Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PROBLEM PENGEMBANGAN PAUD


diajukan untuk memenuhi salah satu Syarat Mata Kuliah Konsep Dasar PIAUD

Ema Marhamah, S.Pd.i, M.Pd.i

oleh :

Kelompok 2

1. Dewi Rahmawati (23245714)


2. Siti Faridah (23245730)
3. Rika Nurarti (23245723)
4. Dewi Safitri (23245715)
5. Noneng Siti rukoyah (23245725)
6. Ni'mah Fauziah (23245728)
7. Dinda Arica Juniar Subhan (23245740)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

SEKOLAH TINGGI ISLAM AL – ITTIHAD

CIANJUR

2023

i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur atas rahmat dan ridho Allah
Swt. karena rahmat dan ridho-Nya, kita dapat menyelesaikan makalah ini dan
selesai tepat waktu walaupun masih banyak kekurangan.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada ibu Ema Marhamah, S.Pd.i
M.Pd.i selaku dosen pengampu mata kuliah Konsep Dasar PIAUD yang
membimbing kami dalam pengerjaan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman kami yang selalu sedia membantu dalam hal
mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini kami
menjelaskan tentang Problem Pengembangan Paud.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum
kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun
dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna.

Cianjur, 23 Januari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Masalah .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2

A. Pengertian Permasalahan Paud ............................................................ 2


B. Jenis-jenis Permasalahan Paud ............................................................. 3
C. Problem Paud dan Penanganannya ...................................................... 7

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 11

A. Kesimpulan .......................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam


menunjang sebuah proses penananan ilmu pengetahuan apalagi yang ingin
di berikan kepada anak uasia dini. Sebuah proses pendidikan membutuhkan
sebuah pemikiran dan sebuah cara yakni berfilsafat dalam hal memberikan
yang terbaik bagi pendidikan demi kemajuan pendidikan bangsa dan demi
tercapainya tujuan pendidikan bangsa yang jelas tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “ Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”.
Dalam filsafat pendidikan anak usia dini ada hal sangat perlu di
perhatikan dan difikirkan secara matang sebelum menghadapi anak dalam
proses pembelajaran yakni bagaimana peran seorang guru dalam
memberikan pelajaran dan bagaimana seorang guru mampu untuk
memancing kekreatifitasan anak demi pembentukan karakter anak yang
baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari permasalahan pada anak?
2. Jenis-jenis permasalahan pada anak?
3. Apa saja problem paud dan penanganannya?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk menambah wawasan penulis serta pembaca tentang
permasalahan pendidikan pada anak usia dini
2. Untuk mengetahui jenis-jenis permasalahan pendidikan anak usia
dini
3. Untuk memahami problem pada paud beserta penanganannya

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Permasalahan Anak

Permasalahan anak-anak adalah sesuatu yang mengganggu


kehidupan anak, yang timbul karena ketidakselarasan pada
perkembangannya. Pada anakanak prasekolah perilaku yang dapat
dipandang sebagai normal untuk usia tertentu juga sulit dibedakan dari
perilaku yang bermasalah. Perilaku bermasalah mungkin digunakan untuk
mengidentifikasikan membesarnya frekuensi atau intensitas perilaku
tertentu sampai pada tingkatan yang mengkhawatirkan.

Permasalahan pada anak usia dini adalah sesuatu hal yang akan
mengganggu kehidupan anak, yang timbul karena ketidaksesuaian pada
perkembangannya. Secara garis besar, masalah yang dihadapi anak dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu masalah internal dan masalah eksternal
internal terdiri dari masalah fisik (kesehatan) dan psikis merupakan masalah
yang timbul dari dalam diri anak, sedangkan masalah eksternal adalah
masalah yang terdiri dari masalah sosial merupakan masalah yang
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.

B. Jenis-jenis Permasalahan Paud


1. permasalahan internal pada pekembangan PAUD
a. Fisik (Kesehatan) Permasalahan Kesehatan adalah permasalahan
yang sangat berpengaruh besar terhadap aspek perkembangan
lainnya, ketika kesehatan anak bermasalah maka perkembangan
anak akan tehambat. Perkembangan aspek fisik terkait dengan
keutuhan dan kemampuan fungsi panca indera anak, kemampuan
melakukan gerakan-gerakan sesuai perkembangan usianya serta
kemampuan mengontrol pembuangan Anak yang mengalami
hambatan dalam hal-hal tersebut tidak memiliki jari yang sempurna,

2
tuli, anggota tubuh yang tidak sempurna, namun ada juga anak yang
terlahir dalam keadaan normal akan tetapi ketika berusia 8 bulan ia
mengalami panas yang sangat tinggi dan sejak itu anak tersebut
mengalami kecacatan selamanya. e. Kegemukkan Anak yang
mengalami obesitas menjadi sangat terbatas ruang gerak yang ia
miliki ia harus menopang berat beban paada tubuhnya hal ini
disebabkan karena gizi yang berlebihan. Dalam hal ini, sebaiknya
orangtua memperhatikan asupan makanan dengan kadar yang sesuai
dan tidak berlebihan dan sering mengajaknya berolahraga.
b. Berbahasa merupakan keterampilan dalam mendengar, berbicara,
membaca dan menulis. Dalam hal keterampilan yang diutamakan
adalah mendengar dan berbicara. Masalah berbahasa yang dialami
anak usia dini berawal dari ketidakmampuan mendengar dan
memahami bahasa lisan yang diucapkan orang- orang sekelilingnya.
Anak yang bermasalah dalam perkembangan bahasanya pada
umumnya anak tersebut mengalami beberapa gangguan, misalnya:
• Keterlambatan bicara adalah salah satu gangguan
perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak dini
gangguan bicara dan bahasa ini harus dilakukan oleh semua
individu yang terlibat dalam penanganan anak ini mulai dari
orang tua, keluarga, dan dokter. Pada anak normal tanpa
gangguan bicara dan bahasa juga perlu stimulasi
kemampuan bicara dan bahsa sejak lahir, bahkan bisa juga
dilakukan stimulasi sejak dalam kandungan. Dengan
stimulasi dini diharapkan kemampuan anak dalam berbahsa,
khususnya berbicara akan berjalan optimal. Speech delay
bisa disebabkan karena pemberian makan dengan tekstur
yang tidak sesuai. Penanganan keterlambatan berbicara
dilakukan dengan pendekatan medis sesuai dengan penyebab
kelainan tersebut. Biasanya anak yang mengalami speech
delay ia juga bermasalah pada gangguan pendengarannya.

3
• Anak yang menderita gagap tidak dapat berkomunikasi
secara wajar. Wajar disini mengandung pengertian normal,
jelas dan tidak tersendat-sendat. Gejala yang sering
diperhatikan dengan gagap adalah sering mengulang atau
memperpanjang suara suku kata atau kata-kata dan sering
terjadi keraguan dan penghentian bicara sehungga
mengganggu arus irama bicara. c. Anak yang menderita
cadel tidak dapat menyebut huruf tertentu dengan jelas
misalnya “R” “L “S” dan lain-lain. Penyebab cadel biasanya
terjadi karena orang disekitarnya telah membiasakan
berbicara yang tidak sesuai dengan kata sebenarnya, contoh:
sayang jadi “tayang” atau makan jadi “mamam”.

2. permasalahan eksternal pada pekembangan PAUD


Perhatian berbagai pihak terhadap pendidikan anak usia dini saat ini
begitu antusias. Pemerintah dan masyarakat telah melakukan berbagai usaha
untuk meningkatkan pendidikan anak usia dini di Indonesia. Namun
demikian, pendidikan anak usia dini masih banyak menghadapi
permasalahan. Permasalahan tersebut begitu kompleks dan memiliki
keterkaitan.
Beberapa persoalan tersebut, menurut Suyanto, (2005:241-243),
antara lain berkaitan dengan :
(1) perekonomian yang lemah
(2) kualitas asuhan rendah
(3) program intervensi orang tua yang rendah
(4) kualitas PAUD yang rendah
(5) kuantitas PAUD yang kurang
(6) kualitas pendidik PAUD rendah
(7) regulasi atau kebijakan pemerintah tentang pengelolaan PAUD.

4
Pertama, secara kuantitas penduduk Indonesia masih banyak yang
hidup dalam taraf kemis-kinan. Menurut data BPS sebagai banyak dilansir
oleh media masa, pada tahun 2009 kurang lebih 32,7 % rakyat Indonesia
miskin. Dengan demikian, lebih dari 32,7 % anak usia dini hidup dalam
keluarga miskin. Dalam keadaan ekonomi yang begitu sulit, orang tua si
anak tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak. Selain itu,
banyak anak usia dini yang seharusnya mendapatkan bantuan
mengembangkan potensi yang dimilikinya, terpaksa mencari uang untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya. Misalnya, di kota-kota besar terlihat
anak usia dini yang berprofesi sebagai pengemis, pemulung, dan lain-lain.
Dengan begitu, anak tidak mendapat pelayanan pendidikan yang benar
karena tidak memiliki biaya, yang akhirnya sibuk mencari uang untuk
membantu ekonomi keluarganya. Selain itu, begitu banyak anak usia dini
yang tidak dapat minum susu yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh
kembangnya. Anak hanya meminum ASI ibunya, itupun mungkin hanya
setahun karena banyak anak usia 1 tahun mempunyai adik lagi. Kualitas ASI
pun mungkin sangat rendah karena asupan gizi si ibu sendiri pun kurang.
Selain itu, kualitas makanannya pun tidak memenuhi kebutuhan gizi
hariannya. Hal ini dapat berpengaruh terhadap potensi genetiknya.
Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat berkembang secara
optimal. Pertumbuhan badan dan kecerdasan anak terhambat. Tak dapat kita
bayangkan bagaimana kehi-dupan bangsa dengan banyak generasi penerus
dengan kondisi seperti ini. Oleh karena itu, perlulah kiranya pemerintah
untuk mengubah kehidupan rakyat miskin. Rakyat miskin harus segera
dikurangi sehingga anak-anak dapat memenuhi kebutuhan gizinya dengan
baik sehingga generasi penerus bangsa adalah generasi yang cerdas dan
sehat.
Kedua, akhir-akhir ini, di media masa diberitakan masih banyak
kasus ibu yang tega membuang anaknya begitu ia dilahirkan, bahkan tega
membunuh anak kandungnya sendiri. Begitu banyak alasan yang mereka
kemukakan mengapa mereka melakukan tindakan tersebut, mulai dari rasa

5
malu karena bayi tersebut merupakan hasil hubungan gelap sampai kepada
rasa khawatir karena tidak akan mampu merawat, mengurus dan
membiayainya. Hal ini membuktikan tingkat kualitas asuhan terhadap anak
usia dini begitu rendah. Tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi ibu dan
calon ibu turut memperparah keadaan ini. Banyak ibu yang tidak tahu
bagaimana cara memberi makan, cara mengasuh, dan mendidik anak.
Karena tingkat ekonomi yang rendah, banyak ibu dan calon ibu yang tidak
sempat membaca buku-buku tentang merawat dan mendidik anak. Alih-alih
untuk membeli buku-buku tersebut, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
pun mereka harus bekerja keras.
Ketiga, program intervensi untuk membantu keluarga dengan anak
usia dini masih rendah. Program Pos Pelayanan Terpadu belum dapat
memenuhi kebutuhan mereka. Bahkan, program ini di beberapa daerah
hampir tidak dilaksanakan. Istilah yang tepat untuk kehidupan Posyandu
adalah hidup enggan mati tak mau. Sebagai bukti nyata, terdapat banyak
bayi yang kekurangan gizi tidak terdeteksi oleh petugas kesehatan.
Keberadaan mereka dapat diketahui setelah tersiarkan di televisi-televisi.
Memang, dalam praktiknya Posyandu saat ini tidak seideal dengan tujuan
program semula. Belakang ini Posyandu, di beberapa tempat, dilaksanakan
oleh para pengurus RW dan RT tanpa didampingi oleh para ahli kesehatan
yang memadai. Kegiatan Posyandu secara rutin hanya melakukan
penimbangan Balita tanpa memberikan penyuluhan dan bimbingan yang
memadai kepada mereka. Mereka tidak mendapat bantuan makanan pokok,
susu untuk anak-anak ketika anak mengalami kekurangan gizi. Bantuan
amat terbatas sehingga tidak menjangkau seluruh rakyat miskin. Akibatnya,
banyak ibu hamil yang kekurangan gizi, pemeriksaan dokter. Begitu banyak
ibu hamil yang tidak mampu memeriksakan kondisi kandungan-nya,
sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin kurang terawat dan tidak
optimal. Hal ini mengakibatkan tingkat kematian bayi dan ibu sangat tinggi.
Hal ini sangat jauh berbeda dengan negara-negara maju di mana keluarga

6
miskin dan keluarga tidak mampu mendapat gaji, bantuan makanan pokok,
dan susu untuk anak-anak mereka.
Keempat, kenyataan di masyarakat institusi pendidikan anak usia
dini amatlah sedikit yang dikelola oleh pemerintah, hampir sebagian besar
institusi pendidikan anak usia dini yang ada dikelola oleh pihak swasta dan
masyarakat. Ini berarti biaya PAUD masih ditanggung oleh orang tua dan
masyarakat, sementara itu kondisi ekonomi masyarakat kita masih lemah.
Bangunan yang digunakan untuk pendidikan anak usia dini yang ala
kadarnya, ruangan yang begitu terbatas, tanpa memperhatikan penataan
yang maksimal, ditambah kurangnya fasilitas yang mendukung
pengembangan berba-gai potensi yang dimiliki anak. Misalnya, arena
bermain yang kurang, alat-alat permainan yang kurang. Dengan kata lain,
lembaga istitusi PAUD harus menghidupi dirinya sendiri tanpa mendapat
bantuan pemerintah yang memadai. Institusi PAUD berjalan de-ngan dana
operasional yang sangat minim, gaji para guru PAUD dapatlah dikatakan
kurang memadai, banyak institusi PAUD yang hanya mampu membayar
gurunya antara 200.000 sampai dengan 300.000 bahkan masih ada yang di
bawah angka tersebut. Hal inilah yang menyebabkan kualitas layanan
PAUD tidak begitu maksimal, terutama di wilayah pedesaaan. Pelayanan
PAUD yang berkualitas pada umumnya hanya terdapat di kotakota besar, di
mana orang tua sanggup membayar dengan harga tinggi. Sedangkan di
pedesaan, terutama anak-anak yang berasal dari keluarga miskin belum
memperoleh kesempatan PAUD secara proporsional. Dengan kata lain,
dapat dikatakan bahwa terdapat kesenjangan akses pendidikan pada
pendidikan anak usia dini. Akses anak usia dini terhadap layanan
pendidikan dan perawatan melalui PAUD masih terbatas dan tidak merata.
Dari sekitar 28,2 juta anak usia 0-6 tahun yang memperoleh layanan PAUD
baru sekitar 7,2 juta (25,3 %). Untuk anak usia 5-6 tahun yang jumlahnya
sekitar 8,14 juta anak, baru sekitar 2,63 juta anak (32,36) yang memperoleh
layanan pendidikan di TK atau RA (Ali, 2009:241).

7
Kelima, kuantitas PAUD yang dikelola oleh pemerintah yang
kurang, antara lain disebabkan oleh adanya persepsi yang salah tentang
PAUD, baik Taman KanakKanak dan pendidikan anak usia dini lainnya.
Persepsi bahwa pendidikan anak usia dini dan TK adalah pendidikan
prasekolah yang tidak wajib bagi anak, maka pendidikan anak usia dini
tidak wajib bagi anak, maka pendidikan anak usia dini tidak perlu
dikembangkan sebaik pendidikan dasar dan menengah. Padahal sebaliknya,
di negara maju seperti Amerika Serikat perhatian terhadap pendidikan anak
usia dini sangatlah tinggi. Hal ini disebabkan mereka menyadari betul
bahwa anak usia antara 0-8 tahun, bahkan 0-5 tahun adalah usia emas atau
dikenal dengan istilah the golden age, di mana usia yang amat berharga
untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki anak tersebut. Oleh
karena itu, persepsi masyarakat, terutama pemerintah terhadap anak usia
dini harus segera dibenahi kalau pemerintah menginginkan generasi bangsa
yang unggul. Selain itu, lembaga penyelenggaraan PAUD terutama di
pedesaan harus diperbanyak secara kuantitas.
Keenam, persyaratan minimal yang telah ditetapkan bahwa guru
PAUD harus setara dengan program Diploma 2 atau dua tahun di perguruan
tinggi. Kondisi di lapangan masih jauh dari harapan. Di lapangan belum
tersedia secara memadai tenaga pendidik dan kependidikan yang memiliki
kualifikasi akademik yang diperlukan. Guru TK yang sudah memiliki ijasah
S1 PGTK/D II PGTK masih kurang dari 10%. (Suyanto, 2005: 243). Di
lapangan, yang penulis amati banyak guru TK berasal dari SPG TK, SPG.
Namun, guru TK dari SPG TK dan SPG menurut hemat penulis masih bisa
berterima karena mereka memiliki bekal ilmu pendidikan semasa
pendidikannya. Parahnya, banyak guru TK dan pendidikan anak usia dini
lainnya yang bukan berasal dari lulusan lembaga keguruan, banyak guru TK
dan pendidikan usia dini lainnya lulusan SLTA (SMA, SMEA) bahkan tak
jarang dari lulusan SLTP. Di sekitar tempat tinggal penulis, terdapat
beberapa TK yang gurunya penulis kenal, ternyata di antara mereka
bukanlah dari lulusan sekolah atau lembaga kependidikan, melainkan dari

8
SMEA dan SMA. Kondisi ini diperparah lagi dengan adanya otonomi
daerah, karena ternyata banyak daerah yang tidak mampu untuk
mengangkat dan menggaji guru TK. Gaji guru TK kurang memadai, bahkan
dapat dikatakan kurang manusiawi. Banyak guru TK yang digaji jauh di
bawah kebutuhan hidup minimal, bahkan lebih rendah dari pembantu rumah
tangga. Kondisi ini menyebabkan mutu guru TK rendah. Terakhir,
berkenaan dengan regulasi pemerintah dalam penge-lolaan pendidikan, di
lapangan seolah-olah masih terdapat dualisme pengelolaan. Meskipun
sekarang ini TK sudah termasuk ke dalam Dirjen PAUD, yang sebelumnya
termasuk ke dalam Dirjen TK/SD.Masyarakat sekarang ini mengenal istilah
Taman Kanakkanak dan PAUD, padahal TK merupakan bagian dari PAUD.
Pengelolaan TK termasuk ke dalam pengelolaan formal sedangkan PAUD
merupakan pengelolaan nonformal. Adanya anggapan dualisme
pengelolaan PAUD yang berkembang di masyarakat harus segera diakhiri
dengan mensosialisakan kebijakan pemerintah yang telah menyatukan
pengelolaan TK dan PAUD lainnya dibawah naungan Dirjen PAUD.

C. Problem Paud dan Penanganannya


Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan
sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan
yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. PAUD
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan sang anak.
Memperhatikan pertumbuhan perilaku hal yang penting dalam mendidik
anak.
Dalam pendidikan anak usia dini, para pendidik mengalami
hambatan dan tantangan dalam hal mengembangkan peserta didiknya yaitu
berhubungan dengan perilaku peserta didik dalam kelas .Perilaku yang
sering bersifat negative peserta didik mengakibatkan munculnya perilaku
bermasalah . Pencegahan terhadap timbulnya masalah seperti ini harus
dilakukan agar tidak semakin menjadi suatu permasalahan yang lebih besar.

9
Mengajar anak usia dini merupakan tanggung jawab yang berat.
Usia merupakan masa kritis perkembangan kognitif, kemandirian,
koordinasi motorik, kreativitas, dan sikap positif terhadap hidup. Pendidik
anak usia dini harus membimbing dengan penuh kasih sayang bagi para
anak – anak. Menciptakan suasana masa prasekolah yang menyenangkan
dapat mendorong anak untuk giat belajar.
Para pendidik dalam PAUD mengalami hambatan dan tantangan
dalam mengembangkan peserta didiknya yaitu berhubungan dengan
perilaku – perilaku peserta didik. Perilaku yang bersifat negatif yang
dilakukan oleh peserta didik mengakibatkan munculnya perilaku
bermasalah. Pencegahan terhadap timbulnya masalah seperti ini harus
dilakukan agar tidak menjadi permasalahan yang dapat mengganggu
aktifitas belajar dalam PAUD.
Perilaku tersebut merupakn tantangan bagi para pendidik, karena
tidak ada pendidik yang terbebas dari masalah justru ini menjadikan
tantangan sendiri dalam mendewasakan diri pendidik serta dapat
memperbaiki pengetahuan dan keterampilan pendidik dalam memberikan
reaksi terhadap perilaku anak.
• Perilaku Negatif Anak Usia Dini, Dampak, dan Solusi Penanganan
Perilaku-perilaku negatif yang menimbulkan masalah menandakan
anak bukan sebuah barang cetakan melainkan suatu pribadi unik. Anak bisa
dididik untuk bersikap baik terhadap orang lain dengan mengamati perilaku
baik orang tua atau pendidik, dengan penjelasan spesifik mengenai perilaku
baik, dengan tindakan orang dewasa yang menghargai, memperhatikan serta
memberi pujian ketika mereka menunjukkan sikap tersebut. Contoh
perilaku-perilaku negatif yang dilakukan oleh anak usia dini yaitu :
a. anak sering mengalami kekecewaan sehingga anak mudah putus asa dan
malas melakukan kegitan. Solusi yang dilakukan pendidik yaitu
melakukan bicara kepada anak dan mencari tahu sumber
kekecewaannya.

10
b. Anak sering menangis dan cemberut sehingga anak tidak mau
bergabung dengan temannya. Solusi yang dilakukan pendidik seperti
memberikan penjelasan dengan mengatakan “ Kamu membuat dirimu
sendiri sedih saat kamu seharusnya bisa merasa senang bermain dengan
teman – teman “.
c. Anak sering menggunakan bahasa kasar sehingga mengakibatkan
menimbulkan perilaku tidak sopan dan dapat menyakiti teman lainnya.
Solusi yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah mengajarkan cara
berbicara dan kata – kata yang bisa diterima dan tidak di dalam kelas .
d. Anak sering mencuri sehingga menimbulkan keributan dan kerugian
oleh temannya. Solusi yang dapat dilakukan oleh pendidik yaitu mencari
barang curian dan pelakunya. Hal ini akan lebih mudah karena anak
dalam usia demikian masih lugu sehingga dapat ditebak dari
perilakunya.
e. Anak sering melakukan masturbasi sehingga mengakibatkan para
peserta didik lain melihat dan menirukan aktifitas tersebut. Solusi yang
dilakukan adalah mengalihkan perhatian kepada sang anak agar bisa
bermain dengan menggunakan tangannya dan memberikan penjelasan
kepada sang anak bahwa masturbasi adalah perbuatan yang tidak baik
dilakukan dan hal yang pribadi.
f. Anak sering marah – marah sehingga banyak teman yang
menghindarinya. Solusi yang dapat dilakukan yaitu mengajar bicara
sang anak seperti “ Rini sedang marah ya?Ibu ngerti kok, tapi marah itu
ga baik mending kita main aja yuk!”.
g. Anak yang hiperaktif sehingga mengakibatkan temannya merasa
terganggu dan dapat membahayakan anak. Solusi yang dapat dilakukan
menata lingkungan yang aman bagi sang anak sehingga gerakan-
gerakan yang dilakukannya tidak membahayakan.
Sebagai orang tua maupun pendidik (guru) dalam lembaga, selayaknya
harus mengerti benar tentang anak didik. Di tuntut untuk mampu mengerti
dan memahami karakter anak anda untuk memastikan tingkat atau jenjang

11
yang sesuai bagi mereka. Terutama anak-anak yang masih duduk di bangku
pendidikan anak usia dini (PAUD) maupun di bangku taman kanak-kanak.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seorang anak yang baru lahir, ia masih berada dalam keadaan lemah,
naluri dan fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya belum berkembang dengan
sempurna. Hal yang dibutuhkan anak agar tumbuh menjadi anak yang
cerdas adalah adanya upaya-upaya pendidikan sepertiu terciptanya
lingkungan belajar yang kondusif, memotivasi anak untuk belajar, dan
bimbingan serta arahan kearah perkembangan yang optimal. Dengan begitu
menumbuhkan kecerdasan anak yaitu mengaktualisasikan potensi yang ada
dalam diri anak.
Masa usia dini merupakan Periode emas yang merupakan periode
kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini
sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga
masa dewasa. Sementara masa emas ini hanya datang sekali, sehingga
apabila terlewat berarti habislah peluangnya. Untuk itu pendidikan untuk
usia dini dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari
lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan
anak.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke
arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan
kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan
spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang
dilalui oleh anak usia dini.
Ditinjau dari psikologi perkembangan, usia 6-8 tahun memang
masih berada dalam rentang usia 0-8 tahun. Itu berarti pendidikan yang
diberikan dalam keluarga maupun di lembaga pendidikan formal haruslah
kental dengan nuansa pendidikan anak usia dini, yakni dengan
mengutamakan konsep belajar melalui bermain.

13
DAFTAR PUSTAKA
Saepudin, A. (2013). Permasalahan Pendidikan Anak Usia Dini di
Indonesia. Cakrawala Awal: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini , 4 (1).

14

Anda mungkin juga menyukai