeri pada Usia Lanjut

Usia lanjut disertai oleh berbagai proses degeneratif. Disamping itu

frekuensi penyakit kronis dan akut juga meningkat.Kelainan ini dapat

mengakibatkan rasa nyeri.Penanganan nyeri pada lansia umumnya kurang

adekuat.Tidak jarang dokter memberikan dosis yang rendah, yang kurang

adekuat karena takut terjadinya efek samping yang lebih merugikan.Dengan

demikian banyak lansia yang menderita nyeri yang refrakter, seperti pada

osteoporosis, nyeri pinggang, neuralgia trigeminal, neuralgia pasca herpes

zoster(Lumbantobing, 2004).

Penderita dengan keluhan rasa nyeri, terutama yang kronis tidak jarang

memberikan kesulitan kepada dokter baik dalam menilai, mencari penyebab

serta pengobatannya. Informasi yang dibutuhkan mengenai rasa nyeri mencakup;

1) Kapan mulainya dan terjadinya

(1) Mendadak

(2) Gradual (lambat laun)

(3) Seperti anak tangga (stepwise)

2) Frekuensi
15

(1) Terus menerus, kontinu;

a) Beratnya bertambah

b) Beratnya tidak berubah

c) Beratnya berfluktuasi

(2) Periodik

(3) Intermiten

3) Intensitas (ringan, sedang, berat. Dapat dibuat skala dari 0-10)

4) Hubungan dengan keadaan eksternal

(1) Hari (pagi, siang, malam)

(2) Posisi tubuh

(3) Aktivitas

5) Hubungan dengan penyakit yang sedang diderita

6) Faktor efektif dan lingkungan yang mungkin ikut

berpengaruh(Lumbantobing, 2004).

2.3.1 Masalah dan Penyakit yang Sering Dihadapi oleh Lanjut Usia

Memang tidak bisa dibantah, bila seseorang bertambah tua, kemampuan

fisik dan mental hidupnya akan perlahan-lahan tetapi akan menurun. Akibatnya

aktivitas hidupnya akan ikut terpengaruh, yang pada akhirnya akan dapat

mengurangi kesigapan seseorang. Berikut ini beberapa masalah fisik sehari-hari

yang sering ditemukan pada lanjut usia ;

1) Mudah lelah

Disebabkan oleh; (1) Faktorpsikologis , (perasaan bosan, keletihan atau

perasaan depresi), (2) Faktor organis, misalnya anemia, kekurangan

vitamin, perubahan pada tulang, kelainan metabolisme, gangguan


16

pencernaan, gangguan ginjal, gangguan kardiovaskuler dan jantung, (3)

Pengaruh obat-obatan, misalnya obat penenang, obat jantung, dan obat

yang melelahkan daya kerja otot.

2) Sesak napas pada waktu melakukan kerja fisik

Disebabkan oleh; (1) Kelemahan jantung, (2) Keadaan umum badan yang

lemah karena penyakit kronis, (3) Faktor-faktor psikologis.

3) Pembengkakan kaki bagian bawah

Disebabkan oleh; (1) Kaki yang lama digantung, (2) Gagal jantung, (3)

Bendungan vena bagian bawah, (4) Kekurangan vitamin B, (5) Gangguan

penyakit hati, ginjal, (6) Kelumpuhan pada kaki.

4) Nyeri pinggang atau punggung

Disebabkan oleh; (1) Gangguan sendi-sendi atau susunan sendi pada

susunan tulang belakang, (2) Gangguan pankreas, (3) Kelainan ginjal, (4)

Gangguan rahim, (5) Gangguan kelenjar prostat, (6) Gangguan pada otot-

otot.

5) Nyeri pada sendi pinggul

Disebabkan oleh; (1) Gangguan sendi pinggul, (2) Kelainan tulang sendi,

(3) Akibat kelainan saraf dari punggung bagian bawah yang terjepit.

6) Gangguan penglihatan

Disebabkan oleh; (1) Presbiop, (2) Kelainan lensa mata, (3) Kekeruhan

pada lensa, (4) Tekanan dalam mata yang tinggi, (5) Radang saraf mata.

7) Gangguan tidur
17

Disebabkan oleh; (1) Faktor ekstrinsik (luar), misalnya : lingkungan yang

kurang tenang, (2) Faktor intrinsik (dalam), misalnya : nyeri, gatal-gatal,

dan penyakit tertentu yang membuat gelisah, (3) Psikogenik, misalnya:

depresi kecemasan dan iritabilitas.

8) Keluhan pusing-pusing

Disebabkan oleh; (1) Gangguan lokal, misalnya : vaskuler, migren (sakit

kepala), mata, glaukoma, kepala, sinusitis, furunkel, dan sakit gigi, (2)

Penyakit sistematis yang menimbulkan hipoglikemia, (3) Psikologik :

perasaan cemas, depresi, kurang tidur, dan kekacauan pikiran(Nugroho,

2000).

2.3.2 Kelainan yang Dapat Mengakibatkan Rasa Nyeri

Berikut ini ada beberapa kelainan yang dapat menyebabkan rasa nyeri,

antara lain;

1) Nyeri Kepala

Migren yang baru jarang dijumpai pada lansia; bila demikian halnya

perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti. Pada nyeri kepala jenis tensi,

walaupun sering dijumpai, perlu disingkirkan kemungkinan lain yang

lebih berat.

2) Hipertensi

Hipertensi yang kronis biasanya tidak menyebabkan nyeri kepala. Nyeri

kepala pada hipertensi biasanya terjadi bila tekanan darah cukup tinggi,

misalnya tekanan diastolik melebihi 130 MmHg. Nyeri kepala pada

hipertensi lebih berat dipagi hari dan mereda dengan bertambah

siangnya hari. Lokasi nyerinya lebih sering di daerah oksipital, namun


18

dapat juga diseluruh kepala atau unilateral, dan berespon terhadap

penurunan tekanan darah.

3) Strok

Strok berdarah, seperti perdarahan subaraknoid, perdarahan intra

parenkim otak, umumnya disertai oleh nyeri kepala, demikian dengan

hematoma subdural dan epidural.stroke non hemoragic dapat pula

disertai nyeri kepala, sekitar 25 % penderitanya mengalami nyeri kepala,

lebih sering pada stroke thrombosis daripada stroke emboli, dan lebih

sering pada stroke di sirkulasi vertebrobasilar daripada disirkulasi

anterior.

4) Penyakit vertebra servikal/cervical vertebra

Penyakit di vertebra servikal dapat menyebabkan rasa nyeri yang dirujuk

ke kepala.Nyeri kepala mungkin terjadi pada penyakit vertebra servikal

misalnya oleh trauma, whiplash, dan nyeri kepala cerviogenic.

5) Cervical spondylosis

Spondilosis servikal atau penyakit degenerative vertebra servikal lebih

sering dijumpai, dengan prevalansi radiologis 50 % pada kelompok usia

diatas 50 tahun dan 75 % pada kelompok usia 65 tahun.

6) Nyeri pinggang

Nyeri pinggang sering dikeluhkan oleh lansia. Dengan bertambahnya

usia, secara statistik, hernia diskus menjadi lebih jarang, sedang

osteoporosis, osteoarthritis dan penyakit metastasi menjadi lebih sering.

Stenosis lumbalis atau penyempitan kanal lumbal dapat memberikan

gejala nyeri pinggang bawah yang kronis dan berat.Pseudoklaudikasio


19

berupa nyeri dalam yang berat terasa dipantat dan tungkai disertai

kelemahan dan parestesia cukup khas bagi stenosis lumbalis.Gejala ini

dicetuskan oleh aktivitas, dan mengurang bila istirahat, terlebih bila sikap

kolumna berada dalam fleksi ringan.

7) Osteoporosis

Osteoporosis merupakan penyakit pada lansia, dan mengenai lebih

banyak wanita daripada pria, dan sering mengakibatkan fraktur kompresi

pada vertebra. Faktor yang mempercepat proses osteoporosis mencakup

intake kalsium yang rendah, intake alkohol yang tinggi, cara hidup yang

tidak banyak bergerak atau imobilisasi, menopause yang dini, riwayat

keluarga dengan osteoporosis dan skoliosis.

8) Arthritisrheumatoid

Penyakit ini, kaku pada pagi hari, tidak mereda setelah 1 atau 2

jam.Kadang-kadang kaku merupakan tanda awal penyakit ini.

Peradangan sendi lain dapat berupa nyeri dan keletihan yang semakin

berat.

9) Pirai (gout)

Penyakit ini menimbulkan rasa nyeri yang cukup berat dengan terjadinya

penumpukan asam urat di sendi-sendi.Keadaan ini biasanya pertama kali

mengenai ibu jari kaki sampai bewarna kemerahan dan bengkak, tetapi

juga dapat mengenai sendi lainnya.Rasa nyeri tersebut dapat cepat

berkembang, (Lumbantombing, 2004).


20

2.4 Konsep Dasar Nyeri

2.4.1 Definisi Nyeri

Nyeri didefinisikansebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang

dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2006).

Nyeri adalah sesuatu hal yang bersifat subyektif; tidak ada dua orang

sekalipun yang mengalami kesamaan rasa nyeri dan tidak ada dua kejadian

menyakitkan yang mengakibatkan respon atau perasaan yang sama pada

individu (Potter & Perry, 2010).

2.4.2 Fisiologi Nyeri

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima

rangsang nyeri.Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung

saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara

potensial merusak.Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis

reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielin dan ada juga yang tidak

bermielin dari saraf perifer.Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat

dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus),

somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang

berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang

berbeda.Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang

berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan.

Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam tiga komponen yaitu;


21

1) Reseptor A delta

Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/ detik)

yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang

apabila penyebab nyeri dihilangkan.

2) Serabut C

Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/ detik)

yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat

tumpul dan sulit dilokalisasi.

3) Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral

Reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus,

ginjal dan sebagainya.Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak

sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap

penekanan, iskemia dan inflamasi(Tamsuri, 2006).

2.4.3 Proses Terjadinya Nyeri

Nyeri diawali sebagai pesan yang diterima oleh saraf –saraf perifer. Zat

kimia (substansi p bradikinin, prostaglandin) dilepaskan, kemudian

menstimulasi saraf perifer, membantu mengantarkan pesan nyeri dari area yang

terluka ke otak, dan menyusun tahap untuk penyembuhan (respon inflamasi).

Sinyal nyeri dari area yang terluka berjalan sebagai impuls elektrokimia

disepanjang nervus kebagian dorsal spinal cord (area pada spinal yang

menerima sinyal dari seluruh tubuh). Pesan kemudian dihantarkan ke thalamus,

pusat sensoris di otak dimana sensasi seperti panas, dingin, nyeri dan sentuhan

pertama kali dipersepsikan. Pesan lalu dihantarkan ke corteks, dimana intensitas

dan lokasi nyeri dipersepsikan. Penyembuhan nyeri dimulai sebagai sinyal dari
22

otak kemudian turun ke spinal cord. Dibagian dorsal, zat kimia seperti

endorphin dilepaskan untuk mengurangi nyeri diarea yang terluka, (Carol dan

Priscilla 1997, dalam Potter & Perry 2010).

2.4.4 Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan

oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan

kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh

dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan

pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik

tubuh terhadap nyeri itu sendiri.Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak

dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri(Tamsuri,

2006).Menurut Smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut:

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Nyeri berat
nyeri tidak
terkonrol
Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri Deskriptif

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri
Nyeri sedang
nyeri hebat

Gambar 2.2 Skala Identitas Nyeri Numerik

Nyeri sangat
Tidak hebat
nyeri

Gambar 2.3 Skala Analog Visual

Keterangan :
23

0 :Tidak nyeri.

1-3: Nyeri ringan: secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

4-6: Nyeri sedang: Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah

dengan baik.

7-9: Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah

tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak

dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang

dan distraksi.

10: Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi.

Kriteria Objektif penurunan nyeri:

1) Baik : Jika terjadi Penurunan 1 poin

2) Kurang baik : Jika tetap atau terjadi peningkatan

2.4.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri

1) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Nyeri

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tentang nyeri pada seorang

individu meliputi; (1) Usia, (2) Jenis kelamin, (3) Budaya, (4)

Pengetahuan tentang nyeri dan penyebabnya, (5) Makna nyeri, (6)

Perhatian klien, (7) Tingkat kecemasan, (8) Tingkat stress, (9) Tingkat

energy, (10) Pengalaman sebelumnya, (11) Pola koping, (12) Dukungan

keluarga dan social (Tamsuri, 2006).

2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Toleransi Nyeri


24

(1) Faktor-faktor yang meningkatkan toleransi terhadap nyeri adalah

sebagai berikut; (1) Alkohol, (2) Obat-obatan, (3) Hipnosis, (4)

Panas, (5) Gesekan/garukan, (6) Pengalihan perhatian, (7)

Kepercayaan yang kuat.

(2) Faktor-faktor yang menurunkan toleransi terhadap nyeri antara lain;

(1) Kelelahan, (2) Marah, (3) Kebosanan, depresi, (4) Kecemasan, (5)

Nyeri kronis, (6) Sakit/ penderitaan, (Anas Tamsuri, 2006).

2.4.6 Strategi Penatalaksanaan Nyeri

Strategi penatalaksanaan nyeri mencakup baik pendekatan farmakologis

dan nonfarmakologis.Pendekatan ini diseleksi berdasarkan pada kebutuhan dan

tujuan pasien secara individu. Semua intervensi akan sangat berhasil bila

dilakukan sebelum nyeri menjadi lebih parah, dan keberhasilan terbesar sering

dicapai jika beberapa intervensi diterapkan secara simultan, (Brunner &

Suddarth, 2002).

1) Penanganan Nyeri Farmakologis

Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis meliputi penggunaan oploid

(narkotik), nonoploid/ NSAID (Non Steroid Anti Infamation Drugs), dan

adjuvant, serta ko-analgesik.Analgesik oploid (narkotik) terdiri dari

berbagai derivat dari opium seperti morfin dan kodain.Narkotik dapat

menyebabkan penurunan nyeri dan memberi efek euphoria

(kegembiraan) karena obat ini mengadakan ikatan dengan reseptor opiate

(ada beberapa tipe reseptor opiate seperti mu, delta, dan kappa) dan

mengaktifkan penekanan nyeri endogen pada susunan saraf.Narkotik


25

tidak hanya menekan rangsang nyeri, tetapi juga menekan pusat

pernapasan dan batuk di medula batang otak.

2) Penanganan Nyeri Nonfarmakologis

Penatalaksanaan nonfarmakologis terdiri dari berbagai tindakan

penanganan nyeri berdasarkan stimulasi fisik maupun perilaku

kognitif.Penanganan fisik meliputi stimulasi kulit(masase, kompres panas

dan dingin, akupuntur, stimulasi kontralateral), stimulasi elektrik saraf

kulit/ Transcutaneus Elektrikal Nerve Stimulation (TENS).Intervensi

kognitif meliputi tindakan distraksi, teknik relaksasi, imajinasi

terbimbing, umpan balik biologis, hipnosis, dan sentuhan terapeutik.

Massage kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan

otot. Rangsangan massage otot ini dipercaya akan merangsang serabut

berdiameter besar, sehingga mampu memblok atau menurunkan impuls

nyeri(Tamsuri, 2006).

Massageatau pijat adalah seni penyembuhan sensual yang dinikmati,

untuk menghasilkan perasaan baik. Pijat membuat anda rilek. Pijat juga

memperbaiki sirkulasi dan mengurangi detak jantung, selain memberikan

keuntungan sendi-sendi dan menarik serta mengendorkan otot (Charlish,

2010).

2.5 Konsep Dasar Massage

2.5.1 Pengertian Massage

Massage kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan

otot. Rangsangan massage otot ini dipercaya akan merangsang serabut


26

berdiameter besar, sehingga mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri.

Beberapa strategi stimulasi kulit lainnya juga menggunakan mekanisme

ini.Massage adalah stimulasi kulit tubuh secara umum, dipusatkan pada

punggung dan bahu, atau dapat dilakukan satu atau beberapa bagian tubuh dan

dilakukan sekitar 10 menit pada masing-masing bagian tubuh untuk mencapai

hasil yang maksimal.

Massage kulit dapat dilakukan dengan menggunakan ointment (balsam

gosok) atau liniment (obat cair gosok) yang mengandung mentol untuk

membantu mencapai pengurangan nyeri. Balsam ini akan menimbulkan sensasi

hangat segera setelah pemakaian hingga beberapa saat setelah pemberian. Di

Indonesia balsam sering digunakan untuk mengurangi nyeri dan sendi serta

digunakan pada perut yang terasa kembung(Tamsuri, 2006).

2.5.2 Keuntungan Massage

Semua tehnik pijat melibatkan peremasan dan pengusapan/ pengurutan,

tetapi ada banyak jenis pijat dari yang sangat ringan, menggerakkan secara halus

sampai meninju secara keras, yang bagi kebanyakan orang mendekati ambang

rasa nyeri.

Pada hakikatnya, pijat adalah seni penyembuhan sensual yang dinikmati,

untuk menghasilkan perasaan baik.Pijat membuat anda rilek.Pijat juga

memperbaiki sirkulasi dan mengurangi detak jantung, selain memberikan

keuntungan fisik ke sendi-sendi dan menarik dan mengendorkan otot (Churlish,

2010).
27

2.5.3 Dasar-dasar Massage

Banyak apliksi massage yang digunakan sebagai media penyembuhan

penyakit, baik metode massage asli yang berasal dari Indoneia sendiri maupun

metode-metode adopsi dari luar negeri seperti dari Negara Asia yaitu dari Cina,

Jepang, Thailand, dan Negara Eropa seperti Swedia, Belanda dan lain-lain.

Namun dalam penerapannya di masyarakat Indonesia hingga saat ini terdapat

kesamaan metode, karena asal muasal perkembangan massage di Indonesia

berasal dari Swedia yang disebut dengan istilah sweden massage, berikut adalah

metode sweden massage ;

1) Eflaurage atau Gosokan

Eflaurage adalah suatu gerakan dengan mempergunakan seluruh

permukaan telapak tangan melekat pada bagian-bagian tubuh yang

digosok.Bentuk telapak tangan dan jari-jari selalu menyesuaikan dengan

bagian tubuh yang digosok.Tangan menggosok secara supel/ gentle

menuju kearah jantung (centripetal) dengan dorongan dan tekanan.Tetapi

boleh juga menuju menyamping (centrifugal) misalnya gosokan di

bagian dada, perut, dan sebagainya.

Dalam remedial massage, terdapat beberapa macam variasi eflaurage,

antara lain ; (1) Gosokan dengan telapak tangan dilakukan dengan

tekanan yang dangkal (superficial strocking), (2) Gosokan dengan

pangkal telapak tangan dilakukan dengan tekanan yang dalam, (3)

Gosokan dengan punggung kepalan tangan pada otot-otot yang besar dan

lebar bagian pinggang dan punggung dilakukan dengan tekanan yang

dalam, (5) Gosokan dengan menggunakan kedua ibu jari.


28

Efek terapeutik atau efek penyembuhan dari eflaurage ini antara lain; (1)

Membantu melancarkan peredaran darah vena dan peredaran darah getah

bening/cairan limfe, (2) Membantu memperbaiki proses metabolisme, (3)

Menyempurnakan proses pembuangan sisa pembakaran atau mengurangi

kelelahan, (4) Membantu penyerapan (absorbsi) odema akibat

peradangan, (5) Relaksasi dan mengurangi rasa nyeri.

2) Petrisage atau Pijatan

Petrisage adalah suatu gerakan pijatan dengan mempergunakan empat

jari merapat berhadapan dengan ibu jari yang selalu lurus dan

supel.Bagian tubuh yang dipijat terletak dalam lengkungan telapak

tangan antara jari-jari dan ibu jari. Gerakan memijat dengan meremas

otot yang sedikit ditarik ke atas seolah-olah akan memisahkan otot dari

tulang selaputnya atau dari otot yang lain. Gerakan pijatan harus

dilakukan pada tiap kelompok otot dan otot harus dipijat beberapa kali

dengan supel dan rilek.Dalam remedial massage, terdapat beberapa

macam variasi Petrisage, antara lain;

(1) Kneading, merupakan suatu gerakan pijatan dengan mempergunakan

satu tangan atau kedua belah tangan. Jaringan ditekan diantara

telapak tangan dan jari-jari. Gerakan tangan harus ganti berganti dan

tekanan harus selalu menuju ke atas. Adapun variasi dari kneading

antara lain ; (a) Pijatan dengan palmar kneading(telapak tangan), (b)

Pijatan dengan thumb and finger kneading dan (c) Alternative

palmar kneading. Tehnik pijatan ini banyak dilakukan dibagian otot-

otot paha, pinggang dan punggung.


29

(2) Wringing atau walken (gosokan lipat pindah), adalah suatu gerakan

pijatan dengan menggunakan kedua belah tangan. Sikap tangan

parallel pada otot yang bergerak berlawanan, sedang jari-jari yang

ditarik dibengkokkan sedikit dan otot ganti berganti diangkat dari

samping ke samping. Tehnik ini banyak dilakukan dibagian

kelompok oto-otot pantat, pinggang, punggung, dada, dan perut.

Menurut pelaksanannya teknik walken ada dua macam ; (a) Walken

kecil dengan mempergunakan ujung jari misalnya pada bagian dada,

dan (b) Walken besar dengan mempergunakan seluruh permukaan

telapak tangan dan jari-jari, dipakai pada pantat dan punggung.

(3) Picking up adalah suatu gerakan pijatan dengan menggunakan kedua

belah tangan. Jaringan dipegang dan otot ganti berganti digerakan

kemuka dan kebelakang. Tehnik ini banyak digunakan pada bagian

otot-otot tengkuk bahu, lengan atas, tangan dan jari, tungakai bawah,

dan kaki. Variasi-variasi Picking up antara lain ; (a) Kedua belah

tangan bersama-sama sejajar, (b) Kedua belah tangan bergantian

sejajar atau bergelombang, (c) Kedua belah tangan bergantian sejajar

berseberangan, (d) Kedua tangan bergantian, salah satu hanya

mempergunakan ibu jari atau kedua-duanya mempergunakan ibu jari

untuk dibagian yang sempit, sela-sela jari, punggung tangan dan

kaki.

Efek terapeutik atau efek penyembuhan dari petrisage ini antara lain

adalah ; (1) Untuk mengurangi penimbunan asam laktat didalam sel-

sel otot yang telah mengeras yang disebut mioglicolysis atau asam
30

laktat, (2) Menekan atau mendorong sisa-sisa proses sintesis

metabolik yang ada didalam jaringan kedalam pembuluh darah balik

(vena), (3) Untuk melenturkan jaringan lukak (kulit dan otot), (4)

Memperbaiki proses sintesis metabolisme apabila dilakukan

dibagian yang luas misalnya bagian pinggang, punggung, perut, dan

anggota gerak.

3) Shacking atau Goncangan

Shacking adalah suatu gerakan goncangan dengan mempergunakan satu

tangan atau kedua belah tangan dan biasanya dilakukan dibagian otot-

otot paha, tungkai bawah, kaki, tengkuk, bahu, lengan atas dan bawah,

tangan dan bagian perut.

Terdapat beberapa macam variasi shacking, antara lain ; (1) Kedua belah

tangan diletakkan pada bagian tubuh yang digoncang diantara dua

telapak tangan dan gerakan goncangan maju mundur dengan arah yang

berlawanan, (2) Satu tangan letakkan bagian tubuh yang digoncang

diantara jari-jari dan ibu jari yang saling melengkung dengan gerakan

goncangan ke kanan dan ke kiri, (3) Satu tangan diletakkan pada bagian

tubuh yang digoncang dan hanya dengan ujung-ujung dan ibu jari

posisikan seperti mencubit gerakan goncangan ke kanan dan ke kiri, (4)

Satu tangan diletakkan pada bagian tubuh, digoncang dengan telapak

tangan dan jari-jari merapat yang membuat cekungan, gerakan

goncangan maju mundur, (5) Satu tangan letakkan bagian tubuh yang

digoncang dengan seluruh permukaan telapak tangan dan jari-jari

merapat, gerakan goncangan menggerak naik turun.


31

Efek terapeutik atau efek penyembuhan dari shacking ini antara lain

adalah ; (1) Untuk melancarkan peredaran darah vena dan peredaran

getah bening (cairan limfe), (2) Menyempurnakan distribusi edar darah

dan sari-sari makanan ke seluruh tubuh, (3) Mengurangi ketegangan otot,

(4) Memperbaiki kerja sistem saraf.

4) Tapotement atau Pukulan

Tapotement adalah suatu gerakan pukulan dengan menggunakan satu

tangan atau kedua belah tangan yang dipukul-pukulkan pada obyek pijat

secara bergantian. Variasi tapotement dalam remedial massage antara

lain;

(1) Beating, adalah suatu gerakan pukulan dengan mempergunakan jari-

jari lemas dan menggenggam sikap pergelangan tangan dorsofleksi

(menekuk ke belakang), seluruh tangan jatuh pada permukaan tubuh

yang dipukul dan dapat mempergunakan tangan satu atau tangan dua

bersama-sama bergerak ganti-berganti. Tehnik ini penting dilakukan

untuk bagian diatas paravertebralis, sacral, dan gluteal yang khusus

untuk mempengaruhi otot, sehingga otot-otot menjadi rilek dan

elastis.

(2) Clapping, adalah suatu gerakan pukulan dengan mempergunakan

telapak tangan dengan jari-jari yang membuat cekungan,

pergelangan tangan palmarfleksi, bergerak ganti berganti. Tehnik ini

biasa dilakukan dibagian pinggang dan punggung. Hal ini digunakan

khusus untuk mempengaruhi kulit sehingga kulit dapat menambah


32

aktivitas kelenjar keringat, menaikkan suhu badan, dan kehangatan

tubuh.

(3) Hacking, adalah suatu gerakan pukulan yang banyak memerlukan

latihan sehingga mencapai kemahiran yang harus diperhatikan dalam

mengaplikasikan teknik ini adalah sikap kedua siku fleksi, bahu

abduksi, pergelangan tangan dorsofleksi, jari-jari ekstensi dan

beruntun (mengepir) dengan tepi telapak tangan yang agak miring,

ujung jari kelima, keempat, ketiga, dan kedua jatuh pada permukaan

tubuh yang dipukul satu persatu dan ganti-berganti, tiap pukulan

harus ringan dan ngepir, sedang kedua telapak tangan saling

berhadapan. Teknik ini banyak dilakukan di bagian pinggang dan

punggung dengan maksud dengan efek memperlancar aliran darah

dari dan menuju jantung dan jika dilakukan pada bagian kanan-kiri

kolumna vertebralis akan membantu mempengaruhi fungsi sekretari

yaitu aliran yang menuju kelenjar.

(4) Pounding, adalah suatu gerakan pukulan kombinasi antara hacking

dan beating. Jari-jari rilek, tangan jatuhnya seperti hacking dan jari

kelima menyentuh permukaan tubuh yang dipukul. Tehnik ini

dipergunakan apabila beating terlalu kuat dan untuk bagian yang

kecil, namun penggunaannya tetap seperti beating.

Efek terapeutik atau efek penyembuhan dari tapotement antara lain;

(1) Untuk memperlancar peredaran darah vena dan getah bening, (2)

Merangsang otot-otot panas, menambah tonus otot, efisiensi otot dan


33

elastisitas otot, (3) Menimbulkan rasa nyaman, segar, dan

kehangatan tubuh.

5) Friction atau Gerusan

Friction adalah suatu gerakan gerusan kecil-kecil yang dilakukan dengan

menggunakan ujung tiga jari (jari telunjuk,tengah, dan jari manis) yamg

merapat, ibu jari, ujung siku, pangkal telapak tangan dan yang bergerak

berputar-putar atau berlawanan arah jarum jam. Terdapat beberapa

macam variasi Friction,antara lain; (1) Dengan menggunakan ibu jari, (2)

Menggunakan 3 jari (jari telunjuk, tengah, dan manis), (3) Menggunakan

pangkal telapak tangan, (4) menggunakan siku.

Efek terapeutik atau efek penyembuhan antara lain ; (1) Untuk

merangsang sistem kerja saraf dan otot yang letaknya lebih dalam dari

permukaan tubuh, (2) Menguraikan sisa metabolisme asam laktat yang

sudah mengeras, (3) Memperkuat kapsul sendi dan ligamentum pada

persendian, (4) Membantu mempercepat penyerapan (absorbsi) odema

akibat proses peradangan, (5) Memperbaiki sistem pencernaan makanan.

6) Vibration atau Getaran

Vibration adalah suatu gerakan getaran yang dilakukan dengan ujung-

jari-jari atau seluruh permukaan telapak tangan.Stimulasi gerak getaran

pada persendian dapat membantu memulihkan lingkup gerak

persendian.Tehnik Vibration antara lain; (1) Telapak tangan, (2) Ibu jari,

(3) Ujung jari-jari.

Efek terapeutik atau efek penyembuhan dari Vibration ini antara lain ; (1)

Menstimulasi secara ringan sistem kerja saraf, (2) Mengurangi atau


34

menghambat ketegangan otot akibat stimulasi kerja otot yang berlebihan,

(3) Mengurangi rasa nyeri (ngilu), bengkak dan ketegangan pada otot dan

persendian.

7) Stroking atau Mengurut

Stroking adalah suatu gerakan mengurut dengan menggunakan ujung-

ujung tiga jari yang merapat (jari telunjuk, tengah, dan manis). Untuk

menguatkan tekanan, tangan lain dapat membantunya. Tehnik ini banyak

digunakan untuk segmen dan remedial massage.

8) Skin Rolling atau Melipat dan Menggeser Kulit

Skin Rolling adalah suatu gerakan melipat atau menggeser kulit.Sikap

pertama seperti mencubit, kemudian kulit digeserkan, jari-jari menekan

bergerak maju dan ibu jari menekan mendorong ke belakang.Tehnik ini

dapat menggunakan satu tangan atau kedua belah tangan(Wiyoto, 2011).

2.5.4 Tehnik Aplikasi Massage dalam Sistem Muskuluskeletal

Dalam hal ini akan dibahas mengenai beberapa teknik massage dalam

sistem muskuluskeletal (Wiyoto, 2011).

1) Nyeri punggung bawah

Nyeri punggung bawah atau low back pain dan dalam istilah Jawa

dikenal dengan “loro boyo pegel” adalah salah satu penyakit

muskuluskeletal bagian punggung bagian bawah hingga pinggang yang

paling dijumpai di masyarakat dan di klinik-klinik pelayanan kesehatan.


35

Penatalaksanaan untuk mengatasi nyeri punggung bawah adalah sebagai

berikut;

(1) Tehnik-tehnik massage

Tehnik massage yang digunakan dalam kondisi nyeri punggung

bawah antara lain adalah ; (a) strocking/ menggososk, (b) petrisage/

memijat, (c) friction/ gerusan, (d) skin rolling/ meliipat dan

menggeser kulit

(2) Bagian-bagian tubuh yang diberikan massage

Bagian tubuh yang diberikan massage pada nyeri punggung bagian

bawah terdiri dari 2 posisi, yaitu ; (a) pada posisi telungkup/

tengkurap, massage yang diberikan berupa stroking, petrisage,

friction, dan skin rolling pada otot sisi kanan dan kiri columna

vertebralis,stroking dan skin rolling pada bagian punggung, stroking

dan petrisage pada bagian pinggang, stroking dan petrisage pada

bagian panggul/ pantat, (b) pada posisi terlentang, massage yang

diberikan berupa stroking, petrisage dan friction pada bagian perut

bagian bawah.

2) Nyeri leher

Nyeri leher atau dikenal dengan cervical syndrome adalah salah satu

gangguan pada sistem muskuluskeletal atau penyakit pada organ otot

sekitar leher bagian samping atau pundak dan bagian belakang atau

tengkuk. Berikut penatalaksanaan massage pada nyeri leher.


36

(1) Teknik-teknik massage

Tehnik massage yang digunakan alam kondisi nyeri leher antara lain

adalah; (a)stroking/menggosok, (b)petrisage/memijat, (c)

friction/gerusan, dan (d) tapotement/pukulan.

(2) Bagian tubuh yang diberikan massage

Bagian tubuh yang diberikan massage pada nyeri leher terdiri dari 3

posisi, yaitu ; (a) posisi telungkup/ tengkurap, massage yang bisa

diberikan adalah stroking, petrisage, dan friction pada bagian kanan

dan kiri columna vertebralis. Kemudian diberikan stroking dan skin

rolling bagian punggung, (b) posisi terlentang diberikan

massagesroking, petrisage, dan friction pada bagian dada, (c) posisi

duduk dengan diberikan stroking, petrisage, dan friction pada bagian

tengkuk, bahu, dan deltoidea.

3) Nyeri bahu

Nyeri bahu merupakan indikatif untuk diberikan massage karena banyak

menyerang pada otot-otot penggerak sendi bahu. Penatalaksanaannya

untuk mengatasi nyeri bahu adalah sebagai berikut ;

(1) Teknik-teknik massage

Tehnik-tehnik yang diberikan dalam massage nyeri bahu antara lain ;

(a) stroking/menggosok, (b) petrisage/memijat, (c) friction/gerusan,

(d) skin rolling/melipat dan menggeser kulit.

(2) Bagian tubuh yang diberikan massage

Bagian tubuh yang diberikan massage pada nyeri bahu terdiri dari 3

posisi, yaitu; (a) posisi terlungkup/tengkurap, massage yang


37

digunakan adalah berupa stroking, petrisage, friction, dan skin

rolling pada bagian kanan dan kiri columna vertebralis. Kemudian

diberikan skin rolling dan stroking pada bagian punggung, stroking

dan petrisage pada bagian pinggang dan panggul, (b) posisi

terlentang diberikan stroking, petrisage, dan friction pada bagian

dada, (c) posisi duduk dengan diberikan stroking, petrisage, dan

friction pada bagian tengkuk, bahu, dan deltoidea, serta diberikan

petrisage dan friction pada bagian sendi siku.

4) Nyeri lutut

Nyeri lutut dalam masyarakat sering dihubungkan dengan penyakit

reumatik, walaupun tidak selalu nyeri lutut identik dengan penyakit

reumatik. Pada kenyataan dimasyarakat setiap pasien dengan keluhan

nyeri lutut akan sangat takut untuk menggerakkan kakinya sehingga otot-

otot penggerak sendi lutut akan mengalami kekakuan. Berikut adalah

penatalaksanaan massage pada nyeri lutut;

(1) Teknik-teknik massage

Teknik-teknik massageyang diberikan dalam mengatasi nyeri lutut

adalah; (a) stroking/menggosok, (b)petrisage/memijat, (c)

friction/gerusan.

(2) Bagian tubuh yang diberikan massage

Bagian tubuh yang diberikan massage pada nyeri bahu terdiri dari 2

posisi, yaitu; (a) posisi terlungkup/ tengkurap, dengan massage yang

diberikan berupa stroking, petrisage, dan friction bagian otot-otot

kiri dan kanan columna vertebralis, otot-otot pinggang, pada bagian


38

belakang tungkai bawah bagian belakang (m. gastrosnemius),

petrisage dan friction pada 3 titik nyeri diatas, tengah, dan bawah

lutut pada kaki yang sakit, (b) posisi terlentang dengan diberikan

stroking, petrisage, dan friction bagian paha bagian depan (m.

quadriseps) pada kaki yang sakit, petrisage dan friction pada antara

ibu jari dan jari telunjuk dekat mata kaki (maleolus medialis) pada

kaki yang sakit, petrisage dan friction pada titik nyeri diujung lipatan

kulit bagian medial lipat lutut tungkai yang sakit.

5) Nyeri otot terkilir (ankle straint)

Nyeri otot akibat terkilir/keseleo adalah gangguan yang menyerang

tendon otot dan ligamen sehingga akan menyebabkan terganggunya

sistem pergerakan, umumnya kejadian terkilir banyak terjadi pada

persendian pergelangan kaki sehingga sering disebut “unkle strain”,

berikut adalah penatalaksanaan massage pada nyeri otot terkilir ;

(1) Tehnik-tehnik massage

Tehnik massage yang diberikan dalam menangani nyeri otot terkilir

antara lain adalah; (a) stroking/ menggosok, (b) petrisage/ memijat,

(c) friction/ gerusan.

(2) Bagian tubuh yang diberikan massage

Tehnik massage dalam kondisi nyeri otot ini dilakukan dengan 3

posisi, yaitu ; (a) posisi pasien terlungkup dengan memberikan

stroking, petrisage, dan friction pada bagian kiri dan kanan columna

vertebrae dibagian pinggang hingga punggung, panggul, paha bagian

belakang (kaki yang sakit), tungkai bawah bagian belakang (kaki


39

yang sakit), (b) posisi pasien terlentang dengan memberikan stroking

dan petrisage pada paha bagian depan (kaki yang sakit), stroking,

petrisage, dan friction pada tungkai bawah bagian depan (kaki yang

sakit), stroking dan friction pada punggung kaki (kaki yang sakit),

serta diberikan stroking, petrisage, dan friction pada jari-jari kaki

(kaki yang sakit).

2.5.5 Pengertian kompres hangat

Kompres hangat adalah tindakan dengan memberikan kompres hangat

untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau menbebaskan nyeri,

mengurangin atau nmencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa

hangat (Hidayat, 2008).

Kompres hangat mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah

kesuatu kesuatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengat

mempercepat penyembuhan (Smeltzer & Bare, 2002).

Pemakaian kompres hangat biasanya hanya dilakukan setempat saja pada

bagian tubuh tertentu. Dengan pemberian panas, pembuh-pembuluh darah

melebar. Sehingga akan memperbaiki peredaran darah di dalam jaringan tersebut.

Dengan cara ini penyaluran zat asam dan bahan makanan ke sel-sel diperbesar dan

pembuangan dari zat-zat sisa yang dibuang akan diperbaiki. Jadi akan timbul

proses pertukaran zat yang lebih baik. Aktuvitas sel yang meningkat akan

mengurangi rasa sakit dan akan menunjang proses penyembuhan luka, radang

yang setempat seprti abses, bisul-bisul yang besar dan bernanah, radang empedu

dan radang persendian. Pada otot-otot, panas memiliki efek menghilangkan

fisioterapi dengan lebih mudah padaseorang pasien (Steven, 2000).


40

1) Tujuan kompres Hangat

(1) Memperlancar sirkulasi darah

(2) Mengurangi rasa sakit

(3) Memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada pasien

(4) Memperlancar pengeluaran eksudat (Asmadi, 2008)

2) Prosedur Kompres Hangat

(1) Persiapan Alat Dan Bahan

a) Botol berisi air panas (suhu 46-51,5ͦ)/ air hangat

b) Termometer air

c) Kain pembungkus

(2) Cara Kerja

a) Cuci tangan

b) Jelaskan pada klien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

c) Isi botol dengan air panas.

d) Tutup botol yang telah diisi air panas kemudian keringkan.

e) Masukkan botol kedalan kantung kain.

f) Tempatkan botol pada daerah yang akan di kompres.

g) Angkat botol setelah 20 menit, masukan lagi kedalam. airhangat .

taruh lagi pada daerah yang akan dikompres.

h) Catat perubahan yang akan di kompres

i) Cuci tangan (Aziz, 2008).


41

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESISPENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah yang dipakai sebagai landasan berfikir

dalam kegiatan ilmu (Nursalam, 2011: 55). Kerangka konseptual dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:


Faktor usia yang mempengaruhi sistem muskuloskeletal, (Jeime L. Stockslager Liz
Schaffer, 2007).
1) Peningkatan jaringan adipose
2) Penurunan massa tubuh yang tidak berlemak dan kandungan mineral tubuh
3) Penurunan tinggi akibat penurunan kelengkungan tulang belakang dan
penyempitan ruang invertebrate
4) Penurunan pembentukan kolagen dan massa otot
5) Penurunan viskositas cairan sinovial, lebih banyak membran sinovial yang
fibrotik.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Non
Farmakologis, (Anas
Farmakologis.
Tamsuri, 2006)
Stimulasi kulit; 1. Opioid (narkotik)
1. Masase (massage) Nyeri Sendi 2. Nonopioid/ NSAID
2. Kompres hangat 3. Adjuvant
3. Kompres dingin 4. Ko-analgesik
4. Akupuntur
5. Stimulasi kontralateral
6. TENS Faktor-faktor yang
Stimulasi perilaku kognitif; mempengaruhi
1. Distraksi persepsi nyeri.
2. Tehnik relaksasi 1. Usia
3. Imajinasi terbimbing 2. Jenis kelamin
4. Umpanbalik biologis 3. Budaya
5. Hypnosis 4. Pengetahuan
6. Sentuhanterapeutik. 5. Stress
6. Kecemasan
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka KonseptualPerbedaan EfektifitasMassagedan


Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada
Lansia
42

Penjelasan kerangka konsep :

Nyeri sendi disebabkan oleh faktor usia, antara lain terjadi karena; (1)

Peningkatan jaringan adipose, (2) Penurunan massa tubuh yang tidak berlemak

dan kandungan mineral tubuh, (3) Penurunan tinggi akibat penurunan

kelengkungan tulang belakang dan penyempitan ruang invertebrate, (4)

Penurunan pembentukan kolagen dan massa otot, (5) Penurunan viskositas

cairan sinovial, lebih banyak membran sinovial yang fibrotik.

Strategi penatalaksanaan nyeri mencakup baik pendekatan farmakologis

dan nonfarmakologis.Dalam penatalaksanaan nonfarmakologis salah satunya

dikenal dengan Massage.Massagedan Kompres Hangat memberikan efek

penurunan kecemasan dan ketegangan otot. Rangsangan massage otot ini

dipercaya akan merangsang serabut berdiameter besar, sehingga mampu

memblok atau menurunkan impuls nyeri.

3.2 Hipotesis Penelitian

H1 :Ada perbedaan efektifitasmassagedan kompres hangat terhadapnyeri sendi.


43

BAB 4

METODELOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah urutan langkah dalam melakukan penelitian.

Hal-hal yang termasuk dalam metodologi penelitian adalah desain penelitian yang

digunakan, kerangka kerja penelitian, populasi sampel yang akan diteliti, jumlah

sampel yang diperlukan, teknik sampling yang digunakan, cara identifikasi

variabel dengan definisi operasional, cara pengumpulan data, metode analisis data

yang digunakannya, keterbatasan penelitian dan nilai etika penelitian (Hidayat,

2007).

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan

penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman peneliti pada

seluruh proses penelitian (Nursalam, 2008).

Penelitian ini bersifat analitik komparasi dengan menggunakan desain

penelitian experimental dengan rancangan Equivalent Group Pre Test and Post

Test Designs yang mana pada desain ini memungkinkan peneliti dapat

mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan melibatkan kelompok kontrol

disamping kelompok eksperimen(Nursalam, 2008).Desain penelitian jenis ini

dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 4.1 Rancangan Penelitian


Subjek Pretest Perlakuan Posttest
Kelompok perlakuan massage O1 X1 O2
Kelompok perlakuan kompres hangat O1 X2 O2

Keterangan :

O1: Observasi nyeri sendi lansia sebelum diberikan perlakuan


44

O2 : Observasi nyeri sendi lansia setelah diberikan perlakuan

X : Intervensi (pemberian perlakuan massage dan kompres hangat)

4.2 Pendekatan Waktu Pengumpulan Data

Pendekatan waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

cross sectional. Cross Sectional merupakan rancangan penelitian yang

pengukurannya atau pengamatannya dilakukan secara simultan pada satu saat

(sekali waktu) (Hidayat, 2007).


45

4.3 Kerangka kerja

Kerangka kerja merupakan bagan kerja rancangan kegiatan penelitian

yang akan dilakukan (Hidayat, 2007). Kerangka kerja penelitian ini digambarkan

pada gambar 4.1 dibawah ini.


Populasi Penelitian
Seluruh lansia di wilayah kerja Puskesmas Montong yang yang mengalami
nyeri sendi berjumlah 97 orang

Teknik Sampling
Penelitian ini menggunakan teknik sampling berupa purposive sampling

Sampel penelitian
Sebagian lansia di wilayah kerja Puskesmas Montong yang yang mengalami
nyeri sendi berjumlah 30 orang

Pre Test
Mengukur nyeri sendi lansia dengan lembar observasi (checklist)

Variabel Independen Variabel Independen


Massage Kompres
Hangat

Pos Test
Mengukur nyeri sendi lansia dengan lembar observasi (checklist)

Pengolahan Data
Edititng, Coding, Scoring dan Tabulasi

Analisa Data
Menggunakan Uji U Mann Whitney

Kesimpulan
Ada perbedaan efektifitas atau tidak

Gambar 4.3 Kerangka Kerja Perbedaan EfektifitasMassagedan


Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban
46

4.4 Identifikasi Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda, manusia dan lain-lain) (Soeparto, dkk, 2000 dalam

Nursalam 2008).

4.4.1 Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan

atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini disebut juga dengan nama

variabel bebas artinya bebas dalam mempengaruhi variabel yang lain (Hidayat,

2010). Variabel independen dalam penelitian ini adalah massage dan kompres

hangat.

4.4.2 Variabel dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akbat karena variabel bebas (Hidayat, 2010).Variabel dependen dalam penelitian

ini adalah nyeri sendi.

4.5 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang diamati tersebut, dapat diamati artinya memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

obyek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi oleh orang lain,

(Nursalam,2008).
47

4.6 Definisi Operasional Variabel

Tabel 4.1 Definisi Operasional Perbedaan Efektifitas Massage Dan


Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Mantong Kabupaten Tuban.

Variabel Definisi Indikator Alat Skala Kode/ Skor


Operasional Ukur
independ Tindakan Massage Cheklist Nominal 1: diberikan
en mengusap diberikan Massage
Massage atau sentuhan pada daerah
pada kulit yang nyeri 2: diberikan
atau anggota dengan lama Kompres
tubuh dengan waktu 5-10 hangat
tekanan menit
maupun menggunakan
secara lotion sebagai
perlahan. pelicin
dengan
berbagai
kombinasi
dari tehnik
massage,
yaitu dengan
langkah
tehnik
1. Eflaurage
/ gosokan,
(2)
Petrisage/
pijatan,
(3)
Stroking/
mengurut.

Kompres Kompres Kompres Cheklist


hangat hangat yang
dilakukan dilakukan 20
dengan menit, yang
menggunaka dilakukan di
n waslap yg daerah yang
sebelumnya mengalami
direndam nyeri
dengan air
hangat.
48

Dependen Tingkat nyeri Ordinal 1: Tidak


Nyeri Rasa sakit : nyeri
sendi pada 0:Tidak nyeri, 2: Nyeri
persendian Observa ringan
atau anggota 1-3:Nyeri si 3: Nyeri
gerak tubuh. ringan sedang
4: Nyeri
4-6:Nyeri berat
sedang 5:Nyeri
sangat berat
7-9:Nyeri
berat

10:Nyeri
sangat berat

45

Anda mungkin juga menyukai