Anda di halaman 1dari 14

1

MAKALAH
CERVICAL ROOT SYNDROME

KELOMPOK 11

1. ANANG TRI HARYONO NIM. 208040AJ


2. AHMAD SYARWANI ARIFIYANTO NIM. 208050AJ
3. DESI SETYO TRI ANGGRAINI NIM. 208058AJ
4. KRISTIPI DWIRIANAWATI NIM. 208069AJ
5. UMI HANIK MARDIYANA NIM. 208086AJ
6. ZAIMATUL HAMDIYAH NIM. 208093AJ
7. MUCHLISH EFFENDY NIM. 208097AJ

S1 FISIOTERAPI ALIH JENJANG

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN

MALANG

2020
2

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Cervical Root Syndrome merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh
iritasi atau penekanan akar saraf servikal oleh penonjolan discus invertebralis,
gejalanya adalah nyeri leher yang menyebar ke bahu, lengan atas atau lengan bawah,
parasthesia, dan kelemahan atau spasme otot.(Walter, 2008).
Gejala yang biasa ditemukan pada penyakit leher adalah nyeri dan kekakuan.
Nyeri terasa pada leher itu sendiri, tetapi dapat juga dirujuk ke
bahu atau tangan. Selalu perlu ditanyakan apakah sikap badan tertentu atau gerakan
membuat leher semakin nyeri, atau semakin baik, Gejala tersebut dapat berupa nyeri,
spasme otot dan mengakibatkan keterbatasan gerak pada leher. Fisioterapi sebagai
salah satu komponen penyelengaraan kesehatan dapat berperan aktif dalam usaha
mengurangi nyeri, mengurangi spasme, meningkatkan Lingkup Gerak Sendi (LGS)
dan mengembalikan kemampuan fungsional aktivitas pasien guna meningkatkan
kualitas hidup (Evelyn, 2005).
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu
dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak
dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan
secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis)
pelatihan fungsi dan komunikasi (Permenkes/No 80/2013).
Ultrasound Diathermy adalah gelombang suara berfrekuensi tinggi yang dapat
terdeteksi oleh telinga manusia. Gelombang Ultrasound Diathermy dihasilkan oleh
kristal keramik yang dipasang pada tranduser yang menghantarkan gelombang tersebut
ke pasien. Efek termal yang dihasilkan oleh Ultrasound Diathermy yaitu peningkatan
metabolisme dalam jaringan tempat panas diserap, peningkatan ekstensibilitas jaringan
ikat (Karen & Kathy, 2016).
Terapi latihan adalah salah satu modalitas fisioterapi dengan
menggunakan gerak tubuh baik secara active maupun passive untuk pemeliharaan
3

dan perbaikan kekuatan, ketahanan dan kemampuan kardiovaskular, mobilitas dan


fleksibiltas, rileksasi, koordinasi.
TENS (Transcutaneus Electrical nerve stimulation) merupakan suatu cara
penggunaan energi listrik guna merangsang sistem saraf melalui permukaan
kulit yang berfungsi untuk memelihara fisiologis otot dan mencegah atrofi otot,
modulasi tingkat sensorik, menambah Range Of Motion (ROM ) dan memperlancar
peredaran darah.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Cervical root syndrome adalah suatu kondisi yang menyakitkan dimana saraf
menjadi terjepit saat keluar dari sumsum tulang belakang. Saraf dikompresi baik dari
herniated discus atau taji tulang degenerative yang timbul pada leher. Perjalanan saraf
ke leher, punggung atas dan lengan dan gejala dapat merujuk ke daerah-daerah tersebut.
Gejala yang dialami dapat menjadi sakit, mati rasa, kesemutan, kelemahan atau spasme
(Eubanks, 2010).
2.2 Patofisiologi
Degenerasi pada discus intervertebralis dan jaringan pengikat persendian antara
ruas vertebra cervical dimulai ketika integritas serabut kolagen berkurang kekentalan
serta kandungan air atau matriks yang terdapat didalamnya. Keadaan ini menyebabkan
discus berkurang kemampuannya sebagai bantalan sendi yang berfungsi menahan dan
menyesuaikan beban. Berkurangnya matriks menyebabkan kemampuan discus nyerap
air kedalam tulang berkurang, sehingga nucleus menjadi sedikit kering dan mengkerut
serta terjadi ketidakseimbangan penumpuan beban akan menyebabkan sendi facet
bergesekan, apabila terus menerus menyebabkan timbul osteofit yang mengakibatkan
tertekannya akar saraf, spasme otot, dan nyeri.
2.3 Etiologi
Berbagai macam penyebab dari sindroma nyeri cervical meliputi :
a. Trauma : akibat kecelakaan kerja atau olahraga yang kontak badan sehingga
mengakibatkan timbulnya nyeri pada leher.
b. Kesalahan postural : kebiasaan orang menggerakkkan leher secara spontan dan
penggunaan bantal yang terlalau tinggi saat tidur dan dalam waktu yang lama
bias menimbulkan nyeri
c. Penyakit degenertaif : kondisi yang sering mengenai leher pada orang setelah
usia pertengahan dan meningkat seiring bertambahnya usia yang menyebabkan
nyeri pada leher. Kondisi ini disebut dengan spondylosis cervicalis yang tampak
5

dari hasil radiologis, yaitu: perubahan discus intervertebralis, pembentukan


osteofit pada paravertebral dan facet joint, serta perubahan arcus lamina
posterior. Pada kasus sindroma nyeri cervikal ini disebabkan oleh kesalahan
postural yang berkepanjangan.
2.4 Gejala
Gejala yang utama biasanya berupa nyeri pada bagian belakang leher atau
daerah sekitarnya (trapezius). Timbulnya nyeri terjadi secara perlahan-lahan
walaupun terkadang timbul mendadak. Rasa nyeri sendiri biasanya bersifat kronik
dan dihubungkan dengan adanya aktivitas yang berat atau keadaan umum yang
menurun. Terkadang rasa nyeri menjalar ke bahu atau lengan atas dan juga bisa
mengenai daerah cervical atas yang menyebabkan nyeri occipital (Cailliet, 1991).
2.5 Prognosis
1. Quo ad vitam
Mengenai hidup matinya penderita. Quo ad vitamnya bonam/baik.
2. Quo ad sanam (sanationam)
Mengenai penyembuhan. quo ad sanam jelek/malam.
3. Quo ad fungsional
Mengenai gerakan dan aktifitas. Pasien masih mampu melakukan gerkaan
fungsinal dan aktivitas sehingga Quo ad fungsional bonm / baik.
4. Quo ad cosmetika
Tentang hasil yang sudah diobati. Penampilan pasien normal/baik.
2.6 Intervensi Fisioterapi
A. Definisi Ultrasound
Ultrasound merupakan alat yang menghasilkan arus bolak balik
berfrekuensi tinggi yang dirubah menjadi gelombang suara oleh piezoelektrik.
Dalam dunia medis Gelombang Ultrasonic digunakan untuk berbagai tujuan,
antara lain :
1. Diagnosa
2. Pembedahan
3. Teraputik, ysng disebut juga Ultrasound Therapy
Digunakan dalam bidang fisioterapi.
6

Frekuensi ultrasound medis di AS adalah 500.000 hingga 5.000.000 Hz


(0,5 hingga 5 MHz). Gelombang Ultrasound dihasilkan oleh kristal keramik
piezoelektrik yang dipasang pada tranduser yang menghantarkan gelombang
tersebut ke pasien. Hubungan antara ukuran kristal dengan ukuran permukaan
tranduser disebut area radiasi efektif (effective radiating area, ERA). Ultrasound
teraputik dapat digunakan pada frekuensi yang berbeda, biasanya pada 1 MHz dan
3 MHz. Gelombang suara pada 1 MHz menembus lebih dalam daripada
gelombang 3 MHz (Karen & Kathy, 2016).
Jika energi Ultrasound masuk ke dalam jaringan tubuh, maka efek pertama
yang diharapkan adalah terjadinya efek biologis. Semakin dalam energi
Ultrasound masuk ke dalam tubuh, maka intensitasnya akan semakin berkurang.
1. Efek Ultra Sonic
a. Efek mekanik
Efek yang pertama kali didapat oleh tubuh adalah efek mekanik.
Gelombang ultra sonic menimbulkan adanya peregangan dan perapatan
didalam jaringan dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi dari ultra
sonic. Efek mekanik ini juga disebut dengan micro massage. Pengaruhnya
terhadap jaringan yaitu meningkatkan permeabilitas terhadap jaringan dan
meningkatkan metabolisme (Cameron, 1999).
Micro massage adalah merupakan efek terapeutik yang penting karena
semua efek yang timbul oleh terapi Ultra Sonic diakibatkan oleh micro
massage ini (Cameron, 1999).
b. Efek termal
1. Peningkatan local pada aliran darah, tetapi hasilnya tidak konsisten
2. Peningkatan metabolisme dalam jaringan tempat panas diserap
3. Peningkatan ekstensibilitas jaringan ikat, sehingga latihan peregangan lebih
efektif
4. Peningkatan kecepatan konduksi saraf, walaupun beberapa menyatakan
bahwa saraf tersedasi.
7

c. Efek biologi
Efek biologi merupakan respon fisiologi yang dihasilkan dari pengaruh
mekanik dan termal. Pengaruh biologi ultra sonic terhadap jaringan antara lain:
1. Memperbaiki sirkulasi darah
Pemberian ultra sonic akan menyebabkan kenaikan temperatur yang
menimbulkan vasodilatasi sehingga aliran darah ke daerah yang diobati
menjadi lebih lancar. Hal ini akan memungkinkan proses metabolisme dan
pengangkutan sisa metabolisme serta suplai oksigen dan nutrisi menjadi
meningkat (Cameron, 1999).
2. Rileksasi otot
Rileksasi otot akan mudah dicapai bila jaringan dalam keadaan hangat
dan rasa sakit tidak ada. Pengaruh termal dan mekanik dari ultra sonic dapat
mempercepat proses pengangkutan sel P (zat asam laktat) sehingga dapat
memberikan efek rileksasi pada otot (Cameron, 1999).
3. Meningkatkan permeabilitas jaringan
Energi ultra sonic mampu menambah permeabilitas jaringan otot
dan pengaruh mekaniknya dapat memperlunak jaringan pengikat.(Cameron,
1999).
4. Mengurangi nyeri
Nyeri dapat berkurang dengan pengaruh termal dan pengaruh
langsung terhadap saraf. Hal ini akibat gelombang pulsa yang rendah
intensitasnya memberikan efek sedatif dan analgetik pada ujung saraf
sensorik sehingga mengurangi nyeri. Dan dasar dari pengurangan rasa nyeri
ini diperoleh dari, perbaikan sirkulasi darah, normalisasi dari tonus otot,
berkurangnya tekanan dalam jaringan, berkurangnya derajat keasaman
(Cameron, 1999).
5. Mempercepat penyembuhan
Pemberian Ultra sonic mampu mempercepat proses penyembuhan
jaringan lunak . Adanya peningkatan suplai darah akan meningkatkan zat
antibodi yang mempercepat penyembuhan dan perbaikan pembuluh darah
untuk memperbaiki jaringan ( Cameron, 1999).
8

6. Pengaruh terhadap saraf parifer


Menurut beberapa penelitian bahwa Ultra Sonic dapat
mendepolarisasikan saraf efferent, ditunjukkan bahwa getaran Ultra Sonic
dengan intensitas 0,5-3 w/cm2 dengan gelombang kontinyu dapat
mempengaruhi exitasi dari saraf perifer. Efek ini berhubungan dengan efek
panas. Sedangkan dari aspek mekanik tidak terlalu berpengaruh (Sujatno
dkk, 2002).
2. Indikasi dan kontraindikasi
a. Indikasi
1.) Pemendekan jaringan lunak
2.) Kalsifikasi tendinitis
3.) Osteoarthritis
4.) Rheumatoid arthritis
5.) Epikondilitis lateral
6.) Inflamasi subakut dan kronik, missal bursitis
7.) Carpal tunnel syndrome
8.) Trigger points
9.) Nyeri pinggang akut karena bergesernya diskus
10.) Penyembuhan tendon
11.) Penyembuhan luka pada model binatang lebih cepat
12.) Herpes roster
b. Kontraindikasi
1.) Pada area anestetik
2.) Kerusakan sirkulasi arterial
3.) Perdarahan
4.) Pada mata
5.) Pada uterus gravida
6.) Kanker – paparan local
7.) Pada medulla spinalis setelah laminektomi
8.) Infeksi
9.) Sinus carotid atau ganglia servikal atau pada alat pacu jantung
9

10.) Tromboflebitis
B. Terapi latihan dengan menggunakan metode Neck Cailliet Exercise
1. Definisi Neck Cailliet Exercise
Neck Cailliet Exercise adalah suatu terapi latihan isometric kontraksi
dengan menahan tahanan maksimal dan diakhiri dengan relaksasi. Metode
Neck Cilliet Exercise dapat digunakan untuk mengatasi spasme otot dan
untuk memelihara atau meningkatkan kekuatan otot leher untuk
memperoleh ketahanan statis dan dinamis leher, memelihara luas gerak
sendi dan kelenturan leher, serta memperoleh postur yang benar dengan
terkoreksinya muscle imbalance (Rosyidi, 2009).
2. Tujuan dan manfaat terapi lataihan:
- Mengurangi spasme otot
- Menanggulangi dan mengurangi rasa nyeri
- Mengembalikan LGS ke nilai normal
3. Indikasi :
a. Untuk kondisi nyeri leher local tanpa disertai ganguan neurologis
b. Ketegangan otot – otot para cervical
4. Kontra indikasi :
- Fraktur,
- penyakit – penyakit degenerative dan perdara
C. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
1. Definisi Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) merupakan suatu
cara penggunaan energi listrik yang digunakan untuk merangsang sistem saraf
dan peripheral motor yang berhubungan dengan perasaan melalui permukaan
kulit dengan penggunaan energi listrik dan terbukti efektif untuk merangsang
berbagai tipe nyeri. TENS mampu mengaktivasi baik syaraf berdiameter
besar maupun kecil yang akan menyampaikan berbagai informasi sensoris ke
saraf pusat. Efektifitas TENS dapat diterangkan lewat teori gerbang kontrol.
TENS memiliki tiga bentuk pulsa, antara lain adalah:
10

1) Monophasic memiliki bentuk gelombang rectangular, trianguler dan


gelombang separuh sinus searah.
2) Biphasic memiliki bentuk gelombang simetris.
3) Polyphasic ada rangkaian gelombang sinus dan bentuk interfensi atau
campuran.
Pulsa monophasic selalu mengakibatkan pengumpulan muatan listrik
pulsa dalam jaringan sehingga akan terjadi reaksi elektrokimia dalam jaringan
yang ditandai dengan rasa panas dan nyeri apabila penggunaan intensitas dan
durasi terlalu tinggi.
2. Modifikasi Intensitas
Intensitas pulsa yang memadai durasi pulsa akan memberikan energi
listrik ke dalam suatu jaringan pada tiap-tiap fase dari pulsa disebut muatan pulsa.
dengan kata lain muatan pulsa ditentukan oleh intensitas arus dan durasi pulsa.
Intensitas tersebut juga berpengaruh dalam menentukan besarnya muatan arus
listrik dalam pulsa dan puncak arus listrik yang berhubungan langsung dengan
penetrasi dalam jaringan. Muatan pulsa akan menimbulkan reaksi elektrikimia
pada jaringan didalam elektroda. Ukuran elektroda juga akan menentukan
besarnya muatan listrik berkisar antara 20-200 mikrocolums per fase, per
centimeter persegi dari ukuran elektroda.
Intensitas durasi dan pulsa yang tinggi pada aplikasi stimulasi elektris
akan menimbulkan reaksi elektrokimia yang besar yang ditandai dengan warna
kemerah-merahan dan rasa nyeri pada jaringan dibaawah elektroda. Dengan
alasan ini maka dosis stimulasi elektris secara subjektif ditentukan dengan tolerasi
pasien.
3. Frekuensi Pulsa
Frekuesi pulsa merupakan kecepatan/pulsa rate yang terjadi pada setiap
second sepanjang durasi arus listrik yang mengalir. Frekuensi pulsa dapat berkisar
1-200 pulsa/detik. Frekwensi juga menyebabkan tipe respon terhadap motoris
maupun sensoris. Frekwensi pulsa tinggi >100 pulsa/detik menimbulkan respon
kontraksi tetanik dan sensibilitas getaran sehingga otot cepat lelah.
11

Frekwensi arus listrik rendah cenderung bersiafat iritatif terhadap


jaringan kulit sehingga dirasakan nyeri apabila intensitas tinggi. Arus listrik
frekwensi menengah bersifat lebih lebih konduktif untuk stimulasi elektris, karena
tidak menimbulkan tahanan kulit atau tidak bersifat iritatif dan mempunyai
penetrasi yang lebih dalam.
4. Penerapan Elektroda
Penempatan elektrode tidak terbatas pada daerah nyeri saja, tetapi
penempatan elektroda pada daerah nyeri memberikan hasil yang baik terhadap
penurunan tingkat nyeri. bisa juga penempatan elektrode pada area dermatome,
trigger dan pada titik acupuntur.
1) Di sekitar nyeri
Penempatan pada daerah nyeri paling mudah dan paling sering digunakan.
2) Area dermatom
Mannheim menyarankan 3 cara teknik pada area dermatom yang mungkin dapat
di gunakan:
a. Penempatan pada area dermatom yang terlibat
b. Penempatan pada lokasi spesifik dalam area dermatom
c. Penempatan pada dua tempat yaitu di anterior dan di posterior dari suatu
area dermatom tertentu.
3) Area acupuntur, trigger dan motor point
Area ini mungkin dilakukan oleh pemeriksaan dengan menggunakan
elektronik, sebab titik-titik ini jadi lebih konduktif di sekitar jaringan. Tahanan
rendah pada titik acupuntur bersesuaian pada erea vasodilatasi atau pada aktive
pseudomotor glands.
5. Kontra Indikasi
Kontra indikasi dari TENS antara lain , hipersensitif kulit karena
penggunaan TENS dalam waktu lama dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan
resiko elektrical damage.
6. Dosis
Kondisi osteoathritis menggunakan TENS konvensional dengan pulsa
pendek sekitar 50 ms pada 40-150 Hz, dengan frekwensi tinggi dan intensitas
12

rendah ber-durasi 200 msec. Tipe konvensional dapat mengurangi nyeri dalam
waktu 10 – 15 menit dengan lama pemberian antara 30 menit. Intensitas rendah
akan mengstimulasi serabut Ab untuk menginhibisi nyeri dengan pain gate
mechanism.
7. Prosedur Penerapan TENS
a. Persiapan alat
Tentukan prosedur yang akan digunakan, semua tombol dalam posisi
nol. Pad dibasahi terlebih dahulu, untuk pad yang menggunakan gel diletakan
pada permukaan pad yang akan di kontakan dengan kulit pasien. Pemeriksaan
alat yang akan di gunakan. Pesiapan semua materi yang akan digunakan.
Pemanasan alat yakinkan tombol intensitaas “off”.
b. Persiapan pasien
Posisi pasien senyaman dan serileks mungkin. Periksa area yang akan di
terapi dalam hal ini: kulit harus bersih dan bebas dari lemak, lotion. Periksa
sensasi kulit. Lepaskan semua metal diarea terapi. Sebelum memulai intervensi,
terapist memberi penjelasan mengenai cara kerja dan efek yang dapat
ditimbulkan dari TENS.
c. Intervensi
Pad diletakan pada daerah nyeri, dengan durasi 15 menit dan fekuensi 6
kali.
13

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Cervical Root Syndrome (CRS) adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh iritasi,
kondisi tidak normal yang diakibatkan dari penekanan akar-akar saraf spinal pada
daerah leher, mengakibatkan nyeri dan kelemahan otot pada otot yang diinervasi.
Dengan adanya pemeriksaan Fisioterapi yang teliti maka seseorang dapat mengetahui
penyebab dari Cervical Root Syndrome tersebut, sehingga Fisioterapi dapat melakukan
intervensi pada kasus tersebut dengan tepat walaupun dalam pelaksanaan manajemen
pelayanan di Rumah Sakit harus memberikan aplikasi terapi sesuai dengan konsultan
dari dokter Reahabilitasi Medik pada kasus Cervical Root Syndrome ini disebabkan
karena trauma.
3.2 Saran
1. Bagi Pasien
1) Bagi pasien Pasien diharapkan memperhatikan hal-hal yang dapat memperberat
dan memperingan penyakit
2) Pasien dengan gangguan Cervical Root Syndrome masih perlu diberikan
terapi latihan yang tepat agar proses penyembuhan berlangsung baik.
3) Pasien disarankan menggunakan cervical collar saat beraktifitas untuk memfiksasi
cervical agar tidak terjadi gerakan-gerakan yang dapat memperparah penyakit
serta untuk menyangga kepala pasien agar beban cervical berkurang
4) Selain menjalani terapi dengan rutin dan disarankan untuk mengurangi
aktifitas yang dapat memperberat nyeri akibat Cervical Root Syndrome.
2. Bagi fisioterapi
Fisioterapis sebagai salah satu tenaga kesehatan, dalam memberikan
pelayanan fisioterapi harus yang profesional anatar lain: dengan melakukan
pemeriksaan secara lengkap, benar dan sistematis agar diagnosis fisoterapi dapat
ditegakkan sehingga dalam tindakan fisioterapi dapat diberikan secara tepat.
Fisioterapi juga dapat menggunakan berbagai modalitas fisioterapi yang ada
sesuai dengan permasalahan yang timbul pada kasus Cervical Root Syndrome,
14

memberi edukasi yang tepat dan evaluasi secara rutin agar dapat memperoleh
kesembuhan yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai