Disusun oleh
Nama : Vita Uji Astuti
Nim : 19170014
Diajukan oleh:
Vita Uji Astuti
19170014
Pembimbing I
Pembimbing II
Frozen shoulder adalah kaku atau beku pada bahu yang mengakibatkan nyeri bahu yang
menetap lebih dari 3 bulan kondisi inflamasi ini menebabkan fibrosis kapsul sendi glenohumeral dan
disertai kekakuan progresif secara bertahapdan keterbatasan lingkup gerak sendi seperti gerakan
ekternal rotasi. Manifestasi yang terjadi pada penderita frozen shoulder antara lain peradangan
dan perubahan pada kapsul atau bursa antara scapula dan humerus. Secara patologis prosesnya
dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama pasien merasakan nyeri yang progresif di daerah deltoid
yang mana nyerinya timbul pada malam hari. Ada keterbatasan gerak tetapi menghilang ketika
disuntikkan anestesi ke dalam sendi. Dalam sendi terdapat ada tanda tanda sinovitis tanpa
perlengketan atau kontraktur.Pada tahap kedua terjadinya kekakuan sendi, pada tahap ketiga terjadi
kehilangan gerakanyang normal atau keterbatasan Range of motion dan setiap gerakan timbul nyeri
atau rasa sakit14.
Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat bahwa prevalensi rata-rata Frozen Shoulder paling
sering terjadi pada usia 40 sampai 60 tahun dan lebih sering pada wanita (58,4%) daripada laki-laki
(41,6%)6. Frozen Shoulder di Indonesia sering terjadi pada usia 40 sampai 70 tahun, dengan perbadingan
presentase wanita : laki-laki = 60% : 40%. Angka kejadian Frozen Shoulder ada penderita Diabetes
(15%-20%) dan tanpa Diabetes (3-5%). Klasifikasi adhesive capsulitis terdiri dari primary adhesive
capsulitis (idiopatik) dan secondary adhesive capsulitis yang berhubungan dengan post trauma atau akibat
penyakit tertentu, antara lain penyakit diabetes militus 10.
Problematika yang timbul pada kondisi Frozen Shoulder adalah adanya nyeri, penurunan
kekuatan otot dan keterbatasan Lingkup Gerak Sendi (LGS) sehingga dapat menyebabkan penurunan
dalam melakukan kemampuan fungsional dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penanganan pada kasus
Frozen Shoulder yang dapat diberikan antara lain terapi medika metosa dan Fisioterapi. Terapi
medikametosa yang dapat diberikan diantaranya adalah obat pereda nyeri dan obat untuk mengurangi rasa
sakit akibat peradangan11.
Penatalaksanaan fisioterapi di Indonesia terdapat beberapa pilihan modalitas yang bisa digunakan
untuk mengatasi problematika pada kasus Frozen Shoulder , antara lain Infra red (IR), Transcutaneus
electrical nerve stimulation (TENS), Ultrasound , Short Wave Diathermy , Pendular Exercise.
Kebanyakan dalam penanganan kasus frozen shoulder intervensi yan di berikan oleh fisioterapis berupa
IR, TENS dan Pendular Exercise.
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) merupakan cara penggunaan yang tepat
maka akan menurunkan intensitas nyeri dengan baik dan cepat dilakukan untuk menghilangkan atau
mengurangi intensitas nyeri seseorang9. Infra Red diberikan karena selain meredakan nyeri, dapat
mengendurkan otot dan melancarkan peredaran darah, karena sinar infra merah akan memanaskan
jaringan superfisial dan menyebabkan proses vasodilatasi. Sinar infra merah juga dapat menigkatkan
proses metabolisme permukaan kulit, sehingga memberikan oksigen dan nutrisi ke jaringan yang kan
diperbaiki, sehingga menghasilkan efek menenagkan pada ujung saraf sensorik 1. Pendular exercise adalah
teknik terapi latihan menggerakkan sendi mglenohumeral secara pasif melalui pengaruh gravitasi gerakan
pendular lengan dan otot-otot regio sendi glenohumeralis dalam keadaan relaksasi. Codman pendular
exercises merupakan latihan yang di kelan dengan latihan codman. Latihan ini digunakan untuk
memobilisasi sendi glenohumeral secara pasif. Latihan ini melibatkan pasien untuk melakukan
gerakan seperti menggerakkan tangan atau lengan tanpa berkontraksi. Teknik gerakan pada
latihan ini adalah mediolateral, anteroposterior,dan gerakan sirkuler. Gerakan ini diberikan selama 10
sampai 15 detik setiap pengulangan2.
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui
pengaruh Transcutaneous Electrial Nerve Stimulation, infrared dan Pendular Exercise pada kondisi
Frozen Shoulder sehingga mengambil judul tentang “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Frozen
Shoulder dengan Modalitas Transcutaneous Electrial Nerve Stimulation, infrared dan Pendular Exercise.
PROSES FISIOTERAPI
Metode pengkajian data yang digunakan adalah menggunakan data primer dan sekunder. Sumber
data primer dalam penelitian ini adalah pasien Frozen shoulder capsulitis adhesive. Sedangkan data
sekunder yang digunakan adalah Rekam medis pasien frozen shoulder capsulitis adhesive. Pada
penelitian ini semua informasi yang didapatkan dari assessment, diagnosis dan intervensi fisioterapi
diambil dari rekam medis, register dan status klinis yang berada di poli fisioterapi tepatnya pada
tanggal 23 April 2022 sebanyak 6 kali terapi di RSUD Panembahan Senopati.
Modalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Transcutaneous Electrical Nerve
Stimulation (TENS) selama 15 menit, Infrared selama 15 menit dan Pendular Exercise sebanyak 8 kali
hitungan dan pengulangan dilakukan sebanyak 2 kali.
HASIL
Setelah pemberian terapi dengan modalitas Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation
(TENS), Infrared dan Pendular Exercise sebanyak 6 kali terapi maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Nyeri
Nyeri T0 T6
Diam 3 1
Tekan 5 2
Gerak 6 3
54 54 47 44 35 27 22
% % % % % % %
PEMBAHASAN
Penurunan nyeri
Penurunan nyeri dengan Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation dapat menstimulus sel
saraf lokal dan dapat memblokir nyeri. TENS telah terbukti sebagai modalitas terapi yang efektif untuk
mengurangi nyeri dalam beragam kondisi Musculoskeletal kronis5. Hal yang sama juga dinyatakan oleh4
bahwa TENS menghasilkan arus yang akan disampaikan ke permukaan kulit melalui elektroda. TENS
dapat merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit dan memblokir rasa nyeri.
Infrared adalah salah satu modalitas electrotherapy yang menghasilkan energy elektromagnetik
pada jaringan tubuh yang menimbulkan efek thermal. Dengan adanya factor thermal maka akan
menimbulkan efek relaks pada jaringan tubuh 8. Terjadinya peningkatan temperature akan meningkatkan
aktivitas metabolism, sehingga terjadi penurunan viskositas cairan dilatasi arteriole dan kapiler, dan
menyebabkan terjadinya peningkatan aliran kapiler dan meningkatkan tekanan hidrostatik kapiler,
sehingga menambah tingkat pertukaran cairan dan meningkatkan reabsorbsi eksudet. Dengan demikian
proses sirkulasi menjadi lebih baik, maka pemberian nutrisi dan oksigen ke jaringan meningkat. Sel darah
putih dan antibody akan meningkat di dalam jaringan tersebut, begitu juga terjadilah pembersihan
metabolisasi.
Penelitian di atas sejalan dengan hasil penelitian yag di lakukan penulis yaitu intervensi
menggunakan TENS dan Infrared efektif dalam menurunkan nyeri pada pasien dengan Frozen Shoulder
akibat Capsulitis Adhesive.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada kasus Frozen
Shoulder, modalitas Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation dan Infrared dapat mengurangi nyeri
pada kondisi Frozen Shoulder Capsulitis Adhesive, modalitas terapi latihan Pendular Exercise dapat
menambah lingkup gerak sendi pada kondisi Frozen Shoulder Capsulitis Adhesive, modalitas
Transcutaneous Electrical Nerve timulation, Infrared, Pendulum Exercise dapat meningkatkan
kemampuan fungsional penderita pada kasus Frozen Shoulder Sinistra.
SARAN
Pemberian terapi dengan modalitas Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS),
Infrared (IR), dan Pendular diharapkan dapat digunakan sebagai referensi terapi pada kasus Frozen
Shoulder Sinistra, dan bagi institusi Pendidikan diharapkan penelitian ini dapat menjadikan referensi
untuk penilitian berikutnya dan di kembangkan lagi
DAFTAR PUSTAKA
1. Cahya, B. T. (2016). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Frozen Shoulder Dextra E.C Capsulitis
Adesiva Dengan Modalitas Infra Red (IR) Dan Terapi Manipulasi Di RS. Aisyiyah Ponorogo. 66, 37–
39.
4. Facci, S. (2011). Terapi Listrik untuk Modulasi Nyeri. Semarang: Ikatan Fisioterapi Indonesia Cabang
Indonesia.
5. Hayes, W.K., & Hall, D.K. (2014). Agen Modalitas untuk Praktik Fisioterapi. Jakarta: EGC.
6. Kingston, K. dkk.. 2018. “Shoulder Adhesive Capsulitis: Epidemiology and Predictors of Surgery,”
Journal of Shoulder and Elbow Surgery. Elsevier Inc. doi: 10.1016/j.jse.2018.04.004.
7. Kisner, C. C. (2014). Terapi Latihan Dasar dan Teknik vol 2 edisi 6. Jakarta: EGC.
8. Mutaqin, W. R., & Hidayah, N. N. (2016). Pengaruh Senam Bahu Terhadap Intensitas Nyeri Dan
Kemampuan Kemandirian Aktivitas Fungsional Pada Pasien Frozen Shoulder. Interest: Jurnal Ilmu
Kesehatan, 5(1), 1–9.
10.Robinson, C. M., Seah, K. T. M., Chee, Y. H., Hindle, P., & Murray, I. R. 2012. Frozen Shoulder. The
Journal of Bone and Joint surgery, 94-B (1): 1-9.
11.Salim, J.S. (2014). Penambahan Teknik Manual Terapi pada Latihan Pendular Codman Lebih
Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi pada Sendi Glenohumeral Penderita Frozen Shoulder. Jurnal
Fisioterapi, Vol. 14.
12.Setiawan, E. (2013). “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Lansia dengan Frozen Shoulder Sinistra (kiri)
di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta”. Doctoral dissertation. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
13.Suharto, Suriani, & Leksonowati, Sri S. (2016). Pengaruh Teknik Hold Relax Terhadap Penambahan
Jarak Gerak Abduksi Sendi Bahu pada Frozen Shoulder di Ratulangi Medical Centre Makassar.
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol 44, No.2, Juni 2016 103–108.