Anda di halaman 1dari 9

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

CARPAL TUNNEL SYNDROME DENGAN MODALITAS


TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATIONS (TENS)
DAN INFRA RED (IR) DI RSU RAJAWALI CITRA BANTUL

Destiya Anggreini, Aan Ika Sugathot2, Githa Andriani 3


Program Studi Fisioterapi Program Diploma Tiga
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta
Jl. Raya Tajem Km 1,5 Maguwoharjo, Depok, Sleman
Email: Destiyaanggreini26@gmail.com

Intisari

Latar Belakang : Carpal Tunnel Syndrome (CTS) atau yang juga dikenal dengan sindrom terowongan karpal
merupakan kondisi yang mempengaruhi tangan dan jari hingga mengalami sensasi kesemutan, mati rasa, atau
nyeri akibat tekanan pada saraf median pergelangan tangan. Untuk mengetahui manfaat dari Transcutaneous
Electrical Nerve Stimulations (TENS) Dan Infra Red (IR) pada kasus Carpal Tunnel Syndrome

Tujuan : Laporan Tugas Akhir ini untuk mengetahui manfaat dari penatalaksanaan fisioterapi dengan
modalitas Transcutaneous Electrical Nerve Stimulations (TENS) Dan Infra Red (IR) dalam mengurangi nyeri,
meningkatkan LGS dan meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional pada kasus Carpal Tunnel Syndrome.

Hasil : Setelah dilakukan 2 kali terapi didapatkan hasil penurunan nyeri dengan VAS pada Wrist Didaptkan
hasil nyeri diam T1: 1 dan T2:0 , Nyeri Tekan T1: 3 dan T2:2, Nyeri Gerak T1: 3 dan T2: 2. Dan terjadi
peningkatan kemampuan aktivitas fungsional dengan Wrist Hand Disability Index (WHDI) T1: ketergantungan
sedang dan T2: Ketergantungan Ringan.

Kesimpulan : Transcutaneous Electrical Nerve Stimulations (TENS) Dan Infra Red (IR) dapat mengurangi
nyeri, dan meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional pada kasus Carpal Tunnel Syndrome.

Kata Kunci : Transcutaneous Electrical Nerve Stimulations (TENS) , Infra Red (IR), nyeri , dan kemampuan
fungsional
Pendahuluan
Tangan mempunyai fungsi yang kompleks karena merupakan anggota tubuh yang sangat

penting untuk bekerja. Sebagian besar manusia menggantungkan produktivitasnya pada

kemampuan fungsi tangan yang dapat diandalkan sehingga jika tangan mengalami kelainan

mengakibatkan terganggunya aktivitas maupun produktivitas (Subekti,2014).

Carpal Tunnel Syndrome merupakan sindrom yang timbul akibat nervus medianus tertekan

di dalam carpal tunnel (terowongan karpal) di pergelangan tangan, sewaktu nervus melewati

terowongan tersebut dari lengan bawah ke tangan. Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan

salah satu penyakit yang dilaporkan oleh badan-badan statistik perburuhan di negara maju

sebagai penyakit yang sering dijumpai di kalangan pekerja-pekerja industri (Jagga, 2011).

Di Inggris prevalensi 6%-17%, sedangkan di Amerika Serikat hanya 5%. Prevalensi CTS

dalam populasi umum telah diperkirakan 5% untuk wanita dan 0,6% untuk laki-laki CTS adalah

jenis neuropati yang paling sering ditemui. Syndrome CTS dapat terjadi secara unilateral 42%

kasus. Pada bagian unilateral kanan sebanyak 29% dan pada bagian unilateral kiri sebanyak

13%. Sedangkan kejadian CTS secara bilateral 58% (Gorsche, 2015). Di Jakarta, prevalensi

CTS pada pekerja industri garmen mencapai 20,3%. Pada studi yang dilakukan di Karanganyar,

Jawa Tengah, 62% penderita CTS pada sebuah industri pabrik saus dan kecap adalah

perempuan (Tana,2014).

Beberapa penyebab CTS ialah keturunan, pekerjaan, trauma,umur dan inflamasi.

Problematika CTS yang muncul pada penderita CTS diantaranya adalah nyeri, keterbatasan

lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot, inflamasi, kemampuan fungsional, atrofi, dan

paresthesia. Dampak dari problematika tersebut antara lain tidak dapat meremas,menggenggam,

menulis, mencuci dan mengetik. Penatalaksanaan CTS secara medis pada kasus ringan bisa

diobati dengan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan menggunakan penjepit

pergelangan tangan yang mempertahankan tangan dalam posisi netral selama minimal 2 bulan,

terutama pada malam hari atau selama gerakan berulang. Pada kasus lebih lanjut dapat diterapi

dengan injeksi steroid lokal untuk mengurangi peradangan. Jika pengobatan tersebut tidak
efektif dan gejala cukup mengganggu, maka operasi sering dianjurkan untuk meringankan

kompresi.

Dalam hal ini, peran Fisioterapis dibutuhkan untuk membantu pemulihan pasien, bahwa

Fisioterapis adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau

kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh

sepanjang daurkehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak,

peralatan (fisik, elektroterapeutik dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi (Menkes RI,

2007).

Dalam penulisan laporan tugas akhir ini untuk menangani CTS diterapkan modalitas

fisioterapi berupa Transcutaneous Electrical Nerve Stimulations (TENS) dan Infra Red (Ir)

Pemberian TENS bertujuan untuk untuk mengurangi nyeri dengan merangsang saraf perifer

melalui elektroda permukaan kulit pada intensitas yang dapat di toleransi pasien dan pemberian

IR bertujuan Untuk menaikkan temperature pada jaringan sehingga menimbulkan vosodilatasi

pembuluh darah selain itu pemanasan yang ringan pada otot akan menimbulkan pengaruh

sedative terhadap ujung-ujung syaraf sensoris yang dapat mengurangi inflamasi.

Metode

Sumber data pada Laporan Tugas Akhir ini menggunakan data sekunder. Data sekunder

diambil dari rekam medis yang dianggap dapat memberikan informasi atau masukan data yang

diperlukan dalam penulisan Laporan Tugas Akhir.

Subyek pengamatan adalah data dari rekam medis yang mengarah kepada kondisi yang

mempengaruhi tangan dan jari hingga mengalami sensasi kesemutan, mati rasa, atau nyeri

akibat tekanan pada saraf median pergelangan tangan. Data diambil dari rekam medis dengan

kriteria tersebut.

Objek yang diamati dan dicatat selama studi kasus adalah rekam medis yang berisi tentang

langkah tindakan fisioterpis yang dilakukan kepada pasien yang tercatat di rekam medis
Lokasi pengambilan data dilakukan dengan cara mengakses rekam medis menggunakan

Rekam Medis di Poli Fisioterapi RSU Rajawali Citra Bantul .

Hasil

Berdasarkan dari catatan rekam medis pasien dengan inisial Ny.S , usia 45 tahun dengan

diagnosa Carpal Tunnel Syndrome , pada awal pemeriksaan fisioterapi diperoleh

permasalahan berupa tangan terasa baal atau mati rasa.

1. Hasil Evaluasi penurunan nyeri pada pergelangan tangan dengan VAS

10
9
8
7
6
5
4
3 4
2 3 3 3
1 2 2
1 0 0
0
T0 T1 T2

Nyeri Diam Nyeri Tekan Nyeri Gerak

2. Hasil Evaluasi kemajuan peningkatan kemampuan aktivitas fungsional dengan


WHDI
Pembahasan
Penulis akan membahas mengenai manajemen fisioterapi pada usia tahun dengan
diagnosa Carpal Tunnel Syndrome, penulis tidak melakukan penatalaksanaan
fisioterapi secara langsung, penatalaksanaan fisioterapi diambil dari hasil rekam
medis. Pasien di jadwalkan untuk melakukan 2 kali terapi. Namun karena pasien
tidak kembali untuk terapi maka data yang diambil hanya 2 kali

Laporan tugas akhir ini baru dilakukan 2 kali terapi dikarenakan pasien tidak
kembali untuk terapi. Adapun hasil evaluasi yang digunakan untuk mengukur hasil
perkembangan setelah terapi adalah evaluasi penurunan nyeri dengan VAS dan
evaluasi Peningkatan kemampuan aktivitas fungsional dengan WHDI. Hasil dari
evaluasi setelah dilakukan 2 kali terapi didapatkan adanya penurunan nyeri. Hasil
pemeriksaan kemampuan fungsional pada Nyeri diam terapi pertama (T1) diperoleh
skala 1 dan menurun pada T2 menjadi skala 0. Nyeri Tekan Terapi Pertama (T1)
diperoleh skala 3 dan menurun pada T2 menjadi Skala 2. Dan Nyeri Gerak Terapi
pertama (T1) diperoleh skala 3 dan menurun pada T2 menjadi skala 2 seperti pada
tabel 4.1. Hasil pemeriksaan kemampuan aktivitas fungsional pada terapi pertama
(T1) skor 23 keterbatasan sedang menjadi T2 12 keterbatasan ringan.
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) merupakan modalitas
fisioterapi yang banyak digunakan untuk mengurangi nyeri dengan merangsang saraf
perifer melalui elektroda permukaan kulit pada intensitas yang dapat di toleransi
pasien (Van Middelkoop et al., 2011).
Infra Red Penggunaan infra merah pada kasus CTS adalah untuk menaikkan
temperature pada jaringan sehingga menimbulkan vosodilatasi pembuluh darah
selain itu pemanasan yang ringan pada otot akan menimbulkan pengaruh sedative
terhadap ujung-ujung syaraf sensoris yang dapat mengurangi inflamasi.

Kesimpulan

Intervensi fisioterapi diberikan kepada pasien dengan inisial, usia tahun dengan diagnosa

Carpal Tunnel Syndrome dilakukan sebanyak 2 kali terapi. Dari hasil yang didapat terdapat

kemajuan yang signifikan dalam proses penyembuhan dibandingkan sebelum melakukan

tindakan fisioterapi. Kemajuan tersebut selain dari keinginan dan semangat pasien untuk

sembuh serta didukung oleh modalitas fisioterapi. Bahwa pemberian modalitas Pemberian

TENS bertujuan untuk untuk mengurangi nyeri dengan merangsang saraf perifer melalui

elektroda permukaan kulit pada intensitas yang dapat di toleransi pasien dan pemberian IR

bertujuan Untuk menaikkan temperature pada jaringan sehingga menimbulkan vosodilatasi

pembuluh darah selain itu pemanasan yang ringan pada otot akan menimbulkan pengaruh

sedative terhadap ujung-ujung syaraf sensoris yang dapat mengurangi inflamasi

Saran

Rumah sakit diharapkan untuk selalu siap beradaptasi dalam pelayanan

kefisioterapian guna mencegah penyebaran Covid-19. Serta laporan tugas akhir ini

diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pengadaan sarana-prasarana untuk

penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Carpal Tunnel Syndrome.

Fisioterapi diharapkan melakukan pemeriksaan dan penulisan rekam medis secara

lengkap dan sistematis agar diagnosis fisioterapi dapat ditegakkan sehingga tindakan

terapi dapat diberikan secara tepat.


Institusi pendidikan diharapkan dapat menambah referensi serta dapat

menyempurnakan dan megembangkan karya tulis ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ansori, Y.S (2015). Karya Tulis Ilmiah Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Carpal Tunnel
Syndrome Bilateral Di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Universitas Muhammadiyah
Surakarta .

Adit, P (2014). Sumber Fisis. Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi, Surakarta

Baharudin (2011). Pelatihan Nasional Fisioterapi Neuromuskular Mobilitation. 5-7


November. Surakarta. Ikatan Keluarga Mahasiswa Program Studi D-IV Fisioterapi
Politeknik Kesehatan Surakarta

Dwi, L(2017). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Carpal Tunnel Syndrome Bilateral Di Rsup
Dr Sardjito Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ermawati, N.S (2016). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Carpal Tunnel Syndrome
Dextra Di Rsud Sukoharjo. Disertai. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Fisher, B et. al. (2004). Diagnosis, Causation and Treatment of Carpal Tunnel Syndrome: An
Evidence-Based Assessment. A Background Paper.

Gandhang, G.H.P (2018). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Carpal Tunnel Syndrome


Dextra Di Rsjd Dr. Rm Soejarwadi Provinsi Jawa Tengah. Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Gilory J. (2009). Dasar dasar fisioterapi pada cedera olahraga. Yogyakarta : media
komunikasi olahraga

Gorsche. (2015). Efektifitas Pemberian Terapi Ultrasound Dan Transcutaneus Electrical


Nerve Stimulation Dengan Ultrasound Dan Mobilisasi Saraf Terhadap Pengurangan
Nyeri Pada Pasien Carpal Tunnel Syndrome

Hayes Karen, W. Hall Kathy, D. (2015). Agend Modalitas. Edisi 6. Jakarta: EGC
Huldani (2013). Sindroma Terowongan Karpal dalam Neurology in Daily Practice bagian
ilmu penyakit saraf. Bandung
Inser & Colby. (2017) Neural Mobilization : A Systematic Review of Randomized
Controlled Trials with an Analysis of Therapeutic Efficacy. The Journal of Manual
and Manipulative Theraphy. Volume 16. Nomor 1. Tahun 2008: 8-22.

Ika (2010) . Sindrome Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome) Bagian Neurologi
Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana

Jagga. (2011). Occupation and its association with Carpal Tunnel syndrome - A Review .

Journal of Exercise Science and Physiotherapy. Vol. 7, No. 2: 68-78.

Kementerian kesehatan republik indonesia. (2017). Pedoman Menteri Kesehatan Republik


Indonesia. Menteri kesehatan republik indonesia. Indonesia

Menkes RI. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 80 Tahun
2013.Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Fisioterapis.

Mufidati, H (2014) Efektifitas Pemberian Terapi Ultrasound Dan Transcutaneus Electrical


Nerve Stimulation Dengan Ultrasound Dan Mobilisasi Saraf Terhadap Pengurangan
Nyeri Pada Pasien Carpal Tunnel Syndrome. Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Munir, (2015). Neurologi Dasar. Jakarta: sagung Seto

Patrick & Thomas The Effect of Longitudinal Stretching of Muscles and Nerve versus Deep
Transverse Friction Massage in the Management of Patients with Carpal Tunnel
Syndrome. . Journal of Therapy and Rehabilitation, 2014, 2, 199-206.

Paulsen & Waschke. (2013) .Therapeutic Exercise Foundations and Tecniques. Third
Edition, F A Davis Company, Philadelphia.

Putz, R; R. Dabst, (2015).Sobotta Atlas Anatomi Manusia,diakses 04 Januari 2015.

Rofi’, A (2015) Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Carpal Tunnel Syndrome (Cts) Dextra Di
Rs Pku Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Suryani, D, (2019). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Carpal Tunnel Syndrome Dextra
Di Rsj. Prof. Dr. Soerojo Magelang. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Subekti. H (2014). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Carpal Tunnel Syndrome


Sinistra Di Rsud Salatiga. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Setyaningsih. R, (2017). Pengaruh Pemberian Stretching Dan Massage Dengan Kines


taping Dan Massage Untuk Meningkatkan Kemampuan Fungsional Penderita Carpal
Tunnel Syndrome. Disertai. Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Salawati, L Syahrul. (2014). dan Carpal Tunnel Syndrome.Jurnal Kedokteran Syiah Kuala.
Volume 14. Nomor 1: 1 April 2014: Halaman 29-32

Tana, L. (2014). Carpal Tunnel Syndrome pada Pekerja Garmen di Jakarta. Puslitbang
Pemberantasan Penyakit vol.32, no.2 ,2004. P:73-82.

Van middelkoop et al., (2011) A Comparison of Treatment Approaches Used after Carpal
Tunnel Release Surgery. American Journal of Occupational Therapy, 43, 398-402

Watson K., et al. (2013). Effects of Therapeutic Ultrasound on Range of Motion and Stretch
Pain. Journal of Physical Therapy Science, 26(5), 711–715.

Anda mungkin juga menyukai