Oleh :
Pembimbing :
DI RSUD SIDOARJO
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan karunia-Nya, para penulis dapat menyelesaikan tugas referat dengan
judul “Stunting”. Penyusunan tugas referat ini bertujuan untuk memenuhi tugas
kepaniteraan klinik di KSM Ilmu Kesehatan Anak di RSUD Sidoarjo.
Penulis berharap tugas referat ini kedepannya berguna bagi kita semua,
khususnya bagi kami dokter muda yang sedang menjalani kepaniteraan klinik
untuk memperlancar studinya. Pada kesempatan ini penulis sampaikan terima
kasih kepada dr. Fita Sofyah, Sp.A yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan tugas.
Penulis menyadari bahwa penulisan referat ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan segala masukan, kritik, dan saran demi
sempurnanya tulisan ini.
Akhir kata penulis berharap semoga ini bermanfaat bagi semua pihak yang
terkait.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
BAB V Kesimpulan................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................16
i
BAB I
PENDAHULUAN
Balita pendek (stunting ) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga
melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting dapat di diagnosis
melalui indeks antropometri tinggi badan badan menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan
linier yang dicapaipada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang
akibat dari gisi yang tidak memadai. Stunting merupakan pertumbuhan linier yang gagal untuk
mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit infeksi (
ACC/SCN. 2000).
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial dan
ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki tingkat kematian
lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit. Stunting akan
mempengaruhi kinerja fisik dan fungsimental dan intelektual akan terganggu (Mann dan
Truswell, 2002). Hal ini juga didukung oleh jackson dan calder (2004) yang menyatakan bahwa
stunting berhubungan dengan gangguan fungsi kekebalan dan meningkatkan risiko
kematian. Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini berdasarkan
laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF dan mempromosikan indonesia masuk ke dalam 5
besar dengan jumlah anak yang mengalami stunting (UNICEF, 2007). Hasil Riskesdas 2010,
secara nasional prevalensi kependekan pada anak umur 2- 5 tahun di ndonesia adalah 35,6% yang
terdiri dari 15,1% sangat pendek dan 20% pendek.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stunting
1. Definisi Stunting
asupan gizi dalam jangka waktu yang cukup lama (Kemenkes, 2020).
Fikawati, 2018).
2. Patofisiologi Stunting
11
dalam prosesnya saling berkaitan (Meiuta H., 2019). Kelenjar
pertumbuhan anak dibagi menjadi tiga yaitu periode bayi usia 0-11
bulan, balita usia 12-59 bulan dan anak prasekolah usia 60-72
(Kemenkes, 2014).
berada di dalam kandungan serta dapat terjadi pada masa awal setelah
anak berusia dua tahun ( Rahayu, 2018). Umur anak 24-59 bulan
12
3. Cara Pengukuran Stunting
anak yang pendek atau sangat pendek. Anak yang memiliki tinggi
Standar WHO yang ditunjukkan untuk anak usia 0-5 tahun. Berikut
13
4. Penyebab Terjadinya Stunting
1) Sosial Budaya
2019)
14
meningkatkan risiko kurang asupan gizi (Putri W, 2021).
2) Sosial Ekonomi
pendapatan keluarga.
15
keluarga. Keterbatasan tersebut menyebabkan kebutuhan
2021).
16
Kondisi pandemi serta adanya kebijakan pemberlakuan
2021)
4) Pekerjaan
serta pola pengasuhan orang tua. Orang tua terutama ibu yang
(Nisa K, 2018).
17
5) Kemiskinan
memenuhi kebutuhan.
2020).
6) Pendidikan
18
tinggi cenderung memiliki pengasuhan anak yang baik karena
perkembangan anak.
7) Pendapatan
19
8) Teknologi
anak.
20
b. Penyebab yang Mendasari (Underlying Cause)
berkelanjutan.
21
karena adanya kekurangan dalam ketersediaan pangan dan
2021).
2) Pola Asuh
22
(2021) menyebutkan bahwa pola asuh yang telah disesuaikan
dengan umurnya.
b) Rangsangan Psikososial
23
c) Perawatan Kesehatan (Pola Asuh Kesehatan)
3) Lingkungan
a) Sanitasi Lingkungan
24
memiliki jamban yang sehat dan saluran air yang lancar,
(Khairiyah. 2020).
b) Pelayanan Kesehatan
A, 2022).
25
dilakukan untuk memantau pertumbuhan balita. Posyandu
26
gizi mikro berupa vitamin A dan seng dapat menyebabkan
b) Penyakit Infeksi
(Antun R, 2019).
5. Dampak Stunting
stunting dibagi menjadi dua yaitu dampak jangka pendek dan dampak
27
a. Dampak jangka pendek yang ditimbulkan meliputi terjadinya
B. Pola Asuh
P, 2019).
Indonesia yakni perhatian ibu dalam pemberian makan (pola asuh makan),
asuh kesehatan).
28
1. Perhatian Ibu dalam Pemberian Makan (Pola Asuh Makan)
pencernaan karena kondisi usus yang masih rentan. Kondisi sakit yang
2021).
meletakan bayi pada bagian kulit bagian dada ibu selama kurang
29
Menurut penelitian Jesica I (2018) menyatakan bahwa
30
c. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
bulan karena jika hanya ASI tidak akan cukup untuk memenuhi
31
Menurut Kemenkes (2019) dalam Afifah (2021)
2) Adekuat
32
Tabel 2. 2 Rekomendasi Konsumsi MP-ASI Berdasarkan
Umur 6-23 Bulan
Energi
dari Porsi
Usia
MP-ASI Tekstur Frekuensi Setiap
(Bulan)
per hari Makanan
(Kalori)
6-8 200 Konsistensi 2-3 Mulai
makanan kali/hari dengan 2-3
berupa bubur sendok
lunak, Selingan makan,
makanan 1-2 tingkatkan
bertahap
lumat kali/sehari
hingga ½
mangkok
berukuran
250 ml
(125 ml).
9-11 300 Tekstur 3-4 ½-¾
makanan kali/hari mangkok
cincang ukuran
halus/kasar Selingan 250 ml
sehingga 1-2 kali (125-
makanan atau 200ml)
dapat tergantung
dipegang nafsu
oleh anak. makan
bayi
12-23 550 Makanan 3-4 ¾ hingga
bulan keluarga, kali/hari 1
konsistensi mangkok
dapat selingan ukuran
dihaluskan 1-2 kali 250 ml.
seperlunya. atau
tergantung
pada nafsu
makan
bayi
(Sumber : Kemenkes, 2020)
33
Berdasarkan Kemenkes (2020) pola pemberian pada anak
berikut.
perhari (250 ml) dan 2-3 kali cairan (air putih, kuah,
sayur).
3) Aman (Safe).
34
d) Memisahkan talenan yang digunakan untuk memotong
a) Terjadwal
c) Prosedur Makanan
sendiri.
35
Menurut Kemenkes (2020) menyatakan bahwa pemberian
jangan memaksa anak untuk makan dan bantu anak yang lebih
2. Rangsangan Psikososial
36
menirukan suara burung serta melibatkan anggota badan seperti
proses skin to skin dan meningkatkan interaksi antara ibu dan bayi.
baik antara anak dan ibu. Hubungan yang erat dan selaras antara anak
37
3. Perawatan Kesehatan (Pola Asuh Kesehatan)
38
b. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
gizi dalam jangka panjang pada anak (N. Jamil dan Aning, 2020)
39
Penimbangan anak merupakan salah satu pemanfaatan
(Dewi S, 2019).
Pendek atau sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada
pengukuran tinggi badan (TB) menurut umur atau panjang badan (PB)
menurut umur yang merupakan istilah lain dari stunted dan severrly
dari jangka panjang konsusmsi kronis diet yang berkualitas rendah yang
motorik, mental, dan kognitif pada anak-anak yang kurang, serta prestasi
40
Berdasarkan penelitian Andi S (2021) menyatakan bahwa pola
asuh dalam keluarga akan mempengaruhi tingkat konsumsi dan status gizi
pada balita. Keluarga yang memiliki pola asuh makan yang baik maka
tingkat konsumsi pangan yang ada dalam keluarga akan semakin baik
kejadian stunting (p=0,005) dengan variabel pola asuh yang diteliti berupa
orang tua terhadap kejadian stunting karena pola asuh orang tua yang baik
41
40
D. Kerangka Teori
Sanitasi Lingkungan
Teknologi Lingkungan Penyakit Infeksi
Pelayanan Kesehatan
Pekerjaan
Sosial Budaya
Perawatan Kesehatan
Pendidikan STUNTING
Perhatian Ibu dalam
Sosial Ekonomi Pemberian Makan
Asupan Makanan Kurang
Ketahanan Pangan
Keluarga
Politik
Kemiskinan
42
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau
keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak anak lain seusianya (MCN,
2009).
Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan
digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak. Stunting dapat
didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur yang mencerminkan
pertumbuhan linier yang dicapai pada pradan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi
jangka panjang, akibatdari gizi yang tidak memadai dan atau kesehatan. Faktor gizi ibu sebelum
dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan
menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan
Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain kekurangan energi dan
protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan yang tidak sesuai dan
faktor kemiskinan. Untuk menentukan stunted pada anak dilakukan dengan cara pengukuran.
Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2 tahun.
Antropometri merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan antropometri gizi adalah jenis
pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuhmenurut umur dan tingkatan gizi,
yang digunakan untuk mengetahui ketidakseimbangan protein dan energi. Anak yang
menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga
43
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Safitri CA, Nindya TS. Hubungan ketahanan pangan dan penyakit diare
dengan stunting pada balita 13-48 bulan di Kelurahan Manyar
Sabrangan, Surabaya. J Amerta Nutr. 2017;1(2):52– 61.
doi:10.20473/amnt.v1i2.2017.52- 61
MCA Indonesia. Stunting dan masa depan Indonesia. Millenn Chall Acc
-Indones. 2013;2010:2–5. www.mca-indonesia.go.id.
44