GIZI MASYARAKAT
STUNTING
Kelompok 4 :
UNIVERSITAS JEMBER
2019
1
KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini, dan kami buat dengan waktu yang telah di tentukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya
penyusunan makalah seperti ini, pembaca dapat belajar dengan baik dan benar
mengenai Stunting dalam mata kuliah Gizi Masyarakat dengan dosen pengampu
mata kuliah Gizi Masyarakat yaitu Dr. Yunita Satya Pratiwi S.P., M.Kes.
Kami mengucapkan terimah kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi
sumbangsi kepada kami dalam penyelesaian makalah ini. Dan tentunya kami juga
menyadari, bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada
makalah ini. Hal ini Karena keterbatasan kemampuan dari kami. Oleh karena itu,
kami senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak, guna penyempurnaan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat belajar bersama demi
kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
berhubungan satu dengan yang lainnya. Ada tiga faktor utama penyebab
stunting yaitu asupan makan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan
zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral,
vitamin, dan air) riwayat berat lahir badan rendah (BBLR) dan riwayat
penyakit (UNICEF, 2007).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi serta klasifikasi dari masalah
gizi stunting.
2. Untuk mengetahui dan menganalisa penyebab dan jalannya patofisiologi
dari masalah gizi stunting
3. Untuk mengetahui gejala dari masalah gizi stunting
4. Untuk memahami dan mengetahui cara pencegahan dan cara mengatasi
dari pada masalah gizi stunting
5. Untuk mengetahui dan memahami dampak yang ditimbulkan dalam
jangka waktu yang panjang dan jangka pendeknya
6. Untuk memberikan solusi akan rencana indonesia untuk terbebas dari
stunting.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.2 Klasifikasi
3
Normal, pendek dan Sangat Pendek adalah status gizi yang didasarkan
pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan
menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek)
dan severely stunted (sangat pendek).
I. Pendek-kurus : -Zscore TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB < -2,0
II. Pendek -normal : Z-score TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB antara -2,0
s/d 2,0
2.3 Penyebab
4
Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Secara lebih detil,
beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat digambarkan
sebagai berikut:
5
Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1 dari 3 ibu hamil yang
mengalami anemia.
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh di
lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia masih
buang air besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga belum
memiliki akses ke air minum bersih.
5. Masalah kekurangan gizi diawali dengan perlambatan atau retardasi
pertumbuhan janin yang dikenal sebagai IUGR (Intra Uterine Growth
Retardation). Di negara berkembang,kurang gizi pada pra-hamil dan ibu
hamil berdampak pada lahirnya anak yang IUGR dan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR).
6. Kondisi IUGR hampir separuhnya terkait dengan status gizi ibu, yaitu
berat badan (BB) ibu pra-hamil yang tidak sesuai dengan tinggi badan ibu
atau bertubuh pendek, dan pertambahan berat badan selama kehamilannya
(PBBH) kurang dari seharusnya. Ibu yang pendek waktu usia 2 tahun
cenderung bertubuh pendek pada saat meninjak dewasa.
7. Apabila hamil ibu pendek akan cenderung melahirkan bayi yang BBLR.
Ibu hamil yang pendek membatasi aliran darah rahim dan pertumbuhan
uterus, plasenta dan janin sehingga akan lahir dengan berat badan rendah
(Kramer, 1987).
8. Apabila tidak ada perbaikan, terjadinya IUGR dan BBLR akan terus
berlangsung di generasi selanjutnya sehingga terjadi masalah anak pendek
intergenerasi
2.4 Patofisiologi
6
bencana kurang pangan dan kelaparan seperti kurang gizi pada dewasa.
Hal ini berarti dalam kondisi pangan melimpah masih mungkin terjadi
kasus kurang gizi pada anak balita. Kurang gizi pada anak balita bulan
sering disebut sebagai kelaparan tersembunyi atau hidden hunger.
Dari bagan di atas dapat diketahui bahwa hubungan pada bayi yang
menalami defisiensi protein dapat menyebabkan respon cortex adrenalin
yang adekuat, dan mempengaruhi peningkatan optimalisasi di plasma
kortisol yang menyebabkan terganggunya protein dalam membentuk otot
serta dapat menghambat hormon pertumbuhan pada bayi sehingga
pertumbuhan balita menjadi melambat. Pada saat terganggunya protein
7
saat membentuk otot, produksi asam amino dan sintesis lipoprotein yang
seharusnya normal menjadi tidak normal. Faktor lain yaitu saat
optimalisasi diplasma kortisol meningkat hal ini juga mempengaruhi asam
lemak bebas yang dari bagan diatas menyebabkan timbunan lemak dihati.
Faktor faktor kurangnya konsumsi protein diatas menyebakan seseorang
mengalami stunting. Apabila seseorang memiliki pola asupan protein yang
mencukupi, maka proses pertumbuhan akan berjalan lancar dan juga akan
menyebabkan sistem kekebalan tubuh bekerja dengan baik (Mitra, 2015).
protein mengandung semua macam asam amino essensial yang sebagian
digunakan sebagai perbaikan jaringan akan tetapi tidak cukup untuk
pertumbuhan, asma amin dengan jumalh yang terabatas untuk
memungkinkan pertumbuhan dinamakan asma amino terbatas. Jika dua
jenis protein tebatas dengan asam amino yang berbeda dimakan
bersamaan didalam tubuh akan menjadi susunan protein yang komplit dan
memungkinkan pertumbuhan.
8
asupan zink. Angka Kecukupan Gizi untuk zink perhari pada remaja putri
antara 13-16 mg/hari, sedangkan para remaja laki-laki antara 14-18
mg/hari (DEPKES, 2013). Hal ini bearti zink harus tersedia dalam jumlah
yang cukup. Kekurangan zink yang terjadi pada usia sekolah dapat
berakibat gangguan pertumbuhan fisik atau stunting dan perkembangan sel
otak (Rosmalina et al, 2010).
9
tingginya tingkat kortisol dan rendahnya IGF-1. Perubahan hormonal ini,
terutama tingginya tingkat kortisol berkaitan dengan penyimpanan lemak
tubuh sedangkan rendahnya hormon IGF-1 memungkinkan terjadinya
gangguan pada lipolisis dalam memecah lemak. Oleh karena itu, adaptasi
jangka panjang pada anak stunted menyebabkan gangguan oksidasi lemak.
10
selain dampak terhadap tumbuh kembang anak kejadian ini biasanya tidak
berdiri sendiri tetapi diikuti masalah defisiensi zat gizi mikro.
2.5 Gejala
11
Untuk mencegah stunting, konsumsi protein sangat mempengaruhi
pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas 6 bulan. Anak yang
mendapat asupan protein 15 persen dari total asupan kalori yang
dibutuhkan terbukti memiliki badan lebih tinggi dibanding anak dengan
asupan protein 7,5 persen dari total asupan kalori. Anak usia 6 sampai 12
bulan dianjurkan mengonsumsi protein harian sebanyak 1,2 g/kg berat
badan. Sementara anak usia 1–3 tahun membutuhkan protein harian
sebesar 1,05 g/kg berat badan
12
pangan tingkat keluarga. Dari kedua kondisi ini dikaitkan dengan strategi
implementasi program yang harus dilaksanakan. Pola asuh (caring),
termasuk di dalamnya adalah Inisiasi Menyusui Dini (IMD), menyusui
eksklusif sampai dengan 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan dengan
makanan pendamping ASI (MPASI) sampai dengan 2 tahun merupakan
proses untuk membantu tumbuh kembang bayi dan anak. Kebijakan dan
strategi yang mengatur pola asuh ini ada pada Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 128, Peraturan Pemerintah Nomor 33
tahun 2012 tentang ASI, dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
2015-2019, keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.
02.02/MENKES/52/2015. Amanat pada UU Nomor 36 Tahun 2009
adalah:
a. Setiap bayi berhak mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan
selama 6 bulan, kecuali atas indikasi medis.
b. Selama pemberian ASI pihak keluarga, pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh
dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus.
13
4. Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil.
5. Melindungi ibu hamil dari Malaria.
Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6
Bulan:
1. Mendorong inisiasi menyusui dini (pemberian ASI
jolong/colostrum).
2. Mendorong pemberian ASI Eksklusif.
Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23
bulan:
1. Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan
didampingi oleh pemberian MP-ASI.
2. Menyediakan obat cacing.
3. Menyediakan suplementasi zink.
4. Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan.
5. Memberikan perlindungan terhadap malaria.
6. Memberikan imunisasi lengkap.
7. Melakukan pencegahan dan pengobatan diare
Intervensi gizi sensitif meliputi:
14
8. Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini Universal.
9. Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat.
10. Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi, serta
Gizi pada Remaja.
11. Menyediakan Bantuan dan Jaminan Sosial bagi Keluarga Miskin.
12. Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi.
15
penurunan stunting. Jumlah ini akan bertambah sebanyak 60 kabupaten
pada tahun berikutnya. Dengan adanya kerjasama lintas sektor ini
diharapkan dapat menekan angka stunting di Indonesia sehingga dapat
tercapai target Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2025
yaitu penurunan angka stunting hingga 40%.vv. berikut merupakan usulan
waktu untuk rencana aksi intervensi stunting diindonesia:
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
Daftar Pustaka
Djauhari, T.NS. 2017. Gizi dan 1000 HPK. Bagian Anatomi. Malang: Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Volume: 13. Diakses
pada 08 september 2019
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/download/5554/5289
Chastity, C.N. 2017. Skirpsi Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Stunting
pada Remaja di Sukoharjo Jawa Tengah. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Islami, D. O. 2018. Skripsi Hubungan Zat Besi (Fe) dengan Kejadian Stunting
pada Anak Sekolah Dasar d Madrasah Ibtidiyah Muhammadiyah
Kartasura 2017. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Puspitasari, Y., Suichan. M., Nissa, C. 2018. Asupan Makanan Padat Energi
Rendah Mikronutrien pada Remaja Syunted Obesitas Usia 15- 18 Tahun
di Kota Semarang. Semarang: Journal Of Nutrition College. Vol. 7, No.2
(61-70).
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rj
a&uact=8&ved=2ahUKEwjlkd2ur8HkAhXFfisKHb5DA3EQFjABegQIA
RAC&url=http%3A%2F%2Fwww.depkes.go.id%2Fdownload.php%3Ffil
e%3Ddownload%2Fpusdatin%2Fbuletin%2FBuletin-Stunting-
2018.pdf&usg=AOvVaw2Sdwa9UKB6jrtTY7JRuJCn
18
KELOMPOK 1:
1. Berdasarkan nilai apa anak di katakana stuting, dan apakah seorang anak
yang memilki tinggi badan dibawah standard itu bisa disebut stuting ??
Jawab:
stunting bisa diketahui dengan pengukuran antropometri dengan
jenis parameter 1. Umur 2. Berat Badan 3. Tinggi Badan 4. Lingkar
Lengan Atas 5. Lingkar Kepala 6. Lingkar Dada 7. Jaringan Lunak.
Seorang anak dikatan terkena stunting apabila tinggi badannya tidak sesuai
dengan umurnya, stunting juga bisa karena genetic dan pada saat ibunya
mengandung kekurangan asupan gizi yang juga bisa menyebabkan anak
yang dikandungnya akan terkena stunting, seorang anak yang terkena
stunting akan tampak diumur 2 thn.
2. Apa bila seorang anak terkena stunting, apa yang harus ibu lakukan untuk
mencegah stunting ?
Jawab:
Yaitu dengan cara mengontrol pola makan, pola asuhan ibu dan
sanitasi. Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap
makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam.
dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh
sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati
maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat. Jika
anak terkena stunting peran ibulah yang sangat penting dan harus
membiasakan anak tersebut mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
lingkungan yang bersih.
Kelompok 2:
19
3. Apakah stunting bisa menyebabkan komplikasi ?
Jawab:
Stunting dapat menyebabkan komplikasi karena stunting dapat
menyebabkan menghambatan perkembangan anak, penurunan fungsi
kekebalan tubuh dan gangguan pada sistem pembakaran lemak. Karena
itu, anak yang mengalami stunting berisiko mengidap obesitas di
kemudian hari yang dapat memicu penyakit tidak menular, seperti
hipertensi, osteoporosis, dan jantung koroner (PJK).
Kelompok 4
20
ketika ia tumbuh dewasa dan asupan makannya semakin besar ia tidak bisa
lagi tumbuh ke atas, melainkan tumbuh jadi ke samping yang membuatnya
berisiko mengalami obesitas.
21
kecerdasannya yang berada di bawah rata-rata. Nah, untuk itu jangan
sampai anak Mums menderita cacingan
22