Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DENGAN GANGGUAN

TUMBUH KEMBANG “SPEECH DELAY”

MAKALAH INI DISUSUN


GUNA MEMENUHI MATA KULIAH
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BALITA
DAN ANAK PRASEKOLAH

Disusun Oleh Kelompok I:


LAILATUL SA’ADAH NIM 52021003 AMELIA CANDRA C NIM 52021017
LOLA SILFIANA D.S NIM 52021005 NOVEN FITRIANA F NIM 52021019
JALIKA NIM 52021006 SYIFA NADYA NIM 52021022
SHOHIB NUR ROHMAH NIM 52021007 DEI FITRIYANI NIM 52021023
DIVA SALSABILLA NIM 52021012 YULIA NINGSIH NIM 52021024

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ESTU UTOMO TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Pada Balita Dengan Gangguan Tumbuh Kembang” ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Asuhan Kebidanan Bayi Balita dan Anak Prasekolah. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan keterampilan dan
pemahaman kami dalam pendokumentasian ASKEB Neonatus dengan benar.
Kami mengucapkan Terima kasih kepada Ibu Atik Setyaningsih selaku
dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini sehingga, kami dapat lebih
memahami tentang Inversio Uteri dan cara penatalaksanaanya. Terima kasih juga
kepada semua pihak yang telah membagi Sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Boyolali, 03 Juli 2023


Penyusun

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Maksud Dan Tujuan ................................................................................. 2
1.4. Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
2.1. Gangguan Tumbuh Kembang Pada Balita ............................................... 3
2.2. Jenis Speech Delay ................................................................................... 3
2.3. Penyebab Speech Delay ........................................................................... 3
2.4. Gejala Speech Delay................................................................................. 4
2.5. Dampak Speech Delay dan Upaya Pencegahan ....................................... 5
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................... 7
3.1. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan ..................................................... 7
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 20
4.1. Kesimpulan ............................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berbicara merupakan salah satu perkembangan motoric yang sangat penting
bagi anak. Pada tahun-tahun pertama kehidupan merupakan momen penting dalam
kemajuan perkembangan bicara anak. Berbicara yang diyakini bukan hanya
koordinasi kumpulan otot-otot yang membentuuk suara, tetapi juga aspek mental
intelektual, yaitu kemampuan mengartikan arti dengan bunyi yang dihasilkan
(Fauzi Saputra, 2015).
Tidak sedikit anak yang pada masa tumbuh kembang mengalami
keterlambatan yang disebabkan oleh kurangnya perhatian dan stimulus orangtua
kepada anak-anak mereka. Pada anak dengan keterlambatan berbicara atau speech
delay stimulus seperti mengajak anak berbicara harus dilakukan sesering mungkin
serta terus menerus. Dalam hal ini deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan
perkembangan menjadi sangat penting untuk dilakukan sedini mungkin. Sehingga
tidak lanjut dari masalah yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan dapat segera ditangani.
Keterlambatan penanganan dalam kasus ini seperti speech delay maka akan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan di masa yang akan datang. Bahkan
tak jaran orang tua yang mengetahui bahwa anaknya mengalami masalah pada
tumbuh kembang ankanya tetap bersikap tak acuh, hingga masalah baru muncul.
Gangguan akdemis, kecemasan berlebih, sulit bersosialisasi, sampai berdampak
pada kejiwaan anak merupakan permasalahan lanjut jika gangguan bicara ini tidak
ditangani. Beradsarkan uraian di atas, gangguan tumbuh kembang tidak hanya
keterlambatan bicara tetapi gangguan lain perlu menjadi perhatian khusus serta
tidak dapat diabaikan. Untuk kami mengambil kasus masalah tumbuh kembang
pada balita dengan keterlambatan bicara serta penatalaksanaan yang dapat
dilakukan.

1
1.2. Rumusan Masalah
Didapatkan suatu rumusan masalah yang akan diangkat dan dibahas dalam
makalah ini yakni sebagai berikut:
1. Apakah jenis speech delay pada balita?
2. Apakah penyebab speech delay pada balita?
3. Bagaimana Gejala Speech delay?
4. Bagaimana dampak dan upaya pencegahan terjadinya speech delay?
5. Bagaimana Asuhan Kebidanan yang diberikan pada balita dengan gangguan
speech delay?

1.3. Maksud Dan Tujuan


Dibuatnya makalah ini, yakni memiliki masud dan tujuan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasikan gangguan tumbuh kembang pada balita (speech delay)
2. Mengidentifikasi jenis speech delay pada balita
3. Mengidentifikasi penyebab speech delay pada balita
4. Mengidentifikasi Gejala Speech delay
5. Mengidentifikasi dampak dan upaya pencegahan terjadinya speech delay
6. Mengidentifikasi Asuhan Kebidanan yang diberikan pada balita dengan
gangguan speech delay

1.4. Manfaat
Menambah pengetahuan, pemahaman, serta keterampilan kami tentang
masalah tumbuh kembang pada balita terutama gangguan keterlambatan bicara,
serta dapat memberikan asuhan kebidanan tumbuh kembang pada balita dengan
keterlambatan bicara (speech delay).

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gangguan Tumbuh Kembang Pada Balita


Tumbuh-kembang merupakan proses yang dinamik sepanjang kehidupan
manusia. Perubahan yang terjadi pada satu fase menjadi dasar perkembangan pada
fase berikutnya. Pertumbuhan dan perkembangan yang paling mencolok terjadi
pada masa kanak- kanak dan remaja (Soetjiningsih Ranuh, 2013). Salah satu
gangguan tumbuh kembang yaitu Speech delay yang merupakan sebuah kondisi
yang dapat dialami bayi dan anak-anak yang menyebabkan mereka mengalami
keterlambatan bicara dan berbahasa. Seringkali, meski mengerti ketika seseorang
berbicara namun sangat sulit untuk mengucapkan dan mengeluarkan kata kembali.

2.2. Jenis Speech Delay


Keterlambatan bicara atau (speech delay) pada anak dapat dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Speech delay fungsional, yaitu keadaan dimana gangguan ini tergolong ringan
dan biasanya terjadi karena kurangnya stimulus atau pola asuh yang salah
2. Speech delay non-fungsional, yaitu keadaan dimana gangguan ini merupakan
sebuah akibat karena adanya sebuah gangguan bahasa reseptif, seperti autism
atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yang dialami oleh anak.

2.3. Penyebab Speech Delay


1. Kurang Stimulasi
Salah satu penyebab anak terlambat bicara adalah kurangnya stimulasi
yang baik pada anak. Ini bisa terjadi karena Mama dan Papa tidak pernah
mengajak anak bicara, atau melibatkannya dalam pembicaraan. Padahal,
melakukan stimulasi dengan mengajak anak bicara berperan penting dalam
perkembangan bicara atau Bahasa
2. Masalah Pendengaran
Masalah pendengaran juga menjadi penyebab anak telat bicara yang paling
umum. Ini karena pada umumnya anak menirukan perkataan yang ia dengar dari

3
orang tuanya. Bila pendengarannya bermasalah, anak akan kesulitan memahami
dan menguasai kata-kata spesifik, sehingga membatasinya dalam meniru kata-
kata dan menggunakan bahasa dengan lancar atau benar.
3. Autisme
Speech delay sering kali terlihat pada anak dengan gangguan spektrum
autisme. Autisme adalah kelainan perkembangan saraf yang memengaruhi
perilaku dan komunikasi anak. Keterlambatan bicara pada anak akibat autisme
dapat disertai gejala lain misalnya, mengucapkan suatu frasa berulang-ulang,
menunjukkan perilaku berulang (seperti, menghentak-hentakkan kepala), sulit
berkomunikasi verbal dan nonverbal, bahkan mengalami gangguan interaksi
sosial.

2.4. Gejala Speech Delay


Terlambatnya kemampuan bicara pada anak dapat dilihat dari munculnya
beberapa ciri-ciri khusus yaitu :
1. Tidak merespon terhadap suara.
2. Adanya kemunduran dalam perkembangan.
3. Tidak tertarik untuk berkomunikasi.
4. Kesulitan dalam memahami perintah.
Ada pula faktor penyebab speech delay dari gangguan bahasa reseptif dan
ekspresif. Pada gangguan bahasa reseptif, anak menunjukkan gejala seperti :
1. Tidak kelihatan sedang mendengarkan atau memperhatikan lawan bicaranya
pada saat diajak bicara.
2. Kurang memberikan respon maupun tanggapan saat dibacakan buku cerita oleh
orang lain.
3. Anak usia dini tidak mampu mengikuti instruksi secara lisan dengan baik.
Pada gangguan bahasa ekspresif didapati gejala seperti :
1. Tidak mau bicara sama sekali.
2. Pembendaharaan kata yang jelas sangat terbatas.
3. Membuat kesalahan dalam kosa kata

4
2.5. Dampak Speech Delay dan Upaya Pencegahan
Adapun beberapa dampak yang terjadi bila anak mengalami keterlambatan
bicara yaitu :
1. Dampak Jangka Panjang
Menurut (D.F, 2019) terdapat beberapa dampak jangka panjang dari speech
delay, yaitu;
a. Gangguan bahasa berpengaruh pada luaran akademik dan kesulian belajar
b. Gangguan bahasa berhubungan dengan peningkatan risiko ansietas sosial.
c. Berdampak pada partisipasi social
d. Gangguan bahasa tidak menghilang ketika anak disekolahkan
Adapun dampak jangka panjang yang dijelaskan dalam jurnal (Muslimat, 2020)
a. Prestasi akademik buruk, hal ini mendasar dari keterampilan bicara,
membaca dan menulis yang harus dikuasai oleh anak ketika memasuki usia
sekolah
a. Kesulitan dalam bersosialisasi. Anak dengan speech delay cenderung akan
pasif dalam melakukan hal-hal seperti berinteraksi dengan teman
sebayanya.
b. Anak menjadi pasif. Dampak ini cukup berbahaya karena anak akan
menjadi pasif. Anak akan terbiasa dengan tingkah laku yang monoton tanpa
memperhatikan perilaku yang variatif.
Ketika orang tua sudah menyadari adanya keterlambatan bicara anak, maka
tindakan awal adalah melakukan penanganan dengan segera. Berikut ini adalah cara
mengatasi lambat bicara yang bisa dilakukan, di antaranya:
1. Segera periksakan ke dokter anak di klinik tumbuh kembang Ketika sudah
didapati tanda gejala yang mengarah ke speech delay, segera periksakan .
2. Anak bisa diajak untuk meniup potonganpotongan kertas atau tisu sampai kertas
atau tisu tersebut berpindah tempat. Adapun kegiatan menyedot, anak diajak
untuk minum air dengan sedotan.
3. Berbicara dengan mtode tanya jawab, hal ini bertujuan untuk merangsang minat
anak agar mau berbicara .

5
4. Berikan Stimulasi pada anak dengan mengajaknya berkomunikasi meskipun
anak belum mampu berbicara dengan baik. Contohnya seperti mengajak anak
untuk membacakan dongeng dan bernyanyi.
5. Pemijatan pada bagian wajah

6
BAB III PEMBAHASAN

3.1. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan

ASUHAN KEBIDANAN TUMBUH KEMBANG PADA An. X DENGAN


KETERLAMBATAN BICARA (SPEECH DELAY)
DI SPELLS CARE BOYOLALI

Tempat Praktik : … Nama Mahasiswa : …


Tanggal Masuk : … Keterampilan Ke : …

Hari/tanggal : 18 Januari 2023 Jam : 10.00 WIB


I. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas/Biodata
Nama Bayi : An. X
Umur : 36 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ibu : Ny. P Nama Ayah : Tn. Z
Umur : 30 tahun : 33 tahun
Pekerjaan : Pedagang : Guru
Pendidikan : SMA : S1
Suku/Bangsa : Indonesia : Indonesia
Agama : Islam : Islam
Alamat : Boyolali

2. Keluhan Utama:
Ibu mengatakan anaknya belum bisa berbicara seperti anak seusiannya.
Anaknya lebih sering menggunakan Bahasa isyarat seperti menunjuk
sesuatu yang diinginkan.

7
3. Riwayat Persalinan
• Tanggal/jam persalinan : 14 Januari 2020
• Jenis Persalinan : Spontan
• Lama Persalinan : 9 Jam
• Penolong Persalinan : Bidan
• Penyulit Persalinan : Tidak ada
• Bonding Attachment : Dilakukan
• Berat Waktu Lahir : 3.500 gr

4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
• Penyakit yang lalu : Ibu mengatakan An. X tidak
pernah mengalami atau memiliki
Riwayat penyakit serius, menular,
ataupun menurun serta tidak ada
alergi makanan.
• Riwayat Perawatan
➢ Pernah dirawat di : -
➢ Penyakit : -
• Riwayat Operasi
➢ Pernah Operasi di : -
➢ Penyakit : -
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan baik dari pihak keluarga ibu maupun ayah tidak
pernah merasakan atau mengalami tekanan darah tinggi
(Hipertensi); Gula darah tinggi (Diabetes); dada berdebar-debar dan
keluar keringat dingin (Jantung), dan tidak punya keturunan dengan
kelainan genetic atau gangguan jiwa.

8
5. Riwayat Imuniassi
Jenis Waktu Pemberian
Imunisasi
BCG 1 bulan
DPT 2 bulan 3 bulan 4 bulan 18 bulan
Hep B 0 bulan
Polio 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan
Campak 9 bulan 2 tahun

6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari :


Kebutuhan Keluhan
Nutrisi
• Makan 3x sehari porsi sedang (Nasi, Lauk,
dan Sayur) Tidak ada
• Minum 4-5 gelas/hari (Susu, air putih, teh
manis)
Eliminasi
• BAK 6-7 kali/hari warna jernih Tidak ada
• BAB 1-2 kali/hari konsistensi lunak
Istirahat Tidur malam ± 8 jam, siang ± 2 Tidak ada
jam
Aktivitas Aktif Tidak ada
Hygiene Mandi 2x sehari, menggosok gigi
2x sehari, ganti pakaian 2x sehari, Tidak ada
keramas seminggu 2x.

7. Pola Asuh Orang Tua


Ibu mengatakan kurang kesempatan dalam berinteraksi serta
penggunaan lebih dari satu Bahasa terhadap anak di lingkungan
keluarga dan sekitar. Dimana saat berinteraksi dengan orang tua di
rumah anak cenderung menggunakan Bahasa Indonesia, sedangkan saat

9
bermain dengan teman sebaya menggunakan Bahasa daerah yaitu
Bahasa Jawa, saat diasuh neneknya dominan menggunakan Bahasa
daerah lampung.

8. Data Sosial – Budaya:


a. Pandangan keluarga terhadap Kesehatan:
Ibu mengatakan bahwa ia dan suami peduli dan memperhatikan
Kesehatan anaknya, namun karena akhir-akhir ini sibuk jadi kurang
memperhatikan kondisinya.
b. Keadaan Lingkungan:
Ibu mengatakan bahwa An. X tinggal di desa yang mayoritas
penduduknya bersuku Jawa.
c. Anak Diasuh Oleh:
Ibu mengatakan saat orangtua pergi bekerja, anak diasuh oleh
neneknya.

II. DATA OBYEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda Vital
• TD : 90/70 mmHg
• Nadi : 80 kali/menit
• RR : 23 kali/menit
• Suhu : 36,70 C
d. BB / PB : 15 kg / 99 cm
e. LD / LK : 55 cm / 49 cm

10
2. Pemeriksaan Fisik Khusus
a. Kepala : Bentuk kepala bulat dan tidakk ada
benjolan
b. Muka : Tidak pucat dan tidak memiliki down
sydrom face
c. Mata : Bersih, simetris, konjungtiva merah
muda, sklera putih
d. Telinga : Simetris, bersih
e. Mulut : Bersih, palatum utuh
f. Hidung : Bersih, tidak ada polip
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
dan limfe
h. Dada : Tidak ada cekungan
• Nafas : Teratur
i. Ekstermitas
• Tangan : Jari tangan lengkap dan kuku bersih
• Kaki : Jari kaki lengkap dan kuku bersih

3. Pemeriksaan Perkembangan :
a. KPSP : Jumlah jawaban “YA” = 8. An. X tidak
bisa melakukan dua perintah pada aspek
bicara dan Bahasa, yaitu anak tidak bisa
menyebutkan nama-nama binatang pada
form KPSP dan mengucapkan 2 kata
berangkai seperti “minta minum” dan
“mau tidur”. Maka perkembangan An. X
meragukan
b. Tes Daya Dengar : Jumlah jawaban “TIDAK” = 0. An. X
tidak mengalami gangguan pendengaran

11
c. Tes Daya Lihat : An. X dapat mencocokan arah kartu E
sampai baris ketiga poster E. An. X tidak
mengalami gangguan pengelihatan
d. KMPE : Tidak didapati jawaban “YA”. An. X tidak
mengalami masalah perilaku emosional
e. M-Chat : Tidak didapati jawaban “TIDAK” An. X
tidak mempunyai risiko autism
f. GPPH : Didapati nilai 4. An. X tidak memiliki
gangguan pemutusan perhatian dan
hiperaktivitas

4. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan

III. ANALISA
1. Diagnosa Kebidanan
An. X usia 36 bulan dengan keterlambatan bicara
Data Dasar:
S: Ibu mengatakan Bernama X, berusia 36 bulan dan belum bisa
berbicara
O: KPSP
2. Masalah (bila ada)
An. X mengalami keterlambatan berbicara

IV. PENATALAKSANAAN
Jam 10.40
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa An. X mengalami
keterlambatan bicara
Hasil:
Ibu mengetahui kondisi anaknya

12
2. Menjelaskan kepada ibu tentang pentingnya melakukan stimulus kepada
anak dengan sering mengajak anak berbicara menggunakan dua kata
berangkai seperti “mau minum”, “mau makan”, “sudah mandi”,
bernyanyi, bercerita (membacakan buku cerita), dan memperkenalkan
dunia sekitar.
Hasil:
Ibu mengerti dan akan mencoba menstimulus anaknya dengan
mengajaknya berbicara sesering mungkin.
Jam 10.55
3. Memberitahu ibu bahwa ibu akan dibantu untuk menstimulus
perkembangan anaknya guna mengejar ketertinggalan perkembangan
bicara dan Bahasa.
Hasil:
Ibu bersedia dibantu dalam menangani masalah keterlambatan berbicara
anaknya
4. Mengajak anak berbicara menggunakan metode tanya jawab, bernyanyi,
dan bercerita. Mengajarkan anak mengucapkan 2-3 kata berangkai serta
meminta anak untuk minum dengan menggunakan sedotan guna
merangsang otot-otot bicara anak.
Hasil:
Anak masih canggung untuk berbicara
Jam 11.20
5. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang tanggal 31 Januari
2023
Hasil:
Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang tanggal 31 Januari 2023

13
DATA PERKEMBANGAN I

Hari/tanggal : 31 Januari 2021 Jam : 10.00 WIB


I. DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan Utama:
Ibu mengatakan anaknya dalam keadaan sehat. Ibu dan suami sudah
melakukan stimulus sesuai denga napa yang diinstruksikan, namun
anaknya masih belum memperlihatkan adanya perubahan.

II. DATA OBYEKTIF


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Perkembangan : Saat diajak berbicara, An. X masih belum bisa
menjawab pertanyaan menggunakan 2-3 kata
berangkai. An. X beberapakali mengeluarkan kata
yang sulit dimengerti orang lain.
: Ibu belum menerapkan terapi atau kegiatan
menyedot menggunakan sedotan di rumah.

III. ANALISIS
1. Diagnosa Kebidanan
An. X usia 36 bulan dengen keterlambatan bicara dan bahasa
Data Dasar:
S: Ibu mengatakan Bernama X berusia 36 bulan
O: Perkembangan

2. Masalah (bila ada)


An. X kesulitan dalam berkomunikasi untuk menyampaikan sesuatu

14
IV. PENATALAKSANAAN
Jam 10.10
1. Mensuport ibu untuk terus melakukan stimulus terhadap anaknya seperti
mengajak anak bermain sambal bernyanyi, bercerita, mengajarkan anak
mengucapkan 2-3 kata berangkai saat berinteraksi. Hindari
penggunakan Bahasa bayi. Koreksi pelafalan anak dengan
membenarkan pelafalan maupun kosa kata yang salah. Usahakan saat
berinteraksi hanya dengan satu Bahasa.
Hasil:
Ibu bersedia menstimulus perkembangan bicara anak sesering mungkin,
membenarkan pelafalan anak dan menggunakan satu Bahasa saat
berinteraksi.
2. Melakukan pemijatan di area wajah anak yaitu di area pipi, bawah
hidung, bawah telinga hingga dagu serta mengajadi ibu cara melakukan
pemijatan dan menganjurkan ibu untuk melakukan sendiri di rumah
sekitar 3-4 kali dalam seminggu.
Hasil:
Anak tampak tenang saat pemijatan
Jam 10.30
6. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang tanggal 13
Februari 2023
Hasil:
Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang tanggal 13 Februari 2023

15
DATA PERKEMBANGAN II

Hari/tanggal : 13 Februari 2023 Jam : 09.00


I. DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan Utama:
Ibu mengatakan An. X dalam keadaan baik. Ibu mengatakan bahwa ia
dan suami sudah menstimulus perkembangan bicara anak sesering
mungkin dan melakukan pijat pada area wajah sebanyak 3 kali dalam
seminggu.

II. DATA OBYEKTIF


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Pemeriksaan : KPSP
Dari hasil pemeriksaan, didapati skor 9. An. X
sudah mulai bisa menyebutkan beberapa jenis
hewan maupun benda di sekitarnya dengan jelas
namun masih belum bisa menggunakan kata
berangkai.

I. ANALISIS
1. Diagnosa Kebidanan
An. X usia 37 Bulan dengan pertumbuhan dan perkembangan yang
sesuai usianya
Data Dasar:
S: Ibu mengatakan Bernama X berusia 37 bulan
O: Pemeriksaan KPSP

2. Masalah (bila ada)


Tidak ada

16
II. PENATALAKSANAAN
Jam 09.15
1. Mensuport ibu agar tetap terus menstimulasi perkembangan anaknya.
Mengajak anak berbicara dengan benar secara perlahan, mengoreksi
kata yang salah. Puji anak Ketika dia berhasil menyelesaikan sesuatu
atau berbicara dengan benar.
Hasil:
Ibu bersedia untuk terus menstimulasi perkembangan berbicara anak
2. Mengajak anak bernyanyi, minum menggunakan sedotan, minta anak
mengulang atau menceritakan kegiatan yang telah dilakukkan. Serta
mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab dengan singkat.
Hasil:
Anak sedikit-sedikit bisa menjawab pertanyaan singkat tetapi
pengucapannya belum jelas.
Jam 09.30
3. Melakukan pemijatan pada wajah untuk merangsang otot-otot
bicaranya. Gerakan dilakukkan sebanyak 5-7 kali pada tiap Gerakan
Hasil:
Pemijatan telah dilakukan dan An. X merasa nyaman
7. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang tanggal 02 Maret
2023
Hasil:
Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang tanggal 02 Maret 2023

17
DATA PERKEMBANGAN III

Hari/tanggal : 02 Maret 2023 Jam : 09.00


I. DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan Utama:
Ibu mengatakan telah melakukan stimulus berupa interaksi dengan jelas
menggunakan 1 bahasa, mengajak bercerita serta bermain sambil
bernyanyi serta melakukan pemijatan pada area wajah sekitar organ
bicara. Anak sudah mau bercerita dan bernyanyi, serta sudah sering
menggunakan kata berangkai dalam berkomunikasi.

II. DATA OBYEKTIF


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Pemeriksaan : KPSP
Dari hasil pemeriksaan KPSP didapati skor 10
dimana An. X sudah mampu beberapa kali
menjawab pertanyaan singkat dengan 2-3 kata
berangkai.

III. ANALISIS
1. Diagnosa Kebidanan
An. X usia 37 bulan dengan tumbuh kembang yang sesuai dengan
usianya
Data Dasar:
S: Ibu mengatakan Bernama X berusia 37 bulan
O: Pemeriksaan KPSP

2. Masalah (bila ada)


Tidak ada

18
IV. PENATALAKSANAAN
Jam 09.20
1. Memuji ibu karena telah berhasil menstimulasi perkembangan bicara
anaknya. Lanjut stimulasi pijat bagian wajah selama 5-6 kali dalam
seminggu. Hindari pola asuh yang salah seperti memberikan segala
sesuatu yang anak mau dengan cara mengamuk. Selalu puji ana katas
segala hal yang berhasil ia lakukkan dengan memperbanyak ekspresi.
Hasil:
Ibu senang atas keberhasilannya menstimulus perkembangan bicara
anaknya
2. Melakukan pijatan di wajah, mengajak anak bernyanyi, bercerita, serta
menanyakan kegiatan yang telah dilakukan anak
Hasil:
Telah dilakukkan pemijatan di area sekitar organ bicara. Anak mau
menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan mengenai kegiatan yang
dilakukannya
Jam 09.30
3. Menganjurkan ibu dan suami untuk tetap menstimulasi perkembangan
anak dan melakukkan pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan
anak secara rutin setiap 6 bulan.
Hasil:
Ibu akan menstimulasi perkembangan anak sesering mungkin dan
melakukan pemeriksaan tumbuh kembang setiap 6 bulan sekali.

19
BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian An. X mengalami gangguan perkembangan
yakni keterlambatan bicara (Speech Delay) karena kurangnya stimulasi dari orang
tuanya, pola asuh yang salah seperti memberikan apa yang anak mau tanpa harus
memintanya dengan lisan yang membuat anak tidak tertarik untuk berbicara,
keterbatasan kesempatan atau bimbingan dari orangtua dikarenakan orangtua yang
sibuk bekerja sehingga pengetahuan anak menjadi rendah serta penggunaan lebih
dari satu bahasa di rumah dan lingkungan sekitar yang membuat An. X jarang
berkomunikasi seperti anak seusiannya.

4.2. Saran
Beberapa saran yang dapat kami berikan terkait kasus diatas
1. Perlu adanya pemeriksaan tumbuh kembang secara rutin pada bayi, balita, dan
anak prasekolah agar dapat mendeteksi secara dini adanya permasalahan pada
tumbuh kembang anak
2. Bagi orang tua, berilah stimulus pada anak agar dapat merangsang pertumbuhan
dan perkembangannya
3. Jangan berikan gadget pada anak dengan alasan agar anak tidak rewel, justru
hal tersebut dapat berpengaruh pada terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan anak.

20
DAFTAR PUSTAKA

D.F, U. (2019). Asuhan Kebidanan Gangguan Perkembangan pada An.R dengan


Keterlambatan Bicara (Speech Delay) di Desa Way Sido Wilayah .
Poltekkes Tanjungkarang.
Fauzi Saputra, O. H. (2015). PERBEDAAN TUMBUH KEMBANG ANAK
TODDLER YANG DIASUH ORANG TUA. 1123-1124.
Muslimat, A. L. (2020). Faktor dan Dampak Keterlambatan Berbicara (Speech
Delay) Terhadap Perilaku Anak Studi Kasus Anak Usia 3-5 Tahun. Jurnal
Al Qiyam.
Soetjiningsih Ranuh, G. (2013). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

21

Anda mungkin juga menyukai