Anda di halaman 1dari 61

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN SALAH SATU ANGGOTA

KELUARGA AN. M MENGALAMI STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUREN


KOTA MALANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Keluarga


Dosen Pengampu : Lintang, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh:
1. Achmad Imron Efendi (2223001)
2. Agnes Dwi Ningtyas Santoso(2223002)
3. Herni (2223015)
4. Lella Isma Septia Pertiwi (2223021)
5. Lusiana Agus Susanti (2223022)
6. Rizky Aditria Pratama (2223029)

POGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

2023

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN STUNTING


1. Pengertian............................................................................................................3
2. Klasifikasi............................................................................................................4
3. Etiologi.................................................................................................................5
4. Patofisiologi.........................................................................................................7
5. Manifestasi Klinis................................................................................................8
6. Bagan Patoflow....................................................................................................9
7. Komplikasi...........................................................................................................10
8. Penatalaksanaan.................................................................................................10
9. Pencegahan..........................................................................................................11
 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK GIZI BURUK
DAN STUNTING
1. PENGKAJIAN....................................................................................................12
2. DIAGNOSA.........................................................................................................13
3. INTERVENSI......................................................................................................13

BAB III PENUTUP

 Kesimpulan................................................................................................................16
 Saran..........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Balita merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi. Pada masa ini
pertumbuhan sangat cepat diantaranya pertumbuhan fisik dan perkembangan
psikomotorik, mental dan sosial (Almatsier,2011). Balita mempunyai risiko yang
tinggi dan harus mendapatkan perhatian yang lebih. Semakin tinggi faktor risiko
yang berlaku terhadap balita tersebut maka akan semakin besar kemungkinan
balita menderita gangguan nutrisi. (Black RE, dkk 2008). Menurut MCA
Indonesia (2015) menyatakan bahwa nutrisi yang tidak adekuat merupakan salah
satu penyebab gangguan gizi pada balita, dimana balita yang nutrisinya tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme dan akan berdampak pada
gangguan gizi seperti kependekan atau stunting. Bahaya stunting penting untuk
diwaspadai lantaran dampaknya buruk pada anak. Secara fisik tumbuh kembang
tidak seimbang, seperti tingginya dibawah normal atau lebih pendek, kemampuan
intelektualnya rendah, dan saat dewasa berpotensi ada gangguan metabolisme
seperti, diabetes dan hipertensi, serta gangguan metabolisme lainnya. Data
prevalensi stunting menurut WHO, Negara Indonesia termasuk dalam Negara
ketiga dengan prevalensi tertinggi di Asia Tenggara. Rata-rata prevalensi balita
stunting di Indonesia tahun 2015-2017 adalah 36,4 persen. (Fitri, 2018).
Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021,
prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta
balita. Prevalensi stunting ini telah mengalami penurunan dari tahun-tahun
sebelumnya.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2018), menyatakan bahwa prevalensi
stunting balita umur 0-59 bulan di Jawa Timur mencapai 32,81 persen. Angka ini
lebih tinggi dari prevalensi stunting nasional yakni sebesar 30,8 persen. Beberapa
faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya stunting adalah riwayat

3
kehamilan ibu yang meliputi postur tubuh ibu (pendek), jarak kehamilan yang
terlalu dekat, jumlah melahirkan terlalu banyak, usia ibu saat hamil terlalu tua,
usia ibu saat hamil terlalu muda (dibawah 20 tahun) berisiko melahirkan bayi
dengan BBLR, serta asupan nutrisi yang kurang selama masa kehamilan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian
2. Klasifikasi
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Manifestasi Klinis
6. Bagan Patoflow
7. Kompilkasi
8. Penatalaksanaan
9. Pencegahan
10. Asuhan Keperawatan Stunting

C. TUJUAN
Tujuan umum untuk mengetahui apa itu stunting dan memperoleh gambaran asuhan
keperawatan pada anak stunting.
Tujuan Khusus
- Menggambarkan pengkajian asuhan keperawatan pada anak stunting.
- Menggambarkan diagnosa asuhan keperawatan pada anak stunting
- Menggambarkan penyusunan intervensi asuhan keperawatan pada anak stunting

4
BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN STUNTING

1. PENGERTIAN
 Senbanjo, et al (2011) mendefinisikan stunting adalah keadaan status gizi
seseorang berdasarkan z-skor tinggi badan (TB) terhadap umur (U)
dimana terletak pada <-2 SD. Indeks TB/U merupakan indeks
antropometri yang menggambarkan keadaan gizi pada masa lalu dan
berhubungan dengan kondisi lingkungan dan sosial ekonomi.
 SK Menkes RI (2012) menyatakan bahwa pendek dan sangat pendek adalah
status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur
(PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan
istilah stunting (pendek) dan severely stunting (sangat pendek).
 Pengaruh kekurangan zat gizi terhadap tinggi badan dapat dilihat dalam
waktu yang relatif lama. (Gibson, 2005).
 Stunting adalah indikator dari hasil malnutrisi yang memperburuk keadaan
anak pada usia dini dan sangat terkait dengan kondisi jangka pendek dan
jangka panjang (Takele, dkk. 2019).
 Kesimpulan Kelompok : Stunting merupakan suatu kondisi dimana terjadi
gagal tumbuh pada anak balita (bawah lima tahun) disebabkan oleh
kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi berada di dalam kandungan dan pada
masa awal setelah bayi dilahirkan. Akan tetapi, kondisi stunting baru akan
muncul setelah anak berusia 2 tahun.

5
2. KLASIFIKASI
Balita pendek (stunting) dapat diketahui bila seorang balita sudah diukur
panjang dan tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standart dan hasilnya
berada di bawah normal. Secara fisik balita akan lebih pendek dibandingkan
balita seumurnya (Kemenkes,RI 2016).
Kependekan mengacu pada anak yang memiliki indeks TB/U rendah. Pendek
dapat mencerminkan baik variasi normal dalam pertumbuhan ataupun defisit
dalam pertumbuhan. Berikut klasifikasi status gizi stunting berdasarkan
tinggi badan/panjang badan menurut umur ditunjukkan dalam tabel.

Pengukuran Status Stunting Dengan Antropometri PB/U atau TB/U Panjang


badan menurut umur atau umur merupakan pengukuran antropometri untuk status
stunting. Panjang badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, panjang badan tumbuh seiring
dengan pertambahan umur. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap panjang badan
akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Pengukuran tinggi badan harus
disertai pencatatan usia (TB/U). Tinggi badan diukur dengan menggunakan alat
ukur tinggi stadiometer Holtain/mikrotoice (bagi yang bisa berdiri) atau baby
length board (bagi balita yang belum bisa berdiri). Stadiometer holtain/mikrotoice
terpasang di dinding
dengan petunjuk kepala yang dapat digerakkan dalam posisi horizontal. Alat
tersebut juga memiliki jarum petunjuk tinggi dan ada papan tempat kaki. Alat
tersebut cukup mahal, sehingga dapat diganti dengan meter stick yang digantung
di dinding dengan petunjuk kepala yang dapat digeralkan secara horizontal. Stick
pada petunjuk kepala diisertai dengan skala dalam cm (Suandi, 2010).

6
3. ETIOLOGI

Faktor penyebab stunting ini dapat disebabkan oleh faktor langsung maupun tidak
langsung. Penyebab langsung dari kejadian stunting adalah asupan gizi dan
adanya penyakit infeksi sedangkan penyebab tidak langsung adalah pemberian
ASI dan MP-ASI, kurangnya pengetahuan orang tua, faktor ekonomi, rendahnya
pelayanan kesehatan dan masih banyak faktor lainnya (Mitra, 2015).

1) Faktor penyebab langsung

1. Asupan Gizi.
Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tubuh. Usia anak 1 – 2,5 tahun merupakan masa kritis dimana
pada tahun ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara pesat. Konsumsi
makanan yang tidak cukup merupakan salah satu faktor yang dapat
menyebabkan stunting (Kinasih dkk, 2016).
2. Penyakit infeksi kronis
Adanya penyakit infeksi dalam waktu lama tidak hanya berpengaruh terhadap
berat badan akan tetapi juga berdampak pada pertumbuhan linier. Infeksi juga
mempunyai kontribusi terhadap defisiensi energi, protein, dan gizi lain karena
menurunnya nafsu makan sehingga asupan makanan berkurang. Pemenuhan
zat gizi yang sudah sesuai dengan kebutuhan namun penyakit infeksi yang
diderita tidak tertangani tidak akan dapat memperbaiki status kesehatan dan
status gizi anak balita. (Dewi dan Adhi, 2016).

2) Faktor penyebab tidak langsung

1. Faktor ASI Eksklusif dan MP-ASI


ASI eksklusif merupakan pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan. ASI sangat penting bagi bayi
karena memiliki komposisi yang dapat berubah sesuai kebutuhan bayi. Pada
ASI terdapat kolostrum yang banyak mengandung gizi dan zat pertahanan

7
tubuh, foremik (susu awal) yang mengandung protein laktosa dan kadar air
tinggi dan lemak rendah sedangkan hidramik (susu akhir) memiliki
kandungan lemak yang tinggi yang banyak memberi energi dan memberi rasa
kenyang lebih lama (Ruslianti dkk, 2015).
Pemberian MP-ASI merupakan sebuah proses transisi dari asupan yang
semula hanya ASI menuju ke makanan semi padat. Tujuan pemberian MP-
ASI adalah sebagai pemenuhan nutrisi yang sudah tidak dapat terpenuhi
sepenuhnya oleh ASI selain itu sebagai latihan keterampilan makan,
pengenalan rasa. MP-ASI sebaiknya diberikan setelah bayi berusia 6 bulan
secara bertahap dengan mempertimbangkan waktu dan jenis makanan agar
dapat memenuhi kebutuhan energinya (Ruslianti dkk, 2015).
2. Pengetahuan Orang Tua
Orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik akan memberikaan
asuhan pada keluarga dengan baik pula. Pengetahuan orangtua tentang gizi
akan memberikan dampak yang baik bagi keluarganya karena, akan
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi kebutuhan gizi. (Nikmah, 2015).
3. Faktor Ekonomi
Pendapatan yang rendah, biasanya mengkonsumsi makanan yang lebih murah
dan menu yang kurang bervariasi, sebaliknya pendapatan yang tinggi
umumnya mengkonsumsi makanan yang lebih tinggi harganya, tetapi
penghasilan yang tinggi tidak menjamin tercapainya gizi yang baik.
Pendapatan yang tinggi tidak selamanya meningkatkan konsumsi zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh, tetapi kenaikan pendapatan akan menambah
kesempatan untuk memilih bahan makanan dan meningkatkan konsumsi
makanan yang disukai meskipun makanan tersebut tidak bergizi tinggi.
(Ibrahim dan Faramita, 2014).
4. Rendahnya Pelayanan Kesehatan

8
Perilaku masyarakat sehubungan dengan pelayanan kesehatan di mana
masyarakat yang menderita sakit tidak akan bertindak terhadap dirinya karena
merasa dirinya tidak sakit dan masih bisa melakukan aktivitas sehari- hari dan
beranggapan bahwa gejala penyakitnya akan hilang walaupun tidak di obati.
Berbagai alasan dikemukakan mengapa masyarakat tidak mau memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan seperti jarak fasilitas kesehatan yang jauh, sikap
petugas yang kurang simpati dan biaya pengobatan yang mahal (Ma’rifat,
2010).

4. PATOFISIOLOGI
Pada balita dengan kekurangan gizi akan menyebabkan berkurangnya lapisan
lemak di bawah kulit hal ini terjadi karena kurangnya asupan gizi sehingga tubuh
memanfaatkan cadangan lemak yang ada, selain itu imunitas dan produksi
albumin juga ikut menurun sehingga balita akan mudah terserang infeksi dan
mengalami perlambatan pertumbuhan dan perkembangan. Balita dengan gizi
kurang akan mengalami peningkatan kadar asam basa pada saluran cerna yang
akan menimbulkan diare (Maryunani, 2016).
Dalam hal pertumbuhan dan perkembangan manusia, kelenjar endokrin
yang berperan penting adalah kelenjar hipofisis, yang terletak di bawah dan
sedikit di depan hipotalamus. Suplai darah yang kaya dalam infundibulum, yang
menghubungkan dua kelenjar, membawa hormon pengatur dari hipotalamus ke
kelenjar hipofisis. Hipofisis memiliki lobus anterior dan posterior. Lobus anterior,
atau adenohipofisis, melepaskan hormon utama yang mengendalikan
pertumbuhan dan perkembangan manusia yaitu hormon pertumbuhan (Growth
Hormone/GH), hormon perangsang tiroid (Thyroid Stimulating Hormone (TSH),
prolaktin, gonadotrofin (Luteinizing dan hormon perangsang folikel), dan hormon
adrenocorticotropik (ACTH)(Vonaesch et al., 2018). Pertumbuhan normal tidak
hanya bergantung pada kecukupan hormon pertumbuhan tetapi merupakan hasil
yang kompleks antara sistem saraf dan sistem endokrin. Hormon jarang bertindak

9
sendiri tetapi membutuhkan kolaborasi atau intervensi hormon lain untuk
mencapai efek penuh. Hormon pertumbuhan menyebabkan pelepasan faktor
pertumbuhan mirip insulin (Insulin like Growth Factor 1 (IGF-1)) dari hati. IGF-1
secara langsungmempengaruhi serat otot rangka dan sel-sel tulang rawan di
tulang panjang untuk meningkatkan tingkat penyerapan asam amino dan
memasukkannya ke dalam protein baru, sehingga berkontribusi terhadap
pertumbuhan linear selama masa bayi dan masa kecil. Pada masa remaja,
percepatan pertumbuhan remaja terjadi karena kolaborasi dengan hormon gonad,
yaitu testosteron pada anak laki-laki, dan estrogen pada anak perempuan.Ada
banyak bukti dari penelitian tentang anak-anak dengan perawakan pendek yang
tidak normal terjadi akibat faktor lingkungan yang mengganggu sistem endokrin,
menyebabkan pengurangan dalam pelepasan hormon pertumbuhan. Namun,
hormon lain juga terpengaruh, membuat penyebab gangguan pertumbuhan
menjadi kompleks (Taufiq Rohman, S.Pd.I, 2019).

5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala stunting menurut (kemenkes, 2017)
1) Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya
2) Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk
seusianya
3) Berat badan rendah untuk anak seusianya
4) Pertumbuhan tulang tertunda.
5) Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
6) Pertumbuhan tubuh dan gigi yang terlambat
7) Memiliki kemampuan fokus dan memori belajar yang buruk
8) Pubertas yang lambat
9) Saat menginjak usia 8-10 tahun, anak cenderung lebih pendiam dan tidak
banyak melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya
10)Berat badan lebih ringan untuk anak seusianya

10
6. BAGAN PATOFLOW

Faktor presipitasi Faktor predisposisi

1. ASI dan MP-ASI 1. Asupan gizi


2. Pengetahuan orang tua 2. Penyakit infeksi kronis
3. Ekonomi 3. Gizi Kurang
4. Rendahnya pelayanan 4. Intake Nutrisi Kurang
kesehatan

Kurang Pengetahuan
Orang Tua

Defisit Pengetahuan

Manajemen
keluarga
tidak efektif

Hiperperistaltik usus

Diare

11
7. KOMPLIKASI
Masalah gizi terutama masalah balita stunting dapat menyebabkan proses
tumbuh kembang menjadi terhambat, dan memiliki dampak negatif yang akan
berlangsung untuk kehidupan selanjutnya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
balita pendek sangat berhubungan dengan prestasi pendidikan yang kurang dan
pendapatan yang rendah sebagai orang dewasa (Astutik, Rahfiludin, & Aruben,
2018).
Menurut WHO (2018), dampak yang terjadi akibat stunting dibagi menjadi
dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang.
1) Dampak jangka pendek, yaitu :
1. Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian.
2. Perkembangan kognitif, motorik dan verbal pada anak tidak optimal.
3. Peningkatan biaya kesehatan
2) Dampak jangka panjang, yaitu :
1. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek bila dibandingkan
pada umumnya)
2. Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya
3. Menurunnya kesehatan reproduksi
4. Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah
5. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal

8. PENATALAKSANAAN
Menurut Khoeroh dan Indriyanti, (2017) beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mengatasi stunting yaitu:
1) Penilaian status gizi yang dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu setiap
bulan.
2) Pemberian makanan tambahan pada balita.
3) Pemberian vitamin A.
4) Memberi konseling oleh tenaga gizi tentang kecukupan gizi balita.
12
5) Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 2
6) tahun dengan ditambah asupan MP-ASI.
7) Pemberian suplemen menggunakan makanan penyediaan makanan dan
8) minuman menggunakan bahan makanan yang sudah umum dapat
9) meningkatkan asupan energi dan zat gizi yang besar bagi banyak pasien.
10)Pemberian suplemen menggunakan suplemen gizi khusus peroral siap guna
yang dapat digunakan bersama makanan untuk memenuhi kekurangan gizi.

9. PENCEGAHAN
1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak
adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan
Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang
mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi maupun
suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani
proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter
atau bidan.
2. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman,
menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak
berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan
untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah
hati. Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai
mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.
3. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa memberikan
makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan makanan-makanan
yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu
berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun merekomendasikan

13
fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di sisi lain,
sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk tambahan
tersebut.
Konsultasikan dulu dengan dokter.
4. Terus memantau tumbuh kembang anak
Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama
dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke
Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah
bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya.
5. Selalu jaga kebersihan lingkungan
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit,
terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang
secara tak langsung meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan
di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang
menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu
diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia.

14
2.1Konsep Dasar Keluarga
2.1.1 Definisi Keluarga

Menurut Bailon dan Maglaya (1989), keluarga adalah dua atau lebih

individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi,

dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan

menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

2.1.2 Struktur Keluarga

Menurut Setyawan (2012) struktur sebuah keluarga memberikan

gambaran tentang bagaimana suatu keluarga itu melaksanakan fungsinya

dalam masyarakat. Adapun macam-macam struktur keluarga diantaranya

adalah :

1) Patrilineal : Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2) Matrilineal : Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3) Matrilokal : Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

4) Patrilokal : Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

suami.

5) Keluarga menikah : Hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena

adanya hubungan dengan suami atau istri.

15
2.1.3 Ciri-ciri Keluarga

Keluarga merupakan sistem interaksi emosional yang diatur secara

kompleks dalam posisi, peran, dan aturan atau nilai-nilai yang menjadi

dasar struktur atau organisasi keluarga. Struktur keluarga tersebut memiliki

ciri-ciri antara lain :

1) Terorganisasi

Keluarga merupakan cerminan organisasi dimana setiap anggota

keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-masing untuk

mencapai tujuan keluarga. Dalam menjalankan peran dan fungsinya,

anggota keluarga saling berhubungan dan saling bergantung antara

satu dengan yang lainnya.

2) Keterbatasan

Setiap anggota keluarga memiliki kebebasan, namun juga

memiliki keterbatasan dalam menjalankan peran dan fungsinya.

3) Perbedaan dan Kekhususan

Setiap anggota memiliki peran dan fungsinya masing-masing.

Peran dan fungsi tersebut cenderung berbeda dan khas, yang

menunjukkan adanya ciri perbedaan dan kekhususan. Misalnya saja

ayah sebagai pencari nafkah utama dan ibu yang bertugas merawat

anak-anak. (Widyanto, 2014)

2.1.4 Tipe Keluarga

Menurut (Widyanto, 2014) Keluarga memiliki berbagai macam tipe


16
yang dibedakan menjadi keluarga tradisional dan non tradisional, yaitu :
1) Keluarga Tradisional

1. The Nuclear Family (Keluarga Inti), yaitu keluarga yang terdiri suami, istri

dan anak.

2. The Dyad Family, yaitu keluarga yang terdiri suami dan istri yang hidup

dalam satu rumah tetapi tanpa anak.

3. Keluarga usila, yaitu keluarga yang terdiri dari suatu istri yang sudah tua

dengan sudah memisahkan diri.

4. The Childless Family, yaitu keluarga tanpa anak karena terlambat menikah

dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya. Penyebabnya adalah

karena mengejar karir atau pendidikan yang terjadi pada wanita.

5. The Extended Family (keluarga besar), yaitu keluarga yang terdiri tiga

generasi hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai

paman,bibi, orang tua (kakek dan nenek), keponakan dan lain sebagainya.

6. The Single Parent Family (keluarga duda atau janda), yaitu keluarga yang

terdiri dari suatu orang tua bisa ayah atau ibu. Penyebabnya dapat terjadi

karena proses perceraian, kematian atau bahkan ditinggalkan.

7. Commuter Family, yaitu keluarga dengan kedua orang tua bekerja di kota

yang berbeda, tetapi setiap akhir pekan semua anggota keluarga dapat

berkumpul bersama di salah satu kota yang menjadi tempat tinggal.

8. Multigenerational Family, yaitu keluarga dengan generasi atau kelompok

umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.

9. Kin-network Family, yaitu keluarga dengan beberapa keluarga inti tinggal

dalam satu rumah atau saling berdekatan menggunakan barang-barang serta

17
23 pelayanan bersama. Seperti, menggunakan dapur, kamar mandi,

televisi, atau telepon bersama.

10. Blended Family, yaitu keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang

menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.

11. The Single adult living alone / single adult family, yaitu keluarga yang

terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya (separasi)

seperti perceraian atau di tinggal mati.

2) Keluarga Non-Tradisional

1. The unmarried teenage mother, yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua

terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

2. The stepparent family, yaitu keluarga dengan orangtua tiri.

3. Commune Family, yaitu keluarga dengan beberapa pasangan keluarga

anaknya yang tidak memiliki hubungan saudara, hidup bersama dalam satu

rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi

anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.

4. The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup

bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

5. Gay dan Lesbian family, yaitu keluarga dengan seseorang yang persamaan

jenis kelamin yang hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri.

6. Cohabiting couple, yaitu keluarga dengan orang dewasa yang hidup

bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

7. Group-marriage family, yaitu keluarga dengan beberapa orang dewasa yang

menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling 18


menikah satu dengan yang lainnya, berbagai sesuatu, termasuk seksual

dan membesarkan anaknya.

8. Group network family, yaitu keluarga inti yang dibatasi oleh aturan atau

nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunkan barang

barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab

membesarkan anaknya.

9. Foster family, yaitu keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan

keluarga atau saudara untuk waktu sementara.

10. Homeless family, yaitu keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang

permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan

ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

11. Gang, yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda

yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian,

tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya

2.1.5 Fungsi Keluarga

Menurut friedman (1999), lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai

berikut:

1) Fungsi Afektif

Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan

psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling

menerima dan mendukung.

19
2) Fungsi Sosialisasi

Adalah proses perkembangan dan perubahan individu, keluarga,

tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan di

lingkungan sosial.

3) Fungsi Reproduksi

Adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan

menambah sumber daya manusia.

4) Fungsi Ekonomi

Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti :

sandang, pangan, dan papan.

5) Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan dengan melaksanakan

praktek asuhan kesehatan yaitu keluarga mempunyai tugas untuk

memelihara kesehatan anggota keluarganya agar tetap memiliki

produktivitas dalam menjalankan perannya masing-masing.

2.1.6 Peranan keluarga

Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh

seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan

seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan

dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Setiap anggota keluarga

mempunyai peran masing- masing, antara lain adalah:

20
1) Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari

nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap

anggota keluarga dan juga sebegai anggota masyarakat kelompok

sosial tertentu.

2) Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-

anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan

keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial

tertentu.

3) Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan

perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual. (Setiadi, 2008)

2.1.7 Tahap perkembangan keluarga

Kerangka perkembangan keluarga menurut Duvall (1977)

memberikan pedoman untuk memeriksa serta menganilisa perubahan

dan perkembangan tugas-tugas dasar yang ada dalam keluarga

selama siklus kehidupan mereka.

Tingkat perkembangan keluarga ditandai oleh usia anak yang tertua:

1) Tahap pasangan baru atau keluarga baru (begining family)

Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami

dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan


21
meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologis keluarga

tersebut sudah memiliki keluarga baru. Tugas perkembangan keluarga

pada tahap ini antara lain:


1. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama

2. Menetapkan tujuan bersama

3. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok sosial

4. Merencanakan anak (KB)

5. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk

menjadi orang tua.

2) Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family)

Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai

kelahiran anak pertama sampai anak pertama ber usia 30 bulan. Tugas pada

perkembangan ini antara lain:

1. Persiapan menjadi orangtua

2. Membagi peran dan tanggung jawab

3. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang

menyenangkan

4. Meprsiapkan biaya atau dana child bearing

5. Memfasilitasi role learning anggota keluarga

6. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita

7. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin

3) Tahap III keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool)

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir

saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi

terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam

menigkatkan pertumbuhannya.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:
22
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat

tinggal, privasi, dan rasa nyaman

2. Membantu anak untuk bersosialisasi

3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, semetara kebutuhan anak yang

lain juga harus terpenuhi

4. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar

keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)

5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling repot)

6. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak

4) Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with school children)

Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6

tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga

mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat

sibuk. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai

berikut:

1. Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan

semangat belajar

2. Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan

3. Menyediakan aktivitas untuk anak

4. Menyesuaikan pada aktivitas komunitas dengan mengikut sertakan anak

23
5) Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)

Tahap ini dimulai pada anak saat usia 13 tahun dan biasanya berakhir

sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah

orangtuanya. Tujuan keluarga adalah melepas anak remaja dan

memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar unutk

mempersiapkan diri lebih menjadi dewasa. Tugas perkembangan

keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:

1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab

mengingat remaja ynag sudah bertambah dewasa dan meningkat

otonominya.

2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga

3. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari

perdebatan, kecurigaan dan permusuhan

4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga

6) Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lounching ceter

families)

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.

Lamanya tahap ini tergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau

jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.

Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga

untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antaara lain sebagai

berikut: 24

1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

2. Mempertahankan keintiman pasangan


3. Membantu orang tua suami dan istri yang sedang sakit dan memasuki

masa tua.

4. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian

anaknya

5. Menata kembali fasilitasi dan sumber yang ada pada keluarga

6. Berperan suami istri, kakek, dan nenek

7. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi

anakanaknya

7) Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle agee families)

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah

dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.

Beberapa pasangan pada fase ini akan dirasakan sulit karena masalah

usia lanjut, perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal sebagai orang

tua. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai

berikut:

1. Mempertahankan kesehatan

2. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah

minat sosial dan waktu santai

3. Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua

4. Keakraban dengan pasangan

5. Memelihara hubungan/kontak dengan anak keluarga

6. Persiapan masa tua atau pensiun dan meningkatkan keakraban pasangan

25
8) Tahap VIII keluarga usia lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai pada saat salah satu

pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal, sampai

keduanya meninggal. Proses usia lanjut dan pension merupakan realita

yang tidak dapat dihindari karena berbagai proses usia lanjut dan

pensiun merupakan realita yang tidak dapat dihindari karena berbagai

proses stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Tugas

perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:

1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik,

dan pendapatan

3. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat

4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan social merawat

5. Melakukan file review

6. Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian

(Mubarak & Iqbal, 2012)

2.1.8 Tugas Kesehatan keluarga

Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (1999), yaitu:

1) Mengenal masalah atau gangguan kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang perlu

mendapatkan perhatian. Orang tua perlu mngenal keadaan kesehatan

dan perubuhan yang dialami anggota keluarganya terutama berkaitan


26
dengan kesehatan. Alasannya adalah ketika terjadi perubahan sekecil

apapun yang dialami


keluarga, maka secara tidak langsung akan menjadi perhatian orang

tua atau keluarga, sehingga segala kekuatan sumber daya, pikiran,

waktu, tenaga, dan bahkan harta keluarga akan digunakan untuk

mengatasi permasalahan kesehatan tersebut.

2) Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

bantuan yang tepat sesuai dengan masalah kesehatan yang menimpa

keluarga. Suara sumber daya internal keluarga yang dianggap mampu

memutuskan akan menetukan tindakan keluarga dalam mngatasi

masalah kesehatan yang dialami. Jika secara internal keluarga

memiliki keterbatasan sumber daya, maka keluaarga akan mencari

batuan dari luar.

3) Merawat anggota keluarga yang sakit

Tugas merawat anggota keluarga yang sakit seringkalli harus

dilakukan keluarga untuk memberikan perawatan lanjutan setelah

memperoleh pelayanan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan.

Tidak menutup kemungkinan juga ketika keluarga memiliki kempuan

untuk melakukan tindakan pertolongan pertama, maka anggota

keluarga yang sakit dapat sepenuhnya dirawat oleh keluarga sendiri.

4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga untuk memdayagunakan potensi

internal yang ada di lingkugan rumah untuk mempertahankan


27
kesehatan atau membantu proses perawatan anggota keluarga yang

sakit. Tindakan memodifiksi lingkungan memiliki cakupan yang luas

sesuai dengan pengetahuan keluarga mengenai kesehatan.


5) Menggunakan fasilitas kesehatan

Tugas ini merupakan bentuk upaya keluarga untuk mengatasi

masalah kesehatan anggota keluarganya dengan memanfaatkan

fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

2.1.9 Peran Perawat Keluarga

Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang

ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan

keluarga yang sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk

menyelesaikan kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga

melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga. Peran perawat

dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah:

1) Edukasi

Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan

pendidikan kesehatan kepada keluarga, agar keluarga dapat

melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan

bertanggung jawab terhadap masalah keehatan keluarga.

2) Koordinasi

Koordinasi merupakan salah satu peran utama perawat yang

bekerja dengan keluarga misalnya, klien yang pulang dari rumah sakit

memerlukan perawatan lanjutan dirumah, maka perlu koordinasi

lanjutan asuhan keperawatan dirumah.


28
3) Pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah,

klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab memberikan

perawatan langsung atau mengawasi keluarga memberikan perawatan

pada anggota keluarga yang sakit.

4) Pengawas kesehatan

Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur

untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan

keluarga.

5) Konsultan atau penasehat

Perawat sebagi nara sumber bagi keluarga didalam mengatasi

masalah kesehatan.

6) Kolaborasi

Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan

rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai

tahap kesehatan keluarga yang optimal.

7) Advokasi

Perawat sebagai advokat klien harus dapat melindungi hak dan

kewajiban klien.

8) Fasilitator

Peran perawat disini adalah membantu keluarga didalam

menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya


29
9) Penemu kasus

Perawat berperan mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini,

sehingga tidak terjadi penyakit yang mewabah.

10) Modifikasi lingkungan

Perawat juga harus berperan dalam memodifikasi lingkungan, baik

lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercipta

lingkungan yang sehat.

30
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GIZI
BURUK DAN STUNTING

1. PENGKAJIAN
a) Identitas meliputi nama umur jenis kelamin alamat pendidikan pekerjaan
orang tua
b) Keluhan utama
c) Riwayat penyakit sekarang
Gizi buruk biasanya ditemukan nafsu makan kurang kadang disertai tubuh
terdapat kelainan kulit (crazy pavement)
d) Riwayat penyakit dahulu Apakah ada riwayat penyakit infeksi anemia dan
diare sebelumnya

31
e) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang lain menderita gizi buruk

 Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Mata: agak meninjol
Wajah: membulat dan sembab
Kepala: rambut mudah rontok dan kemerahan Abdomen : perut terlihat buncit
kulit : adakah crazy pavement dermatosis keadaan turgor kulit odema
b. Palpasi
Pembesaran hati kurang lebih 1 inci Auskultasi
Peristaltik usus abnormal

 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah meliputi Hb, albumin, globulin,protein total elektrolit
serum biakan darah.
2. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine meliputi urine lengkap dan kulture urine.
3. EKG
4. X foto paru

No. Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


1. Defisit Nutrisi (D.0019) Status nutrisi Manajemen nutrisi (I.03119)
(L.03030)

Definisi Kriteria hasil : Observasi :


Asupan nutrisi tidak cukup  Kekuatan otot  Identifikasi status nutrisi
untuk memenuhi kebutuhan pengunyah  Identifikasi alergi dan intoleransi
metabolisme. meningkat makanan
 Kekuatan otot  Identifikasi makanan yang disukai

32
Penyebab : menelan  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
1. Ketidakmampuan menelan meningkat nutrien
makanan  Pengetahuan  Monitor asupan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna tentang pilihan  Monitor berat badan
makanan makanan yang  Monitor hasil pemeriksaan
3. Ketidakmampuan sehat meningkat laboratorium
mengabsorbsi nutrien  Pengetahuan
4. Faktor ekonomi (mis. tentang standar Terapeutik :
Financial tidak mencukupi) asupan nutrisi  Sajikan makanan secara menarik dan
5. Faktor psikologis (mis. yang tepat suhu yang sesuai
stress, keenggangan untuk meningkat  Berikan makann yang tinggi serat
makan)  Penyiapan dan untuk mencegah konstipasi
penyimpanan  Berikan makanan yang tinggi kalori
Gejala danTanda Mayor : makanan yang dan tinggi protein
 Beratb adan minimal 10 % aman meningkat  Berikan suplemen makanan (jikaperlu)
dibawah rentang ideal  Penyiapan dan
penyimpanan Edukasi :
Gejala danTanda Minor : minuman yang  Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Nafsu makan menurun aman meningkat  Ajarkan diet yang diprogramkan
 Kram/nyeri abdomen  Perasaan cepat
 Otot pengunyah lemah kenyang menurun Kolaborasi :
 Otot menelan lemah  Nyeri abdomen  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
 Membran mukosa pucat menurun menentukan jumlah kalori dan jenis
 Sariawan  Rambut rontok nutrien yang dibutuhkan.
 Rambut rontok berlebihan menurun
 Diare  Diare menurun

No. Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


2. Resiko infeksi (D.0142) Tingkat infeksi Pencegahan infeksi (I.14539)
(L.14137)

Definisi :beresiko mengalami Kriteria hasil : Observasi :


peningkatan terserang  Kebersihan tangan  Monitor tanda dan gejala infeksi
organisme patogenik meningkat lokal
 Kebersihan badan
Penyebab : meningkat Terapeutik :
Berhubungan/dengan  Nafsu makan  Batasi jumlah pengunujung
Malnutrisi meningkat  Cuci tangan sebelum dan sesudah
 Demam menurun kontak dengan pasien dan
 Kemerahan lingkungan pasien
menurun  Pertahankan teknik aseptik pada
 Nyeri menurun pasien beresiko tinggi
 Bengkak menurun
Edukasi :
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan

33
dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
 Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan
cairan

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian imunisasi
(jika perlu)

No. DiagnosaKeperawatan SLKI SIKI


3. Defisit pengetahuan (D.0111) Tingkat Edukasi kesehatan (I.12383)
pengetahuan
Definisi (L.12111)
ketiadaan atau kurang Observasi :
informasi kognitif yang Kriteriahasil :  Indentifikasi kesiapan dan
berkaitan dengan topic  Kemempuan kemampuan menerima informasi
tertentu. menejelaskan  Indentifikasi faktor-faktor yang dapat
penegtahuan meningkatkan dan menurunkan
Penyebab : tentang suatu topic motivasi perilaku hidup bersih dan
1. Kekeliruan mengikuti meningkat sehat
anjuran  Perilaku sesuai
2. Kurangnya kemampuan dengan Terapeutik :
keluarga mengenali masalah pengetahuan  Sediakan materi dan media
kesehatan meningkat pendidikan kesehatan
3. Kurang minat dalam belajar  Pertanyaan  Jadwalkan pendidikan kesehatan
4. Kurang mampu mengingat tentang masalah sesuai kesepakatan
5. Ketidaktahuan menemukan yang dihadapi  Berikan kesempatan untuk bertanya
sumber informasi menurun
Edukasi :
GejaladanTanda Mayor :  Jelaskan faktor resiko yang dapat
 Menanyakan masalah yang mempengaruhi kesehatan
dihadapi  Ajarkan perilaku hidup bersih dan
 Menunjukkan perilaku tidak sehat
sesuai anjuran  Ajarkan strategi yang dapat
 Menunjukkan persepsi yang digunakan untuk meningkatkan
keliru terhadap masalah perilaku hidup bersih dan sehat
Gejala danTanda Minor :
 Menjalani pemeriksaan yang
tidak tepat
 Menunjukkan perilaku
berlebihan (mis. Apatis,
bermusuhan, agitasi,
hysteria)

34
BAB III
PENGKAJIAN

3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Data umum

1. Nama KK : Tn. Muhammad prayogi


2. Alamat : Jln Tempean Rt 2 Rw6 Dusun Madyorenggo Desa Talok
Kecamatan Turen Kabupaten Malang
3. Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2023 jam 09.00 Wib
4. Susunan Anggota Keluarga :
Tgl
Hub
Sex Lahir Gol Pendidika
No Nama dg Pekerjaan
(L/P) (umur Darah n
KK
)
1. Tn. KK L 22 Th - SLTP Wiraswasta
Muhammad
prayogi
2. Ny. Laura Istri P 20 Th - SLTP Ibu rumah
tangga
3. An. Yogista Anak P 3 Th - Belum -
1Bln sekolah
4. An. Anak L 1Th - Belum -
Muhammad 2Bln sekolah
Aldi
5. Ny. Sumiasih Nenek P 62 Th - SD Tidak
bekerja

35
GENOGRAM
NENEK
Ny. S
(62th)

Ny L
(20th) Tn. M (22th)

An. Y(3th
1bln)
An. M(1th 2bln))

Keterangan :

: Laki-laki

:Perempuan

: Garis Pernikahan

:Garis Keturunan

: Klien

:Tinggal satu rumah

5. Tipe Keluarga
Tipe keluaga termasuk keluarga besar yang terdiri dari keluarga inti dan nenek

6. Latar belakang kebudayaan (etnik)


Keluarga berasal dari suku jawa dengan Bahasa sehari hari menggunakan bahasa jawa

7. Identifikasi religius
Semua anggota keluarga beragama islam dan senantiasa taat beribadah, dan An. Y juga
mengikuti kegiatan belajar mengaji didaerahnya.
8. Status kelas sosial
Tn. M bekerja sebagai wiraswasta dan Ny. L sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan
keluarga didapatkan dari penghasilan Tn. M

36
B. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan

(1) Riwayat kesehatan keluarga inti

a) Tn. M sebagai kepala keluarga jarang sekali sakit, tidak mempunyai


masalah kesehatan, makan maupun kebutuhan dasar lainnya.

b) Ny. L jarang sakit, tidak mempunyai masalah kesehatan, makan,

istirahat, maupun kebutuhan dasar lainnya

c) An. Y jarang sakit, sakit kadang hanya demam batuk pulek saja makan, maupun

kebutuhan dasar lainnya.

d) An. M pernah mengalami kejang deman sekitar usia 7 bulan dengan suhu

deman 39, mengkonsumsi asi hanya sampa usia 3 bulan, karena asi tidak

keluar dan hanya diberikan air gula dan air tajin, karena jika diberikan susu

formula anak sering diare.

(2) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

An. M menderita stunting tetapi keluarga Tn. M dari pihak bapak/ibu tidak ada yang menderita
stunting

9. Tahap perkembangan keluarga saat ini


Tahap perkembangan pada tahap III yaitu keluarga dengan anak pra sekolah (families with
preschool) yaitu anak pertama An. Y berusia 3 tahun 1 bulan

C. Struktur Keluarga

10. Pola Komunikasi dalam keluarga baik


Peran dalam keluarga tidak ada masalah
Dalam pengambilan keputusan diambil secara kekeluargaan yang dirundingkan secara
bersam-sama

D. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit
langsung dibawa ke petugas kesehatan terdekat.
b. Fungsi Sosialisasi
Setiap hari keluarga berkumpul di rumah, hubungan dalam
keluarga baik dan mentaati norma yang baik.
c. Fungsi Ekonomi
Keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan makanan yang cukup,
pakaian dan biaya anak untuk berobat. Keluarga tidak memiliki 37

BPJS. Dalam keluarga hanya Tn. M saja yang bekerja .


E. Pola Koping Keluarga
Stressor yang dihadapi keluarga untuk jangka pendek dan panjang
a) Jangka pendek : keluarga mengatakan sementara tidak mempunyai masalah

berat, hanya saja Ny.L merasa khawatir dengan keadaan anaknya yang tidak

bertumbuh seperti anak seusianya.

b) Jangka panjang : keluarga mengatakan stressor jangka panjang yaitu

memikirkan masalah biaya untuk kehidupan sehari-hari dan untuk biaya

sekolah anaknya agar bisa sekolah setinggi mungkin serta meningkatkan taraf

hidup keluarganya

Strategi koping yang dugunakan


Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang ada.

F. Data Penunjang Keluarga


Rumah dan sanitasi Lingkungan
a Kondisi rumah: bersih Type rumah permanen,lantai sudah keramik, rumah kepemilikan
sendiri
b Ventilasi baik dengan jendela setiap hari dibuka pencahayaan rumah baik
c Air bersih yang digunakan sehari-hari adalah air sumur, kualitas air jernih
d Memiliki jamban dengan Jenis jamban adalah jamban leher angsa, jarak septic tank
dengan sumber air adalah 16 meter
e Tempat sampah terletak di depan rumah dengan kondisi tertutup

Ruang tamu Kamar 1 Kamar 2 Musholla Kamar 3 Kamar mandi

Taman Ruang keluarga Ruang Dapur


makan

Gambar 3.2 Denah rumah

PHBS di Rumah Tangga


a. Ny. L rutin melakukan posyandu
b. Anggota keluarga menggunakan air bersih untuk makan dan minum
c. Menggunakan air bersih untuk kebutuhan mandi dan cuci baju
d. Selalu mencuci tangan dengan air berdih tapi terkadang tidak menggunakan sabun
saat memcucitangan
e. Selalu membuang sampah pada tempatnya
f. Selalu menjaga kebersihan rumah dengan menyapu sehari 1-2 kali
38
g. Makan dengan seadanya, memakan sayur dan makan buah kadang-kadang
h. Selalu menguras penampungan air 1 minggu 2 kali dan selalu menggunakan
jamban saat BAB
i. Melakukan aktivitas setiap hari
j. Tn. M seorang perokok dan merokok dirumah
k. Keluarga tidak ada yang pernah mengkonsumsi alkohol

Karakteristik Tetangga dan komunitas


Tipe penduduk di lingkungan keluarga adalah pedesaan, dimana didalam desa tersebut
mengutamakan gotong royong dan guyub rukun

Mobilitas Geografi Keluarga


Tn.M dan Ny.L sudah menikah kurang lebih 5 tahun, Ny. L sebelum menikah tinggal bersama
orang tua di jember, dan setelah menikah baru tinggal di desa Talok

Perkumpulan keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat


Ny. L tidak mengikuti PkK hanya mengikuti pengajian lingkungan saja , Tn M aktif
mengikuti tahlil, keluarga merasa senang berada ditengah-tengah tetangga yang guyub
rukun

G. Kemampuan Keluarga melakukan tugas pemeliharaan Kesehatan Anggota


Keluarga

1. Ny. L sudah berkonsultasi pada kader terkait masalah pada An. M

2. Keluarga mengetahui bahwa An.M mengalami kekuragan Gizi dan maalah pertubuh
Kembangan

3. An.M dari Puskesmas sudah mendapatkan susu tambahan untuk membantu meningkatkan
berat badan dan status gizi

39
2. Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga

3.1 Tabel Pemeriksaan Fisik Keluarga


NO Jenis Tn.M Ny. L An. Y An. M Ny. S
Pemeriksaan
1. Riwayat Ti Tidak ada Tidak ada Ibu An. M Tidak ada
penyakit mengatakan
sekarang terkadang
anak enggan
untuk makan,
dan makan
dalam porsi
yang sedikit,
setelah makan
biasanya anak
cepat kenyang
2. Keluhan yang Ti Ibu klien Tidak ada Anak susah Tidak ada
dirasakan saat mengatakan makan, berat
ini tidak tahu apa badan sulit
yang menjadi naik.
penyebab
anaknya tidak
bertumbuh
seperti anak
seusianya
3. Tanda dan gejala Ti Menanyakan Tidak ada Nafsu makan Tidak ada
masalah yang menurun,
diderita berat badan
anaknya, menurun, otot
menunjukkan mengunyah
persepsi yang lemah, cepat
keliru kenyang
terhadap setelah makan.
masalah
4. Riwayat Tidak ada Tid Tidak ada Tidak ada Tidak ada
penyakit
sebelumnya
5. Tanda - tanda vital Kesadaran Kesadaran Kesadaran Kesadaran Kesadaran
composmentis composmentis composmentis composmentis composmentis
TD : TD : TD : - TD : - TD :
10/80mmHg N : 120/80mmHg N : N : N : 30/80mmHg N :
80x/menit 88x/menit 74x/menit RR 80x/menit RR 7x/menit
: :
RR : RR : 20x/menit 22x/menit RR :
22x/menit 20x/menit : 36,5°C : 36,5°C 20x/menit
: 36,5°C : 36,5°C : 36,5°C

6. Pemeriksaan TB 165 cm TB TB TB : 60 cm TB 150 cm


antropometri BB 72 kg BB : 8 kg BB 65kg
BB LK : 45 cm
LLA : 14 cm
LK

LL

7. Pola makan Tidak ada Tid Tid Anak makan


dengan porsi
sedikit (1-3
sendok), 1 porsi
makan
terdiri: nasi,
kerupuk
terkadang juga
dengan
makanan
ringan)
8. Kepala dan leher Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala
simetris, kulit simetris, kulit simetris, kulit simetris, kulit simetris, kulit
kepala tidak kepala tidak kepala tidak kepala tidak kepala tidak
ada lesi dan ada lesi dan ada lesi dan ada lesi dan ada lesi dan
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
benjolan. benjolan. benjolan. benjolan. benjolan.
Rambut Rambut Rambut Rambut Rambut
berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna
hitam tidak hitam tidak hitam tidak hitam tidak hitam tidak
beruban. beruban. beruban. beruban. beruban.
Bentuk mata Bentuk mata Bentuk mata Bentuk mata Bentuk mata
simetris, simetris, simetris, simetris, simetris,
konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva
tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis,
pupil isokor, pupil isokor, pupil isokor, pupil isokor, pupil isokor,
sclera tidak sclera tidak sclera tidak sclera tidak sclera tidak
ikterik, ikterik, ikterik, ikterik, ikterik,
ketajaman ketajaman ketajaman ketajaman ketajaman
pengelihatan pengelihatan pengelihatan pengelihatan pengelihatan
baik. Bentuk baik. Bentuk baik. Bentuk baik. Bentuk baik. Bentuk
hidung hidung hidung hidung hidung
simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak
ada benjolan, ada benjolan, ada benjolan, ada benjolan, ada benjolan,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
pernapasan pernapasan pernapasan pernapasan pernapasan
cuping hidung. cuping hidung. cuping hidung. cuping hidung. cuping hidung.
Bentuk leher Bentuk leher Bentuk leher Bentuk leher Bentuk leher
simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak
ada serum dan ada serum dan ada serum dan ada serum dan ada serum dan
ketajaman ketajaman ketajaman ketajaman ketajaman
pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran
baik. baik. baik. baik. baik.
9. Integumen Kulit teraba Kulit teraba Kulit teraba Kulit teraba Kulit teraba
(kulit) hangat, warna hangat, warna hangat, warna hangat, warna hangat, warna
kulit sawo kulit sawo kulit sawo kulit sawo kulit sawo
matang, matang, matang, matang, matang,
lembab, tidak lembab, tidak lembab, tidak lembab, lembab, tidak
ada kelainan ada kelainan ada kelainan adanya bintik- ada kelainan
pada kulit pada kulit pada kulit bintik seperti pada kulit
keringat
dingin pada
kulit.
10. Thorax dan Dada simetris, Dada simetris, Dada simetris, Dada simetris, Dada simetris,
fungsi irama irama irama irama irama
pernapasan pernapasan pernapasan pernapasan pernapasan pernapasan
regular, suara regular, suara regular, suara regular, suara regular, suara
napas napas napas napas napas
vesikuler dan vesikuler dan vesikuler dan vesikuler dan vesikuler dan
tidak tidak tidak tidak tidak
terdengar terdengar terdengar terdengar terdengar
suara napas suara napas suara napas suara napas suara napas
tambahan tambahan tambahan tambahan tambahan
3.2 Tabel Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Ketidakmampuan Defisit nutrisi
a. Ny.L mengatakan sudah mengasorbsi nutrient
memberi makanan yang
cukup untuk An.M
tetapi anak tidak ada
kenaikan berat badan
b. Ny.L mengatakan
An.M sulit makan
c. Ny. L mengatakan porsi
makan anaknya hanya
sedikit
DO:
a. An.M tampak kurus
dan kecil untuk anak
seusianya
b. Anak makan dengan
porsi sedikit dan 1 porsi
makan terdiri: nasi,
kerupuk terkadang juga
dengan makanan
ringan) terkadang
makan ubi
c. Usia An.M 1th 2 blm
d. TB: 60cm
BB: 8kg LK:
45cm LL:
14cm
2. DS: Kurangnya kemampuan Defisit pengetahuan
a. Ny.L mengatakan tidak keluarga mengenali
tahu apa yang menjadi masalah kesehatan
penyebab anaknya
tidak bertumbuh seperti
anak seusianya
DO:
a. Keluarga tampak
terlihat tidak
mengetahui masalah
yang diderita An.M
b. Keluarga tampak
kebingungan dengan
masalah yang
diderita
anaknya

45
Diagnosa Keperawatan sesuai dengan Prioritas Masalah

1) Skoring Diagnosa Keperawatan Keluarga

1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengasorbsi

nutrient

Tabel skoring Diagnosa Keperawatan Defisit Nutrisi

Kriteria Score Bobot Nilai Pembenaran

3/3 x 1 = 1 An.M sudah berada di garis


Sifat masalah 3 kuning di buku KMS anak
a. Aktual 2 1 dan BB An.M 8kg
b. Resiko 1
c. Tinggi
Kemungkinan masalah ½x2=1 Ny.L bertugas mengurus
dapat diubah anak sepenuhnya dengan
a. Tinggi 2 2 fokus pada anak
b. Sedang 1 diharapkan dapat
c. Rendah 0 mengubah kondisi An.M
Potensi masalah untuk 3/3 x 1 = 1 An.M merupakan anak
dicegah sehat dengan berat lahir
a. Mudah 3 baik, dengan pola asuh
b. Cukup 2 1 yang baik, keadaan An.M
c. Tidak Dapat 1 dapat membaik jika tidak
terjadi stunting lagi
Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Masalah stunting pada
a. Masalah dirasakan 2 An.M harus segera diatasi
dan perlu segera agar gizinya kembali baik
ditangani 1 1
b. Masalah dirasakan 0
c. Masalah tidak di
rasakan

Jumlah 4

2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya kemampuan keluarga


mengenali masalah kesehatan

3.4 Tabel skoring Diagnosa keperawatan Defisit Pengetahuan


Kriteria Score Bobot Nilai Pembenaran

Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Ny.L mengatakan tidak


a. Aktual 3 tahu apa yang menjadi
b. Resiko 2 1 penyebab anaknya tidak
c. Tinggi 1 bertumbuh seperti anak
Seusianya
46
Kemungkinan masalah ½x2=1 Ny.L bertanya mengenai
dapat diubah masalah yang diderita
a. Tinggi 2 2 anaknya
b. Sedang 1
c. Rendah 0
Potensi masalah untuk 2/3 x 1 = 0.6 Ny.L berusaha untuk
dicegah mengatur pola makan
a. Mudah 3 anaknya setelah
b. Cukup 2 1 mengetahui masalah yang
c. Tidak Dapat 1 diderita anaknya

Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Masalah kurangnya


a. Masalah dirasakan 2 pengetahuan pada keluarga
dan perlu segera Ny.L dapat segeara diatasi
ditangani 1 1
b. Masalah dirasakan 0
c. Masalah tidak
di rasakan
Jumlah 3.6

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA : An.M
UMUR : 1th 2
bulan

Tabel Diagnosa Keperawatan


NO TGL MUNCUL DIAGNOSA KEPERAWATAN TGL TERATASI TT
1. 17-06-2023 Defisit nutrisi berhubungan 20-06-2023
dengan ketidakmampuan
mengasorbsi nutrient
2. 17-06-2023 Defisit pengetahuan berhubungan 20-06-2023
dengan kurangnya kemampuan
keluarga mengenali masalah
kesehatan

47
48
49
3.4 Intervensi Keperawatan Keluarga

NAMA : An.M
UMUR : 1Thn 2 bulan
NO. REGISTER :

3.7 Tabel Intervensi Keperawatan Keluarga Tn.W


DIAGNOSA
TGL NO KEPERAWATAN LUARAN INTERVENSI TT
17-06-20231. Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan kunjugan sebanyak tiga Intervensi Utama :
dengan ketidakmampuan kali selama 45-60 menit diharapkan Manajemen Nutrisi
mengasorbsi nutrient keluarga mampu merawat klien agar Observasi :
defisit nutrisi dapat membaik, 1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi makanan yang disukai
Dengan kriteria hasil : 3. Monitor asupan makanan
1) Status nutrisi membaik 4. Monitor berat badan
(1) Porsi makanan dari yang
tidak habis menjadi habis Terapeutik
(2) Kekuatan otot mengunyah
meningkat 5. Lakukan oral hygiene sebelum
(3) Nafsu makan meningkat makan, jika perlu
6. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
7. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
8. Berikan suplemen makan, jika perlu

Edukasi

9. Anjarkan diet yang diprogramkan


50

17-06-2023 2. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan kunjugan sebanyak Intervensi Utama


berhubungan dengan tiga kali selama 45-60 menit Edukasi Kesehatan
kurangnya kemampuan diharapkan keluarga mampu mengenal Observasi :
keluarga mengenali masalah masalah kesehatan klien agar tingkat 1. Identifikasi kesiapan dan
kesehatan pengetahuan dapat membaik, kemampuan menerima informasi

Dengan kriteria hasil : Terapeutik


1) Tingkat Pengetahuan membaik
(1) Kemampuan keluarga 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
menjelaskan pengetahuan sesuai kesepakatan
tentang stunting meningkat 3. Berikan kesempatan bertanya
(2) Perilaku sesuai dengan
pengetahuan tentang stunting Edukasi
meningkat 4. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
51

3.5 Implementasi Keperawatan

NAMA : An.M
UMUR : 1 Th 2 Bln

Tabel Implementasi Keperawatan


No. DX Hari/Tanggal Jam Implementasi TT
1. Sabtu, 17 Juni 2023 09.00 WIB 1. Membina hubungan saling percaya keluarga klien
Respon : Keluarga klien menerima dengan ramah kedatangan perawat
09.10 WIB 2. Menjelaskan kontrak waktu dan tujuan pertemuan
Respon : Keluarga klien menyetujui kontrak yang telah dibuat dengan perawat
09.15 WIB 3. Menjelaskan kepada keluarga pengertian dari stunting
Respon keluarga : Keluargan klien memperhatikan saat diberi penjelasan
09.25 WIB 4. Menganjurkan dan menjelaskan kepada keluarga untuk memberi makanan
yang disukai klien dengan berbagai jenis variasi menu makanan.
09.30 WIB Respon : Keluarga mengikuti hal yang dianjurkan klien
5. Monitor berat badan, dan tinggi
badan BB : 9,4 kg
09.40 WIB TB : 60 cm
6. Mengobservasi asupan nutrisi anak
Respon : Ny.L mengatakan nafsu makan menurun
52

2. Sabtu, 17 Juni 2023 09.50 WIB 1. Menjelaskan kepada keluarga penyebab stunting
Respon : Keluarga klien memperhatikan apa yang dijelaskan perawat
10.00 WIB 2. Menjelaskan dampak yang ditimbulkan pada anak stunting
Respon : Keluarga klien memperhatikan apa yang dijelaskan perawat
10.25 WIB 3. Menganjurkan kepada keluarga untuk melakukan hidup
bersih Respon : Keluarga patuh pada anjuran perawat
10.50 WIB 4. Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya
Respon : Keluarga klien tidak ada yang
10.55 WIB bertanya
5. Bantu keluarga untuk mengulangi apa yang telah dijelaskan
1. Minggu, 18 Juni 2023 09.00 WIB 1. Memberi salam
Respon : Keluarga dan klien menjawab salam perawat
09.05 WIB 2. Menjelaskan kepada keluarga cara meningkatkan nafsu makan
anak Respon : Keluarga memperhatikan apa yang dijelaskan
09.20 WIB perawat
3. Menjelaskan kepada keluarga tentang pentingnya kebutuhan nutrisi anak
Respon : Keluarga memperhatikan apa yang dijelaskan perawat dan
09.40 WIB keluarga mampu menjelaskan kembali pentingya kebutuhan nutrisi anak
4. Menganjurkan kepada keluarga untuk memberi makan kepada An.M sedikit
tapi sering
Respon : Ny.L mencoba memberi makan kepada An.M dengan porsi sedikit tapi
09.45 WIB sering
5. Mengobservasi asupan nutrisi anak
Respon : Ny.L mengatakan nafsu makan anak menurun
6. Timbang berat badan
anak BB : 9,4 kg
TB : 60 cm
2. Minggu, 18 Juni 2023 09.55 WIB 1. Menjelaskan kepada keluarga tindakan yang harus dilakukan saat anak menderita
stunting
Respon : Keluarga memperhatikan apa yang dijelaskan perawat
10.10 WIB 2. Menjelaskan kepada keluarga cara menangani saat anak menderita stunting
Respon : Keluarga memperhatikan apa yang dijelaskan perawat dan
keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat
10.30 WIB 3. Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan dalam menangani stunting
4. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya
1. Senin, 19 Juni 2023 09.00 WIB 1. Beri salam
53

Respon : keluarga dan klien menjawab salam perawat


09.05 WIB 2. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya lingkungan dalam memenuhi
asupan nutrisi anak
Respon : Keluarga memperhatikan apa yang dijelaskan perawat
09.15 WIB 3. Mengobservasi asupan nutrisi anak
Respon : Ny.L mengatakan nafsu makan meningkat
09.20 WIB 4. Menganjurkan kepada keluarga untuk memberi makanan yang disukai
klien Respon : Keluarga mengikuti hal yang dianjurkan klien
09.25 WIB 5. Menganjurkan kepada keluarga untuk memberi makan klien sedikit tapi
sering Respon : Ny.L mencoba memberi makan kepada An. M sedikit tapi
09.30 WIB sering
6. Timbang berat badan
anak BB : 9,5kg
TB : 60cm
7. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya
2. Senin, 5 Juni 2023 09.35 WIB 1. Menjelaskan kepada keluarga untuk selalu hidup bersih
Respon : keluarga memperhatikan apa yang dijelaskan
09.40 WIB perawat
2. Menganjurkan kepada keluarga dan klien untuk mencuci tangan setelah
dan sesudah makan atau beraktivitas
09.50 WIB Respon : keluarga
3. Menganjurkan kepada keluarga untuk selalu hidup bersih
09.55 WIB Respon : Keluarga patuh dengan yang dianjurkan
perawat
4. Beri kesempatan untuk bertanya
54

3.6 Evaluasi

Tabel Evaluasi
No Diagnosa TANGGAL TANGGAL TANGGAL
Keperawatan 17-06-2023 17-06-2023 17-06-2023

1. Defisit nutrisi S: S: S:
1. Ny.L mengatakan anak sulit 1. Ny.L mengatakan anak sulit 1. Ny.L mengatakan anak sudah
makan makan mulai suka dengan
2. Ny.L mengatakan sudah 2. Ny.L mengatakan sudah memberi makanannya
memberi makanan makanan diantaranya nasi, sayur, 2. Ny.L mengatakan berat badan
diantaranya nasi, sayur, lauk lauk anak sedikit meningkat
O:
1. Keadaan umum anak: badan O: O:
kurus dan kecil 1. Keadaan umum anak: badan 1. Keadaan umum anak: badan
2. BB : 8 kg kurus dan kecil kurus dan kecil
TB : 60 cm 2. BB : 8 kg 2. BB : 8,1kg
3. Anak tampak makan dengan TB : 60 cm TB : 60 cm
porsi sedikit 3. Anak tamapak makan dengan 3. Anak tampak makan dengan
porsi sedang porsi sedang

A : Masalah defisit nutrisi belum A : Masalah defisit nutrisi belum


teratasi teratasi A : Masalah defisit nutrisi teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,2,3 P : lanjutkan intervensi 1,2,3 sebagaian
P : Intervensi dihentikan
2. Defisit pengetahuan S : Ny.L dan keluarga mengatakan S : Ny.L dan keluarga mengatakan S : Ny.L dan keluarga mengatakan
tidak tahu apa yang menjadi sudah sedikit memahami apa sudah sedikit memahami apa
penyebab anaknya tidak yang menjadi penyebab anaknya yang menjadi penyebab anaknya
tumbuh seperti anak seusianya tidak tumbuh seperti anak tidak tumbuh seperti anak
O: seusianya seusianya
1. Keluarga tampak terlihat
tidak mengetahui O: O : Keluarga mampu menyebutkan
masalah yang diderita 1. Keluarga mulai memahami apa yang menjadi masalah
An.M masalah yang diderita
An.M 55
56
57

DOKUMENTASI
58
DAFTAR PUSTAKA

A, M. (2016). Manajemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta: Trans Info Media.

Almatsier, S. d. (2011). Gizi Seimbang dalam daur kehidupan. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka.

Black RE et al, .. (2008). Maternal and child undernutrition: global and


regional exposures and health consequence. The Lancet, 371(9608),
243-260.

Faramita, I. &. (2014). Hubungan faktor-faktor sosial ekonomi keluarga dengan


stunting pada anak usia 24-59 bulan diwilayah kerja puskesmas barombong kota
makassar tahun 2014. Ql-sihah: Public health science journal.

Fitri, L. (2018). HUBUNGAN BBLR DAN ASI EKSLUSIF DENGAN


STUNTING DI PUSKESMAS LIMA PULUH PEKANBARU. Jurnal
endurance, 3(1), 131.

Gibson, R. S. (2005). Priciples of Nutritional Assesment. Second Edition. New


York: Oxford University Press Inc.

Indonesia, M. (2015). Retrieved 01 27, 2021, from Stunting dan Masa Depan
Indonesia:
http://www.mcaindonesia.go.id/assets/uploads/media/pdf/MCAIndonesiaTechni
cal- BriefStunting-ID.pdf

Khoeroh H, I. D. (2017). Evaluasi Penatalaksanaan gizi balita stunting di wilayah kerja


puskesmas Sirampong. Unnes Journal of Public Health(29(4)), 364- 370.

Khoeroh H, I. D. (2017). Evaluasi penatalaksanaan gizi balita stunting di wilayah kerja


puskesmas Sirampong.Unnes Journal of Public Health(63), 189-95.

Kinasih, R. R. (2016). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Status Gizi


Balita Di Puskesmas Pleret. Journal Kesehatan Samodra, 7(01), 66-70.
59
Mitra. (2015). Permasalahan Anak Pendek (Stunting) dan Intervensi untuk
Mencegah Terjadinya Stunting (Suatu Kajian Kepustakaan). Jurnal Kesehatan
Komunitas, 2.

Ni'mah, K. d. (2015). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting


Pada Balita. Media Gizi Indonesia, 13-19.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia . Jakarta:


Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. PPNI, T. P.
(2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

RI, K. K. (2012). Retrieved Januari 27, 2021, from Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1995/MENKES/SK/XII/2010:
http//www.gizi.depkes.go.id

RI, K. K. (2018). Buletin Stunting In Kementrian Kesehatan. 1.

RI, K. K. (2018). Situasi Balita Stunting di Indonesia. Jakarta: Buletin Jendela Data dan
Informasi.

Ruslianti, D. &. (2015). Gizi dan Kesehatan Anak Prasekolah. Bandung: PT


REMAJA ROSDAKARYA.

Senbanjo, I. e. (2011). Prevalence of and Risk factors for Stunting among School
Children and Adolescent in Abeokuta. Journal of Health Population and
Nutrition(29(4)), 364-370.

Supariasa, I. D. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

WHO. ((n.d.)). Retrieved januari 27, 2021, from World Health


Organization: http://www.who.int/topics/obsety/en/

WHO. (2018). Reducing Stunting In Children. Switzerland: Geneva 60


Dokumentasi

61

Anda mungkin juga menyukai