Anda di halaman 1dari 10

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian CTS

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan sindrom yang timbul akibat

tertekannya N. medianus di dalam carpal tunnel (terowongan karpal) di

pergelangan tangan sewaktu nervus melewati terowongan tersebut dari lengan

bawah ke tangan. CTS merupakan salah satu penyakit yang dilaporkan oleh

badan-badan statistik perburuhan di negara maju sebagai penyakit yang sering

dijumpai di kalangan pekerja-pekerja industri. (Jagga V, Lehri A, Verma S K,

2011)

Secara epidemiologis, CTS banyak sekali diderita oleh kalangan pekerja yang

dalam pekerjaannya membutuhkan gerakan repetisi dengan kekuatan gerakan

yang ekstra, postur pergelangan tangan yang tidak tepat maupun statis, atau

adanya getaran yang berlebihan dan berlangsung lama ketika bekerja. (Tossi K K,

Hogaboom N S, Oyster M L, et al, 2015)

2.2 Anatomi Terowongan Karpal

Secara anatomis, terowongan carpal (carpal tunnel) terdiri dari sembilan ruas

tendon fleksor (satu tendon M. flexor policis longus, empat tendon M. flexor

digitorum superficialis, dan empat tendon M. flexor digitorum profunda) dan N.

medianus berjalan di dalamnya yang kemudian dikelilingi dan dibentuk oleh tiga

sisi dari tulang-tulang carpal (Os Trapezoideum, Os Capitatum, dan Os

Hamatum), serta di bagian atas ditutupi oleh L. retinaculum flexorum. Nervus

6
7

Medianus kemudian bercabang menjadi beberapa bagian dan menginervasi

seluruh ibu jari, telunjuk, dan jari tengah, serta setengah sisi lateral dari jari manis

baik secara motorik maupun sensorik. (Chammas M, Boretto J, Burmann L M, et

al, 2014)

(Grafton, 2012)
Gambar 2.1
Anatomi N. Medianus Tampak Ventral
8

(Putz R, Pabst R, 2005)


Gambar 2.2
Anatomi N. Medianus dengan Potongan Transversal

2.3 Faktor Resiko Terjadinya CTS

Menurut Grafton (2012), CTS juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor,

yaitu:

1. Kondisi kesehatan : Non inflammatory synovial fibrosis, metabolic syndrome,

diabetes, thyroid disease, hemodialisis, rheumatoid arthritis, kehamilan, dan

menopause.

2. Pekerjaan : Penggunaan pergelangan tangan yang berlebihan dan repetitif.

3. Faktor fisik : Obesitas, merokok, dan konsumsi alkohol.


9

2.4 Patogenesis CTS

Terjadinya sindrom ini bertumpu pada perubahan patologis yang diakibatkan

oleh adanya iritasi secara terus menerus pada N. medianus di daerah pergelangan

tangan. Banyak faktor yang dapat mengawali timbulnya sindrom ini. Hal ini akan

menyebabkan gangguan-gangguan pada bagian telapak dan punggung tangan

yang diinnervasi oleh N. Medianus baik secara sensorik maupun motorik.

(Grafton, 2012)

2.5 Tanda dan Gejala Klinis CTS

Keluhan-keluhan yang muncul yaitu berupa gejala mati rasa, rasa terbakar,

atau kesemutan pada ibu jari, telunjuk, jari tengah, dan jari manis, kemudian nyeri

di telapak, pergelangan tangan, atau lengan bawah khususnya selama penggunaan,

penurunan kekuatan cengkraman, kesulitan membedakan antara panas dan dingin,

serta muncul kelemahan otot-otot eminensia tenar. (Chammas M, Boretto J,

Burmann L M, et al, 2014)

2.6 Pemeriksaan Fisik dan Kriteria Diagnosis CTS

Evaluasi setiap pasien dengan dugaan CTS harus dimulai dari leher dan

punggung atas dan kemudian dilanjutkan ke jari-jari, termasuk pada bagian

kontralateral. Beberapa hal yang perlu dideskripsikan yaitu adanya deformitas,

atrofi otot thenar, pembengkakan, perubahan warna kulit atau turgor, postur tubuh

secara umum (misalnya : rotasi leher, depresi bahu, bentuk kifosis pada tulang

belakang) (Departemen of Insurance to the Works’ Compensation Board, 2011).


10

Menurut NIOSH kriteria diagnosis klinis CTS harus dicurigai bila ada : 1)

Terdapatnya keluhan gejala nyeri/ baal/ kesemutan pada daerah persarafan nervus

medianus, 2) Terdapatnya dua tanda-tanda pemeriksaan fisik seperti pada

(Gambar 2.3) dan (Gambar 2.4). (Departement of Insurance to the Work’s

Compensation Board, 2011)

1) Phalen’s test :

(Giersiepen K, Spallek M 2011)


Gambar 2.3
Phalen’s Test
Tes phalen merupakan tes provokatif yang paling mendukung diagnosis

CTS, tes ini mempunyai sensitivitas sekitar 75% (Fisher & Gorche, 2004;

Barnardo, 2004). Menurut AAOS dari penelitian, tes phalen menunjukkan

sensitifitas dari 46%-80% dan spesifitas dari 51%-91% (Clinical Practice

Guidline on the Diagnosis of Carpal Tunnel Syndrome, 2007). Pemeriksaan ini

dilakukan dengan cara menekuk kedua tangan secara fleksi pada sendi

pergelangan tangan, kemudian menekan kedua dorsum manus satu dengan

yang lain sekuat-kuatnya. Jika terdapat penyempitan pada terowongan karpal


11

yang dilintasi cabang-cabang nervus medianus, maka penekukan tangan akan

menimbulkan nyeri atau parastesi (Bahrudin, 2011).

2) Tinel’s Sign

(Giersiepen K, Spallek M 2011)


Gambar 2.4
Tinel’s Sign
Tindakan tinel dilakukan dengan cara melakukan penekanan pada

ligamen volare pergelangan tangan. Apabila terdapat penyempitan pada

terowongan karpal. maka penekanan tersebut akan menimbulkan nyeri atau

parastesi disekitar nervus medianus, kelemahan pada m. policis brevis, atrofi

otot thenar dan penurunan fungsi sensorik (rasa raba, nyeri, two point tactile

discrimination) (Bahrudin, 2011). Menurut AAOS tes tinel mempunyai

sensitifitas dari 28%-73% dan spesifitas dari 44%-95% (Clinical Practive

Guidline on the Diagnosis of Carpal Tunnel Syndrome, 2007).

Untuk menentukan gejala yang timbul akibat terjepitnya nervus

medianus, Kamath and Stothard (2004) menyusun kuesioner untuk

menegakkan diagnostis CTS berdasarkan kriteria sebagai berikut :


12

1) Positif bila skor ≥ 5 apapun hasil tes phalen dan atau tes tinel

2) Positif bila skor 3-4 dan terdapat hasil positif pada tes phalen dan tes tinel

3) Negatif bila skor 3-4 dan terdapat hasil negatif pada tes phalen atau tes tinel

4) Negatif bila skor < 3

2.7 Pemeriksaan Penunjang CTS

CTS merupakan diagnosis klinis yang didasarkan pada adanya gejala kompresi

Nervus medianus di pergelangan tangan yang didukung oleh temuan pemeriksaan

fisik. Diagnosis ini dapat dikonfirmasi dengan EMG (Electromygorafi) yang

biasanya digunakan untuk keperluan sebelum operasi (Departement of Insurance

to the Works’ Compensation Board, 2011).

2.8 Faktor Pekerja yang Mempengaruhi Terjadinya CTS

1. Postur tangan

Posisi kerja statis dan postur tangan tidak ergonomis pada bahu, lengan,

dan pergelangan tangan dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan

peradangan pada jaringan otot, syaraf, maupun keduanya. Pembengkakan

tersebut akan menekan saraf medianus tangan sehingga bisa menimbulkan

CTS. Fleksi dan ekstensi, fleksi yaitu posisi pergelangan tangan yang

menekuk ke arah dalam dan membentuk sudut ≥ 45o, sedangkan ekstensi

yaitu posisi pergelangan tangan yang menekuk ke arah luar dan membentuk

sudut ≥ 45o. (Ginsberg L, 2008)


13

2. Gerakan repetitif (repetitive motion)

Gerakan repetitif merupakan gerakan yang memiliki sedikit variasi dan

dilakukan setiap beberapa detik, sehingga dapat mengakibatkan kelelahan dan

ketegangan otot tendon. Jika waktu yang digunakan untuk istirahat tidak

dapat mengurangi efek tersebut, risiko kerusakan jaringan adalah masalah

muskuloskeletal lainnya mungkin akan meningkat. Pengulangan fleksi dan

ekstensi pergelangan tangan sebanyak >30 kali dalam satu menit telah

dianggap sebagai “repetitive motion” (Kurniawan B., Jayanti S. dan

Setyaningsih Y, 2008).

Pada penelitian ini penulis menggolongkan subjek penelitian berdasarkan

jumlah gerakan menjadi dua kelompok. Yang pertama yaitu kelompok

repetitif, apabila pemetik melakukan gerakan memetik daun teh sebanyak >

30 kali dalam satu menit. Yang kedua yaitu kelompok tidak repetitif, apabila

pemetik melakukan gerakan memetik daun teh sebanyak ≤ 30 kali dalam satu

menit.

3. Masa kerja

Masa kerja adalah waktu yang telah dijalani subjek dimulai ketika subjek

memilih untuk bekerja sebagai pemetik daun teh hingga penelitian diadakan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suherman B, Maywati S dan

Faturrahman Y, mengenai faktor kerja yang berhubungan dengan kejadian

CTS pada petugas rental komputer di Kelurahan Kahuripan Kota Tasikmalaya

pada tahun 2012 mengungkapkan bahwa 92,0% dari sampel yang telah

bekerja sebagai petugas rental komputer selama >4 tahun dinyatakan positif

menderita CTS, sedangkan 88,2% dari sampel yang telah bekerja sebagai
14

petugas rental komputer selama ≤4 tahun positif menderita CTS. Hal ini

berarti bahwa terdapat hubungan antara masa kerja dengan angka kejadian

CTS.

4. Lama kerja

Lama kerja adalah waktu bekerja subjek ketika memetik daun teh dalam

sehari. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suherman B, Maywati S dan

Faturrahman Y, mengenai faktor kerja yang berhubungan dengan kejadian

CTS pada petugas rental komputer di Kelurahan Kahuripan Kota Tasikmalaya

pada tahun 2012 mengungkapkan bahwa 94,9% dari sampel yang bekerja

selama >4 jam dalam sehari dinyatakan positif menderita CTS, sedangkan

24,3% dari sampel yang bekerja selama ≤4 jam dalam sehari positif

menderita CTS. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan antara lama kerja

dengan angka kejadian CTS.

2.9 Teknik Memetik Daun Teh

Dalam proses pemetikan daun teh sendiri dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu dengan menggunakan tangan (hand plucking) atau menggunakan bantuan

mesin (mechanical plucking). Jika keduanya dibandingkan, metode hand plucking

lebih memiliki kekurangan dibandingkan mechanical plucking, yaitu kurangnya

efisiensi waktu dan lebih membutuhkan tenaga lebih besar karena pemetik

menggunakan tangan secara manual untuk memetik dan mengumpulkan daun teh

secara berulang. (Ho C T, Lin J K, Shahidi F, 2009)


15

2.10 Hubungan Gerakan Repetisi Dengan CTS

Gerakan repetitif merupakan gerakan yang memiliki sedikit variasi dan

dilakukan setiap beberapa detik, sehingga dapat mengakibatkan kelelahan dan

ketegangan otot tendon. Hal ini juga terjadi pada pemetik daun teh ketika

memetik daun teh. Para pemetik akan melakukan gerakan repetisi yang memiliki

sedikit variasi dan dilakukan setiap beberapa detik, yang kemudian akan

mengakibatkan kelelahan dan ketegangan otot tendon. Kelelahan dan ketegangan

otot tendon tersebut akan mengakibatkan terjepitnya N. Medianus di terowongan

carpal, sehingga akan terjadi gejala-gejala CTS. (Chammas M, Boretto J,

Burmann L M, et al, 2014)

Anda mungkin juga menyukai