Disusun Oleh:
Halimatus Sa’diyah
1118200006
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga penilis bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) Anak.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang deteksi dini tumbuh kembang pada
anak bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Ifa Aristia Sandra Ekayati,
S.Pd., M.Pd., selaku dosen mata kuliah Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penuis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusun makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi
perbaikan makalah.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3. Tujuan........................................................................................................1
1.4. Manfaat......................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1. Tumbuh Kembang.....................................................................................3
2.2. Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) Anak.....................................10
2.3. Penting Dilakukan Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) Anak......16
BAB III..................................................................................................................17
PENUTUP..............................................................................................................17
3.1. Kesimpulan..............................................................................................17
3.2. Saran........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka makalah ini bertujuan
untuk:
1. Mengetahui tentang tumbuh kembang.
2. Mengetahui tentang Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) anak.
3. Mengetahui alasan penting dilakukan Deteksi Dini Tumbuh Kembang
(DDTK) anak.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang ingin penulis capai dalam penyusunan makalah
ini, sebagai berikut:
1. Sebagai persyaratan dalam memenuhi tugas mata kuliah Deteksi Dini
Tumbuh Kembang (DDTK) anak penting.
2. Dapat memberikan sedikit informasi terkait tentang Deteksi Dini
Tumbuh Kembang (DDTK) anak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
diakibatkan oleh faktor genetik, di negara berkembang selain
disebabkan oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh lingkungan
yang tidak memungkinkan seseorang tumbuh secara optimal.
Faktor eksternal sangat menentukan tercapainya potensi genetik
yang optimal. (Supariasa dkk, 2016) .
Menurut Supariasa dkk, 2016 faktor lingkungan dapat
dibagi dua, yaitu faktor pranatal dan lingkungan pascanatal. Faktor
lingkungan pranatal adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi
anak pada waktu masih dalam kandungan. Menurut Soetjiningsih
(1998) dalam Supariasa dkk, 2016, lingkungan pranatal yang
mempengaruhi pertumbuhan janin mulai konsepsi sampai lahir,
antara lain :
1. Gizi Ibu pada saat hamil
Status gizi ibu sangat mempengaruhi pertumbuhan janin
dalam kandungan. Status gizi ibu buruk baik sebelum
maupun selama kehamilan, akan menyebabkan Berat bayi
Lahir Rendah (BBLR), mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir
maupun terinfeksi atau terjadi abortus (Soetjiningsih 1998
dalam Supariasa, dkk 2016).
2. Mekanis
Kelainan bawaan pada bayi dapat disebabkan oleh trauma
dan cairan ketuban yang kurang. Posisi janin yang tidak
normal dapat menyebabkan berbagai kelainan pada bayi
yang dilahirkan dan dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan (Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa, dkk
2016).
3. Toksin/Zat Kimia
Obat-obatan yang bersifat racun seperti Thalidomide,
Phenitoin, Methadion dan obat-obatan anti kanker yang
diminum oleh ibu pada saat kehamilan akan menyebabkan
kelainan bawaan. Ibu hamil yang kecanduan alkohol dan
4
perokok berat, dapat melahirkan bayi dengan BBLR, lahir
mati, cacat atau retadasi mental. Pada ibu hamil yang
menderita keracunan logam berat, seperti makan ikan yang
terkontaminasi merkuri (air raksa) dapat menyebabkan
mikrosefali (Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa, dkk
2016).
4. Endokrin
Jenis hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan
janin adalah somatotropin, hormon plasenta, hormon tiroid,
dan hormon insulin (Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa,
dkk 2016).
5. Radiasi
Pengaruh radiasi pada bayi sebelum berumur 18 minggu
dapat mengakibatkan kematian, kerusakan otak, mikrosefali
atau cacat bawaan lainnya (Soetjiningsih 1998 dalam
Supariasa, dkk 2016).
6. Infeksi
Cacat bawaan juga bisa disebabkan oleh infeksi intrauterin,
varisela, malaria, HIV, virus hepatitis dan virus influenza
(Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa, dkk 2016).
7. Stress
Ibu hamil yang mengalami stress akan mempengaruhi
tumbuh kembang janin, yaitu berupa cacat bawaan dan
kelainan kejiwaan (Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa,
dkk 2016).
8. Anoksia Embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada
plasenta dapat menyebabkan berat badan lahir rendah
(Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa, dkk 2016).
Soetjiningsih (1998) dalam Supariasa dkk, 2016 faktor
lingkungan pascanatal adalah faktor lingkungan yang
5
mempengaruhi pertumbuhan anak setelah lahir. Faktor lingkungan
pascanatal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anak yaitu :
1. Lingkungan biologis
Lingkungan biologis yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan adalah ras, jenis kelamin, umur, gizi,
perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit
kronis dan fungsi metabolisme yang saling terkait satu
dengan yang lain. Faktor dominan yang mempengaruhi
pertumbuhan adalah status gizi bayi yang dilahirkan. Bayi
yang mengalami kekurangan gizi, dapat dipastikan
pertumbuhan anak akan terhambat dan tidak akan
mengikuti potensi genetik yang optimal (Soetjiningsih 1998
dalam Supariasa, dkk 2016)
2. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
adalah cuaca, keadaan geografis, sanitasi lingkungan,
keadaan rumah dan radiasi. Cuaca dan keadaan geografis
berkaitan dengan pertanian dan kandungan unsur mineral
dalam tanah. Daerah kekeringan atau musim kemarau yang
panjang menyebabkan kegagalan panen. Kegagalan panen
menyebabkan persediaan pangan di tingkat rumah tangga
menurun yang berakibat pada asupan gizi keluarga rendah.
Keadaan ini dapat menyebabkan gizi kurang dan
pertumbuhan anak akan terhambat. Di daerah endemik,
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKY)
menyebabkan petumbuhan penduduknya sangat terhambat
sepeti kerdil atau kretinisme (Soetjiningsih 1998 dalam
Supariasa, dkk 2016).
3. Keadaan sanitasi lingkungan
Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik
memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit antara
lain diare, cacingan dan infeksi saluran pencernaan. Anak
6
yang menderita infeksi saluran pencernaan akan mengalami
gangguan penyerapan zat gizi sehingga terjadi kekurangan
zat gizi. Anak yang kekurangan zat gizi akan mudah
terserang penyakit dan pertumbuhan akan terganggu
(Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa, dkk 2016).
4. Faktor psikososial
Faktor psikososial yang berpengaruh pada tumbuh kembang
anak adalah stimulasi, motivasi, ganjaran, kelompok
sebaya, stres, lingkungan sekolah, cinta dan kasih sayang
serta kualitas interaksi antara anak dan orang tua. Interaksi
tidak ditentukan oleh seberapa lama orang tua berinteraksi
dengan anak, tetapi ditentukan oleh kualitas interaksi yaitu
pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya
optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi
oleh rasa kasih sayang (Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa,
dkk 2016).
5. Faktor keluarga dan adat istiadat
Faktor keluarga dan adat istiadat yang berpengaruh pada
pertumbuhan anak antara lain : pekerjaan atau pendapatan
keluarga, stabilitas rumah tangga, norma dan tabu serta
urbanisasi (Soetjiningsih 1998 dalam Supariasa, dkk 2016).
6. Faktor sosial ekonomi
Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan
anak antara lain : pendidikan, pekerjaan, teknologi, budaya
dan pendapatan keluarga. Faktor tersebut akan berinteraksi
satu dengan yang lainnya sehingga dapat mempengaruhi
masukan zat gizi dan infeksi pada anak. Ketersediaan zat
gizi pada tingkat seluler yang rendah yang pada akhirnya
akan mengakibatkan pertumbuhan terganggu (Supariasa
dkk, 2016).
1.1.3. Pengertian Perkembangan
7
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses
pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses
diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem
organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsi di dalamnya termasuk pula perkembangan
emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya. Mengukur perkembangan tidak dapat dilakukan
dengan menggunakan antropometri, tetapi pada anak yang sehat
perkembangannya searah (paralel) dengan pertumbuhannya
(Supariasa dkk, 2016)
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan
sususnan syaraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya,
misalnya perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan
bicara, emosi dan sosialisasi. Aspek-aspek perkembangan yang
biasanya dipantau adalah:
1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar
seperti duduk, berdiri dan sebagainya (Kemenkes, 2016).
2. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak melakukan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan
oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat seperti mengamati seseuatu, menjimpit, menulis dan
sebagainya (Kemenkes, 2016).
3. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan
respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi,
mengikuti perintah dan sebagainya (Kemenkes, 2016).
8
4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan
sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah
dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya (Kemenkes RI, 2016).
1.1.4. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak
1. Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan.
Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak
akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf
(Kemenkes, 2016).
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal
menentukan perkembangan selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap
perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya.
Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki
dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri
anak terhambat. Perkembangan awal merupakan masa kritis
karena akan menentukan perkembangan selanjutnya
(Kemenkes, 2016).
3. Pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ
pada masing-masing anak mempunyai kecepatan yang
berbeda (Kemenkes, 2016).
4. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan
pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya
nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur,
bertambah berat badan dan tinggi badannya serta
bertambah kepandaiannya (Kemenkes, 2016).
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
9
a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala,
kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh
(pola sefalokaudal) (Kemenkes, 2016).
b) Perkembangan terjadi terlebih dahulu di daerah
proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian
distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan
gerak halus (pola proksimodistal) (Kemenkes,
2016)
6. Perkembangan memilki tahap yang berurutan
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang
teratur dan berurutan, tidak bisa terjadi terbalik (Kemenkes
RI, 2016).
10
normal, kurus, kurus sekali atau gemuk. Jadwal pengukuran
BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi dini tumbuh
kembang balita. Pengukuran dilakukan oleh tenaga
kesehatan terlatih. Pengukuran Berat Badan (BB)
menggunakan timbangan dacin, pengukuran Panjang Badan
(PB) atau Tinggi Badan (TB) dengan menggunakan
Infantometer dan microtoise (Kemenkes, 2016).
2. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan
di semua tingkat pelayanan yaitu keluarga, masyarakat dan
Puskesmas.Salah satu alat yang digunakan adalah skrining
perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP). Tujuan skrining untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.Perkembangan yng dideteksi adalah
motorik/gerak kasar, motorik/gerak halus, bicara dan
bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. (Kemenkes,
2012). Jadwal skrining KPSP rutin adalah pada umur 3, 6,
9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72
bulan. Jika anak belum mencapai umur tersebut, minta ibu
datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk
pemeriksaan rutin. Skrining dilakukan oleh tenaga
kesehatan, guru TK dan petugas PADU terlatih. Instrumen
yang digunakan adalah formulir KPSP menurut umur.
Formulir berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan
perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak
umur 0-72 bulan. Alat bantu pemeriksaan berupa pensil,
kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan, kubus
berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang
tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0,5-1 cm
(Kemenkes, 2012).
11
Interpretasi hasil KPSP dengan menghitung berapa jumlah
jawaban Ya. Jumlah jawaban ‘Ya’ = 9 atau 10,
perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya
(S), jumlah jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak
meragukan, jumlah jawaban ‘Ya’ = 6 atau kurang,
kemungkinan ada penyimpangan (P). Bila perkembangan
anak meragukan (M) dilakukan pemeriksaan kesehatan
untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang
menyebabkan penyimpangan perkembangan dan dilakukan
penilaian ulang KPSP dua minggu kemudian dengan
menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
Bila tahapan perkembangan anak terjadi penyimpangan (P)
dilakukan rujukan ke Rumah sakit dengan menuliskan jenis
dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian)
(Kemenkes RI, 2016).
3. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah
pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah
mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera
dilakukan tindakan intervensi (Kemenkes, 2016).
Beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi
secara dini adanya penyimpangan mental emosional pada
anak yaitu Kuesioner Masalah Mental emosional (KMME)
bagi anak umur 36 bulan sampai 72 bulan, ceklis autis anak
prasekolah (Checklist for Autism in Toddlers/CHAT) bagi
anak umur 18 bulan sampai 36 bulan dan formulir deteksi
dini Gangguan pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(GPPH) menggunakan Abreviated Conner Rating Scale
bagi anak umur 36 bulan ke atas (Kemenkes RI, 2016).
12
1.1.2. Cara Mengunakan Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK)
Anak
Poster DDTK Suryakanti terdiri dari gambar aktivitas
bayi/anak dengan keterangan. Di kolom kiri adalah usia bayi/anak,
dari 4 hingga 60 bulan.
Pada baris paling atas terdapat 5 area perkembangan yaitu:
1. Motorik kasar; 2. Motorik halus; 3. Persepsi; 4. Pidato; 5.
Sosialisasi.
Cara menggunakan:
Berdasarkan usia anak, plot titik di kolom kiri. 5 kotak
ilustrasi di sebelah titik mewakili keterampilan khas yang harus
13
dicapai oleh bayi/anak pada usia tersebut, dikategorikan ke dalam 5
bidang perkembangan.
Misalnya, bayi 8 bulan harus bisa:
Motorik kasar : duduk sendiri atau mengambil posisi
merangkak
Motorik halus : menggenggam benda berbentuk balok atau
kotak (tebal sekitar 2 cm) menggunakan seluruh permukaan tangan
Persepsi : mengamati mainan yang jatuh (mis.
sengaja dijatuhkan oleh orang tua)
Bicara & Bahasa : mampu mengucapkan “ma...ma...ma...”
Sosialisasi : bermain cilukba (misalnya dengan orang
tua)
Tandai kotak ketika bayi sudah dapat melakukan kegiatan
yang diilustrasikan. Semua 5 kotak yang ditandai dalam garis lurus
berarti perkembangan bayi berada di jalur yang benar. Pemantauan
dapat dilakukan pada rentang usia berikutnya.
Jika bayi/anak belum menyelesaikan semua 5 area
perkembangan dalam baris usia, centang kotak pada baris usia di
bawahnya.
Jika hanya 1 area yang terlewatkan, misalnya hanya
motorik kasar, orang tua/pengasuh dapat memberikan stimulasi di
rumah dan melanjutkan pemantauan
Jika 2 area terlewatkan tetapi ditemukan pada 1 tingkat usia
di bawah garis, ini bisa menjadi kasus keterlambatan
perkembangan
Jika lebih dari 2 area yang terlewatkan atau ditemukan pada lebih
dari 2 tingkat usia di bawah garis, hal ini dapat menjadi kasus
kecacatan.
14
1.1.3. Manfaat Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) Anak
15
Peranan ibu - bapak dalam pengasuhan sangat penting. Ibu
- bapak sebaiknya ikut berperan aktif dengan ikut memantau
pertumbuhan dan perkembangan anak di rumah. Bawalah anak ke
posyandu atau pos PAUD secara rutin dengan melihat dan
mengacu pada kartu KMS terpadu.
Bila anak mengalami keterlambatan perkembangan, ibu -
bapak bisa mendapatkan bantuan secepat mungkin dan mengetahui
perangsangan yang sebaiknya dilakukan di rumah. Kerjasama
antara ibu-bapak dan petugas di posyandu dan Pos PAUD
sangatlah penting. Ibu-bapak hendaknya berperan aktif ikut
memantau dan melakukan perangsangan di rumah sesuai arahan.
Segera melapor bila mengalami hal yang sulit saat melakukan
perangsangan.
Pesan bagi bapak ibu, semua bayi dilahirkan dengan panca
indra yang siap menerima perangsangan berupa visual, sentuhan,
perabaan, penciuman dan keseimbangan. Pengalaman segera
sesudah lahir dan pada periode emas perkembangan sangat
penting, termasuk peranan ibu - bapak pada masa emas tersebut.
Pentingnya ibu - bapak memantau perkembangan anak
dapat dilihat dengan rutin membawa anak ke Posyandu dan Pos
PAUD. Ibu - bapak akan segera mendapatkan bantuan apabila anak
mengalami keterlambatan. Bantuan bisa berupa perangsangan di
rumah atau pergi ke petugas kesehatan apabila ternyata anak
berisiko ada keterlambatan pada periode perkembangan
berikutnya.
Semakin cepat dan dini ditemukan dan diransang, maka
hasil yang didapatkan akan semakin baik. Begitu juga bantuan
yang diberikan semakin cepat akan semakin baik pula hasilnya.
16
sehari-hari di rumah. Semakin dini keterlambatan deteksi, semakin cepat
bayi/anak dapat memperoleh pertolongan melalui layanan stimulasi atau
intervensi di rumah. Stimulasi pada masa emas sangat menjanjikan, karena
tahap perkembangan otak membuat bayi/anak sangat sensitif terhadap
rangsangan.
Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) anak penting dilakukan guna
mengatahui pertumbuhan anak baik mental, sikap, perbuatan yang merupakan
suatu tugas orang tua, pendidik dan masyarakat untuk mengoptimalkan
tumbuh kembang anak sesuai dengan kemampuan yang dibawa anak sejak
lahir sehingga anak menjadi cerdas dan sehat, namun harus selalu dipantau
melalui deteksi dini tumbuh kembang anak secara rutin dan teratur agar tidak
terlambat apabila terjadi masalah dengan tumbuh kembang anak.
17
BAB III
PENUTUP
1.8. Kesimpulan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian
atau keseluruhan, sehingga dapt diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil proses pematangan.
Deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) anak adalah kegiatan
pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh
kembang pada balita dan anak prasekolah. Deteksi Dini Tumbuh Kembang
(DDTK) anak penting dilakukan secara rutin dan teratur agar tidak terlambat
apabila terjadi masalah dengan tumbuh kembang anak.
1.9. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Maka masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan makalah ini, baik yang kami sengaja maupun yang tidak kami
sengaja. Maka dari itu sangat kami harapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga dengan
berbagai kekurangan yang ada ini tidak mengurangi nilai-nilai dan manfaat
dari mempelajari Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) Anak.
18
DAFTAR PUSTAKA
19