Anda di halaman 1dari 5

LEARNING TASK

Isu-isu Fisioterapi pada Bidang Ergonomi-Hiperkes


Learning Task
Skenario
Seorang Ibu mendatangi klinik fisioterapi. Dari riwayat terdahulu diketahui bahwa Ibu ini
merupakan pegawai administrasi yang bekerja 8 jam setiap harinya dimana 6 jam berada dalam
posisi statis di depan komputer. Keluhan yang dirasakan berupa nyeri tengkuk dan kaku sekitar
otot leher dan bahu atas dan tampak postur rounded shoulder. Selain itu, ada rasa kesemutan
yang dirasakan di area pergelangan tangan.
Berdasarkan kasus di atas, diskusikanlah:
1. Pemeriksaan fisik apa sajakah yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnose
fisioterapi pada pekerja kantor tersebut?
2. Jelaskan diagnosa fisioterapi secara ICF!
3. Modalitas terapi apa saja yang dapat diberikan untuk mengatasi permasalahan
tersebut?
Jawaban :
1. Pemeriksaan Umum :
- Inspeksi statis dan dinamis : terlihat adanya rounded shoulder
- Gerak fungsional (aktif, pasif dan isometric)
- Vital Sign
- Palpasi : untuk mengetahui apakah terdapat trigger point disekitar otot leher dan
shoulder dan tanyakan pada pasien apakah nyeri menjalar atau nyeri terlokalisir,
palpasi apakah adanya spasme otot pectoralis mayor dan minor, upper trapezius,
levator scapula dan sternocleidomastoideus
Pemeriksaan Khusus :
- MMT shoulder : untuk mengetahui kelemahan otot middle dan lower trapezius,
serratus anterior, dan rhomboids cenderung melemah jika curiga upper cross
syndrome karena adanya rounded shoulder
- ROM : untuk mengetahui apakah ada keterbatasan gerak shoulder akibat
persendian
- pemeriksaan tes CTS jika curiga adanya CTS karena adanya rasa kesemutan ada
area pergelangan tangan : phallen, prayer, tinel sign, flick sign
- VAS : untuk mengetahui seberapa derajat nyeri pasien
2. Diagnosis berdasarkan ICF :
- Body function
b28010 pain in head and neck
b7101 mobility several joints
b7800 sensation of muscle stifness
b2702 sensitivity to pressure
b840 sensation related to skin
- Body Structure
s1201 spinal nerve
s7104 muscle of head and neck region
s7202 muscle of shoulder region
s73012 muscle of forearm
s73023 ligaments and fascia of hand
- Activities and Participation
d210 Undertaking a single task
d430 Lifting and carrying objects
d4401 Grasping
d640 Doing housework
d8451 Maintaining a job
- ENVIRONMENTAL FACTORS
e310 Immediate family
e355 Health professionals
3. Modalitas yang dapat diberikan :
- Infrared : efek panas akan menimbulkan relaksasi dan menurunkan ketegangan
dan kekakuan otot pada bagian tengkuk, leher maupun bahu. diberikan selama 15
jarak 45 cm menit dalam posisi tengkurap.
- TENS : mengurangi nyeri pada tengkuk dan menghasilkan efek endorfin.
diberikan selama 15 menit, frekuensi 100 Hz. pulse 150 s.
- Ultrasound : melancarkan metabolisme aliran darah pada CTS. diberikan 2x
perminggu selama 8 minggu, selama 5 menit persesi. frekuensi 1 MHz. intensitas
0,1 W/cm2. Transducer digerakkan circuler terus menerus pada area lipatan
pergelangan tangan ke arah palmar.

Penggunaan Ultrasound :

 Pada carpal tunnel syndrome


1. Dosis Ultrasound pada Carpal Tunnel Syndrome

Frekuensi pada transducer US yang digunakan pada kasus CTS adalah 1 MHz


karena penetrasinya lebih dalam dengan ERA (efecttive radiating area) sebesar 1-
3 cm. Dosis US untuk menghilangkan rasa sakit dan penurunan edema menurut
Peat yang merekomendasikan dosis US dengan intensitas 0,5 sampai dengan 1,0
Watts/cm2 selama 2 sampai 5 menit (Peat, 1988).
Menurut Clayton, dosis US diberikan sesuai kondisi CTS baik akut maupun
kronik. Dosis US pada tahap awal kondisi akut diberi dosis rendah 0,25 atau 0,5
watt/cm2 digunakan selama 2 sampai 3 menit menggunakan arus pulsed atau
berdenyut akan mengurangi efek pemanasan yang bisa menimbulkan gejala.
Sedangkan dosis US pada kondisi kronik dapat diobati dengan baik menggunakan
arus berdenyut (pulsed) atau terus-menerus (continuous). Pemberian US
arus continuous dan intensitas yang maksimal pada US akan menghasilkan
kehangatan lebih terasa pada jaringan. Awalnya dosis yang diberikan biasanya 0,8
watt/cm2 selama 4 menit untuk melihat bahwa tidak ada efek samping. Jika
hasilnya ada perbaikan, dosis dapat ditingkatkan secara bertahap. Menurut
Clayton, dosis 2 watt/cm2 selama 8 menit dianggap dosis maksimal yang diijinkan
(Clayton, 1981).
2. Efek Ultrasound terhadap Carpal Tunnel Syndrome

Efek US terhadap CTS terbagi menjadi efek thermal dan non-thermal.


Efek thermal yang menghasilkan panas dapat meningkatkan aktifitas metabolik,
aliran darah dan efek analgesic pada jaringan saraf serta dapat meningkatkan
ekstensibilitas jaringan kolagen di pergelangan tangan (Baker, 2001). Efek termal
US lainnya terhadap CTS adalah perbaikan sirkulasi darah di sekitar pergelangan
tangan, meningkatkan ambang rangsang nyeri, meningkatkan aktivitas enzimatik,
dan perubahan aktivitas kontraktil otot terutama otot yang dipersarafi Nervus
Medianus (Michlovitz, 1996).
Sedangkan efek non-thermal dari US yaitu terjadinya kavitasi yang membantu
proses penyembuhan peradangan dan perbaikan jaringan saraf pada CTS (Baker,
2001 dikutip oleh Physical Care Therapy, 2009). Efek non termal US lainnya
digunakan untuk meningkatkan metabolisme dan mengubah permeabilitas
membran terhadap jaringan agar dapat mempercepat pemulihan jaringan yang
rusak akibat peradangan pada CTS (Cameron, 1999).
Selain itu ada pula efek mekanik terhadap CTS dari gelombang suara pada US.
Gelombang suara pada US menimbulkan peregangan dan perapatan di dalam
jaringan saraf di pergelangan tangan sehingga menghasilkan efek mekanik yang
disebut micromassage (Michlovitz, 1996). Hal inilah yang dirasakan pasien dapat
mengurangi nyeri pada pergelangan tangannya akibat CTS.
3.  Indikasi Ultrasound pada Carpal Tunnel Syndrome

Indikasi pemberian US diberikan pada dua kondisi yakni: (1) Cedera jaringan
lunak yang masih baru dan peradangan pada CTS sebagai efek mekanik
membantu menghilangkan eksudat traumatis dan mengurangi bahaya
pembentukan adhesi. Analgesia yang dihasilkan oleh US memungkinkan sintesis
protein yang merangsang laju perbaikan jaringan lunak yang rusak dan mengalami
peradangan pada pergelangan tangan, Sintesis protein dapat merangsang laju
perbaikan jaringan yang rusak. Kondisi peradangan pada CTS diobati dengan
dosis yang tepat dari US akan membantu mengurangi peradangan tersebut, (2)
jaringan parut yang diberikan US dibuat lebih lunak sehingga lebih efektif untuk
penyembuhan bekas luka, (3) efek mekanik dari US memiliki efek pada edema
kronis dengan menguraikan adhesi terbentuk antara struktur yang berdekatan
(Clayton, 1981).
4. Kontra Indikasi Ultrasound pada Carpal Tunnel Syndrome
Selain memiliki indikasi yang efektif pada CTS, US pun memiliki kontra indikasi
yang harus diperhatikan pada beberapa kondisi seperti: (1) Kondisi vaskular yakni
tromboflebitis yang dapat menyebabkan emboli insonation yang dilakukan dengan
US, (2) pada kondisi neuropati diabetika pada penderita CTS yang disertai
dengan Diabetes Mellitus diberikan US harus memperhatikan dosis karena dapat
membuat komplikasi lain seperti gangren, (3) Radioterapi memiliki efek buruk
pada jaringan, sehingga US tidak diterapkan ke daerah terpancar radiasi selama
enam bulan setelah radiasi, (4) Tumor ganas karena dapat dirangsang
pertumbuhan dan metastasisnya dengan US, (5) kehamilan diberikan US pada
uterusnya dapat menghasilkan kerusakan janin (Scanning Ultrasonografi sebagai
alat bantu diagnostik dalam kehamilan berbeda dari US yang digunakan untuk
tujuan terapeutik), (6) penyakit jantung hendaknya diberikan intensitas rendah
untuk menghindari rasa sakit tiba-tiba karena risiko stimulasi jantung, serta (7)
pasien yang dilengkapi dengan alat pacu jantung (pacemaker) biasanya tidak
diobati dengan US di daerah dada (Clayton, 1981).
 Pada Upper crossed syndrome
1. Dosisi pemberian ultrasound
 Frekuensi : 3mHz
 Intensitas : 2 watt/cm2
 Time : 1 menit/cm2
 Type : continues
 Repetisi : 6 kali terapi dengan 3x/minggu
2. Efek pemberian ultrasound
Pada prinsipnya penggunaan terapi ultrasonik yaitu bertujuan membuat proses
radang melalui stimulus nociceptor Aδ dan C oleh adanya pengrusakan struktur
jaringan akibat pengaruh mekanik dan heating yang dihasilkan oleh gelombang
ultrasonik. Dari reaksi radang yang terjadi diharapkan reaksi radang yang
fisiologis sehingga setelah itu diikuti dengan proses reparasi. Efek mekanik pada
terapi ultrasonik akan menimbulkan micromassage sehingga dapat mengenai taut
band dan melepaskan abnormal cross link yang ada pada fascia dan serabut otot
yang kemudian akan mengurangi iritasi serabut saraf Aδ dan C, sehingga nyeri
regang akan berkurang. Efek heating akan memberikan efek sedative sehingga
memberikan perasaan nyaman dan mengurangi nyeri

Anda mungkin juga menyukai