Intisari
Latar Belakang : Carpal Tunnel Syndrome (CTS) atau yang juga dikenal dengan sindrom terowongan karpal
merupakan kondisi yang mempengaruhi tangan dan jari hingga mengalami sensasi kesemutan, mati rasa, atau
nyeri akibat tekanan pada saraf median pergelangan tangan. Untuk mengetahui manfaat dari Transcutaneous
Electrical Nerve Stimulations (TENS) Dan Infra Red (IR) pada kasus Carpal Tunnel Syndrome
Tujuan : Laporan Tugas Akhir ini untuk mengetahui manfaat dari penatalaksanaan fisioterapi dengan
modalitas Transcutaneous Electrical Nerve Stimulations (TENS) Dan Infra Red (IR) dalam mengurangi nyeri,
meningkatkan LGS dan meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional pada kasus Carpal Tunnel Syndrome.
Hasil : Setelah dilakukan 2 kali terapi didapatkan hasil penurunan nyeri dengan VAS pada Wrist Didaptkan
hasil nyeri diam T1: 1 dan T2:0 , Nyeri Tekan T1: 3 dan T2:2, Nyeri Gerak T1: 3 dan T2: 2. Dan terjadi
peningkatan kemampuan aktivitas fungsional dengan Wrist Hand Disability Index (WHDI) T1: ketergantungan
sedang dan T2: Ketergantungan Ringan.
Kesimpulan : Transcutaneous Electrical Nerve Stimulations (TENS) Dan Infra Red (IR) dapat mengurangi
nyeri, dan meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional pada kasus Carpal Tunnel Syndrome.
Kata Kunci : Transcutaneous Electrical Nerve Stimulations (TENS) , Infra Red (IR), nyeri , dan kemampuan
fungsional
Pendahuluan
Tangan mempunyai fungsi yang kompleks karena merupakan anggota tubuh yang sangat
kemampuan fungsi tangan yang dapat diandalkan sehingga jika tangan mengalami kelainan
Carpal Tunnel Syndrome merupakan sindrom yang timbul akibat nervus medianus tertekan
di dalam carpal tunnel (terowongan karpal) di pergelangan tangan, sewaktu nervus melewati
terowongan tersebut dari lengan bawah ke tangan. Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan
salah satu penyakit yang dilaporkan oleh badan-badan statistik perburuhan di negara maju
sebagai penyakit yang sering dijumpai di kalangan pekerja-pekerja industri (Jagga, 2011).
Di Inggris prevalensi 6%-17%, sedangkan di Amerika Serikat hanya 5%. Prevalensi CTS
dalam populasi umum telah diperkirakan 5% untuk wanita dan 0,6% untuk laki-laki CTS adalah
jenis neuropati yang paling sering ditemui. Syndrome CTS dapat terjadi secara unilateral 42%
kasus. Pada bagian unilateral kanan sebanyak 29% dan pada bagian unilateral kiri sebanyak
13%. Sedangkan kejadian CTS secara bilateral 58% (Gorsche, 2015). Di Jakarta, prevalensi
CTS pada pekerja industri garmen mencapai 20,3%. Pada studi yang dilakukan di Karanganyar,
Jawa Tengah, 62% penderita CTS pada sebuah industri pabrik saus dan kecap adalah
perempuan (Tana,2014).
Problematika CTS yang muncul pada penderita CTS diantaranya adalah nyeri, keterbatasan
lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot, inflamasi, kemampuan fungsional, atrofi, dan
paresthesia. Dampak dari problematika tersebut antara lain tidak dapat meremas,menggenggam,
menulis, mencuci dan mengetik. Penatalaksanaan CTS secara medis pada kasus ringan bisa
diobati dengan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan menggunakan penjepit
pergelangan tangan yang mempertahankan tangan dalam posisi netral selama minimal 2 bulan,
terutama pada malam hari atau selama gerakan berulang. Pada kasus lebih lanjut dapat diterapi
dengan injeksi steroid lokal untuk mengurangi peradangan. Jika pengobatan tersebut tidak
efektif dan gejala cukup mengganggu, maka operasi sering dianjurkan untuk meringankan
kompresi.
Dalam hal ini, peran Fisioterapis dibutuhkan untuk membantu pemulihan pasien, bahwa
Fisioterapis adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau
kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh
peralatan (fisik, elektroterapeutik dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi (Menkes RI,
2007).
Dalam penulisan laporan tugas akhir ini untuk menangani CTS diterapkan modalitas
fisioterapi berupa Transcutaneous Electrical Nerve Stimulations (TENS) dan Infra Red (Ir)
Pemberian TENS bertujuan untuk untuk mengurangi nyeri dengan merangsang saraf perifer
melalui elektroda permukaan kulit pada intensitas yang dapat di toleransi pasien dan pemberian
pembuluh darah selain itu pemanasan yang ringan pada otot akan menimbulkan pengaruh
Metode
Sumber data pada Laporan Tugas Akhir ini menggunakan data sekunder. Data sekunder
diambil dari rekam medis yang dianggap dapat memberikan informasi atau masukan data yang
Subyek pengamatan adalah data dari rekam medis yang mengarah kepada kondisi yang
mempengaruhi tangan dan jari hingga mengalami sensasi kesemutan, mati rasa, atau nyeri
akibat tekanan pada saraf median pergelangan tangan. Data diambil dari rekam medis dengan
kriteria tersebut.
Objek yang diamati dan dicatat selama studi kasus adalah rekam medis yang berisi tentang
langkah tindakan fisioterpis yang dilakukan kepada pasien yang tercatat di rekam medis
Lokasi pengambilan data dilakukan dengan cara mengakses rekam medis menggunakan
Hasil
Berdasarkan dari catatan rekam medis pasien dengan inisial Ny.S , usia 45 tahun dengan
10
9
8
7
6
5
4
3 4
2 3 3 3
1 2 2
1 0 0
0
T0 T1 T2
Laporan tugas akhir ini baru dilakukan 2 kali terapi dikarenakan pasien tidak
kembali untuk terapi. Adapun hasil evaluasi yang digunakan untuk mengukur hasil
perkembangan setelah terapi adalah evaluasi penurunan nyeri dengan VAS dan
evaluasi Peningkatan kemampuan aktivitas fungsional dengan WHDI. Hasil dari
evaluasi setelah dilakukan 2 kali terapi didapatkan adanya penurunan nyeri. Hasil
pemeriksaan kemampuan fungsional pada Nyeri diam terapi pertama (T1) diperoleh
skala 1 dan menurun pada T2 menjadi skala 0. Nyeri Tekan Terapi Pertama (T1)
diperoleh skala 3 dan menurun pada T2 menjadi Skala 2. Dan Nyeri Gerak Terapi
pertama (T1) diperoleh skala 3 dan menurun pada T2 menjadi skala 2 seperti pada
tabel 4.1. Hasil pemeriksaan kemampuan aktivitas fungsional pada terapi pertama
(T1) skor 23 keterbatasan sedang menjadi T2 12 keterbatasan ringan.
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) merupakan modalitas
fisioterapi yang banyak digunakan untuk mengurangi nyeri dengan merangsang saraf
perifer melalui elektroda permukaan kulit pada intensitas yang dapat di toleransi
pasien (Van Middelkoop et al., 2011).
Infra Red Penggunaan infra merah pada kasus CTS adalah untuk menaikkan
temperature pada jaringan sehingga menimbulkan vosodilatasi pembuluh darah
selain itu pemanasan yang ringan pada otot akan menimbulkan pengaruh sedative
terhadap ujung-ujung syaraf sensoris yang dapat mengurangi inflamasi.
Kesimpulan
Intervensi fisioterapi diberikan kepada pasien dengan inisial, usia tahun dengan diagnosa
Carpal Tunnel Syndrome dilakukan sebanyak 2 kali terapi. Dari hasil yang didapat terdapat
tindakan fisioterapi. Kemajuan tersebut selain dari keinginan dan semangat pasien untuk
sembuh serta didukung oleh modalitas fisioterapi. Bahwa pemberian modalitas Pemberian
TENS bertujuan untuk untuk mengurangi nyeri dengan merangsang saraf perifer melalui
elektroda permukaan kulit pada intensitas yang dapat di toleransi pasien dan pemberian IR
pembuluh darah selain itu pemanasan yang ringan pada otot akan menimbulkan pengaruh
Saran
kefisioterapian guna mencegah penyebaran Covid-19. Serta laporan tugas akhir ini
lengkap dan sistematis agar diagnosis fisioterapi dapat ditegakkan sehingga tindakan
DAFTAR PUSTAKA
Ansori, Y.S (2015). Karya Tulis Ilmiah Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Carpal Tunnel
Syndrome Bilateral Di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Universitas Muhammadiyah
Surakarta .
Adit, P (2014). Sumber Fisis. Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi, Surakarta
Dwi, L(2017). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Carpal Tunnel Syndrome Bilateral Di Rsup
Dr Sardjito Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ermawati, N.S (2016). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Carpal Tunnel Syndrome
Dextra Di Rsud Sukoharjo. Disertai. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fisher, B et. al. (2004). Diagnosis, Causation and Treatment of Carpal Tunnel Syndrome: An
Evidence-Based Assessment. A Background Paper.
Gilory J. (2009). Dasar dasar fisioterapi pada cedera olahraga. Yogyakarta : media
komunikasi olahraga
Hayes Karen, W. Hall Kathy, D. (2015). Agend Modalitas. Edisi 6. Jakarta: EGC
Huldani (2013). Sindroma Terowongan Karpal dalam Neurology in Daily Practice bagian
ilmu penyakit saraf. Bandung
Inser & Colby. (2017) Neural Mobilization : A Systematic Review of Randomized
Controlled Trials with an Analysis of Therapeutic Efficacy. The Journal of Manual
and Manipulative Theraphy. Volume 16. Nomor 1. Tahun 2008: 8-22.
Ika (2010) . Sindrome Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome) Bagian Neurologi
Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana
Jagga. (2011). Occupation and its association with Carpal Tunnel syndrome - A Review .
Menkes RI. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 80 Tahun
2013.Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Fisioterapis.
Patrick & Thomas The Effect of Longitudinal Stretching of Muscles and Nerve versus Deep
Transverse Friction Massage in the Management of Patients with Carpal Tunnel
Syndrome. . Journal of Therapy and Rehabilitation, 2014, 2, 199-206.
Paulsen & Waschke. (2013) .Therapeutic Exercise Foundations and Tecniques. Third
Edition, F A Davis Company, Philadelphia.
Rofi’, A (2015) Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Carpal Tunnel Syndrome (Cts) Dextra Di
Rs Pku Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Suryani, D, (2019). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Carpal Tunnel Syndrome Dextra
Di Rsj. Prof. Dr. Soerojo Magelang. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tana, L. (2014). Carpal Tunnel Syndrome pada Pekerja Garmen di Jakarta. Puslitbang
Pemberantasan Penyakit vol.32, no.2 ,2004. P:73-82.
Van middelkoop et al., (2011) A Comparison of Treatment Approaches Used after Carpal
Tunnel Release Surgery. American Journal of Occupational Therapy, 43, 398-402
Watson K., et al. (2013). Effects of Therapeutic Ultrasound on Range of Motion and Stretch
Pain. Journal of Physical Therapy Science, 26(5), 711–715.