Anda di halaman 1dari 82

ASUHAN NEONATUS DAN BAYI DENGAN

MASALAH
SERTA PENATALAKSANAANNYA
Kelompok 4
Hilda Islamiati 130103100054
Putri Puspitasari 130103100077
Eka Hendiani 130103100082
Yulianti 130103100084
Ita Fatimah 130103100085
Ai Nepi Maesaroh 130103097097
Adapun masalah-masalah pada neonatus dan bayi
dengan masalah serta penatalaksanaannya:

SOBORHEA

BISULAN

MILIARIASIS

DIARE

OBSTIPASI

INFEKSI

BAYI MENINGGAL MENDADAK (SIDS)


SEBORRHEA
Seborrhea dalah suatu peradangan pada kulit bagian
atas, yang menyebabkan timbulnya sisik pada kulit
kepala, wajah dan kadang pada bagian tubuh lainnya.
Biasanya, proses pergantian sel-sel pada kulit kepala
terjadi secara perlahan-lahan dan tidak terlihat oleh
mata, pergantian terjadi setiap bulan. Jika proses ini
lebih cepat, maka timbul gangguan pada kulit kepala
yang kita sebut ketombe dan Pada Bayi sering disebut
Dermatitis seborrheic, umumnya hanya terjadi pada
bayi karena hal ini terkait dengan hormon androgen
milik ibunya yang masih tersisa di dalam tubuhnya.
Etiologi
 Dermatitis seborrheic sering ditemukan sebagai
penyakit keturunan dalam suatu keluarga. Salah satu
penyebab ketombe adalah Pitysporum yang
merupakan jamur secara alami terdapat pada kulit
kepala dan bagian kulit yang lain. . Dengan
berkembangbiaknya jamur tersebut, akan
menyebabkan gatal pada kulit kepala dan
mempercepat kerontokan sel kulit yang lama. Hasilnya
: timbul Ketombe.
Lanjutan..

 Kondisi ketombe yang parah atau


dermatitis seboroik (seborrhea), seringkali
ditemukan di kulit kepala. Namun dapat
juga ditemukan di alis mata, pipi, di
belakang telinga atau bagian dada.
Seborrhea berupa sisik berwarna kuning
berminyak yang melekat pada kulit
kepala
cradle cap
Glabrous (daerah lipatan dan
tengkuk)
Generalisata (penyakit Leiner) yang terbagi
menjadi familial dan non-familial.
Faktor resiko terjadinya dermatitis
seboreik:
 Stres
 Kelelahan

 Kulit berminyak

 Jarang mencuci rambut

 Pemakaian losyen yang mengandung


alkohol
 Penyakit kulit (misalnya jerawat)

 Obesitas (kegemukan).
Gejala

 Pada bayi baru lahir yang berumur kurang dari 1


bulan, dermatitis seboroik menyebabkan ruam
tebal berkeropeng berwarna kuning di kulit kepala
(cradle cap) dan kadang tampak sebagai sisik
berwarna kuning di belakang telinga atau
beruntusan merah di wajah.
 Pada anak-anak, dermatitis seboreik menyebabkan
timbulnya ruam yang tebal di kulit kepala yang
sukar disembuhkan.
TANDA GEJALA SEBORHEA
Serpihan/Sisik

Gatal

Kemerahan
Pengobatan dermatitis seboreik
tergantung kepada usia penderita:
 1. Anak-anak.
 Untuk ruam bersisik tebal di kulit kepala, bisa
dioleskan minyak mineral yang mengandung asam
salisilat secara perlahan dengan menggunakan sikat
gigi yang lembut pada malam hari. Selama sisik
masih ada, kulit kepala juga dicuci dengan sampo
setiap hari; setelah sisiknya menghilang cukup dicuci 2
kali/minggu.
Lanjutan..
 2. Bayi.
 Kulit kepala dicuci dengan sampo bayi yang lembut
dan diolesi dengan krim hydrocortisone. Selama
ada sisik, kulit kepala dicuci setiap hari dengan
sampo yang lembut; setelah sisik menghilang cukup
dicuci 2 kali/minggu. . Produk-produk yang
digunakan untuk mengatasi ketombe biasanya
mengandung asam salisilat, coal tar, zinc pyrithione,
selenium sulfida dan belerang
Penatalaksanaan
 Penggunaan sampo bisa saja dilakukan karena sampo
merupakan produk yang dibuat khusus untuk
membersihkan kulit kepala dari kotoran.
 Banyak anak yang aktif di luar rumah sehingga banyak
mengeluarkan keringat dan membuat kepalanya bau. Bila
ingin menggunakan sampo setiap hari, pilih sampo jenis
mild.
 Untuk ketombe yang disebabkan jamur, kita bisa
menanganinya dengan mengontrol populasi jamur. Kita
bisa mencuci rambut anak setiap hari dan pijatlah kulit
kepala dengan sampo secara perlahan karena akan
menghilangkan jamur lewat serpihan kulit yang lepas.
lanjutan
 Pada kasus karena infeksi ringworm, pengobatan tidak
selalu harus dilakukan oleh dokter. Kita bisa menggunakan
obat antijamur yang bisa didapat di apotek. Carilah
produk-produk yang mengandung 2% clotrimezol. Pada
beberapa anak yang sensitif dengan produk krim, oleskan
sedikit saja. Namun jika terjadi ruam, cobalah
konsultasikan pada dokter untuk mendapatkan alternatif
pengobatan yang lain.
 Biasakan untuk selalu mencuci tangan sesudah menyentuh
kulit kepala anak yang terkena infeksi. Hal ini dilakukan
untuk menghindari penularan lebih lanjut.
Bisulan
Definisi
 Furunkel atau bisulan adalah infeksi kulit yang
disebabkan oleh staphylococcus profunda
yang berbentuk nodul-nodul lemak eritematosa
dan letaknya didalam, biasanya daerah muka,
pantat, leher, ketiak dan lain-lain.
 Nodul ini mengandung cairan yang dalam
waktu beberapa hari akan mengeluarkan
bahan nekrotik bernanah.
 Bisul adalah radang kecil bernanah dekat sekali
dengan permukaan kulit disebut dengan pustule
 Jadi, bisul adalah infeksi/peradangan yang terjadi
pada kulit atau jaringan sekitarnya dengan gejala
kulit merah/bengkak disertai fluktuasi dan nyeri.
Etiologi
Furunkel dapat disebabkan oleh beberapa factor,
diantaranya adalah sebagai berikut.
 Iritasi pada kulit.

 Kebersihan kulit yang kurang terjaga.

 Daya tahan tubuh yang rendah.

 Infeksi oleh staphylococcus aureus.


Patofisiologi
 Infeksi di mulai dari peradangan pada folikel
rambut di kulit ( folikulitis ) yang menyebar pada
jaringan sekitarnya. Radang pus ( nanah ) yang
dekat sekali dengan kulit disebut pustule. Pustule ini
menyebabkan kulit di atasnya sangat tipis,
sehingga pus didalam dapat dengan mudah
mengalir keluar.
Tanda dan Gejala
 Nyeri pada daerah ruam.
 Ruam pada daerah kulit berupa nodus eritematosa
yang berbentuk kerucut dan memiliki pustule.
 Nodul dapat melunak menjadi abses yang berisi
pus dan jaringan nekrotik yang dapat pecah
membentuk fistel lalu keluar melalui lobus minoris
resistensiae.
 Setelah seminggu, umumnya furunkel akan pecah
sendiri dan sebagian dapat menghilang dengan
sendirinya.
Tempat terjadinya bisul
 Leher
 Payudara
 wajah dan bokong
 Akan terasa sangat nyeri jika timbul di sekitar
hidung atau telinga atau pada jari-jari tangan.
Jenis-Jenis Bisul

Folikulitis
Furunkel
Karbunkel
Furunkel losis
Abses multiple
Hidradenitis
Skrofulo derma
Penatalaksanaan
 Kebanyakan furunkel tidak membutuhkan
pengobatan dan akan sembuh dengan sendirinya.
 Jaga kebersihan daerah yang mengalami furunkel
serta daerah sekitarnya.
 Berikan pengobatan tipikal dengan kompres
hangat untuk mengurangi nyeri dan melunakan
nodul. Kompres hangat dapat dilakukan sambil
menutup ruam untuk mencegah penularan ke
daerah lainnya.
 Jangan memijit furunkel, terutama yang letaknya di
daerah hidung dan bibir atas karena dapat
menyebabkan penyebaran kuman secara
hematogen.
 Bila furunkel terjadi di daerah yang tidak umum,

seperti pada hidung atau telinga, maka


berkolaborasilah dengan dokter untuk melakukan
insisi.
 Terapi antibiotic dan antiseptic diberikan
bergantung pada luas dan beratnya penyakit,
misalnya dengan pemberian Achromycin 250 mg
sebanyak 3 atau 4 kali per hari.
 Bila furunkel terjadi secara menetap atau berulang
atau dalam jumlah yang banyak, maka kaji factor
predisposisi adanya diabetes mellitus.
MILIARIASIS
 Milliariasis disebut juga sudamina, liken tropikus,
biang keringat, keringat buntet, atau prickle heat.
Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan
oleh retensi keringat tersumbatnya pori kelenjar
keringat.
 Kasus milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru
lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan
akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4
minggu kemudian. Terkadang kasus ini menetap
untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke
daerah sekitarnya.
gejala
 Ditandai dengan kemerahan, disertai dengan
gelembung kecil berair yang timbul akibat
keringat berlebihan disertai sumbatan saluran
kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian
yang tertutup pakaian (dada, punggung),
tempat yang mengalami tekanan atau gesekan
pakaian dan juga kepala
Faktor penyebab

 Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara


yang kurang
 Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap
keringat
 Aktivitas yang berlebihan
 Setelah menderita demam atau panas
 Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang
menimbulkan radang dan edema akibat perspirasi
yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum
korneum
Patofisiologi
 Patofisiologi terjadinya milliariasis diawali
dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar
keringat, sehingga pengeluaran keringat
tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat ini
ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara
kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya
radang dan udema akibat perspirasi yang tidak
dapat keluar yang kemudian diabsorpsi oleh
stratum korneum.
Bentuk miliariasis

Miliaria kristalina

Miliaria rubra

Miliaria profunda
Miliaria kristalina
 Miliaria kristalina
 Kelainan kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm
berisi cairan jernih disertai kulit kemerahan
 Vesikel bergerombol tanpa tanda radang
pada bagian pakaian yang tertutup pakaian
 Umumnya tidak menimbulkan keluhan dan
sembuh dengan sisik halus
 Pada keadaan histopatologik terlihat
gelembung intra/subkorneal
 Asuhan : pengobatan tidak diperlukan,
menghindari udara panas yang berlebihan,
ventilasi yang baik serta menggunakan
pakaian yang menyerap keringat.
Miliaria rubra
 Sering dialami pada anak yang tidak biasa tinggal didaerah
panas
 Kelainan berupa papula/gelembung merah kecil dan dapat
menyebar atau berkelompok dengan rasa sangat gatal dan
pedih
 Staphylococcus juga diduga memiliki peranan
 Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum
spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan
perifer kulit di epidermis
 Asuhan : gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat,
menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik,
dapat diberikan bedak salicyl 2% dibubuhi menthol 0,25-2%
Miliaria rubra
Miliaria profunda
• Timbul setelah miliaria rubra
• Papula putih, kecil, berukuran 1-3 mm
• Terdapat terutama di badan ataupun ekstremitas
• Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara
klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel
• Tidak gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar
kemerahan, bentuk ini jarang ditemui
• Pada keadaan histopatologik tampak saluran kelenjar
keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa
infiltrasi sel radang
• Asuhan : hindari panas dan lembab berlebihan,
mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan
pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan atau
tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam
alkohol
Miliaria profunda
Penatalaksanaan

Asuhan yang umum diberikan adalah sebagai berikut :


• Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan
keringat dan menghilangkan sumbatan yang sudah
timbul.
• Jaga kebersihan tubuh bayi.
• Upayakan untuk menciptakan lingkungan dengan
kelembapan yang cukup serta suhu yang sejuk dan
kering, misalnya pasien tinggal di ruangan ber-AC
atau didaerah yang sejuk dan kering.
• Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak
terlalu sempit.
lanjutan
 Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.
 Pada milliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2%
dengan menambahkan mentol 0,5-2% yang bersifat
mendinginkan ruam.
 Bila membasah, jangan berikan bedak, karena
gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan
kelenjar
 Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat
diberikan antibiotik
 Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan
bersih, sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk)
DIARE
 Diare adalah buang air besar dengan
frekuensi 3x atau lebih per hari, disertai
perubahan tinja menjadi cair dengan atau
tanpa lendir dan darah yang terjadi pada
bayi dan anak yang sebelumnya tampak sehat
(A.H. Markum, 1999)
Etiologi

• Diare dapat disebabkan karena beberapa


faktor, seperti
1. Infeksi (enteral dan parenteral)
2. Malabsorbsi (karbohidrat, lemak
protein)
3. Makanan (basi, beracun, dll)
4. Psikologi (rsa takut, cemas)
Patogenesis

 1. gangguan osmotik (mknn/zat yg tdk dpt diserp


o/ tbh tekann osmotik dlm rongga usus )

 2. gangguan sekresi

 3. gangguan motilitas usus (hiperperistaltik


berkurangny usus menyerap mknn yg msuk )
Patogenesis Diare Akut
• Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus

halus setelah berhasil melewati rintangan asam


lambung.
• Jasad renik tersebut akan berkembang biak

(multiplikasi) di dalam usus halus.


• Dari jasad renik tersebut akan keluar toksin (toksin
diaregenik).
• Toksin diaregenik akan menyebabkan hipersekresi

yang selanjutnya akan menimbulkan diare.


Jenis diare

Disentri, terdapat darah


Diare akut, feses sering dalam feses, sedikit-
dan cair, tanpa darah, sedikit/sering, sakit perut,
berakhir <7 hari, muntah, sakit pada saat BAB,
demam anoreksia, kehilangan BB,
kerusakan mukosa usus

Diare persisten, berakhir


selama 14 hari/lebih,
dapat dimulai dari diare
akut ataupun disentri
Tanda dan gejala

 Gejala sering dimulai dengan anak yang tampak


malas minum, kurang sehat diikuti muntah dan diare
 Feses mula-mula berwarna kuning dan encer,
kemudian berubah menjadi hijau, berlendir dan berair
serta frekuensinya bertambah sering
 Cengeng, gelisah, lemah, mual, muntah, anoreksia
 Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit
jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata
cekung, membran mukosa kering.
 Pucat anus dan sekitarnya lecet
 Pengeluaran urin berkurang/tidak ada
Tahapan dehidrasi menurut Ashwill
dan Droske (1997)
 Dehidrasi ringan, BB menurun 3-5% dengan
volume cairan yang hilang < 50 ml/kgBB
 Dehidrasi sedang, BB menurun 6-9% dengan

volume cairan yang hilang 50-90% ml/kgBB


 Dehidrasi berat, BB menurun lebih dari 10%

dengan volume cairan yang hilang ≥100


ml/kgBB
Komplikasi

Komplikasi yang terjadi jika diare tidak


tertangani secara tepat dan tepat, antara lain:
• Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan

elektrolit.
• Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume

darah dan apabila penurunan volume darah


mencapai 15-25% BB maka akan menyebabkan
penurunan tekanan darah
 Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah
meteorismus, hipotoni otot, kelemahan, bradikardi,
dan perubahan pada pemeriksaan EKG
 Hipoglikemia
 Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat
defisiensi enzim laktosa karena kerusakan vili
mukosa usus halus
 Kejang
 Malnutrisi energi protein karena selain diare dan
muntah, biasanya penderita mengalami
kelapararan.
Penatalaksanaan

Prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut:


1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan
rumatan)
2. Diatetik (pemberian makanan)
3. Obat-obatan
4. Teruskan pemberian ASI karena dapat
meningkatkan daya tahan tubuh
Oralit diberikan sebanyak lebih kurang 100 ml/kgBB setiap 4-
6 jam pada kasus dehidrasi ringan sampai berat
• Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga (cairan RT)

• a) Larutan gula garam (LGG): 1 sendok teh gula pasir + ½


sendok teh garam dapur halus + 1 gelas air masak atau air teh
hangat
• b) Air tajin (2 liter + 5g garam)
• 1) Cara tradisional
• 3 liter air + 100g atau 6 sendok makan beras dimasak selama

45-60 menit
• 2) Cara biasa
• 2 liter air + 100g tepung beras + 5g garam dimasak hingga
mendidih
OBSTIPASI

Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras


akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi
pada saluran cerna. Bisa juga didefinisikan
sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama
3 hari atau lebih.
Etiologi

• Obstipasi pada anak dapat disebabkan oleh


hal-hal berikut :
1. Kebiasaan makan
2. Hipotiroidisme
3. Keadaan – keadaan mental
4. Penyakit organic
5. Kelainan kongenital
Tanda dan gejala

• Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam


36 jam pertama, pada bayi tidak mengeluarkan feses
selama 3 hari atau lebih.
• Sakit dan kejang pada perut.
• Pada pemeriksaan rektal, jari akan merasa jepitan udara
dan mekonium yang menyemprot.
• Feses besar dan tidak dapat digerakan dalam rectum.
• Bising usus yang janggal.
• Merasa tidak enak badan , anoreksia, dn sakit kepala.
• Terdapat luka pada anus.
Patofisiologis dan patogenesis
Pada keadaan normal sebagian besar rectum dalam
keadaan kosong kecuali bila adanya refleks masa
dari kolon yang mendorong feses ke dalam rectum
yang terjadi sekali atau dua kali sehari. Hal tersebut
memberikan stimulus pada arkus aferen dari refleks
defekasi. Dengan adanya stimulus pada arkus eferen
tersebut akan menyebabkan kontraksi otot dinding
abdomen sehingga terjadilah defekasi.
Pembagian :

 Obstipasi akut, yaitu rektum tetap mempertahankan


tonusnya dan defekasi timbul secara mudah dengan
stimulasi laksatif , supositoria, atau enema.
 Obstipasi kronik, yaitu rektum tidak kosong dan
dindingnya mengalami peregangan berlebihan
secara kronik, sehingga tambahan feses yang
datang mencapai tempat ini tidak menyebabkan
rektum meregang lebih lanjut. Reseptor sensorik
tidak memberikan repons pada dinding rektum lebih
lanjut, flaksid, dan tidak mampu untuk berkontraksi
secara efektif.
komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada penderita
obstipasi adalah sebagai berikut :
• Perdarahan

• Ulserasi

• Obstruksi parsial

• Diare intermiten

• Distensi kolon akan menghilang jika ada sensasi

regangan rektum yang mengawali proses defekasi.


Berikut adalah penilaian yang perlu dilakukan
pada saat melakukan manajemen kebidanan.

 Penilaian asupan makanan dan cairan.


 Penilaian dari kebiasaan usus (kebiasaan pola
makan).
 Penilaian penampakan stres emosional pada

anak yang dapat memengaruhi pola defekasi


bayi.
Penatalaksanaan

 Mencari penyebab obstipasi.


 Menegakan kembali kebiasaan defekasi yang normal
dengan memperhatikan gizi,tambahan cairan, dan
kondisi psikis.
 Pengosongan rektum dilakukan jika tidak ada
kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakan
kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rektum bisa
dilakukan dengan disimpaksi digital, enema minyak
zaitun, dan laktasif.
INFEKSI

 Infeksi perinatal adalah infeksi


pada neonatus yang terjadi pada
masa antenatal, intranatal, dan
postnatal.
Patogenesis
 Infeksi pada bayi baru lahir sering ditemukan pada
BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi
yang lahir dirumah sakit dibandingkan dengan
bayi yang lahir diluar rumah sakit. Bayi baru lahir
mendapat kekebalan atau imunitas transplasenta
terhadap kuman yang berasal dari ibunya.
Sesudah lahir, bayi terpapar dengan kuman yang
jugaberasal dari orang lain dan terhadap kuman
dari orang lain
Etiologi

 Infeksi perinatal dapat disebabkan oleh


berbagai bakteri seperti, Escherichia coli,
Psedomonas pyocyaneus, Klebsielia,
staphylococcus aureus, Coccus gonococcus.
Coccus gonococcus.
Klasifikasi
 Infeksi karena bakteri pada bayi baru lahir dapat
diklasifikasikan menjadi tiga
 Infeks bakteri sistemik , yaitu apabila bayi tampak
mengantuk/letargi/tidak sadar, kejang disertai satu tanda infeksi,
gagguan nafas, malas minum atau tidak bisa minum dengan atau tanpa
muntah, bagian tubuh merah dan mengeras, ubun-ubun cembung, suhu
lebih dari 370C dan teraba panas, atau suhu kurang dari 360C dan
teraba dingin.
 Infeks lokal berat, yaitu apabila ditemukan nanah di daerah mata,
telinga, tali pusat atau umbilikus kemerahan dan meluas sampai ke kulit
perut, bernanah serta ada kerusakan kulit.
 Infeksi bakteri lokal, apabila ada nanah keluar dari mata dalam jumlah
sedikit, daerah tali pusat dan umbilikus kemerahan berbau busuk dan
terjadi sdikit kerusakan kulit.
Infeksi ini bisa terjadi pada saat
antenatal, intranatal, dan postnatal.
1. Infeksi antenatal.
Infeksi yang trjadi pada kehamilan ketika kuman
masuk ke tubuh janin melalui sirkulasi darah ibu, lalu
masuk melewati plasenta dan akhirnya ke dalam
sirkulasi darah umbilikus. Berikut adalah contoh kuman
yang menginvasi ke dalam janin.
• Virus rubella, poliomyelitis, variola, vaccinia, coxsckie

dan cytomegalic inclusion.


• Spirochaeta : Terponema palidum

• Bakteri : E. coli dan Listeria monocytoganes.


Lanjutan..
2. Infeksi intranatal.
• Infeksi terkaji pada masa perslinan. Infeksi ini
sering terjadi ketika mikroorganisme masuk
dari vagina, lalu naik dan kemudian masuk ke
dalam rongga amnion, biasanya setelah
selaput ketuban pecah. Ketuban yang pecah
lebih dari 12 jam akan menjadi penyebab
timbulnya plasentitis dn amniotis.
Lanjutan..
3. Infeksi postnatal.
• Infeksi pada periode postnatal dapat terjadi setelah

bayi lahir lengkap, misalnya melalui kontamiasi


langsung dengan alat-alat yang tidak steril, tindakan
yang tidak antiseptik atau dapat juga terjadi
akibatinfeksi silang, misalnya pada neonatus ,
omfalitis, dan lain-lain.
Tanda dan gejala
 Gejala infeksi yang umumnya terjadi pada bayi yang
mengalami infeksi perinatal adalah sebagai berikut :
 Bayi malas minum.
 Gelisah dan mungkin juga terjadi letargi.
 Frekuensi pernafasan meningkat.
 Berat badan menurun.
 Pergerakan kurang.
 Muntah.
 Diare.
 Sklerema dan udema.
 Perdarahan, ikterus, dan kejang.
 Suhu tubuh dapat normal, hipotermi, dan hipertermi.
Penatalaksanaan
 Berikan posisi semifowler agar sesak berkurang.
 Apabila suhu tinggi, lakukan kompres dingin.
 Berikan ASI perlahan-lahan, sedikit demi sedikit.
 Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah
yaitu posisi tidur miring ke kiri atau ke kanan.
 Apabila ada diare, perhatikan personal hygine
dan keadaan lingkungan.
 Rujuk segera ke rumah sakit. Lakukan informed
consent pada keluarga.
SINDROM KEMATIAN BAYI MENDADAK (SUDDEN INFANT
DEATH SYNDROME – SIDS)

Sindrom kematian mati


mendadak (sudden infant death
syndrome – SIDS) terjadi pada
bayi yang sehat, saat
ditidurkan tiba-tiba ditemukan
meninggal beberapa jam
kemudian. SIDS terjadi kurang
lebih 4 dari 1000 kelahiran
hidup, insiden puncak dari SIDS
pada bayi usia 2 minggu dan
1tahun.
Etiologi
 Secara pasti penyebabnya belum diketahui, namun
beberapa ahli telah melakukan penelitian dan
mengemukakan ada beberapa penyabab SIDs yaitu
sebagai berikut :
 Ibu yang masih remaja.
 Bayi dengan jarak kehamilan yang dekat.
 Bayi laki-laki dengan berat badan di bawah normal.
 Bayi yang mengalami dysplasia bronkopolmuner.
 Bayi premature.
 Gemeli (bayi kembar).
 Bayi dengan sibling.
Lanjutan..
 Bayi dengan ibu ketergantungan narkotika.
 Prevalensi pada bayi dengan posisi tidur telungkup.
 Bayi dengan virus pernafasan.
 Bayi dengan infeksi botulinum.
 Bayi dengan apneu yang berkepanjangan.
 Bayi dengan gangguan pola nafas herediter.
 Bayi dengan kekurangan surfaktan pada alveoli.
Patofisiologi

 Temuan postmortem adalah terkait langsung


dengan kelainan perkembangan batang otak
dan asfiksia kronis. Perubahan asfiksi adalah
akibat kelainan yang mendasar yang
menyebabkan gangguan perkembangan
batang otak atau akibat disfungsi batang
otak.
Peran Orangtua

 Harap waspada jika anak sedang berada


dalam ayunan atau tempat tidur dengan
bantal, mainan lunak, dan besar, yang bisa
menyebabkan muka bayi tertutup dan
mempengaruhi dia bernapas. Jauhkan bayi
anda dengan kondisi kepala terbuka. Pastikan
suhu ruangan (sekitar 65 derajat Fahrenheit),
terutama jika anda membedung bayi.
Penatalaksanaan

• Bantu orang tua mengatur jadwal untuk melakukan


konseling.
• Berikan dukungan dan dorongan kepada orang tua,
ajak orang tua untuk mengungkapkan rasa dukanya.
• Berikan penjelasan mengenai SIDs, beri kesempatan
pada orang tua untuk mengajukan pertanyaan.
• Beri pengertian pada orang tua bahwa perasaan
yang mereka rasakan adalah hal yang wajar.
 Beri keyakinan pada sibling (jika ada) bahwa
mereka tidak bersalah terhadap kematian bayi
tersebut, bahkan jika mereka sbenarnya juga
mengarapkan kematian dari bayi tersebut.
 Jika ibu nanti melahirkan bayi kembali, beri
dukungan pada orang tua selama beberapa bulan
pertama, paling tidak sampai melewati usia bayi
yang meninggal sebelumnya.
Asuhan bidan

 Beritahu ibu cara menyusui yang benar dan aman


karena dikhawatirkan ibu menyusui sambil berbaring
yang dapat memungkinkan bayi mengalami sesak
napas karena tertutup hidungnya.
 Beritahu ibu untuk tidak membiarkan bayinya tidur
dalam keadaan tengkurap, jika bayi tertidur seperti
itu maka ibu seharusnya merubah posisi tidurnya.
 Beritahu orang tua untuk berada jauh dari bayi saat
merokok.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai