Anda di halaman 1dari 7

SHORT WAVE DIATHERMY (SWD)

a. Definisi
Diathermy merupakan aplikasi energi elektromagnetik dengan frekuensi tinggi
yang terutama digunakan untuk membangkitkan panas dalam jaringan tubuh.
Diathermy juga dapat digunakan untuk menghasilkan efek-efek nonthermal.
Diathermy yang digunakan sebagai modalitas terapi terdiri atas Short Wave
Diathermy (yang akan dibahas) dan Micro Wave Diathermy.
Short wave diathermy adalah modalitas terapi yang menghasilkan energi
elektromagnetik dengan arus bolak balik frekuensi tinggi. Federal Communications
Commision (FCC) telah menetapkan 3 frekuensi yang digunakan pada short wave
diathermy, yaitu :
1) Frekuensi 27,12 MHz dengan panjang gelombang 11 meter.
2) Frekuensi 13,56 MHz dengan panjang gelombang 22 meter.
3) Frekuensi 40,68 MHz (jarang digunakan) dengan panjang gelombang 7,5 meter.

Frekuensi yang sering digunakan pada SWD untuk tujuan pengobatan adalah
frekuensi 27,12 MHz dengan panjang gelombang 11 meter. Arus Short Wave
Diathermy yang digunakan dalam pengobatan mempunyai 2 arus yaitu arus
Continuos SWD dan Pulsed SWD.
1) Continous Short Wave Diathermy (CSWD)
Pada penerapan Continous SWD, energi thermal dominan terjadi dalam jaringan.
Setiap jaringan yang menerima panas memiliki tahanan yang berbeda-beda. Jaringan
lemak cepat menyerap panas daripada otot (1:10), sedangkan jaringan otot lebih cepat
menyerap panas daripada kulit. Secara fisiologis, jaringan otot tidak memiliki
“thermosensor” tetapi hanya pada jaringan kulit, sehingga dengan adanya rasa panas
di kulit saat pemberian Continous SWD maka sebenarnya sudah terjadi
“overthermal” pada jaringan otot dibawahnya karena jaringan otot lebih cepat
menerima panas daripada kulit. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa jika
panas yang diterima jaringan melebihi batas tertentu maka jaringan akan menjadi
rusak; menurut Thomas H (2003) ukuran subyektif sebagai batas tertentu adalah jika
penderita merasa hangat.
Menurut Hollander JS (2009) bahwa para peneliti menyatakan pemberian
Continous SWD pada kondisi artrose adalah kontraindikasi, dan bahkan sebagian
besar penelitian melarang pemberian Continous SWD pada arthritis. Hal ini
disebabkan karena didalam sendi terdapat suatu asam “Hyaluronik” yang suhu
optimalnya adalah 36,7o dan sangat sensitif terhadap penambahan suhu. Dengan
penambahan suhu 1o saja (terjadi pada pemberian CSWD) maka suhunya menjadi
37,4o, sementara pada suhu 37o saja akan mengaktifkan cairan/enzym hyaluronidase
yang dapat merusak ujung-ujung tulang rawan sendi, dan kita ketahui bahwa
kerusakan tulang rawan sendi tidak akan pernah mengalami regenerasi/reparasi.
Continous SWD utamanya menimbulkan efek thermal, sehingga menghasilkan efek
fisiologis berupa peningkatan sirkulasi darah dan proses metabolisme.
2) Pulsed Short Wave Diathermy (PSWD)
Sekitar tahun 2000, mulai digalakkan penelitian baru terhadap Pulsed SWD
sebagai salah satu efek terapi baru bagi SWD. Dalam penelitian tersebut dilakukan
penerapan Pulsed SWD pada hapusan susu, dan ternyata pada hapusan susu tersebut
terlihat suatu bentuk “untaian kalung”. Kemudian bentuk tersebut juga terjadi pada
cairan darah, limpha dan eiwit. Penemuan tersebut menunjukkan bahwa Pulsed SWD
sangat bermanfaat dalam menghasilkan efek terapeutik, sedangkan efek fisiologisnya
hanya timbul sedikit (pengaruh panas hanya minimal). Pada Pulsed SWD,
mempunyai energy atau power output yang maksimum sampai 1000 W. Meskipun
demikian, energy atau power output rata-rata adalah jauh lebih rendah yaitu antara
0,6 – 80 watt (tergantung pada pemilihan frekuensi pulse repetition) sehingga
memungkinkan aplikasi pengobatan subthermal dengan peningkatan efek-efek
biologis. Oleh karena itu, terapi Pulsed SWD sangat cocok untuk pengobatan
terhadap gangguan-gangguan akut dimana terapi panas merupakan kontraindikasi.
Jika kita menerapkan Pulsed SWD (PSWD), maka akan menghasilkan pulsasi
rectangular dengan durasi pulsasi 0,4 ms. Power maksimum dari pulsasi tersebut
dapat diatur sampai 1000 W. Ketika menggunakan aplikasi kondensor maka energi
power dapat diatur sampai nilai maksimum. Interval pulsasi yang dihasilkan
bergantung pada pemilihan frekuensi pulsasi repetition (15 – 200 Hz), sedangkan
ukuran produksi panas dalam Pulsed SWD adalah mean power (watt). Mean power
yang dihasilkan sangat bergantung pada pemilihan intensitas arus dan frekuensi
pulsasi repetition. Semakin rendah frekuensi pulsasi repetition yang dipilih maka
semakin rendah mean powernya. Dengan demikian, penerapan Pulsed SWD dapat
memungkinkan kita memilih intensitas arus yang tinggi (power pulsasi) dengan
pemilihan frekuensi pulsasi repetition yang selektif dan sesuai dengan kondisi
penyakit/gangguan.

b. Efek Fisiologis
1. Perubahan panas/temperature
a) Reaksi lokal/jaringan
- Meningkatkan metabolisme sel-sel lokal sekitar ± 13% setiap kenaikan
temperatur 1º C.
- Meningkatkan vasomotion sphincter sehingga timbul homeostatik lokal
dan akhirnya terjadi vasodilatasi lokal.
b) Reaksi general
- Mengaktifkan sistem thermoregulator di hipothalamus yang
mengakibatkan kenaikan temperatur darah untuk mempertahankan
temperatur tubuh secara general.
- Penetrasi dan perubahan temperatur terjadi lebih dalam dan lebih luas
2. Jaringan ikat
Meningkatkan elastisitas jaringan ikat lebih baik seperti jaringan
collagen kulit, tendon, ligament dan kapsul sendi akibat menurunnya
viskositas matriks jaringan; pemanasan ini tidak akan menambah panjang
matriks jaringan ikat sehingga pemberian SWD akan lebih berhasil jika
disertai dengan latihan peregangan.
3. Otot
- Meningkatkan elastisitas jaringan otot.
- Menurunkan tonus otot melalui normalisasi nocisensorik, kecuali
hipertoni akibat emosional dan kerusakan SSP.
4. Saraf
- Meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan saraf.
- Meningkatkan konduktivitas saraf dan meningkatkan ambang rangsang
(threshold).

c. Indikasi
SWD sering digunakan untuk kasus-kasus muskuloskeletal (tendinitis,
tenosinovitis, bursitis, kapsulitis, dll), nyeri (tengkuk, punggung bawah, miofascial,
neuralgia post herpetik, dll) arthritis, kekakuan sendi, relaksasi otot dan inflamasi
kronik. Dalam hal ini, pemakaian modalitas pemanasan dalam dimaksudkan untuk
meminimalkan pemanasan di jaringan permukaan / superfisial (kutis dan subkutis)
serta memaksimalkan pemanasan pada jaringan yang lebih dalam sehingga dapat
tercapai pemulihan yang lebih cepat. Untuk terapi, target temperatur biasanya 40-45
°C. Karena ambang nyeri termal kira-kira 45 °C, persepsinya dapat dipakai untuk
memonitor intensitas pemanasan.

d. Kontraindikasi
Kontraindikasi dari continuos SWD adalah pemasangan besi pada tulang, tumor
atau kanker, pacemaker pada jantung, tuberkulosis pada sendi, RA pada sendi,
kondisi menstruasi dan kehamilan, regio mata (kontak lens) dan testis. Kontraindikasi
dari pulsed SWD adalah tumor atau kanker, pacemaker pada jantung, regio mata dan
testis, kondisi menstruasi dan kehamilan. Pada gangguan akut neuromuskuloskeletal
merupakan kontraindikasi dari continuos SWD tetapi bagi pulsed SWD bisa
diberikan dengan pulsasi yang rendah.
STATIC BYCYCLE
a. Definisi
Sepeda Statis adalah salah alat terapi media aktif dengan menggunakan kontraksi
kedua otot kaki secara sinergis. Bersepeda statis sangat baik dilakukan saat tubuh
tidak dapat berlari atau berolahraga berat, karena memiliki masalah pada sendi, lutut,
ataupun punggung. Saat pembelian sepeda statis dianjurkan untuk menyesuaikan
kebutuhan anda dengan pilihan jenis sepeda statis elektronik atau manual, sepeda
yang dikayuh dengan tegak atau yang dapat dikayuh sambil berbaring. Bagi
pengguna dengan kondisi keterbatasan tertentu seperti penderita stroke dapat
menggunakan sepeda statis yang dirancang khusus sesuai kebutuhan penderita,
seperti dengan pengaman pada bagian tangan dan kaki yang mengalami kelemahan
otot. Para ahli menyepakati bahwa olahraga dengan sepeda statis adalah jenis
olahraga yang tidak membahayakan sendi. Bersepeda statis juga memiliki beragam
manfaat yang baik untuk kesehatan tubuh.
b. Efek fisiologis
- Kebugaran jantung diukur dengan kapasitas aerobik, yaitu kemampuan untuk
melakukan latihan otot besar dan seluruh badan pada tingkat intensitas yang
rendah sampai tinggi untuk periode waktu yang cukup lama.
- Fleksibilitas merupakan kemampuan untuk menggerakan otot dan anggota
badan melalui rentang gerak yang penuh
- Peningkatan metabolisme
- Terjadi vasodilatasi arteriole
- Peredaran darah kapiler menjadi lancar
- Membakar lemak dan kalori
- Mengeluarkan neurotransmitter dopamin yang berhubungan dengan energi
dimana efeknya peredaran darah menjadi lancar sehingga tubuh menjadi
lebih segar. Dengan mengayuh pedal, vaskularisasi dan oksigenasi meningkat
dimana jantung dan paru juga menjadi lebih aktif
c. Indikasi
Berikut ini adalah indikasi penggunaan terapi sepeda statis
- Pasien stroke
- Pasien osteoarthritis
- Rheumatoid arthritis
- Gangguan sistem pernapasan (asma)
- Gangguan jantung
- Obesitas
d. Kontraindikasi
Berikut ini adalah kontraindikasi penggunaan terapi sepeda statis
- Pasien dengan fraktur pada extremitas
- Rupture tendon/otot
- Angina unstable
- Penyakit jantung kronik

Anda mungkin juga menyukai