Anda di halaman 1dari 18

BCS BLOK INTEGUMEN ASSESMENT

1. Seorang laki-laki 18 tahun, alamat X mengalami combustion full thickness derajat III 1%
telapak tangan dan combustion punggung atas kiri dan dada atas 3%, shoulder kiri depan dan
partial thickness derajat IIA 4,5% , diketahui pada 13 September 2019 di tempat kerja ketika
pasien sedang memperbaiki cctv disebuah toko kemudian tersengat listrik dan terjatuh, pasien
tanggal 15 September menjalani operasi debridement dan skin graft. Lakukan assesment
fisioterapi pada pasien tersebut !
METODE SOAP
Anamnesis umum dan khusus:
- Awali anamnesis dengan salam, perkenalan diri
- Tanyakan identitas pasien (nama, umur, alamat, pekerjaan, jenis kelamin
- Keluhan utama (jawaban singkat dr pasien)
- RPS : sacred seven (onset/kapan, lokasi luka, apa yang memperberat dan memperingan,
kuantitas seberapa sering sakitnya muncul, kualitas nyeri bisa pakai vas atau rasa nyeri
tajam/tumpul dsb serta kronologi cidera)
- Tanyakan riwayat pengobatan (rekam medis/ keluarga)
- Tangan dominan yang dipakai (kidal/tidak)
- Keluhan penyerta (fracture, sprain, DM, hipertensi dll)
- keluhan penyerta : ada atau tidaknya gangguan pernafasan atau cedera inhalasi karena
mengalami luka bakar pada area dada atas
- riwayat social (dukungan keluarga, BPJS ex: apakah anda ditemani dengan keluarga?)
METODE HOAC
a. collect initial data
- nama, umur, alamat
- keluhan utama (apa yang dirasakan pasien saat ini)
- sudah menjalani pengobatan apa dan dimana saja
b. PIPs keadaan yang diidentifikasi oleh pasien, keluhan utama diperjelas lagi, berisi lebih ke
aktivitas limitation dan restriction pasien ex: saya tidak bisa menggangkat tangan dan
susah menggerakan jarijari tangan jika saya paksakan terasa nyeri.
c. Formulate examination strategy
d. Conduct the examination and analyze the data – lakukan pemeriksaan dan analisis pada data
 Vital sign: sesuaikan kondisi pasien jika ada monitor lihat vital sign melalui monitor,
jika pasien ada di ruang rawat inap lakukan vital sign secara manual.
 Inspeksi: pada seluruh tubuh terutama pada area luka bakar (bagaimana kondisi
luka/skin graft, apakah ada oedem, apakah ada infeksi) serta periksa lower extremity
jika di assessment terdapat cedera lower extremity (keluhan penyerta).
 Palpasi: lakukan pitting oedem jika terdapat pitting oedem, palpasi tonus otot
 Pemeriksaan nyeri
 Pemeriksaan sensoris dan motoris
 Pemeriksaan ROM: aktif dan pasif
 Pemeriksaan expansi thorax (karena lukanya di dada kiri)
 Pemeriksaan auskultasi (minimal 3 regio)
 Lingkar segmen (Pada kedua sisi ekstremitas)
 Cek fungsional tangan
e. Existing problem
- Kaku pada jari-jari tangan
- Kaku pada shoulder
- Nyeri
f. NPIPs : identifikasi masalah oleh fisioterapis/ keluarga serta kekhawatiran berlebih dari
pasien yang memerlukan analisis lanjutan. Pada kasus ini kemungkinan akan muncul
gangguan pernafasan, stiffness, kontraktur, scar (koloid/hipertropik/kontraktur scar).
g. Hipotesis
- Gangguan persendian pada jari-jari tangan dan shoulder
- Gangguan fungsional pada tangan (regio shoulder dan wrist)
- Gangguan saraf pada area telapak tangan
h. Anticipated problem
- Mencegah kontraktur sendi pada shoulder dan jari-jari tangan
i. Testing Criteria
j. Intervention strategy
k. Tactic
Intervensi (SGD 3) :
 Planning jangka pendek
a. Membantu menyembuhkan luka (US, HVMPC)
b. Breathing exercise
c. Positioning
d. Mobilisasi
e. Chest fisioterapi
f. ROM pasif dan aktif
g. Edukasi
 Planning jangka panjang
a. Pencegahan decubitus
b. ADL (tangan)
c. Pengenalan sensasi
d. Home program
e. Manajemen scar (splinting, massage, stretching)

2. seorang wanita 62 tahun pasien sedang menjalani perawatan di rumah sakit, mengeluh nyeri
pada lengan bawah bagian depan dan kaki sisi kanan kiri karena luka bakar akibat ledakan
kompor gas kurang lebih 1 bulan yang lalu, saat kejadian pasien sedang memasak, lalu tiba-tiba
kompor meledak. Pasien sempat menghirup asap dari ledakan kompor, pasien juga mengeluh
napas terasa berat. Lakukan assesment fisioterapi pada klien diatas.
METODE SOAP
Anamnesis umum dan khusus:
- Awali anamnesis dengan salam, perkenalan diri
- Tanyakan identitas pasien (nama, umur, alamat, pekerjaan, jenis kelamin
- Keluhan utama (jawaban singkat dr pasien)
- RPS : sacred seven (onset/kapan, lokasi luka, apa yang memperberat dan memperingan,
kuantitas seberapa sering sakitnya muncul, kualitas nyeri bisa pakai vas atau rasa nyeri
tajam/tumpul dsb serta kronologi cidera)
- Tanyakan riwayat pengobatan (rekam medis/ keluarga)
- Tangan dominan yang dipakai (kidal/tidak)
- Keluhan penyerta (fracture, sprain, DM, hipertensi dll)
- keluhan penyerta : ada atau tidaknya gangguan pernafasan atau cedera inhalasi karena
menghirup asap
- riwayat social (dukungan keluarga, BPJS ex: apakah anda ditemani dengan keluarga?)
METODE HOAC
a. collect initial data
- nama, umur, alamat
- keluhan utama (apa yang dirasakan pasien saat ini)
- sudah menjalani pengobatan apa dan dimana saja
b. PIPs keadaan yang diidentifikasi oleh pasien, keluhan utama diperjelas lagi, berisi lebih ke
aktivitas limitation dan restriction pasien ex: saya kesulitan bernafas, nafas saya terasa
berat. Saya sulit menggerakan lengan serta kedua kaki saya, jika saya paksakan terasa nyeri.
c. Formulate examination strategy
d. Conduct the examination and analyze the data – lakukan pemeriksaan dan analisis pada data
 Vital sign: sesuaikan kondisi pasien jika ada monitor lihat vital sign melalui monitor, jika
pasien ada di ruang rawat inap lakukan vital sign secara manual.
 Inspeksi: pada seluruh tubuh terutama pada area luka bakar (bagaimana kondisi luka/skin
graft, apakah ada oedem, apakah ada infeksi).
 Palpasi: lakukan pitting oedem jika terdapat pitting oedem, palpasi tonus otot
 Pemeriksaan nyeri
 Pemeriksaan sensoris dan motoris
 Pemeriksaan ROM: aktif dan pasif
 Pemeriksaan expansi thoraks karena terdapat cedera inhalasi
 Pemeriksaan auskultasi (minimal 3 regio)
 Lingkar segmen (Pada kedua sisi ekstremitas) (anticipated)
e. Existing problem
- Kekakuan pada lengan bawah dan kedua kaki
- Nafas berat (cidera inhalasi)
- Nyeri
f. NPIPs : identifikasi masalah oleh fisioterapis/ keluarga serta kekhawatiran berlebih dari
pasien yang memerlukan analisis lanjutan. Pada kasus ini kemungkinan akan muncul
stiffness, kontraktur sendi, scar, keterbatasan fungsional ADL yang lebih parah.
g. Hipotesis
- Gangguan persendian pada region tangan dan kaki
- Gangguan fungsional pada tangan dan kaki
- Gangguan pernafasan (cedera inhalasi)
h. Anticipated problem
- Mencegah stiffness, kontraktur sendi, dan penurunan fungsi ADL
i. Testing Criteria
j. Intervention strategy
k. Tactic
Intervensi (SGD 4)
a. Chest fisioterapi
b. Breathing exercise (pulse deep breathing, perkusi, vibration, ACBT)
c. ROM aktif & pasif (15 menit untuk semua sendi yang terkena luka bakar)
d. Strengthening exercise (15 menit untuk semua sendi yang terkena luka bakar)
e. Stretching exercise (15 menit untuk semua sendi yang terkena luka bakar)
f. Neuromuskular proprioseptif (15 menit untuk semua sendi yang terkena luka bakar)
3. Seorang wanita 55 tahun sedang dirawat di ruang ICU, diketahui oleh karena suatu kondisi
pasien tersebut hanya bisa menggerakkan jari-jari tangan kanan, pasien juga mengeluh napasnya
berat, terdapat luka pada area sacrum dengan derajat II, terdapat oedem juga pada tangan kanan,
kiri, serta pada kaki kanan kiri. Lakukan proses assesment fisioterapi.
Anamnesis umum dan khusus:
- Awali anamnesis dengan salam, perkenalan diri
- Tanyakan identitas pasien (nama, umur, alamat, pekerjaan, jenis kelamin
- Keluhan utama (jawaban singkat dr pasien)
- RPS : sacred seven (onset/kapan, lokasi luka, apa yang memperberat dan memperingan,
kuantitas seberapa sering sakitnya muncul, kualitas nyeri bisa pakai vas atau rasa nyeri
tajam/tumpul dsb serta kronologi cidera)
- Tanyakan riwayat pengobatan (rekam medis/ keluarga)
- Keluhan penyerta (DM, hipertensi dll)
- keluhan penyerta : gangguan pernafasan akibat tirah baring
- riwayat social (dukungan keluarga, BPJS ex: apakah anda ditemani dengan keluarga?)
METODE HOAC
a. collect initial data
- nama, umur, alamat
- keluhan utama (apa yang dirasakan pasien saat ini)
b. PIPs keadaan yang diidentifikasi oleh pasien, keluhan utama diperjelas lagi, berisi lebih ke
aktivitas limitation dan restriction pasien ex: saya mera nyeri pada pantat saya dan nafas
saya terasa berat. Kedua kaki saya susah digerakan.
c. Formulate examination strategy
d. Conduct the examination and analyze the data – lakukan pemeriksaan dan analisis pada data
 Vital sign: sesuaikan kondisi pasien jika ada monitor lihat vital sign melalui monitor, jika
pasien ada di ruang rawat inap lakukan vital sign secara manual.
 Glas glow coma scale
 Inspeksi: pada seluruh tubuh terutama pada oedem.
 Palpasi: lakukan pitting oedem jika terdapat pitting oedem, palpasi tonus otot
 Pemeriksaan sensoris dan motoris
 Pemeriksaan ROM: aktif dan pasif
 Pemeriksaan expansi thorakx karena terdapat gangguan pernapasan
 Pemeriksaan auskultasi (minimal 3 regio)
 Lingkar segmen
 Braden scale
e. Existing problem
- Oedema pada kedua kaki dan tangan
- Nafas berat
- Luka area sacrum derajat II
f. NPIPs : identifikasi masalah oleh fisioterapis/ keluarga serta kekhawatiran berlebih dari
pasien yang memerlukan analisis lanjutan. Pada kasus ini kemungkinan akan muncul
stiffness, penurunan tonus dan kekuatan otot serta decubitus area lain
g. Hipotesis
- Decubitus area sacrum derajat II
- oedema kemungkinan gangguan vaskularisasi
- Gangguan pernafasan (cedera inhalasi)
h. Anticipated problem
Mencegah stiffness, penurunan tonus dan kekuatan otot serta decubitus area lain
i. Testing Criteria
j. Intervention strategy
k. Tactic
Intervensi (SGD 5)
a. Pitting edema (pumping exercise, elevasi dan massage)
b. Luka pada sacrum (positioning, cegah infeksi, US dan low power laser)
c. Breathing exercise (miring exercise)
d. ROM pasif lihat gerakan
e. Lakukan TENS muscle reeducation

4. Diketahui pasien wanita 23 tahun mengalami luka bakar, pada tanggal 18 Maret 2019 di tempat
kerjanya karena api menyambar spritus dan kena ke pasien, ketika itu pasien merasakan panas
pada wajah dan langsung membasuh wajahnya, pasien tidak menyadari kedua tangan, leher,
dada juga ikut tersambar api, lalu pasien menceburkan diri ke kolam. Pasien sudah menjalani
perawatan di RS A pada tanggal 18 - 26 Maret 2019 lalu dipulangkan karena tidak memiliki
jaminan sosial (BPJS) lalu pasien pindah rawat di RS B, kemudian di rujuk ke RS C, tanggal 9
April 2019 menjalani debridement dan skin graft. Saat ini pasien menjalani rawat jalan dengan
kondisi terbaru yaitu terdapat contracture scars pada leher, hypertropic scars pada dada, skin
graft pada area siku kiri depan, kedua paha depan terdapat daerah donor, lakukan assesment
fisioterapi, pasien mengeluh kaku pada bahu kanan dan leher, dan sakit saat digerakkan.
Anamnesis umum dan khusus:
- Awali anamnesis dengan salam, perkenalan diri
- Tanyakan identitas pasien (nama, umur, alamat, pekerjaan, jenis kelamin
- Keluhan utama (jawaban singkat dr pasien)
- RPS : sacred seven (onset/kapan, lokasi luka, apa yang memperberat dan memperingan,
kuantitas seberapa sering sakitnya muncul, kualitas nyeri bisa pakai vas atau rasa nyeri
tajam/tumpul dsb serta kronologi cidera)
- Tanyakan riwayat pengobatan (rekam medis/ keluarga)
- Tangan dominan yang dipakai)
- Keluhan penyerta (fracture, sprain, DM, hipertensi dll)
- keluhan penyerta : ada atau tidaknya gangguan pernafasan atau cedera inhalasi karena
mengalami luka bakar pada area dada.
- riwayat social (dukungan keluarga, BPJS ex: apakah anda ditemani dengan keluarga?)
METODE HOAC
a. collect initial data
- nama, umur, alamat
- keluhan utama (apa yang dirasakan pasien saat ini)
- sudah menjalani pengobatan apa dan dimana saja
b. PIPs keadaan yang diidentifikasi oleh pasien, keluhan utama diperjelas lagi, berisi lebih ke
aktivitas limitation dan restriction pasien ex: saya mengeluh kaku pada bahu kanan dan
leher serta sakit saat digerakan.
c. Formulate examination strategy
d. Conduct the examination and analyze the data – lakukan pemeriksaan dan analisis pada data
 Vital sign
 Inspeksi : observasi area luka (skin graft) dan lokasi donor
 Palpasi odema pada luka jika perlu
 Pemeriksaan nyeri pada luka
 Pemeriksaan ROM: aktif dan pasif (tanyakan intensitas nyeri pada pasien terutama pada
scar ketika terstretch)
 Pemeriksaan expansi thorax (karena terdapat kontraktur pada leher) anticipated
 Pemeriksaan auskultasi (minimal 3 regio) anticipated
e. Existing problem
- Kaku pada bahu kanan dan leher serta nyeri
- Gangguan fungsional
- Kontraktur scar pada leher dan dada
f. NPIPs : identifikasi masalah oleh fisioterapis/ keluarga serta kekhawatiran berlebih dari
pasien yang memerlukan analisis lanjutan. Pada kasus ini kemungkinan akan muncul
kontraktur sendi, gangguan pernapsan, stiffness pada tangan.
g. Hipotesis
- Gangguan persendian pada jari-jari tangan dan shoulder
- Gangguan fungsional pada tangan (regio shoulder dan wrist)
- Gangguan saraf pada area telapak tangan
h. Anticipated problem
- Mencegah kontraktur sendi pada shoulder dan jari-jari tangan
- Mencegah terjadinya gangguan pernapsan
- Infeksi pada luka donor
i. Testing Criteria
j. Intervention strategy
k. Tactic
Intervensi (SGD 2)
a. Scar lakukan massage, stretching dan traksi pada shoulder
b. Breathing exercise untuk cegah gangguan pernapasan akibat scar pada leher dan dada
c. Keterbatasan shoulder kalau sendi pasif

5. Seorang pasien 65 tahun mengalami kecelakaan dan tak sadarkan diri. Saat ini pasien tersebut
sedang menjalani perawatan intensive dari 1 minggu yang lalu di RS. Diketahui pasien tersebut
tidak mampu menggerakkan keempat anggota geraknya, terdapat oedem pada bagian distal
keempat ekstremitasnya. Selama perawatan pasien tersebut ditemani oleh keluarganya. Apa yang
bisa dikerjakan oleh fisioterapi pada kondisi diatas.

- Awali anamnesis dengan salam, perkenalan diri (pada keluarga pasien)


- Tanyakan identitas pasien (nama, umur, alamat, pekerjaan, jenis kelamin
- Keluhan utama (jawaban singkat dr pasien)
- RPS : sacred seven (onset/kapan, lokasi luka, apa yang memperberat dan memperingan,
kuantitas seberapa sering sakitnya muncul, kualitas nyeri bisa pakai vas atau rasa nyeri
tajam/tumpul dsb serta kronologi cidera)
- Tanyakan riwayat pengobatan (rekam medis/ keluarga)
- Keluhan penyerta (fracture, sprain, DM, hipertensi dll)
- keluhan penyerta : ada atau tidaknya gangguan pernafasan atau cedera inhalasi karena
mengalami luka bakar pada area dada.
- riwayat social (dukungan keluarga, BPJS ex: apakah anda ditemani dengan keluarga?)
METODE HOAC
a. collect initial data
- nama, umur, alamat
- keluhan utama (apa yang dirasakan pasien saat ini)
- sudah menjalani pengobatan apa dan dimana saja
b. PIPs keadaan yang diidentifikasi oleh pasien, keluhan utama diperjelas lagi, berisi lebih ke
aktivitas limitation dan restriction pasien ex: tidak dilakukan karena pasien tidak sadarkan
diri
c. Formulate examination strategy
d. Conduct the examination and analyze the data – lakukan pemeriksaan dan analisis pada data
 Vital sign: sesuaikan kondisi pasien jika ada monitor lihat vital sign melalui monitor, jika
pasien ada di ruang rawat inap lakukan vital sign secara manual.
 Glas glow coma scale
 Inspeksi: pada seluruh tubuh (edema)
 Palpasi: lakukan pitting oedem jika terdapat pitting oedem, palpasi tonus otot
 Pemeriksaan ROM: pasif (end feel)
 Lingkar segmen (Pada kedua sisi ekstremitas)
 Braden scale (anticipated)
e. Existing problem
- Gangguan kesadaran
- Gangguan gerak dan fungsional keempat ekstremitas
- Oedema
f. NPIPs : identifikasi masalah oleh fisioterapis/ keluarga serta kekhawatiran berlebih dari
pasien yang memerlukan analisis lanjutan. Pada kasus ini pasien decubitus, pneumonia,
stiffness , penurunan tonus otot dan kontraktur.
g. Hipotesis
- TBI SCI
h. Anticipated problem
- Mencegah decubitus dan pneumonia
- Mencegah stiffness , penurunan tonus otot dan kontraktur.
i. Testing Criteria
j. Intervention strategy
k. Tactic
Intervensi (SGD 5)
a. ROM pasif
b. Elevasi extremity
c. Positioning (cegah decubitus)
d. Pasif breathing exercise
Interpretasi pemeriksaan:

 Vital sign: sesuaikan kondisi pasien jika ada monitor lihat vital sign melalui monitor, jika
pasien ada di ruang rawat inap lakukan vital sign secara manual.
HR: 60-100x /menit
RR: 12-18x /menit
BP: 120/80 mmHg
Saturasi Oksigen: 97% (yg dijepit di tangan)
Suhu: 36-37⁰C
 Inspeksi: pada seluruh tubuh terutama pada area luka bakar (bagaimana kondisi luka/skin
graft (terbuka atau berhasil), apakah ada oedem, apakah ada infeksi)
 Palpasi: lakukan pitting oedem jika terdapat pitting oedem, palpasi tonus otot
1. Derajat 1 : kedalaman 1-3 mm, kembali dalam waktu 3 detik
2. Derajat 2 : kedalaman 3-5 mm, kembali dlm waktu 5 detik
3. Derajat 3 : kedalaman 5-7, kembali dalam waktu 7 detik
4. Derajata 4 : kedalaman lebih dari 7 mm, kembali dlm waktu 7 detik
 Pemeriksaan nyeri: menggunakan VAS, NRS, WPS, BPS
1. VAS dalam bentuk garis dari 0 – 10 cm pasien memilih seberapa berat intensitas
nyerinya lalu ft mengukur.
2. NRS dapat bentuk skala dan dapat digunakan pada pasien yg tidak bisa menggerakan
seluruh ekstremitasnya tetapi dpt berbicara.
3. WPS dalam bentuk raut wajah ( kekurangan harus pintar membaca mimik wajah)
4. BPS terbatas hanya pada upper extremityv
 Pemeriksaan sensoris dan motoris
1. Periksa pada bagian tubuh yang normal
2. Berikan rasa tajam-tumpul, kasar-halus kepada pasien, tunjukkan bentuknya.
3. Lalu periksa pada area di sekitar luka

Pemeriksaan motoris pada pasien SCI lakukan dengan peta myotome.


 Pemeriksaan ROM: aktif dan pasif
1. Aktif: lihat kekuatan otot (MMT), serta kualitas nyeri pada gerakan
2. Pasif: evaluasi end feel pasien, serta sebagai evaluasi jika terjadi stiffness joint.
 Pemeriksaan expansi thorax
1. Lokasi: axilla, nipple line (antara costa 4 dan costa 5), dan processus xypoideus.
Pertama lakukan inspirasi dan ekspirasi biasa kemudian lakukan inspirasi maks dan
ekspirasi maks.
2. Alat: metline
 Pemeriksaan auskultasi (minimal 3 regio) jika terjadi cedera inhalasi atau gangguan
pernapasan.
 Lingkar segmen (Pada kedua sisi ekstremitas)
1. Alat: metline
2. Pengukuran: misalnya pada
a) lengan atas (ukur dari acromion 10 cm, 20 cm, 30 cm sampai epicondylus
lateral atau ukur tengah-tengah dari lengan)
b) Hand, dari jari 3 sampe styloid ukur bagian tengahnya
c) Foot, pada jari 2 sampe antara malleolud ukur tengahnya
 Fungsional tangan pemeriksaan bisa dengan kuisioner WHDI, SPADI dan QDASH
 Glas glow coma scale
1. Eye opening
2. Verbal respone
3. Motor respone
Interpretasi :
 Composmentis (14-15)
 Apatis (12-13)
 Delirium (10-11)
 Somnolem (7-9)
 Soporocomatis (5-6)
 Semicoma (4)
 Coma (3)

 Braden scale
1. Persepsi sensoris
2. Kelembapan
3. Aktivitas
4. Mobilitas
5. Nutrisi
6. Gesekan
Interpretasi
 Tidak bersiko/resiko tidak ada (19-23)
 Resiko rendah (15-18)
 Resiko sedang (13-14)
 Resiko tinggi (10-12
 Resiko sangat timggi (≤ 9)
INTERPRETASI

Chest Fisioterapi

1. Pasif breathing exercise


Fisioterapi memfasilitasi inspirasi dan ekspirasi. Saat insipari ft memberikan gerakan
protraksi (supine, side lying). Dapat ditambahkan vibrasi.
2. Clapping, dilakukan pada lobus yang diduga mengalami penumpukan spuktum.
Dilakukan dengan mencakup tangan serta pergerakan pada wrist. Perhatikan jika pasien
memakai alat2 pada sekitar thoraks. USD (selang mengalirkan spuktum) pada pneumonia
cairan baik dilakukan clapping. Tetapi pada pneumonia akibat bakteri atau virus
contohnya TB merupakan kontraindikasi dari clapping karena dapat menyebabkan
penyebaran yang lebih luas. Fraktur pada costa juga merupakan kontraindikasi, jika tidak
terlalu parah dapat dilakukan secara perlahan. Lakukan clapping selama 5 menit pada
satu area.

Penanganan Edema

Edema dapat disebabkan oleh gangguan aliran darah, terdapat penumpukan pada ruang
intrastitial, gangguan limfe serta lemak.

DVT, tidak boleh dilakukan aktif dan isometric karena akan menyebabkan trombulinya lepas dan
ditakutkan menyumbat pada tempat lainnya. Lakukan bandage spiral dan pangkal pada hip
konsepnya dari sempit pada bagian distal menuju lebar pada bagian proximal. Awal diberikan
soft bandage untuk mencegah gesekan pada kulit karena orang yang mengalami gangguan
sirkulasi rentan terhadap gangguan kulit.

Edema pada gangguan arteri ketika di elevasu merasakan nyeri dan menurunkan aliran darah

Edema pada gangguan vena ketika di elevasi tidak nyeri, dan setelah beberapa menit bengkaknya
berkurang.

ROM Pasif

Dilakukan untuk mencegah stiffness pada pasien atau membantu proprioceptive pasien serta
stimulus pada saraf. Dapat dikombinasikan dengan PNF untuk melatih fungsional dan gerakan 3
dimensi.

ACBT (Active Cycle Breathing Test)

Cara melakukan latihan: Menjaga dada Anda bersih adalah bagian penting dari menjaga
kesehatan. Jika Anda tidak yakin tentang ini teknik, hubungi fisioterapis Anda.

Ada 3 tahap untuk teknik pembersihan dada ACBT:

1. Relaxed breathing - Ini membantu untuk menghindari kelelahan dan sesak napas dan
mencegah saluran udara dari pengetatan.
 Bernapas melalui hidung dan keluar melalui mulut.
 Beristirahatlah di perut Anda; rasakan itu naik dan turun.
 Jaga agar bahu dan lengan tetap rileks.
 Lanjutkan fase ini selama 30 - 60 detik, atau lebih lama jika Anda masih merasa
terengah-engah
2. Deep breaths - Ini membantu memindahkan udara ke semua paru-paru Anda. Menahan
nafasmu menggerakkannya udara di belakang dahak untuk melonggarkannya.
 Tarik napas dalam-dalam melalui hidung Anda.
 Bernapaslah perlahan dan lembut melalui mulut Anda.
 Ulangi 4 kali; tahan nafas selama 3 detik tetapi kurang jika pusing.
 Ulangi pernapasan santai dan napas dalam 2-3 kali
3. Huff - Ini memindahkan sekresi dari saluran udara bagian atas ke belakang tenggorokan
Anda.
 Tarik napas melalui hidung.
 Buatlah bentuk "O" dengan mulut Anda, tarik napas dengan kuat dari perut Anda
mengukus cermin.
 Lakukan maksimal 2 gertakan sekaligus.
 Jika Anda memiliki dahak untuk dibersihkan, batuk sekali.
Jika Anda mengalami salah satu dari gejala di bawah ini, Anda harus kembali mengendalikan
pernapasan sampai gejala Anda berlalu:

• Mengi saat Anda bernapas

• Ketat dada

• Merasa pusing

Pursed Lip Breathing (PLB)

 Setiap hari (5 – 10 menit)


 Bernafas melalui hidung (hitung 1 sampai 2)
 Kerutkan bibir seperti bersiul
 Hembuskan nafas melalui pursed lip (hitung 1 sampai 4)
 Jangan paksakan exhalasi
 Proper hitting posture (telapak kaki menempel di lantai, back supported, shoulder
relaxed)

Manajemen Scar

Enam Teknik Manajemen Scar:

 Manual Lymph Drainage - mengoptimalkan sirkulasi limfatik dan drainase di sekitar


area yang terluka. Gerakan lembut, melingkar, mengeringkan di dalam bekas luka itu
sendiri atau peregangan kuat ke kulit di atas dan di bawah bekas luka, pertama dalam
garis lurus dan kemudian dalam gerakan melingkar, adalah dua teknik drainase.
Menempatkan jari-jari di atas bekas luka, kemudian membuat gerakan memompa
lembut pada bekas luka juga membantu mengeringkan cairan getah bening. Saat
terapis pijat dengan lembut menyusuri bekas luka, jaringan akan terasa lebih lembut.
Teknik drainase seharusnya tidak menyakiti atau membuat bekas luka memerah.
 Myofascial Release - membantu meringankan penyempitan jaringan yang terkena.
Untuk meregangkan kulit di sebelah bekas luka, letakkan dua atau tiga jari di awal
bekas luka dan rentangkan kulit di atas bekas luka dalam arah yang paralel.
Kemudian gerakkan jari-jari seperempat inci lebih jauh di sepanjang bekas luka dan
ulangi peregangan jaringan yang berdekatan, bekerja dengan cara Anda di sepanjang
bekas luka. Metode alternatif adalah mengikuti pola gerakan jari yang sama
menggunakan gerakan melingkar, bukan peregangan lurus. Kerjakan di sepanjang
bekas luka dengan cara searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam.
 Deep Transverse Friction - dapat mencegah pembentukan adhesi dan memecah
adhesi yang tidak diinginkan. Diterapkan langsung ke lesi dan melintang ke arah
serat, teknik pijatan jaringan dalam ini dapat menghasilkan hasil yang diinginkan
pada bekas luka yang matang atau imatur. Jangan pernah maju melampaui tingkat
kenyamanan klien.
 Lubrication of the scar - membantu melembutkan dan meningkatkan kelenturannya.
Media seperti lotion, minyak jarak, minyak vitamin E atau minyak lainnya dapat
mencegah bekas luka mengering dan membuka kembali.
 Stretching - membantu dalam meningkatkan rentang gerak. Ini paling penting ketika
mendekati bekas luka yang melewati sendi. Jaringan parut akan memanjang setelah
diregangkan, terutama jika peregangan dipertahankan selama beberapa detik dan
dikombinasikan dengan pijatan.
 Heat Application - membantu kelenturan dan fleksibilitas bekas luka. Alat umum
yang digunakan untuk menerapkan panas adalah lilin parafin, paket panas lembab
atau ultrasound.
1. Dosimetri Electrical Stimulation
Pulse
Goals Peneliti Pulse Fre. Amplitudo On/Off Ramp Time Durasi
Duration
1. Muscle Reeducation Prentice 35-55 pps 300-600 µs - 1 : 1 or 1 : 4 2 – 3 detik 15 menit
(FES & NMES)
AC Cameron 35-50 pps 150-200 µs - - -
(otot kecil)
200-350 µs
(otot besar)
2. Muscle Pump Prentice 35-50 pps 300-600 µs - 1 : 1 (5-10 - 20 – 30 menit
AC detik)

Cameron 35-50 pps 150-200 µs - 1 : 1 (2-5 1 detik 30 menit


(otot kecil) detik)
200-350 µs
(otot besar)

Michlovitz 30-80 pps 100-600 µs - 1:1 - 10-15 menit

3. Retradation of Prentice 50-85 pps 300-600 µs 25% MVIC 1:4 - 15-20 menit,
Atrophy minimal 10x
AC kontrakasi, 2x
sehari

Tim Watson 10 Hz 400 µs - 1:1 - 1x sehari


4. Muscle Prentice 70-85 pps 300-600 µs 25% - 60% 10:50 or 1 : 5 - 10x kontraksi,
Strengthening MVIC 3x/minggu
AC
10-20 menit, 10-
Cameron 25-80 pps 150-200 µs >10% 1:5 2 detik 20x kontraksi
(otot kecil) (injury)
200-350 µs >50% (non
(otot besar) injury)

50% MCIV
Michlovitz 20-100 pps 200-600 µs 1:5 1-5 detik 1 jam/hari (10x
kontraksi)

5. Denervated Michlovitz 1-500 pps 1-450 µs - - - 5-7 hari/minggu


DC
Prentice (stimulasi 2 10 msec, - 1 : 4 atau 5 - 5-20x repetisi
minggu dibawah 10 (stimulasi), 3x
awal, kasi Hz sehari
faradic, baru
kasi AC)
6. Spasticity Michlovitz 20-60 pps 250-500 µs MMT 3+/5 1:1 0,5 – 3 detik 10-60 menit/hari

1 pulse per second = 1 Hz


Menurut Midclovitz Halaman 253
NMES (Neuromuscular Electrical Stimulation) digunakan untuk aktivitas Muskuloskeletal pada Strengthening
FES (Functional Electrical Stimulation) digunakan untuk aktivitas Reeducation dan Retraining movement untuk aktivitas fungsional
TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) digunakan untuk modulasi nyeri

1. Muscle Reeducation
Fungsi :
 Kondisi otot yang masih mendapat supply saraf, tapi tidak digunakan dan dimanfaatkan dengan optimal
 Oedem
 Menambah aliran darah
Contoh: Fraktur 1/3 proximal tibia pada Saraf Common Peroneal, Saat operasi saraf aman dan tidak teriritasi, tapi otot belum bisa digunakan karena
post operasi, maka agar tidak atropi harus di stimulasi, tapi tidak adanya input otak ke motoris common peroneal menyebabkan gak bisa kontraksi.
maka
Diberikan ES - NMJ mendapat arus listrik – KONTRAKSI tanpa adanya perintah dari otak – Batas Kontraksi Tetanic (kontraksi terus menerus sampai
depolarisasi

2. Muscle Pump
Meningkatkan aliran darah akibat dari kontraksi otot

3. Retardation of athropy
Adanya aspek cedera – menyebabkan atlet tidak bisa latihan – agar performa tidak menurun diberi stimulasi – untuk mencegah atrofi

4. Muscle Strengthening
Meningkatkan kekuatan otot dan mencegah kelemahan otot

5. Denervated Muscle
Gak ada Nervous Perifer, sedangkan Reeducation ada dia Sarafnya tapi tidak digunakan optimal, contohnya pada luka bakar
Distimlasi dengan ES – Degenerasi Walarian – selama 2 minggu awal diberi Faradic (Bipasic) – setelah 2 minggu baru arus AC #sesuai table

6. Spasticity

No. Stimulation Mode Singkatan Ringkasan


1. Transcutaneus Electrical Nerve TENS Fungsi : Stimulasi saraf sensori digunakan terutama untuk mengurangi rasa sakit.
Stimulations
2. Interferential Therapy IFT / IFC Modalitas stimulasi fleksibel yang dapat “ditekuk” untuk meniru mode stimulasi
lainnya.
Fungsi : Digunakan untuk menghilangkan nyeri, meningkatkan sirkulasi dan
stimulasi otot.
3. Neuromuscular Electrical NMES Tujuan terapi untuk memperoleh kontraksi otot yang kuat melalui stimulasi saraf
Stimulation motorik.
Fungsi : Dapat digunakan untuk memperlambat atrofi pada otot yang dipersarafi
karena tidak digunakan, untuk mendapatkan kekuatan dan masa otot.
4. Iontophoresis Ion dalam larutan ditransfer melalui kulit secara langsung melalui potensial listrik
(seperti penolakan pada muatan)
Fungsi : sering digunakan untuk menekan inflamasi dan nyeri.
5. Interrupted Direct Current Stimulasi langsung pada otot denervasi : stimulasi listrik tidak menyebabkan re-
inervasi tetapi diduga mempertahankan protein kontraktil dalam otot selama re-
inervasi.
6. Microcurrent Therapy MCT Pengiriman arus yang sangat kecil (juta amp) continous atau pulsed current.
Fungsi : Efektif dalam perawatan dan penyembuhan luka secara lambat, fraktur,
penyembuhan cedera jaringan lunak, memicu stimulasi titik akupuntur, arus diterapkan
pada ambang batas dimana pasien tidak dapat merasakan rangsangan.
7. Russian Stimulation AC dengan frekuensi 2500 Hz (medium frekuensi) terpotong menjadi short burst pada
50 Hz dengan 50% duty cycle (pulse ratio 50% = 1:1 = On / Off) saraf motoris
dapat merespon dan ketidak nyamanan terkait dengan pengurangan terapi (seperti
dengan Inteferential Therapy (IFT)) dari frekuensi medium.
8. Diadynamic Therapy Ini adalah arus pulsed monophasic, membawa frekuensi dengan gelombang sinus yang
beroperasi pada 50 Hz (atau 60 Hz USA) kemudian diperbaiki menjadi gelombang
penuh atau setengah gelombang. Hasil dari pulsed monophasic berdurasi 10 ms yang
dapat disampaikan dalam berbagai pola.

Elektroda ada 2 : pad dan motor point utk otot2 kecil

Ketika fraktur sepertiga proksimal tibia ada saraf common peroneal nerve tp ketika operasi saraf tdk terpotong, krn fraktur j dada kemumngkinan otot atrofi krn tdk
digunakan jd perlu stimulasi krn tdk adanya stimulasi motoric ke common peroneal nerve -> muscle reducasi diberikan pd otot yg ada suplai sarafnya tp tdk digunakan
maksimal makanya perlu stimulasi motoris, gunanya ketika di stimulasi motoric maka neurousvular junction ada stimulasipd otot krn digerakan oleh listrik dg dosis
tertentu ada batas kontraksi tetanic, ada depolarisasi.
Ramp time jk ada stimulasi dr suatu titik mencapai tetanik berapa detik atau mencapai depolarisasi itu berapa detik

Fes functional electrical stimulation pasien melakukan gerakan ketika diberikan stimulasi

2. muscle pump artinya bisa mengkatkan aliran darah makanya muscle pump contraction

3. retardation of atropy untuk atlet yg cedera agar tdk menurunkan performa maka diberikan stimulasi, mirip dg reedukasi tp berbeda. MVEC kontraksi isometric yang
disadari bisa org tsb lakukan. Set berarti ada kontraksi dan penahanan beban, dimana stimulasi dengan penahannan beban ada 3 set dg 10x kontraksi

AC, burst itu AC. DC contohya di iontoporesis. Pulsed current ada TENS, NMES. FES contohnya ada di retardation of atrophy, fes sambil latihan fungsi mencegah atrofi.
NMES lebih ke muscle contraction ada yg ditimulasi bisa muscle reedukasi dan muscle pump

4. muscle strengthening apabila ada kelemahan grup otot. 25-60% MVIC mksdnya dimulai dr 25% harus sampai 60% krn dia muscle strengthening.

5. denervated muscle pertama dia di stimulasi arus paradic yaitu bipasic asimetri selama 2 minggu setelah itu menggunakan yang square atau sinus dg pulsed duration 10
msec dg repetisi stimulasi, krn kontraksi mungkin tdk ada krn dia denervated muscle

Anda mungkin juga menyukai