Anda di halaman 1dari 9

SHORT WAVE DIATHERMY TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN

FUNGSIONAL PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK

Pengertian
Diatermi merupakan suatu alat terapi yang menggunakan pemanasan yang dalam pada
jaringan dengan merubah energi elektromagnet menjadi energi panas. Osilasi dari frekuensi
tinggi medan magnet dan medan listris menghasilkan pergerakan dari partikel yang
menghasilkan panas. Frekuensi yang diperbolehkan digunakan oleh The Federal Comunication
Commision untuk terapi adalah dengan frekuensi 13,56 Mhz, 27,12 Mhz, dan 40,68 Mhz. Yang
paling sering digunakan adalah frekuensi 27,12 Mhz.

Prinsip kerja
Gelombang radio dilemahkan saat melewati jaringan, tetapi sesungguhnya dapat

menembus jaringan sampai dalam tergantung dari jaringan yang dilewati, frekuensi dan

karakteristik dari aplikator. Aplikator induktif meningkatkan pusaran medan magnet di

jaringan, dan sebagai pengatur dan penghasil temperature tinggi di jaringan yang kaya akan

cairan, menginduksi dengan tinggi jaringan seperti otot. Kapasitator melengkapi aplikator

yang meningkatkan panas dari medan listrik. Temperatur maksimal cenderung muncul pada

jaringan yang kurang kandungan cairan seperti lemak, dan dapat memungkinkan untuk

membakarnya. SWD dapat meningkatkan suhu lemak subkutan sampai 15oC dan pada

kedalaman kedalaman 4-5 cm dengan panas 4oC- 6oC. Mesin SWD dapat menghasilkan pulsa

sama baiknya dengan Continous Wave output. CW SWD digunakan apabila tujuan dari terapi

adalah untuk memanaskan.

Tehnik pada Mesin SWD pada dasarnya adalah sebuah radio transmitter yang

dioperasikan seperti radio transmiter lainya. Pasien diletakan mesin dan dilindungi dari luka

dengan mengoperasikan sirkuit dengan rangsangan maksimum, seperti mesin automatis pada

mesin SWD yang modern. Sekali rangkaian maksimal dikerjakan, pergerakan mesin dapat

mengurangi panas.
Ada beberapa jenis aplikator inductive. Drum aplikator terdapat pada container yang

kaku, yang mana beberapa diantaranya terhubung dengan penggantung untuk dilalui

mengelilingi region seperti bahu. Pada aplikator umumnya sudah tersedia, keset kaki semi

fleksibel mengandung coil yang terhubung dengan sebuah mesin swd. Pad dapat berdimensi

0.5x0.75 m dan sering digunakan pada low back pain. Kabel aplikator mengandung kabel yang

terbungkus karet yang digunakan dengan mengelilingi sekitar ekstremitas dan mengelilingi

seluruh tubuh. Untuk keamanan dari kabel dapat diganti dengan drums dan pads.

Pada kebanyakan pengaturan kapasitas, pasien diletakan diantara dua elektroda.

Aplikator rectal dan vagina digunakan sebagai probe untuk pemanasan pelvis. Probe diletakan

dengan hati-hati, vaginal probe diletakan dibelakang servix pada fornix posterior dan eksternal

pad digunakan untuk melengkapi sirkuit. Probe yang di tahan oleh pasien dan sekarang jarang

digunakan meskipun dulu digunakan untuk penyakit pelvic inflamatori disease, cronic

prostatitis, dan mialgia dinding pelvis

EFEK PANAS DARI DIATERMI

Kemampuan dari sebuah alat diatermi untuk menghasilkan panas di jaringan tergantung

dari besarnya energi yang dihasilkan dari panas. Untuk alat SWD yang berkerja kontinyu

energy panas yang dihasilkan berkisar anatara 55-500 W. Energi yang dihasilkan dari diatermi

sangat adekuat, karena kebanyakan SWD digunakan untuk meningkatkan suhu dijaringan

dengan terapi range yang ekfektif berkisar antara 40oC -44oC, energy yang deperlukan berkisar

antara 80-120 W. Meskipun range dari puncak arus energy yang dihasilkan dari alat short wave

diatermi berkisar antara 100-1000W, potensi dari menghasilkan efek panas pada alat ini

tergantung dari energy utama yang disalurkan ke jaringan dengan secara berturut-turut. Seperti

telah disebutkan diawal, energy utama tertinggi yang dapat disalurkan pada pulsasi SWD
(80W) lebih rendah dibandingkan dengan energy yang dihasilkan dari pemakaian kontinyu

SWD secara berkelanjutan untuk pengobatan.

Efek dari pemanasan SWD terhadap arus darah kulit pada manusia telah dipelajari di

Millard, yang menunjukan pembuangan dari sodium radioaktif meningkat sekitar 150 %

setelah pemaparan, yang dihasilkan dari rata-rata peningkatan suhu sekitar 5.3oC. Pada

penelitian yang sama rasio muscle –clearence meningkat sebesar 36%, dengan peningkatan

suhu otot sekitar 5.2oC. Pada penggunaan 2450 Mhz microwave diatermi menghasilkan

peningkatan aliran darah otot vastus lateralis sebesar 400%. Ini semua akan muncul setelah

pemaparan selama 8 menit dengan energi yang dihasilkan disesuaikan pada tingkat

kenyamanan pasien.

Efek dari penggunaan SWD pada sirkulasi lutut meningkat sebesar 100 %, sesuai

penelitian Harris mengenai clearance radio-sodium dari sendi lutut. Sama seperti penggunaan

SWD untuk pengobatan kronik rheumatoid di lutut menunjukan peningkatan sirkulasi sekitar

60%, yang mana pada kebanyakan pengobatan akut rheumatoid lutut didapatkan penurunan

dari sirkulasi. Penurunan ini di bandingkan dengan penurunan sirkulasi pada pengobatan

dengan hidrokortison. Haris mengatakan SWD dapat digunakan secara rasional pada

pemanasan ringan terapi di rematoid arthritis dengan inflamasi akut dari sendi.

Pada umumnya, energy dari medan elektromagnetik alat wave diatermi diikuti oleh

penigkatan panas pada organ dalam dibandingkan dengan penggunaan pada alat pemanasan

yang superficial. Logikanya pada pemilihan SWD atau MWD akan tepat ketika keinginan

hasil pengobatan untuk menigkatkan kelenturan jaringan kolagen yang dalam, penurunan

kekakuan sendi, menghilangkan nyeri yang dalam dan kekakuan otot, peningkatan aliran darah

dan diikuti dengan resulusi inflamasi.

DOSIS YANG DISARANKAN PADA PENGGUNAAN SWD


Pada praktek penggunaan SWD, energi elektromegnetik yang dialirkan dari alat SWD

harus diatur sedemikian rupa kepada jaringan yang menerimanya tanpa terjadi temperature

yang akan menginvasive, seorang ahli terapi harus memperhatikan respon panas dari pasien

sebagai petunjuk untuk dosis yang digunakan. Masalah yang paling sering muncul apabila

mendapatkan pasien yang memiliki sensasi panas yang tidak normal atau lebih rendah sehingga

sulit untuk mengetahui apakah dosis sudah sesuai untuk pasien, karena respon yang diberikan

kadang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Setiap orang yang akan dilakukan terapi

harus dilakukan test untuk sensasi nyeri dan panas sebelum memulai terapi untuk mengetahui

apakah ada deficit dari saraf sensoris kulit.

Pada evaluasi pasien, seorang ahli tepari harus menentukan tingkat dari kondisi pasien

yang sedang diterapi apakah dalam fase akut, subakut atau kronik. Dengan mengetahui tahapan

dari kondisi pasien kita harus mengetahui efek jangka panjang yang terjadi. Setelah

mengetahui kondisi pasien akan diikuti dengan pemilihan alat yang cocok SWD atau MWD

dengan aplikator yang sesuai untuk mengantarkan energy yang dihasilkan baik perubahan

termal maupun nontermal yang mempengaruhi jaringan.

Evaluasi harus selalu dilakukan ketika didapatkanya tulang yang mencolok, implant

besi, atau permukaan besi pada daerah yang diobati. Pada penggunaan SWD secara terus

menerus pada daerah yang terdapat tulang yang menonjol atau besi akan menyebabkan

kerusakan dari jaringan. Selama dilakukan evaluasi, pasien harus ditempatkan keadaan yang

paling menyenangkan selama pengobatan. Pakaian dan celana serta ikat pinggang harus

dilepas dari permukaan tubuh yang akan di obati

Ketika menggunakan SWD secara kontinyu , seorang ahli terpi harus selalu

memikirkan reaksi biologic yang dihasilkan yang tergantung dari peningkatan suhu jaringan

pada akhir pengobatan. Pada saat rentangan suhu untuk meningkatkan suhu jaringan sekitar
40oC-44oC ,sangat penting bagi seorang terapis mengetahui bagaimana intensitasnya, berapa

lama dan bagaimana frekuensi dari pengobatan yang harus digunakan, tergantung dari tingkat

dari kondisi pasien. Menurut Thom, dosis rendah dari SWD yang berkelanjutan yang diberikan

dalam jangka panjang lebih evektif daripada penggobatan yang intensive yang diberikan dalam

jangka waktu yang pendek.

Dosis panas ataupun jumlah dari energi yang dihantarkan ke jaringan per unit waktu

sangat penting ketika hasil pengobatan yang spesifik diinginkan. Dosis yang sering digunakan

pada penggunaan SWD ataupun SWD yang pulsasi adalah:

a. DOSIS I. Paling Rendah: dibawah titik dari setiap sensasi panas (Proses Inflamasi akut)

b. DOSIS II. Sensasi Panas Rendah-Sedang :baru terjadi (subakut, proses penyembuhan dari

inflamasi)

c. DOSIS III. Sensasi Panas Sedang sampai Berat, tetapi masih menyenangkan diberikan

untuk terapi proses sub akut dan penyembuhan dari inflamasi

d. DOSIS IV. Pemanasan Tinggi yang menghasilkan sensasi yang dapat ditoleransi dengan

baik untuk proses yang kronis. Ambang nyeri harus ditemukan sehingga panas yang

digunakan harus lebih rendah dari toleransi panas yang maksimal.2

INDIKASI PENGOBATAN

Indikasi penggunaan SWD hampir sama dengan indikasi pengobatan menggunakan

thermoterapi yang lainya. Pada serabut otot ataupun kontraktur dari selaput sendi, pemanasan

jangka pendek dapat memperbaiki kelenturan dari jaringan kolagen dan lebih baik lagi apabila

diikuti pemanasan secara manual dengan alat penggerah passive yang kontinyu atau dengan

alat stimulasi listrik untuk saraf maupun otot. Salah satu diantara dapat digunakan untuk

pemanasan yang superficial sampai pemanasan otot yang dalam. Apabila jaringan yang
kontraktur terlalu dalam untuk permukaan tipis dari jaringan yang lunak, microwave tidak

signifikan untuk pemanasan oragan target.

Kekakuan dan nyeri otot yang terjadi akibat dari kerusakan dari tendon dan jaringan

sendi, degenerasi jaringan sendi, peradangan sendi, sacroiliac strains dan ankylosing spondilitis

dapat diperbaiki dengan menggunakan SWD secara kontinyu untuk kekakuan sendi.

Pada jaringan sendi harus tepat dalam proses pemanasan menggunakan SWD yang

kontinyu ketika sendi dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari jaringan lunak seperti pada

organ siku. Pemanasan yang berlebihan pada sebuah jaringan synovial sendi hanya dapat

dilakukan pada keadaan yang kronis seperti pada kontraktur pada proses degenerasi alnjut dari

panyakit rheumatoid arthritis.

Tujuan dari pengobatan ini untuk memperbaiki range of motion dari sendi dengan

mengurangi kekakuan dan menambah kelenturan jaringan lunak. Pada fase subakut dari

traumatic atritis penggunaan kontinyu SWD pada dosis dengan level II atau SWD yang pulsasi

pada level III atau IV dapat memberi manfaat pada pembungkus tipis jaringan lunak untuk

memperbaiki aliran darah dan juga mengurangi edema dan perdarahan. Konsep ini juga

digunakan untuk keadaan akut maupun subakut dari epicondylitis dengan pemanasan ringan

dari SWD

Pemanasan yang sangat rendah, pada dosis dengan level I dari SWD yang kontinyu

dapat digunakan pada pengobatan inflamasi untuk memperbaiki aliran darah dan mefasilitasi

difusi dari oksigen dan pembuangan produk metabolism. Lehman menyarankan penggunaan

SWD yang berkelanjutan untuk menciptakan pemanasan yang ringan, yang akan

menghasilkan respon phisiologis yang ringan, pada tahap akhir dari traumatic arthritis,

penyakit inflamasi dari pelvis, epicondilitis, penyakit degenerative dari sendi, ankilosing

spondilitis dan berbagai kondisi artritis yang kronis.


Reflek atau efek yang diberikan sebagai respon tubuh terhadap pemanasan digunakan

pada pemanasan dari bagian proksimal tubuh menuju ke bagian yang terdapat penyumbatan

pembuluh darah. Apabila pendekatan ini digunakan untuk pengobatan arteri perifer, harus

dihindari pada penggunaan yang berpotensi untuk menyebabkan pemanasan yang berlebihan

pada daerah yang memiliki sedikit pembuluh darah.

Tehnik pengobatan dengan Shorwave yang kontinyu dapat digunakan untuk terapi

organ pelvis yang menderita penyakit inflamasi panggul kronik. Menurut Lehman,

pengobatan ini akan menghasilkan peningkatan yang signifikan dari pembuluh darah dan

aliran darah, yang menyebabkan cardiac output akan meningkat pada wanita.

PROSEDUR PENGGUNAAN SHORT WAVE DIATERMIC

Persiapan pasien:

1. Area yang akan diterapi harus bersih, kemudian oleskan gel yang cukup untuk fasilitasi

kontak electrode (gunakan gel khusus untuk thermal therapy)

2. Letakkan return electrode (bisa yang berbentuk plate lempengan/ metal bar) pada area yang

dekat dengan area yang diterapi)

Persiapan alat dan operasionalnya:

1. Pasang dahulu kabel head (pilih sesuai area yang akan diterapi) dan return electrode pada

alat Diatermic-02

2. Nyalakan tombol power mesin, LCD akan menyala dan terdengar bunyi beep sebentar,

warning system akan berbunyi bila kabel head dan return electrode belum terpasang

sempurna
3. Pilih mode emosi, pulse atau continuous. Pulse digunakan untuk daerah sensitive, kondisi

sub akut, area kecil dan menggunakan elektroda kecil. Continous digunakan untuk daerah

yang lebih besar dan menggunakan elektrodaa besar

4. Atur waktu, untuk area kecil 15 menit, unuk area besar maksimal 30 menit

5. Pilih indicator autput power dari angka 1 sampai dengan 9, tergantung derajat panasnya.

a. Grade 1 merupakan ambang batas panas (tidak terlalu panas, untuk penyesuaian panas

bagi pasien).

b. Grade 2, panas sedikit dan nyaman (untuk kondisi sub akut)

c. Grade 3, lebih panas dan nyaman

d. Grade 4, sangat intensif panasnya

6. Bila semua program sudah dipilih, letakkan head electrode pada area yang diterapi dengan

digerak-gerakkan, lalu tekan tombol START/STOP. Selama terapi, head electrode harus

terus digerakkan pelan dan rotasi, jangan berhenti di satu area atau diangkat. Apabila akan

berpindah area di bagian lain, maka tekan START/STOP dan head electrode bisa diangkat

dan dipindah ke area lain, setelah itu jangan lupa menekan lagi tombol START/STOP.

7. Apabila waktu sudah selesai, maka akan terdengar bunyi beep dan lampu START/STOP

akan mati, maka head electrode bisa diangkat dan dibersihkan dengan tissue, setelah itu

bersihkan gel yang ada pada pasien.


DAFTAR PUSTAKA

1. Graham,Daniel J.2010. The Long Term Effects Of Short-wave Diathermy And


Long-duration Static Stretch On Hamstring Flexibility.German:Department of
Exercise Sciences Brigham Young University.
2. Michlovitz, Susan L.2005.Thermal Agent in Rehabilitation-Second Edition.
Philadelphia:f.A.davis Company.
3. ______.Diatermic-02 Excellens.Sorisa Electroestetica
4. ______2010.Diathermy. http://www.healthline.com/galecontent/diathermy
5. Bauer G, Jantsch H.2005.Short wave therapy in diabetic
prodromata.German:PubMed. http://www.ncbi. nlm.nih. gov/pubmed/ 3832692.
6. Frey FJ.2014. Microwave-induced heating injury.German:PubMed.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15651163?itool=EntrezSystem2.PEntrez.Pu
bmed. Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_RVDocSum&ordinalpos=1

Anda mungkin juga menyukai