I. PRINSIP KERJA
Gelombang radio dilemahkan saat melewati jaringan, tetapi sesungguhnya dapat menembus
jaringan sampai dalam tergantung dari jaringan yang dilewati, frekuensi dan karakteristik dari
aplikator. Aplikator induktif meningkatkan pusaran medan magnet di jaringan, dan sebagai
pengatur dan penghasil temperature tinggi di jaringan yang kaya akan cairan, menginduksi
dengan tinggi jaringan seperti otot. Kapasitator melengkapi aplikator yang meningkatkan
panas dari medan listrik. Temperatur maksimal cenderung muncul pada jaringan yang kurang
kandungan cairan seperti lemak, dan dapat memungkinkan untuk membakarnya. SWD dapat
meningkatkan suhu lemak subkutan sampai 15oC dan pada kedalaman kedalaman 4-5 cm
dengan panas 4oC- 6oC. Mesin SWD dapat menghasilkan pulsa sama baiknya dengan
Continous Wave output. CW SWD digunakan apabila tujuan dari terapi adalah untuk
memanaskan.
Mesin SWD pada dasarnya adalah sebuah radio transmitter yang dioperasikan seperti radio
transmiter lainya. Pasien diletakan mesin dan dilindungi dari luka dengan mengoperasikan
sirkuit dengan rangsangan maksimum, seperti mesin automatis pada mesin SWD yang
modern. Sekali rangkaian maksimal dikerjakan, pergerakan mesin dapat mengurangi panas.
Ada beberapa jenis aplikator inductive. Drum aplikator terdapat pada container yang kaku,
yang mana beberapa diantaranya terhubung dengan penggantung untuk dilalui mengelilingi
region seperti bahu. Pada aplikator umumnya sudah tersedia, keset kaki semi fleksibel
mengandung coil yang terhubung dengan sebuah mesin swd. Pad dapat berdimensi 0.5x0.75
m dan sering digunakan pada low back pain. Kabel aplikator mengandung kabel yang
terbungkus karet yang digunakan dengan mengelilingi sekitar ekstremitas dan mengelilingi
seluruh tubuh. Untuk keamanan dari kabel dapat diganti dengan drums dan pads.
Pada kebanyakan pengaturan kapasitas, pasien diletakan diantara dua elektroda. Aplikator
rectal dan vagina digunakan sebagai probe untuk pemanasan pelvis. Probe diletakan dengan
hati-hati, vaginal probe diletakan dibelakang servix pada fornix posterior dan eksternal pad
digunakan untuk melengkapi sirkuit. Probe yang di tahan oleh pasien dan sekarang jarang
digunakan meskipun dulu digunakan untuk penyakit pelvic inflamatori disease, cronic
prostatitis, dan mialgia dinding pelvis.
II. BAGIAN-BAGIAN DIATERMI
Penghasil Short Wave Diatermi. Gelombang radio pada pita gelombang pendek berfrekuensi
antara 10 Mhz sampai 100 Mhz. Gelombang yang digunakan pada sort wave diatermi untuk
fisioterapi pada frekuensi 27,12 Mhz, dengan panjang gelombang lebih dari 11 m. Ada 2
sirkuit utama yang digunakan:
a. Sirkuit mesin, bertugas menghasilkan arus frekuensi tinggi dan meningkatkan
intensitasnya.
b. Sirkuit pasien, dihubungkan dengan sirkuit mesin dengan inductor dan mengalirkan energi
listrik ke pasien dalam bentuk medan elektrostatik ataupun elektromegnetik.
Medan Elektrostatik. Pada metode medan kondensor, medan elektrostatik di buat dengan
memasukan jaringan pasien pada sirkuit pasien sebagai bagian dari condenser. Dua electrode
digunakan, dengan jarak antara elektrode dan kulit.1
Peningkatan arus dengan frekuensi tinggi digunakan pada elektrode. Medan listrik, yang
timbul didekat objek yang sedang di terapi akan terkonsentrasi diantara dua elektroda. Pada
jaringan pasien yang terdapat antara dua elektroda, medan akan terkonsentrasi antara di
jaringan. Medan Elektromagnet. Pada metode induktotermi, electrode yang digunakan kabel
tipis tertutup yang dilengkapi dengan sirkuit dari mesin. Kabel dirangkai tertutup
berhubungan dengan jaringan dipisahkan oleh jarak.
Sebagai arus dengan frekuensi tinggi yang teradapat di kabel suatu medan elektromagnet
dipasang mengelilingi pusat dari kabel, yang mana ketika medan elektrostatik dipasang
diantara ujungnya. Karena didekat jaringan pasien, dua medan akan terkonsentrasi di
jaringan.
Pada umumnya, energy dari medan elektromagnetik alat wave diatermi diikuti oleh
penigkatan panas pada organ dalam dibandingkan dengan penggunaan pada alat pemanasan
yang superficial. Logikanya pada pemilihan SWD atau MWD akan tepat ketika keinginan
hasil pengobatan untuk menigkatkan kelenturan jaringan kolagen yang dalam, penurunan
kekakuan sendi, menghilangkan nyeri yang dalam dan kekakuan otot, peningkatan aliran
darah dan diikuti dengan resulusi inflamasi.
Efek terapi dari diatermi dapat digunakan untuk pengobatan organ dalam maupun luar.
Nyeri: Penghilang nyeri menggunakan ShortWave diatermi berguna pada pengobatan
traumatic dan kondisi rematik yang mempengaruhi bagian permukaan dari otot, ligament dan
sendi kecil bagian permukaan. Penghilang nyeri juga dipengaruhi oleh hilangnya kekakuan
otot.
Keram Otot: Dapat di kurangi secara langsung menggunakan SWD atau dapat berkurang
karena hilangnya nyeri.
Penyembuhan Luka: Untuk memicu penyembuhan luka dari luka terbuka, dan meningkatkan
dari sirkulasi pembuluh darah kulit. Apabila ateriol ataupun capiler tidak dapat meningkat
secara signifikan maka pemanasan dapat diberikan pada bagian proximal luka yang masih
baik aliran darahnya.
Infeksi : Pengobatan SWD dapat digunakan untuk membantu mempercepat penyembuhan
akibat infeksi dengan meningkatkan aliran darah pada daerah yang terkena infeksi. Ini akan
meningkatkan sel darah putih dan antibody untuk melawan organism infeksi
Fibrosis :Pemanasan telah terbukti dapat memperbaiki kelenturan jaringan yang mengalami
fibrosis, seperti pada tendon, kapsul sendi.
IV. EFEK SAMPING PENGGUNAAN SWD
Beberapa pasien mungkin mengalami luka bakar dangkal. Karena terapi melibatkan panas,
maka penggunaannya perlu hati-hati untuk menghindari luka bakar, khususnya pada pasien
yang cedera dan telah terjadi penurunan sensitivitas terhadap panas. Selain itu, diatermi dapat
mempengaruhi fungsi alat pacu jantung dan pasien wanita yang menerima perawatan di
punggung bawah atau daerah panggul dapat mengalami peningkatan aliran menstruasi.
Weight : 50 Kg
Microwave Diathermy
Microwave Diathermy (MWD)
Micro Wave Diathermy merupakan suatu pengobatan dengan menggunakan stessor fisis
berupa energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak-balik frekuensi 2450 MHz dengan panjang
gelombang 12,25 cm
Arus dari mesin mengalir ke elektrode melalui co-axial cable, yaitu suatu kabel yang terdiri dari
serangkaian kawat ditengah yang diselubungi oleh selubung logam yang dikelilingi suatu benda
isolator Kawat dan selubung logam yang dikelilingi suatu benda isolator. Kawat dan selubung logam
tadi berjalan sejajar dan membentuk sebagai kabel output dan kabel bolak-balik dari mesin.
Konstruksi kabel semacam ini diperlukan untuk arus frequensi yang sangat tinggi dan panjangnya
tertentu untuk suatu pengobatan.
Co-axial kabel ini menghantarkan arus listrik kesebuah area dimana gelombang mikro dipancarkan
dan untuk mencegah pancaran gelombang di luar emiter. Area ini dipasang suatu reflektor yang
dibungkus dengan bahan yang dapat meneruskan gelombang magnetik. Kontruksi ini dimaksudkan
untuk mengarahkan gelombang ke jaringan tubuh yang disebut emiter, direktor atau aplikator atau
sebagai elektrode.
b. Efek Fisiologis
1) Perubahan Temperatur
c) Efek konsensual
Timbulnya respon panas pada sisi kontra lateral dari segmen yang sama setelah
pengobatan lebih dari 20 menit. Dengan penerapan MWD, penetrasi dan perubahan
temperature lebih terkonsentrasi pada jaringan otot sebab jaringan otot lebih banyak
mengandung cairan dan darah.
2) Jaringan ikat
Meningkatkan elastisitas jaringan ikat menjadi lebih baik seperti jaringan collagen kulit,
otot, tendon, ligament dan kapsul sendi akibat menurunnya viskositas matrik jaringan
tanpa menambah panjang serabut kolagen, tetapi terbatas pada jaringan ikat yang letak
kedalamannya 3cm.
3) Jaringan otot
4) Jaringan syaraf
c. Efek Terapeutik
Menurunkan nyeri, normalisasi tonus otot melalui efek sedative, serta perbaikan
metabolisme.
2) Penyembuhan luka pada jaringan lunak
3) Kontraktur jaringan
Dengan penigkatan elastisitas jaringan lunak, maka dapat mengurangi proses kontraktur
jaringan.
Apabila elastisitas dan ambang rangsang jaringan saraf semakin membaik, maka
konduktivitas jaringan saraf akan membaik pula.
Dengan efek-efek dari Microwave Diathermy (MWD) maka akan terjadi peningkatan
sirkulasi, normalisasi jaringan otot dan tendon, serta pebaikan metabolisme sehingga
persepsi nyeri pada jaringan ikat akan menurun.
1) Indikasi :
2) Kontra indikasi :
Produk Jual Microwave Diatermi Fisioterapi adalah suatu alat terapi yang memancarkan
gelombang micro (micro wave), untuk memanaskan jaringan di dalam kulit. Produk jual
microwave diatermi Hanil Biowave HM-801C memiliki sistem radiasi panas dan
keberhasilan terapi termasuk efek termal tidak bisa dibantah serbaguna
terkonsentrasi. Microwave menembus lebih dalam ke jaringan, otot dengan demikian
meningkatkan sirkulasi darah lokal di otot. Sel lainnya juga dapat dihangatkan secara merata
tanpa excessivley kulit pemanasan, terapi microwave dapat diterapkan untuk bagian
pengobatan pasien dengan Ujungnya dan untuk bagian perawatan hanya memutar radiator.
2. Setiap sudut dan arah untuk setiap bagian pengobatan dengan menggunakan microwave
(2450MHz)
5. Sistem diathermy digunakan aplikasi yang berbeda tergantung pada daerah perawatan.
alatkedokteran.id adalah milik PT. Permana Putra Mandiri, Distributor Alat kedokteran
Indonesia yang menyediakan berbagai macam alat kedokteran, salah satu nya Alat
Fisioterapi. Alat Fisioterapi yang kami jual disini terdiri dari Fisioterapi Tens, Biotens,
Ultrasound Biosonic, Microwave Diatermi ( MWD ), Fisioterapi Traksi. Kami Jual
Microwave Diatermi Fisioterapi ini untuk mendukung fasilitas kesehatan indonesia dengan
mempermudah pembelian alat-alat kedokteran dari luar negeri. Kami merupakan Distributor
tunggal untuk Produk MEK, WONS, Zoncare, Asco, Hostech, Labtech. Kami juga
menyediakan berbagai macam alat kesehatan. Kantor kami berpusat di daerah Ibu Kota
Jakarta dan Kami siap melayani pesanan untuk ke seluruh Indonesia.
Rp 50.000.000
menjual Biowave HM-801C memiliki sistem radiasi panas dan keberhasilan terapi termasuk
efek termal tidak bisa dibantah serbaguna terkonsentrasi,ekonomis dan harga murah
Traksi Lumbal
3 Desember 2014treatmentFisioterapi, lumbal, traksi, treatment
Traksi Lumbal
Traksi lumbal adalah sebuah alat dengan tenaga mekanik ataupun manual dengan cara kerja
yaitu dengan cara memisahkan atau melonggarkan sendi dan jaringan lunak (Cameron,
1999).
1. Jenis-jenis traksi lumbal
American Medical Association (2008) membagi traksi menjadi traksi mekanik, traksi
manual,autotraction, pneumatic traction dan dengan menggunakan teknik terus-menerus atau
continuous, dan terputus-putus atau intermittent. Menurut Cameron (1999) manfaat traksi
lumbal adalah sebagai berikut : (1) membebaskan sendi dari gangguan-gangguan sendi (joint
distraction), (2)mengurangi protursi dari hernia nukleus pulposus, (3) mangulur jaringan
lunak, (4) relaksasi otot, (5) mobilisasi persendian, (6) immobilisasi.
Cameron (1999) merekomendasikan dosis penggunaan traksi lumbal pada kondisi nyeri
punggung bawah dengan sasaran untuk mengurangi spasme otot, menggunakan beban tarikan
25% berat badan, menggunakan traksi lumbal, teknik intermitent dengan perbandingan
tarikan/waktu rileks 5/5 detik, total waktu yang diinginkan 20-30 menit, 2/3 kali per
minggu,menunjukkan hasil yang signifikan dalam pengurangan nyeri dan perbaikan
fungsional. Menurut Hoeker (1994) dikutip oleh Hartini (2007) menggunakan beban tarikan
25% berat badan tarikan kurang dari 10 detik pada fase tarikan menyebabkan jarak antar
sendi sangat minimal, akan tetapi dapat mengaktifkan dan merangsang propioreseptor yang
ada pada sendi dan otot sehingga nyeri berkurang. Sedangkan fase istirahat/rileks yang lebih
pendek tetapi juga berorientasi pada kenyamanan akan berpengaruh pada perasaan panderita
dan merasakan releksasi otot sesaat sebelum traksi lumbal dilanjutkan. Hal ini akan dapat
mempertahankan otot dalam posisi rileks yang pada akhirnya mengurangi spasme otot,
melancarkan peredaran darah sehingga nyeri bisa berkurang. Pemberian teknik intermiten
lebih baik dari continous dalam hal rileksasi Cameron (1999). Posisi yang direkomendasikan
oleh Thamrin (1991) dikutip oleh Hartini (2007) adalah dengan tidur terlentang tungkai
diganjal sehingga terjadi fleksi paha dan lutut sebesar 90, keadaan ini sangat penting untuk
mencegah hiperlordosis lumbal yang merupakan suatu posisi yang harus dihindarkan pada
penderita NPB, pernyataan tersebut didukung Rachma (2002).
Teknik dalam aplikasi traksi ada dua cara yaitu statik dan intermiten. Dalam penelitian ini
prosedur penggunaan tehnik aplikasi traksi lumbal adalah sebagai berikut :
1. Penentuan alat
1. Posisi pasien
Posisi yang umum adalah tidur terlantang dalam sedikit paha fleksi 85 derajat dan eksorotasi
10-15 derajat serta lutut dalam keadaan fleksi 85-90 derajat (Thamrin, 1991 dikutp oleh
Hartini, 2007)
1. Alat pengikat
Menggunakan alat pengikat punggung berupa sabuk (pelvic belt) yang diikatkan di atas krista
iliaka dan dihubungkan ke mesin traksi serta fiksasi pada tubuh bagian atas untuk
menghindari bagian atas untuk tertariknya tubuh ke bawah akibat tarikan lumbal.
Michlle H. Cameron merekomendasi parameter yang digunakan dalam aplikasi traksi
untuklumbal adalah sebagai berikut :
TABEL 2.1
22,5 kg ; 50% of
Joint distraction 15/15 20-30
body weight
25% of body
Decrease muscle spasm 5/5 20-30
weight
Mekanisme traksi lumbal dengan teknik intermiten dapat menurunkan nyeri oleh stimulasi
dari mekanoreseptor oleh adanya oscillatory movements yang dapat mengaktifkan serabut
aferen berdiamter besar sehingga diperoleh penutupan dari spinal gate (Cameron, 1999 dan
Mardiman, 2001). Traksi dengan teknik intermiten juga dapat merileksasikan otot-otot
punggung bawah dengan stimulasi dari golgi tendon organs (GTOs) untuk menginhibisi alfa
motor neuron sehingga menurunkan spasme otot (Cameron, 1999).
Johnstan (1986) dan Cryax (1982) dikutip oleh Cameron (1999) tarikan yang dihasilkan oleh
traksi lumbal dengan kekuatan tarikan 50% berat badan akan mengurangi penekanan pada
permukaan dari sendi faset apabila ada gangguan atau distraksi pada sendi faset yang
menekan pada akar syaraf spinalis, dan dapat direkomendasikan untuk kasus HNP ringan.
Swezey (1983 ) dan Basmajin (1985) dikutip oleh Cameron (1999) traksi lumbal dilaporkan
juga dapat digunakan untuk mengulur jaringan lunak, panjang otot dan fleksibilitas sehingga
diperoleh rileksasi otot dari otot-otot para vertebra, dengan kekuatan tarikan 25% berat
badan.
Kontra indikasi dari pemberian traksi lumbal menurut Dellito (1990) dikutip oleh Cameron
(1999) adalah : (1) kondisi trauma akut atau inflamasi (2) hipermobilitas atau instabilitas (3)
hipertensi yang tidak terkontrol (4) fraktur (5) osteoporosis (6) spondilosis (7) selama proses
terapi keluhan nyeri bertambah sehingga dalam pengaplikasian traksi lumbal terapis harus
selalu melakukan monitoring.
Traksi lumbal adalah sebuah alat dengan tenaga mekanik ataupun manual dengan cara kerja
yaitu dengan cara memisahkan atau melonggarkan sendi dan jaringan lunak (Cameron,
1999).
American Medical Association (2008) membagi traksi menjadi traksi mekanik, traksi
manual,autotraction, pneumatic traction dan dengan menggunakan teknik terus-menerus atau
continuous, dan terputus-putus atau intermittent. Menurut Cameron (1999) manfaat traksi
lumbal adalah sebagai berikut : (1) membebaskan sendi dari gangguan-gangguan sendi (joint
distraction), (2)mengurangi protursi dari hernia nukleus pulposus, (3) mangulur jaringan
lunak, (4) relaksasi otot, (5) mobilisasi persendian, (6) immobilisasi.
Cameron (1999) merekomendasikan dosis penggunaan traksi lumbal pada kondisi nyeri
punggung bawah dengan sasaran untuk mengurangi spasme otot, menggunakan beban tarikan
25% berat badan, menggunakan traksi lumbal, teknik intermitent dengan perbandingan
tarikan/waktu rileks 5/5 detik, total waktu yang diinginkan 20-30 menit, 2/3 kali per
minggu,menunjukkan hasil yang signifikan dalam pengurangan nyeri dan perbaikan
fungsional. Menurut Hoeker (1994) dikutip oleh Hartini (2007) menggunakan beban tarikan
25% berat badan tarikan kurang dari 10 detik pada fase tarikan menyebabkan jarak antar
sendi sangat minimal, akan tetapi dapat mengaktifkan dan merangsang propioreseptor yang
ada pada sendi dan otot sehingga nyeri berkurang. Sedangkan fase istirahat/rileks yang lebih
pendek tetapi juga berorientasi pada kenyamanan akan berpengaruh pada perasaan panderita
dan merasakan releksasi otot sesaat sebelum traksi lumbal dilanjutkan. Hal ini akan dapat
mempertahankan otot dalam posisi rileks yang pada akhirnya mengurangi spasme otot,
melancarkan peredaran darah sehingga nyeri bisa berkurang. Pemberian teknik intermiten
lebih baik dari continous dalam hal rileksasi Cameron (1999). Posisi yang direkomendasikan
oleh Thamrin (1991) dikutip oleh Hartini (2007) adalah dengan tidur terlentang tungkai
diganjal sehingga terjadi fleksi paha dan lutut sebesar 90, keadaan ini sangat penting untuk
mencegah hiperlordosis lumbal yang merupakan suatu posisi yang harus dihindarkan pada
penderita NPB, pernyataan tersebut didukung Rachma (2002).
Teknik dalam aplikasi traksi ada dua cara yaitu statik dan intermiten. Dalam penelitian ini
prosedur penggunaan tehnik aplikasi traksi lumbal adalah sebagai berikut :
1. Penentuan alat
1. Posisi pasien
Posisi yang umum adalah tidur terlantang dalam sedikit paha fleksi 85 derajat dan eksorotasi
10-15 derajat serta lutut dalam keadaan fleksi 85-90 derajat (Thamrin, 1991 dikutp oleh
Hartini, 2007)
1. Alat pengikat
Menggunakan alat pengikat punggung berupa sabuk (pelvic belt) yang diikatkan di atas krista
iliaka dan dihubungkan ke mesin traksi serta fiksasi pada tubuh bagian atas untuk
menghindari bagian atas untuk tertariknya tubuh ke bawah akibat tarikan lumbal.
TABEL 2.1
22,5 kg ; 50% of
Joint distraction 15/15 20-30
body weight
25% of body
Decrease muscle spasm 5/5 20-30
weight
Mekanisme traksi lumbal dengan teknik intermiten dapat menurunkan nyeri oleh stimulasi
dari mekanoreseptor oleh adanya oscillatory movements yang dapat mengaktifkan serabut
aferen berdiamter besar sehingga diperoleh penutupan dari spinal gate (Cameron, 1999 dan
Mardiman, 2001). Traksi dengan teknik intermiten juga dapat merileksasikan otot-otot
punggung bawah dengan stimulasi dari golgi tendon organs (GTOs) untuk menginhibisi alfa
motor neuron sehingga menurunkan spasme otot (Cameron, 1999).
Johnstan (1986) dan Cryax (1982) dikutip oleh Cameron (1999) tarikan yang dihasilkan oleh
traksi lumbal dengan kekuatan tarikan 50% berat badan akan mengurangi penekanan pada
permukaan dari sendi faset apabila ada gangguan atau distraksi pada sendi faset yang
menekan pada akar syaraf spinalis, dan dapat direkomendasikan untuk kasus HNP ringan.
Swezey (1983 ) dan Basmajin (1985) dikutip oleh Cameron (1999) traksi lumbal dilaporkan
juga dapat digunakan untuk mengulur jaringan lunak, panjang otot dan fleksibilitas sehingga
diperoleh rileksasi otot dari otot-otot para vertebra, dengan kekuatan tarikan 25% berat
badan.
Kontra indikasi dari pemberian traksi lumbal menurut Dellito (1990) dikutip oleh Cameron
(1999) adalah : (1) kondisi trauma akut atau inflamasi (2) hipermobilitas atau instabilitas (3)
hipertensi yang tidak terkontrol (4) fraktur (5) osteoporosis (6) spondilosis (7) selama proses
terapi keluhan nyeri bertambah sehingga dalam pengaplikasian traksi lumbal terapis harus
selalu melakukan monitoring.
Alat Fisioterapi Traksi JYZ adalah alat traksi yang lain dari alat fisioterapi lainnya. Fitur yag dimiliki dan
tidak dimiliki alat fisioterapi traksi lainnya adalah dimana alat ini bisa menarik pada sudut kemiringan
tertentu.
Spesifikasi :
TENS merupakan salah satu dari sekian banyak modalitas yang digunakan oleh profesi
Fisioterapi di Indonesia. Fisioterapi adalah salah satu dari tenaga medis yang bergerak dalam
hal mempebaiki gerak dan fungsi. TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik
yang berguna untuk merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit dan terbukti efektif
untuk mengurangi berbagai tipe nyeri (Meryl Roth, 1992).
TENS mampu mengaktivasi baik serabut saraf berdiameter besar maupun berdiameter kecil
yang akan menyampaikan berbagai informasi sensoris ke sistem saraf pusat. Efektivitas
TENS dapat diterangkan lewat teori kontrol gerbang (gate control )nya Melzack dan Wall
yang diaplikasikan dengan intensitas comfortable. Lewat stimulasi antidromik TENS dapat
memblokir hantaran rangsang dari nociceptor ke medulla spinalis. Stimulasi antidromik dapat
mengakibatkan terlepasnya materi P dari neuron sensoris yang akan berakibat terjadinya
vasodilatasi arteriole yang merupakan dasar bagi terjadinya triple responses. (Slamet Parjoto,
2001)
Mekanisme lain yang dapat dicapai oleh TENS ialah mengaktivasi system saraf otonom yang
akan menimbulkan tanggap rangsang vasomotor yang dapat mengubah kimiawi jaringan.
Postulat lain menyatakan bahwa TENS dapat mengurangi nyeri melalui pelepasan opioid
endogen di SSP. TENS dapat juga menimbulkan efek analgetik lewat sistem inhibisi opioid
endogen dengan cara mengaktivasi batang otak. Stimulasi listrik yang diberikan cukup jauh
dari jaringan yang cidera /rusak, sehingga jaringan yang menimbulkan nyeri tetap efektif
untuk memodulasi nyeri. (Slamet Parjoto, 2001)
Pada penggunaan TENS perlu diperhatikan beberapa hal yaitu tentang indikasi dan kontra
indikasi pada penggunaan TENS. Indikasinya dibagi menjadi 2yaitu nyeri akut dan nyeri
kronis, indikasinya meliputi : Nyeri akibat trauma, musculoskeletal, sindroma kompresi
neurovaskuler, neuralgia, causalgia. Sedangkan kontra indikasi dari TENS yaitu pada
penderita dengan alat pacu jantung, alat-alat listrik yang ditemukan pada tubuh pasien.
(Taswin-Yacob, MN Jenie, 1991)
Efek samping dari TENS yang sering timbul adalah alergi pada kulit dimana elektroda
ditempelkan. Reaksi tersebut biasanya disebabkan oleh gel pada waktu menempelkan
elektroda. (Taswin-Yacob, MN Jenie, 1991)
Diterbitkan di: 14