Anda di halaman 1dari 7

BAGIAN ILMU REHABILITASI MEDIK TUGAS

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2020


UNIVERSITAS PATTIMURA

SHORT WAVE DIATHERMY (SWD) AND STATIC BYCYCLE

OLEH:
PRISILIA SAMPE
2013-83-002

PEMBIMBING:
William. H. Melatunan, SST,FT

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU REHABILITASI MEDIK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. M. HAULUSSY
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020
Short Wave Diathermy (SWD)
a. Definisi
Diathermy merupakan aplikasi energi elektromagnetik dengan frekuensi tinggi yang terutama
digunakan untuk membangkitkan panas dalam jaringan tubuh. Diathermy juga dapat digunakan
untuk menghasilkan efek-efek nonthermal. Diathermy yang digunakan sebagai modalitas terapi
terdiri atas Short Wave Diathermy (yang akan dibahas) dan Micro Wave Diathermy.
Short wave diathermy adalah modalitas terapi yang menghasilkan energi elektromagnetik
dengan arus bolak balik frekuensi tinggi. Federal Communications Commision (FCC) telah
menetapkan 3 frekuensi yang digunakan pada short wave diathermy, yaitu :
1) Frekuensi 27,12 MHz dengan panjang gelombang 11 meter.
2) Frekuensi 13,56 MHz dengan panjang gelombang 22 meter.
3) Frekuensi 40,68 MHz (jarang digunakan) dengan panjang gelombang 7,5 meter.

Frekuensi yang sering digunakan pada SWD untuk tujuan pengobatan adalah frekuensi
27,12 MHz dengan panjang gelombang 11 meter. Arus Short Wave Diathermy yang digunakan
dalam pengobatan mempunyai 2 arus yaitu arus Continuos SWD dan Pulsed SWD.
1) Continous Short Wave Diathermy (CSWD)
Pada penerapan Continous SWD, energi thermal dominan terjadi dalam jaringan. Setiap jaringan
yang menerima panas memiliki tahanan yang berbeda-beda. Jaringan lemak cepat menyerap panas
daripada otot (1 : 10), sedangkan jaringan otot lebih cepat menyerap panas daripada kulit. Secara
fisiologis, jaringan otot tidak memiliki “thermosensor” tetapi hanya pada jaringan kulit, sehingga
dengan adanya rasa panas di kulit saat pemberian Continous SWD maka sebenarnya sudah terjadi
“overthermal” pada jaringan otot dibawahnya karena jaringan otot lebih cepat menerima panas
daripada kulit. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa jika panas yang diterima jaringan
melebihi batas tertentu maka jaringan akan menjadi rusak; menurut Thomas H (2003) ukuran
subyektif sebagai batas tertentu adalah jika penderita merasa hangat.
Menurut Hollander JS (2009) bahwa para peneliti menyatakan pemberian Continous SWD pada
kondisi artrose adalah kontraindikasi, dan bahkan sebagian besar penelitian melarang pemberian
Continous SWD pada arthritis. Hal ini disebabkan karena didalam sendi terdapat suatu asam
“Hyaluronik” yang suhu optimalnya adalah 36,7o dan sangat sensitif terhadap penambahan suhu.
Dengan penambahan suhu 1o saja (terjadi pada pemberian CSWD) maka suhunya menjadi 37,4o,
sementara pada suhu 37o saja akan mengaktifkan cairan/enzym hyaluronidase yang dapat merusak
ujung-ujung tulang rawan sendi, dan kita ketahui bahwa kerusakan tulang rawan sendi tidak akan
pernah mengalami regenerasi/reparasi. Continous SWD utamanya menimbulkan efek thermal,
sehingga menghasilkan efek fisiologis berupa peningkatan sirkulasi darah dan proses metabolisme.

2) Pulsed Short Wave Diathermy (PSWD)


Sekitar tahun 2000, mulai digalakkan penelitian baru terhadap Pulsed SWD sebagai salah satu
efek terapi baru bagi SWD. Dalam penelitian tersebut dilakukan penerapan Pulsed SWD pada
hapusan susu, dan ternyata pada hapusan susu tersebut terlihat suatu bentuk “untaian kalung”.
Kemudian bentuk tersebut juga terjadi pada cairan darah, limpha dan eiwit. Penemuan tersebut
menunjukkan bahwa Pulsed SWD sangat bermanfaat dalam menghasilkan efek terapeutik,
sedangkan efek fisiologisnya hanya timbul sedikit (pengaruh panas hanya minimal). Pada Pulsed
SWD, mempunyai energy atau power output yang maksimum sampai 1000 W. Meskipun demikian,
energy atau power output rata-rata adalah jauh lebih rendah yaitu antara 0,6 – 80 watt (tergantung
pada pemilihan frekuensi pulse repetition) sehingga memungkinkan aplikasi pengobatan
subthermal dengan peningkatan efek-efek biologis. Oleh karena itu, terapi Pulsed SWD sangat
cocok untuk pengobatan terhadap gangguan-gangguan akut dimana terapi panas merupakan
kontraindikasi.
Jika kita menerapkan Pulsed SWD (PSWD), maka akan menghasilkan pulsasi rectangular
dengan durasi pulsasi 0,4 ms. Power maksimum dari pulsasi tersebut dapat diatur sampai 1000 W.
Ketika menggunakan aplikasi kondensor maka energi power dapat diatur sampai nilai maksimum.
Interval pulsasi yang dihasilkan bergantung pada pemilihan frekuensi pulsasi repetition (15 – 200
Hz), sedangkan ukuran produksi panas dalam Pulsed SWD adalah mean power (watt). Mean power
yang dihasilkan sangat bergantung pada pemilihan intensitas arus dan frekuensi pulsasi repetition.
Semakin rendah frekuensi pulsasi repetition yang dipilih maka semakin rendah mean powernya.
Dengan demikian, penerapan Pulsed SWD dapat memungkinkan kita memilih intensitas arus yang
tinggi (power pulsasi) dengan pemilihan frekuensi pulsasi repetition yang selektif dan sesuai
dengan kondisi penyakit/gangguan.

b. Efek Fisiologis
1. Perubahan panas/temperature
a) Reaksi lokal/jaringan
- Meningkatkan metabolisme sel-sel lokal sekitar ± 13% setiap kenaikan temperatur 1º
C.
- Meningkatkan vasomotion sphincter sehingga timbul homeostatik lokal dan akhirnya
terjadi vasodilatasi lokal.
b) Reaksi general
- Mengaktifkan sistem thermoregulator di hipothalamus yang mengakibatkan kenaikan
temperatur darah untuk mempertahankan temperatur tubuh secara general.
- Penetrasi dan perubahan temperatur terjadi lebih dalam dan lebih luas
2. Jaringan ikat
Meningkatkan elastisitas jaringan ikat lebih baik seperti jaringan collagen kulit,
tendon, ligament dan kapsul sendi akibat menurunnya viskositas matriks jaringan;
pemanasan ini tidak akan menambah panjang matriks jaringan ikat sehingga pemberian
SWD akan lebih berhasil jika disertai dengan latihan peregangan.
3. Otot
- Meningkatkan elastisitas jaringan otot.
- Menurunkan tonus otot melalui normalisasi nocisensorik, kecuali hipertoni akibat
emosional dan kerusakan SSP.
4. Saraf
- Meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan saraf.
- Meningkatkan konduktivitas saraf dan meningkatkan ambang rangsang (threshold).

c. Indikasi
SWD sering digunakan untuk kasus-kasus muskuloskeletal (tendinitis, tenosinovitis, bursitis,
kapsulitis, dll), nyeri (tengkuk, punggung bawah, miofascial, neuralgia post herpetik, dll) arthritis,
kekakuan sendi, relaksasi otot dan inflamasi kronik. Dalam hal ini, pemakaian modalitas
pemanasan dalam dimaksudkan untuk meminimalkan pemanasan di jaringan permukaan /
superfisial (kutis dan subkutis) serta memaksimalkan pemanasan pada jaringan yang lebih dalam
sehingga dapat tercapai pemulihan yang lebih cepat. Untuk terapi, target temperatur biasanya 40-45
°C. Karena ambang nyeri termal kira-kira 45 °C, persepsinya dapat dipakai untuk memonitor
intensitas pemanasan.

d. Kontraindikasi
Kontraindikasi dari continuos SWD adalah pemasangan besi pada tulang, tumor atau kanker,
pacemaker pada jantung, tuberkulosis pada sendi, RA pada sendi, kondisi menstruasi dan
kehamilan, regio mata (kontak lens) dan testis. Kontraindikasi dari pulsed SWD adalah tumor atau
kanker, pacemaker pada jantung, regio mata dan testis, kondisi menstruasi dan kehamilan. Pada
gangguan akut neuromuskuloskeletal merupakan kontraindikasi dari continuos SWD tetapi bagi
pulsed SWD bisa diberikan dengan pulsasi yang rendah.
STATIC BYCYCLE
a. Definisi
Sepeda Statis adalah salah alat terapi media aktif dengan menggunakan kontraksi kedua otot
kaki secara sinergis. Bersepeda statis sangat baik dilakukan saat tubuh tidak dapat berlari atau
berolahraga berat, karena memiliki masalah pada sendi, lutut, ataupun punggung. Saat pembelian
sepeda statis dianjurkan untuk menyesuaikan kebutuhan anda dengan pilihan jenis sepeda statis
elektronik atau manual, sepeda yang dikayuh dengan tegak atau yang dapat dikayuh sambil
berbaring. Bagi pengguna dengan kondisi keterbatasan tertentu seperti penderita stroke dapat
menggunakan sepeda statis yang dirancang khusus sesuai kebutuhan penderita, seperti dengan
pengaman pada bagian tangan dan kaki yang mengalami kelemahan otot. Para ahli menyepakati
bahwa olahraga dengan sepeda statis adalah jenis olahraga yang tidak membahayakan sendi.
Bersepeda statis juga memiliki beragam manfaat yang baik untuk kesehatan tubuh.

Gambar 2. Static Bycycle


b. Efek Fisiologis
1. Membakar Kalori dan Lemak
Layaknya jenis olahraga kardio lain, bersepeda statis dapat membakar kalori dan lemak,
sekaligus meningkatkan kadar oksigen dalam tubuh.
2. Membantu tubuh menggunakan glukosa secara efektif
Bersepeda sebenarnya membuat otot menggunakan glukosa lebih efektif. Tujuannya untuk
membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil. Namun, penderita diabetes sebaiknya
memeriksakan diri terlebih dahulu ke dokter, sebelum menjadwalkan kelas bersepeda statis
secara rutin.
3. Membantu menjaga kolesterol tetap stabil

Anda mungkin juga menyukai