MAKALAH
CERVICAL ROOT SYNDROME
KELOMPOK 11
MALANG
2020
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Cervical Root Syndrome merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh
iritasi atau penekanan akar saraf servikal oleh penonjolan discus invertebralis,
gejalanya adalah nyeri leher yang menyebar ke bahu, lengan atas atau lengan bawah,
parasthesia, dan kelemahan atau spasme otot.(Walter, 2008).
Gejala yang biasa ditemukan pada penyakit leher adalah nyeri dan kekakuan.
Nyeri terasa pada leher itu sendiri, tetapi dapat juga dirujuk ke
bahu atau tangan. Selalu perlu ditanyakan apakah sikap badan tertentu atau gerakan
membuat leher semakin nyeri, atau semakin baik, Gejala tersebut dapat berupa nyeri,
spasme otot dan mengakibatkan keterbatasan gerak pada leher. Fisioterapi sebagai
salah satu komponen penyelengaraan kesehatan dapat berperan aktif dalam usaha
mengurangi nyeri, mengurangi spasme, meningkatkan Lingkup Gerak Sendi (LGS)
dan mengembalikan kemampuan fungsional aktivitas pasien guna meningkatkan
kualitas hidup (Evelyn, 2005).
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu
dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak
dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan
secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis)
pelatihan fungsi dan komunikasi (Permenkes/No 80/2013).
Ultrasound Diathermy adalah gelombang suara berfrekuensi tinggi yang dapat
terdeteksi oleh telinga manusia. Gelombang Ultrasound Diathermy dihasilkan oleh
kristal keramik yang dipasang pada tranduser yang menghantarkan gelombang tersebut
ke pasien. Efek termal yang dihasilkan oleh Ultrasound Diathermy yaitu peningkatan
metabolisme dalam jaringan tempat panas diserap, peningkatan ekstensibilitas jaringan
ikat (Karen & Kathy, 2016).
Terapi latihan adalah salah satu modalitas fisioterapi dengan
menggunakan gerak tubuh baik secara active maupun passive untuk pemeliharaan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Cervical root syndrome adalah suatu kondisi yang menyakitkan dimana saraf
menjadi terjepit saat keluar dari sumsum tulang belakang. Saraf dikompresi baik dari
herniated discus atau taji tulang degenerative yang timbul pada leher. Perjalanan saraf
ke leher, punggung atas dan lengan dan gejala dapat merujuk ke daerah-daerah tersebut.
Gejala yang dialami dapat menjadi sakit, mati rasa, kesemutan, kelemahan atau spasme
(Eubanks, 2010).
2.2 Patofisiologi
Degenerasi pada discus intervertebralis dan jaringan pengikat persendian antara
ruas vertebra cervical dimulai ketika integritas serabut kolagen berkurang kekentalan
serta kandungan air atau matriks yang terdapat didalamnya. Keadaan ini menyebabkan
discus berkurang kemampuannya sebagai bantalan sendi yang berfungsi menahan dan
menyesuaikan beban. Berkurangnya matriks menyebabkan kemampuan discus nyerap
air kedalam tulang berkurang, sehingga nucleus menjadi sedikit kering dan mengkerut
serta terjadi ketidakseimbangan penumpuan beban akan menyebabkan sendi facet
bergesekan, apabila terus menerus menyebabkan timbul osteofit yang mengakibatkan
tertekannya akar saraf, spasme otot, dan nyeri.
2.3 Etiologi
Berbagai macam penyebab dari sindroma nyeri cervical meliputi :
a. Trauma : akibat kecelakaan kerja atau olahraga yang kontak badan sehingga
mengakibatkan timbulnya nyeri pada leher.
b. Kesalahan postural : kebiasaan orang menggerakkkan leher secara spontan dan
penggunaan bantal yang terlalau tinggi saat tidur dan dalam waktu yang lama
bias menimbulkan nyeri
c. Penyakit degenertaif : kondisi yang sering mengenai leher pada orang setelah
usia pertengahan dan meningkat seiring bertambahnya usia yang menyebabkan
nyeri pada leher. Kondisi ini disebut dengan spondylosis cervicalis yang tampak
5
c. Efek biologi
Efek biologi merupakan respon fisiologi yang dihasilkan dari pengaruh
mekanik dan termal. Pengaruh biologi ultra sonic terhadap jaringan antara lain:
1. Memperbaiki sirkulasi darah
Pemberian ultra sonic akan menyebabkan kenaikan temperatur yang
menimbulkan vasodilatasi sehingga aliran darah ke daerah yang diobati
menjadi lebih lancar. Hal ini akan memungkinkan proses metabolisme dan
pengangkutan sisa metabolisme serta suplai oksigen dan nutrisi menjadi
meningkat (Cameron, 1999).
2. Rileksasi otot
Rileksasi otot akan mudah dicapai bila jaringan dalam keadaan hangat
dan rasa sakit tidak ada. Pengaruh termal dan mekanik dari ultra sonic dapat
mempercepat proses pengangkutan sel P (zat asam laktat) sehingga dapat
memberikan efek rileksasi pada otot (Cameron, 1999).
3. Meningkatkan permeabilitas jaringan
Energi ultra sonic mampu menambah permeabilitas jaringan otot
dan pengaruh mekaniknya dapat memperlunak jaringan pengikat.(Cameron,
1999).
4. Mengurangi nyeri
Nyeri dapat berkurang dengan pengaruh termal dan pengaruh
langsung terhadap saraf. Hal ini akibat gelombang pulsa yang rendah
intensitasnya memberikan efek sedatif dan analgetik pada ujung saraf
sensorik sehingga mengurangi nyeri. Dan dasar dari pengurangan rasa nyeri
ini diperoleh dari, perbaikan sirkulasi darah, normalisasi dari tonus otot,
berkurangnya tekanan dalam jaringan, berkurangnya derajat keasaman
(Cameron, 1999).
5. Mempercepat penyembuhan
Pemberian Ultra sonic mampu mempercepat proses penyembuhan
jaringan lunak . Adanya peningkatan suplai darah akan meningkatkan zat
antibodi yang mempercepat penyembuhan dan perbaikan pembuluh darah
untuk memperbaiki jaringan ( Cameron, 1999).
8
10.) Tromboflebitis
B. Terapi latihan dengan menggunakan metode Neck Cailliet Exercise
1. Definisi Neck Cailliet Exercise
Neck Cailliet Exercise adalah suatu terapi latihan isometric kontraksi
dengan menahan tahanan maksimal dan diakhiri dengan relaksasi. Metode
Neck Cilliet Exercise dapat digunakan untuk mengatasi spasme otot dan
untuk memelihara atau meningkatkan kekuatan otot leher untuk
memperoleh ketahanan statis dan dinamis leher, memelihara luas gerak
sendi dan kelenturan leher, serta memperoleh postur yang benar dengan
terkoreksinya muscle imbalance (Rosyidi, 2009).
2. Tujuan dan manfaat terapi lataihan:
- Mengurangi spasme otot
- Menanggulangi dan mengurangi rasa nyeri
- Mengembalikan LGS ke nilai normal
3. Indikasi :
a. Untuk kondisi nyeri leher local tanpa disertai ganguan neurologis
b. Ketegangan otot – otot para cervical
4. Kontra indikasi :
- Fraktur,
- penyakit – penyakit degenerative dan perdara
C. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
1. Definisi Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) merupakan suatu
cara penggunaan energi listrik yang digunakan untuk merangsang sistem saraf
dan peripheral motor yang berhubungan dengan perasaan melalui permukaan
kulit dengan penggunaan energi listrik dan terbukti efektif untuk merangsang
berbagai tipe nyeri. TENS mampu mengaktivasi baik syaraf berdiameter
besar maupun kecil yang akan menyampaikan berbagai informasi sensoris ke
saraf pusat. Efektifitas TENS dapat diterangkan lewat teori gerbang kontrol.
TENS memiliki tiga bentuk pulsa, antara lain adalah:
10
rendah ber-durasi 200 msec. Tipe konvensional dapat mengurangi nyeri dalam
waktu 10 – 15 menit dengan lama pemberian antara 30 menit. Intensitas rendah
akan mengstimulasi serabut Ab untuk menginhibisi nyeri dengan pain gate
mechanism.
7. Prosedur Penerapan TENS
a. Persiapan alat
Tentukan prosedur yang akan digunakan, semua tombol dalam posisi
nol. Pad dibasahi terlebih dahulu, untuk pad yang menggunakan gel diletakan
pada permukaan pad yang akan di kontakan dengan kulit pasien. Pemeriksaan
alat yang akan di gunakan. Pesiapan semua materi yang akan digunakan.
Pemanasan alat yakinkan tombol intensitaas “off”.
b. Persiapan pasien
Posisi pasien senyaman dan serileks mungkin. Periksa area yang akan di
terapi dalam hal ini: kulit harus bersih dan bebas dari lemak, lotion. Periksa
sensasi kulit. Lepaskan semua metal diarea terapi. Sebelum memulai intervensi,
terapist memberi penjelasan mengenai cara kerja dan efek yang dapat
ditimbulkan dari TENS.
c. Intervensi
Pad diletakan pada daerah nyeri, dengan durasi 15 menit dan fekuensi 6
kali.
13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Cervical Root Syndrome (CRS) adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh iritasi,
kondisi tidak normal yang diakibatkan dari penekanan akar-akar saraf spinal pada
daerah leher, mengakibatkan nyeri dan kelemahan otot pada otot yang diinervasi.
Dengan adanya pemeriksaan Fisioterapi yang teliti maka seseorang dapat mengetahui
penyebab dari Cervical Root Syndrome tersebut, sehingga Fisioterapi dapat melakukan
intervensi pada kasus tersebut dengan tepat walaupun dalam pelaksanaan manajemen
pelayanan di Rumah Sakit harus memberikan aplikasi terapi sesuai dengan konsultan
dari dokter Reahabilitasi Medik pada kasus Cervical Root Syndrome ini disebabkan
karena trauma.
3.2 Saran
1. Bagi Pasien
1) Bagi pasien Pasien diharapkan memperhatikan hal-hal yang dapat memperberat
dan memperingan penyakit
2) Pasien dengan gangguan Cervical Root Syndrome masih perlu diberikan
terapi latihan yang tepat agar proses penyembuhan berlangsung baik.
3) Pasien disarankan menggunakan cervical collar saat beraktifitas untuk memfiksasi
cervical agar tidak terjadi gerakan-gerakan yang dapat memperparah penyakit
serta untuk menyangga kepala pasien agar beban cervical berkurang
4) Selain menjalani terapi dengan rutin dan disarankan untuk mengurangi
aktifitas yang dapat memperberat nyeri akibat Cervical Root Syndrome.
2. Bagi fisioterapi
Fisioterapis sebagai salah satu tenaga kesehatan, dalam memberikan
pelayanan fisioterapi harus yang profesional anatar lain: dengan melakukan
pemeriksaan secara lengkap, benar dan sistematis agar diagnosis fisoterapi dapat
ditegakkan sehingga dalam tindakan fisioterapi dapat diberikan secara tepat.
Fisioterapi juga dapat menggunakan berbagai modalitas fisioterapi yang ada
sesuai dengan permasalahan yang timbul pada kasus Cervical Root Syndrome,
14
memberi edukasi yang tepat dan evaluasi secara rutin agar dapat memperoleh
kesembuhan yang optimal.