Anda di halaman 1dari 3

SWD

Definisi

Merupakan alat terapi yang menggunakan energi magnetik yang

dihasilkan oleh arus bolak-balik frekuensi tinggi. Frekuensi yang dihasilkan

pada pemakaian SWD adalah 13,66 MHz, 27,33 MHz dan 40,98 MHz.

Dengan panjang gelombang yang sesuai adalah 22 meter, 11 meter, dan 7,5

meter. Secara umum untuk maksut pengobatan frekuensi SWD yang sering digunakan
adalah 27,33 MHz dengan panjang gelombang 11 meter (Agus S,

2001).

Arus
SWD yang digunakan dalam pengobatan mempunyai 2 arus yaitu arus Continuos SWD dan
Pulsed SWD.

1) Continous Short Wave Diathermy (CSWD)


Pada penerapan Continous SWD, energi thermal dominan terjadi dalam jaringan. Setiap
jaringan yang menerima panas memiliki tahanan yang berbeda-beda. Jaringan lemak cepat
menyerap panas daripada otot (1 : 10), sedangkan jaringan otot lebih cepat menyerap panas
daripada kulit. Secara fisiologis, jaringan otot tidak memiliki “thermosensor” tetapi hanya pada
jaringan kulit, sehingga dengan adanya rasa panas di kulit saat pemberian Continous SWD maka
sebenarnya sudah terjadi “overthermal” pada jaringan otot dibawahnya karena jaringan otot lebih
cepat menerima panas daripada kulit. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa jika panas
yang diterima jaringan melebihi batas tertentu maka jaringan akan menjadi rusak; menurut
Thomas H (2003) ukuran subyektif sebagai batas tertentu adalah jika penderita merasa hangat.
Menurut Hollander JS (2009) bahwa para peneliti menyatakan pemberian Continous SWD
pada kondisi artrose adalah kontraindikasi, dan bahkan sebagian besar penelitian melarang
pemberian Continous SWD pada arthritis. Hal ini disebabkan karena didalam sendi terdapat
suatu asam “Hyaluronik” yang suhu optimalnya adalah 36,7o, dan sangat sensitif terhadap
penambahan suhu. Dengan penambahan suhu 1o saja (terjadi pada pemberian CSWD) maka
suhunya menjadi 37,4o, sementara pada suhu 37o saja akan mengaktifkan cairan/enzym
hyaluronidase yang dapat merusak ujung-ujung tulang rawan sendi, dan kita ketahui bahwa
kerusakan tulang rawan sendi tidak akan pernah mengalami regenerasi/reparasi.
Continous SWD utamanya menimbulkan efek thermal, sehingga menghasilkan efek fisiologis
berupa peningkatan sirkulasi darah dan proses metabolisme.

2) Pulsed Short Wave Diathermy (PSWD)


Sekitar tahun 2000, mulai digalakkan penelitian baru terhadap Pulsed SWD sebagai salah satu
efek terapi baru bagi SWD. Dalam penelitian tersebut dilakukan penerapan Pulsed SWD pada
hapusan susu, dan ternyata pada hapusan susu tersebut terlihat suatu bentuk “untaian kalung”.
Kemudian bentuk tersebut juga terjadi pada cairan darah, limpha dan eiwit. Penemuan tersebut
menunjukkan bahwa Pulsed SWD sangat bermanfaat dalam menghasilkan efek terapeutik,
sedangkan efek fisiologisnya hanya timbul sedikit (pengaruh panas hanya minimal). Pada Pulsed
SWD, mempunyai energi/power output yang maksimum sampai 1000 W. Meskipun demikian,
energi/power output rata-rata adalah jauh lebih rendah yaitu antara 0,6 – 80 watt (tergantung
pada pemilihan frekuensi pulse repetition) sehingga memungkinkan aplikasi pengobatan
subthermal dengan peningkatan efek-efek biologis. Oleh karena itu, terapi Pulsed SWD sangat
cocok untuk pengobatan terhadap gangguan-gangguan akut dimana terapi panas merupakan
kontraindikasi.
Jika kita menerapkan Pulsed SWD (PSWD), maka akan menghasilkan pulsasi rectangular
dengan durasi pulsasi 0,4 ms. Power maksimum dari pulsasi tersebut dapat diatur sampai 1000
W. Ketika menggunakan aplikasi kondensor maka energi power dapat diatur sampai nilai
maksimum. Interval pulsasi yang dihasilkan bergantung pada pemilihan frekuensi pulsasi
repetition (15 – 200 Hz), sedangkan ukuran produksi panas dalam Pulsed SWD adalah mean
power (watt). Mean power yang dihasilkan sangat bergantung pada pemilihan intensitas arus dan
frekuensi pulsasi repetition. Semakin rendah frekuensi pulsasi repetition yang dipilih maka
semakin rendah mean powernya. Dengan demikian, penerapan Pulsed SWD dapat
memungkinkan kita memilih intensitas arus yang tinggi (power pulsasi) dengan pemilihan
frekuensi pulsasi repetition yang selektif dan sesuai dengan kondisi penyakit/gangguan.

Efek

Efek fisiologis dari pemberian terapi panas antara lain :

(1) tiap kenaikan suhu 1ºc meningkatkan metabolisme sel dan mengurangi
peradangan

(2) tiap kenaikan suhu 3-4 ºc meningkatkan elastisitas jaringan ikat dan otot,

(3) tiap kenaikan suhu 2-3ºc meningkatkan ambang rangsang,mengurangi nyeri,


spasme dan meningkatkan konduktifitas saraf,

(4) vasodilatasi pembuluh darah.

Sedangkan efek terapeutik yang didapat antara lain

(1) mempercepat penyembuhan luka secara fisiologis,

(2) menurunkan nyeri,

(3) persiapan latihan dengan peningkatan elastisitas jaringan,

(4) konduktifitas jaringan saraf akan membaik dengan adanya perbaikaan pada
elastisitas dan treshold jaringan saraf itu sendiri.
Indikasi SW

Kondisi peradangan dan kondisi sehabis trauma (trauma pd musculoskeletal), adanya


keluhan nyeri pd sistem musculoskeletal (kodisi ketegangan, pemendekan, perlengketan
otot jaringan lunak), persiapan suatu latihan/senam (untuk gangguan pada sistem
peredarah darah)

Kontraindikasi SWD

Kontraindikasi dari continuos SWD adalah pemasangan besi pada tulang, tumor atau
kanker, pacemaker pada jantung, tuberkulosis pada sendi, RA pada sendi, kondisi
menstruasi dan kehamilan, regio mata (kontak lens) dan testis. Kontraindikasi dari pulsed
SWD adalah tumor atau kanker, pacemaker pada jantung, regio mata dan testis, kondisi
menstruasi dan kehamilan. Pada gangguan akut neuromuskuloskeletal merupakan
kontraindikasi dari continuos SWD tetapi bagi pulsed SWD bisa diberikan dengan pulsasi
yang rendah.

Penempatan elektroda

Kontraplanar ; paling baik, penentrasi panas kejaringan lebih dalam, dipermukaan


berlawanan dengan bagian terapi.

Koplanar : elektroda berdampingan disisi sama dgn jarak elektroda adequat, pemanasan
superficial, jarak antara ke2 elektroda >> lebar drpd elektroda.

Cross fire treatment ; ½ terapi diberikan dgn elektroda 1 posisi, ½ terapi diberikan
elektroda posisi lain, pemanasan jaringan dlm seperti untuk organ pelvis.

Monoplanar : elektroda aktif diatas satu lesi, bila yang dituju local & dangkal

Pelaksanaan terapi

Letak kan elektroda pada bagian yang akan di terapi dengan susunan koplanar / planar, atur jarak
elektroda 10 – 15 cm dari kulit pasien dengan durasi 15 – 30 menit, intensitas sesuai patologis
pasien dan juga tingkat intensitas toleransi pasien.

Anda mungkin juga menyukai