Kata pengantar..........................................................................................................i
Daftar isi...................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1. Pengertian Nutrisi Ibu hamil.............................................................................3
2.2. Nutrisi yang diperlukan ibu hamil.....................................................................4
2.2.1 Contoh Pengaturan Makan sehari untuk ibu hamil.........................................9
2.2.2 Contoh Menu sehari untuk ibu Hamil..........................................................9
2.3. Faktor Faktor yang mempengaruhi Nutrisi Ibu Hamil....................................10
2.3.1Faktor Langsung.............................................................................................11
2.3.2 Faktor Tidak langsung...................................................................................11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................13
3.2 Saran.................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan
faktor faktor yang mempengaruhi anak stunting ” sesuai dengan batas waktu yang
di rencanakan.
sejawat yang telah memberikan arahan dan petunjuk dalam penyelesain makalah
ini
2
BAB I
PENDAHULUAN
Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat
menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan
pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi
yang tidak memadai. Stunting merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk
mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan
sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang
stunting memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan
fisik dan fungsi mental dan intelektual akan terganggu (Mann dan Truswell,
2002). Hal ini juga didukung oleh Jackson dan Calder (2004) yang menyatakan
mengalami stunting, data ini berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF
dan memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara dengan jumlah anak
yang mengalami stunting tinggi (UNICEF, 2007). Hasil Riskesdas 2010, secara
3
nasional prevalensi kependekan pada anak umur 2-5 tahun di
dan 20 % pendek.
Dewi 2013).
4
golden age (periode keemasan) yaitu periode yang penting dalam proses
Masalah gizi dan kesehatan pada anak umumnya adalah gizi buruk, gizi
kurang, gizi lebih, masalah pendek/ stunting, anemia kekurangan zat besi, di
laweh tahun 2021 didapatkan 20 % yang terdiri dari 0.6 % sangat pendek
dan 19,4 % pendek. Untuk wilayah kerja Puskesmas Padang laweh terdiri
yaitu Padang laweh dan Padang laweh selatan. Angka yang didapatkan untuk
Padang Laweh yaitu 25,7 % yang terdiri dari 4,81% balita sangat pendek dan
A. Tujuan penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian sunting.
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala stunting.
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi pada stunting.
4. Untuk mengetahui penyebab stunting.
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting.
6. Untuk mengetahui bagaimana penilaian pada stunting secara Atropometri.
7. Untuk mengetahui dampak stunting.
5
8. Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah stunting.
9. Untuk mengetahui cara penanggulangan dan pencegahan stunting pada
bayi.
10. Untuk mengetahui pengobatan pada stunting.
6
7
B. Tujuan penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian sunting.
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala stunting.
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi pada stunting.
4. Untuk mengetahui penyebab stunting.
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting.
6. Untuk mengetahui bagaimana penilaian pada stunting secara Atropometri.
7. Untuk mengetahui dampak stunting.
8. Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah stunting.
9. Untuk mengetahui cara penanggulangan dan pencegahan stunting pada
bayi.
10. Untuk mengetahui pengobatan pada stunting.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tumbuh tidak sesuai dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting
(tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui
defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi
umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan
anak – anak lain seusianya (MCN, 2009). Stunting adalah tinggi badan yang
yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan
sehat sesuai usia anak. Stunting merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan
pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk
9
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan
menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan
pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi
yang tidak memadai dan atau kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier
yang gagal untuk mencapai potensi genetic sebagai akibat dari pola makan yang
status gizi TB/U sama dengan atau kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD)
dibawah rata-rata standar atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek
dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN, 2009) (WHO, 2006). Ini
adalah indikator kesehatan anak yang kekurangan gizi kronis yang memberikan
gambaran gizi pada masa lalu dan yang dipengaruhi lingkungan dan keadaan
sosial ekonomi.
pada 2015 sebesar 36,4%. Artinya lebih dari sepertiga atau sekitar 8,8 juta balita
usianya. Stunting tersebut berada di atas ambang yang ditetapkan WHO sebesar
Pantauan Status Gizi (PSG) 2017, balita yang mengalami stunting tercatat sebesar
26,6%. Angka tersebut terdiri dari 9,8% masuk kategori sangat pendek dan 19,8%
kategori pendek. Dalam 1.000 hari pertama sebenarnya merupakan usia emas bayi
tetapi kenyataannya masih banyak balita usia 0-59 bulan pertama justru
10
sektor. Tim Nasional Percepatan Penanggulanan Kemiskinan (TNP2K)
mengalami stunting tercatat sebesar 26,6%. Angka tersebut terdiri dari 9,8%
masuk kategori sangat pendek dan 19,8% kategori pendek. Dalam 1.000 hari
pertama sebenarnya merupakan usia emas bayi tetapi kenyataannya masih banyak
balita usia 0-59 bulan pertama justru mengalami masalah gizi. Guna menekan
11
2. Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah
5cm/tahun desimal.
3. Pada kecepatan tumbuh tinggi badan < 4cm/ tahun kemungkinan ada
kelainan hormonal.
4. Umur tulang (bone age) bisa normal atau terlambat untuk umurnya.
5. Pertumbuhan tanda tanda pubertas terlambat.
proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang
siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak
dan peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan. Faktor
gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang
retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami
12
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan makanan
yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya kebutuhan metabolic serta
mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin
mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted
(Allen and Gillespie, 2001). Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja
seperti yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut
1. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan yaitu
3. Riwayat penyakit.
Indikator yang biasa dipakai yaitu berat badan terhadap umur (BB/U), tinggi badan
terhadap umur (TB/U), dan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) ketiga indikator ini
dapat menunjukan apakah seorang bayi balita memiliki status gizi yang kurang, pendek
pertumbuhan berat badan balita terhadap umurnya, apakah sesuai atau tidak jika berat
13
2) Pendek (Stunting)
badannya.
3) Kurus (Wasting)
4) Gemuk
14
Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain
pemberian makan yang tidak sesuai dan faktor kemiskinan. Prevalensi stunted
15
1. Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam
bulan, akan mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun.
Stunted yang parah pada anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang
lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak
3. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat
kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan
16
peluang melahirkan anak dengan BBLR. Stunted terutama berbahaya pada
Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2 tahun.
jenis pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh menurut umur
pengukuran anak dengan median, dan standar deviasi atau Z-score untuk usia dan
jenis kelamin yang sama pada anak- anak. Z-score adalah unit standar deviasi
untuk mengetahui perbedaan antara nilai individu dan nilai tengah (median)
populasi referent untuk usia/tinggi yang sama, dibagi dengan standar deviasi dari
untuk mengiidentifikasi nilai yang tepat dalam distribusi perbedaan indeks dan
adalah penting dalam mengevaluasi kesehatan dan status gizi anak-anak pada
wilayah dengan banyak masalah gizi buruk. Dalam menentukan klasifikasi gizi
17
kurang dengan stunted sesuai dengan ”Cut off point”, dengan penilaian Z-score,
dan pengukuran pada anak balita berdasarkan tinggi badan menurut Umur (TB/U)
prestasi belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila
mencari pekerjaan, peluang gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan
pangan. Karena itu anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada
fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan
prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu
dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih
yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie,
2001). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini
akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki. Masalah
18
BAB III PEMBAHASAN
Dari data diatas dapat dilihat angka kejadian stunting diwilayah kerja Puskesmas
pemberian makan yang tidak sesuai dan faktor kemiskinan. Prevalensi stunted
19
4. Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam
bulan, akan mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun.
Stunted yang parah pada anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang
lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak
6. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat
kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan
20
peluang melahirkan anak dengan BBLR. Stunted terutama berbahaya pada
21
22
Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani masalah
mencegah faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri, wanita usia subur
(WUS), ibu hamil maupun pada balita. Selain itu, menangani balita yang dengan
tinggi dan berat badan rendah yang beresiko terjadi stunting, serta terhadap balita
terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan
tinggi badan pada balita, maka untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan
optimalnya masih bisa diupayakan, sedangkan anak usia sekolah sampai remaja
dilakukan sedini mungkin. dengan mencegah faktor resiko gizi kurang baik pada
remaja putri, wanita usia subur (WUS), ibu hamil maupun pada balita. Selain itu,
menangani balita yang dengan tinggi dan berat badan rendah yang beresiko terjadi
stunting, serta terhadap balita yang telah stunting agar tidak semakin berat.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam
kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil,
artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi,
mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain
itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan
(eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI)
yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup
gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A. Kejadian stunting
23
pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat dipantau dan dicegah apabila
24
pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau
penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga terhadap sumber air terlindung,
serta pemukiman yang layak. Juga meningkatkan akses keluarga terhadap daya
beli pangan dan biaya berobat bila sakit melalui penyediaan lapangan kerja dan
keluarganya, sehingga anak berada dalam keadaan status gizi yang baik.
tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah dimengerti dan dilaksanakan oleh
setiap keluarga juga merupakan cara yang efektif dalam mencegah terjadinya
balita stunting.
baik, sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau
25
makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu
Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir
4. Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI
tahun atau lebih. Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia,
dalam tubuh. Di samping proses yang rutin juga diperlukan energi dan
saja, bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka macam zat gizi bisa
26
protein, selama itu juga perlu tambahan vitamin dan mineral untuk
dibanding dengan ibu hamil, akan tetapi kualitasnya tetap sama. Pada
tubuh tadi, akibatnya ibu akan mengalami kerusakan gigi. Kadar air
untuk minum sebanyak 2–2,5 liter (8-10 gelas) air sehari, di samping
Pada usia 0 – 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu
(ASI). ASI adalah makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai
perhari.
27
4. Kebutuhan Gizi Anak 1 – 2 tahun
dan sebagainya. Namun pada usia ini anak juga mulai sering
seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi
seimbang agar tumbuh kembangnya optimal. Pada usia ini ASI tetap
bumbu yang tajam, zat pengawet dan pewarna. dari asi karena saat ini
hanya asi yang terbaik untuk buah hati anda tanpa efek samping
a. Kalsium
darah dan kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain :
b. Yodium
28
Yodium juga penting untuk mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan
c. Zink
d. Zat Besi
dan metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan,
e. Asam Folat
3.6 Penatalaksaan
dan kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain ikan teri
29
• Yodium
• Zink
• Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan
metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-
• Asam Folat
sel, memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam
sayuran.
30
b. Sebagai Advocat keluarga
c. Pendidik
ilmu kebidanan kepada klien. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan
31
d. Konseling
kondusif untuk gizi. Ini meliputi peluncuran Gerakan Sadar Gizi Nasional
bayi dan anak menjelma menjadi sebuah paket holistic untuk menangani gizi
buruk, sementara pengendalian gizi anak dan malaria ditangani bersama untuk
32
pada balita Stunting, menurut Unicef Indonesia perhatian khusus harus diberikan
pada:
untuk mengimplementasikan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi, dan untuk
data, promosi pengawasan suportif terhadap program kesehatan dan gizi, dan
menurunkan kasus stunting, intervensi ini ditunjukan kepada rumah tangga pada
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), dilakukan oleh sektor kesehatan, bersifat
33
jangka pendek, dan hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek. Sedangkan,
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) melalui
balita saja, tetapi juga mulai dari ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas. Kegiatan
yang dilakukan di posyandu terfokus pada pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
penanggulangan diare.
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita yang dilakukan satu
bulan sekali melalui pengisian kurva KMS, balita yang mengalami permasalahan
34
posyandu, dan diberikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Anak yang
faktor penyebab dan risiko. Analisis faktor penyebab tentunya memerlukan peran
lintas sektor dan program, oleh karena itu balita yang memiliki potensi gangguan
faktor apa saja yang mempengaruhinya, termasuk faktor keluarga dan lingkungan.
yang bersifat diseminasi informasi tentang gizi seimbang dan ASI eksklusif di
pemberian makanan bayi dan anak (PMBA), atau Gerakan Sayang Ibu (GSI) yang
bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku positif ibu balita dalam
Menyusu Dini), serta pemberian MP-ASI yang adekuat. Selain itu, di posyandu
pencegahan dehidrasi pada balita yang mengalami diare. Bentuk layanan LROA
berupa pemberian oralit, tablet zinc selama 10 hari dan edukasi tentang diare dan
bahaya dehidrasi pada balita. Seperti yang sudah diketahui, bahwa ada hubungan
yang signifikan antara kejadian diare (terutama yang berulang) dengan kejadian
35
Pelaksanaan posyandu yang efektif sesuai dengan petunjuk teknis tentunya
suatu upaya revitalisasi lintas program dan sektoral dalam meningkatkan kinerja
36
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
4 Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau
keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak
lain seusianya (MCN, 2009).
5 Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai
dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam
mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted
merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu
dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
6 Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut
umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca
persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi
yang tidak memadai dan atau kesehatan.
7 Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak
langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin
mengalami intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir
dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara
lain kekurangan energi dan protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek
pemberian makan yang tidak sesuai dan faktor kemiskinan. Untuk
menentukan stunted pada anak dilakukan dengan cara pengukuran.
Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2
tahun. Antropometri merupakan ukuran dari tubuh,
sedangkan antropometri gizi adalah jenis pengukuran dari beberapa bentuk
tubuh dan komposisi tubuh menurut umur dan tingkatan gizi, yang digunakan
untuk mengetahui ketidakseimbangan protein dan energi. Anak yang
menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih
37
8 pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak.
8.1 Saran
38
39
DAFTAR PUSTAKA
40