(Case Report)
Disusun oleh :
dr. Ayu Indah Rachmawati
Dokter Pendamping :
dr. Elisa Agustina Brenda AP
Pertama kami ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat-Nya sehingga kamu dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Cluster Headache” tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan laporan
kasus ini adalah sebagai salah satu tugas dalam melaksanakan program internsip
dokter di Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Elisa Agustina Brenda AP
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing kami dalam menyelesaikan
laporan kasus ini. Kami menyadari banyak sekali kekurangan dalam laporan ini,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bukan hanya untuk kami,
tetapi juga bagi siapa pun yang membacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri kepala cluster adalah suatu sindrom nyeri kepala, neovaskular yang
khas dan dapat disembuhkan, walaupun insidennya jauh lebih jarang
daripada migrain. Nyeri kepala cluster jauh lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada perempuan. Nyeri memiliki karaktertistik konstan, parah , tidak
berdeyut, dan unilateral serta sering terbatas pada mata atau sisi wajah.
Patognesis nyeri kepala cluster tidak diketahui. Tidak ada perubahan aliran
darah serebrum yang kosisten yang dibuktikan menyertai serangan nyeri.
Pada salah satu teori patofisiologi dasar diperkirakan adalah sitem vaskular
trigeminus, jalur akhir bersama dengan nyeri dipicu secara siklis oleh suatu
pemacu (pacemaker) sentral yang terganggu. Dengan demikian, baik nyeri
migren maupun cluster mungkin disebabkan oleh kelainan neurotransmisi
serotongik, walaupun dengan lokasi berbeda.
1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui cara menegakkan diagnosis kasus dalam case report ini.
1.2.2 Mengetahui epidemiologi pada kasus dalam case report ini.
1.2.3 Mengetahui penanganan awal pada pasien dalam kasus ini.
BAB II
LAPORAN KASUS
b. Status Generalis
Kelainan Mukosa Kulit/ Subkutan Yang Menyeluruh
Pucat :-
Kulit : Sawo matang
Sianosis :-
Ikterus :-
Oedem :-
Turgor : Baik
Pembesaran KGB :-
Kesan : Dalam batas normal
Kepala
Muka : Simetris, normochepal, lesi (-), nyeri tekan (-)
Rambut : Warna hitam, pertumbuhan merata, allopecia (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), hiperemis (+/-),
lakrimasi (+/-), sekret (-/-), sclera ikterik (-/-), nyeri
tekan bola mata (-/-), peningkatan TIO (-/-)
Telinga : Simetris, sekret (-)
Hidung : Simetris, napas cuping hidung (-), sekret (-)
Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-), lidah bersih.
Kesan : Dalam batas normal
Leher
Trakea : Deviasi trachea (-), faring hiperemis (-)
KGB : Tidak terdapat pembesaran
Kesan : Dalam batas normal
Thorak
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Thrill tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : SI/SII reguler, murmur (-), gallop (-)
Kesan : Pemeriksaan jantung dalam batas normal
Paru
Inspeksi : Gerak napas simetris, retraksi (-)
Palpasi : Fremitus taktil normal, ekspansi dinding dada
simetris
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-
Kesan : Pemeriksaan paru dalam batas normal
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Nyeri tekan (+) minimal pada epigastrium
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Kesan : Pemeriksaan abdomen dalam batas normal
Ekstremitas
Superior : Lengkap, tanpa cacat, tidak sianosis, tidak oedem
Infrerior : Lengkap, tanpa cacat, tidak sianosis, tidak oedem
Kesan : Dalam batas normal
c. Pemeriksaan Neurologis
Saraf Cranialis
a) N. Olfaktorius
Daya Penciuman Hidung : normal
b) N. Opticus
Tajam Penglihatan : normal
Lapang Penglihatan : normal
Tes Warna : tidak dilakukan
Fundus Oculi : tidak dilakukan
c) N. Occulomotorius, N. Troklearis, dan N. Abdusen
Kelopak Mata
Ptosis :-/-
Endofthalmus :-/-
Exopthalmus :-/-
Pupil
Diameter : 2mm / 2 mm
Bentuk : bulat / bulat
Isokor/anisokor : isokor ( + / + )
Posisi : central ( + / + )
Refleks cahaya langsung :+/+
Refleks cahaya tidak langsung :+/+
Gerakan Bola Mata : dalam batas normal
d) N. Trigeminus
Sensibilitas
Ramus ofthalmikus :+/+
Ramus maksilaris :+/+
Ramus mandibularis :+/+
Motorik
N. Maseter :+/+
M. Temporalis :+/+
Refleks
Refleks kornea : tidak dilakukan
Refleks bersin : normal
e) N. Facialis
Inspeksi wajah sewaktu
Diam : simetris
Tertawa : simetris
Meringis : simetris
Menutup mata : simetris
Mengerutkan dahi : simetris
Menutup mata kuat-kuat : kuat
Menggembungkan pipi : simetris kedua sisi
Sensoris
Pengecapan 2/3 depan lidah : normal
f) N. Vestibulocochlearis
N. Cochlearis
Ketajaman pendengaran : penurunan pendengaran (-/-)
Tinitus : (-/-)
N. Vestibularis
Test vertigo : Tidak dilakukan
g) N. Glossofaringeus dan N. Vagus
Suara bindeng/ nasal : tidak ada
Posisi Uvula : di tengah
Refleks batuk : normal
Refleks muntah : normal
Peristaltik usus : ada, normal
h) N. Accesorious
M. Sternocleidomastoideus :+/+
M. Trapezius :+/+
i) N. Hipoglossus
Artikulasi : normal
Atropi : tidak ada
Fasikulasi : tidak ada
Deviasi : tidak ada
2.6 Penatalaksanaan
Farmakologi
- O2 3-4 lpm via nasal kanul
- IVFD RL 500 cc/12 jam
- Ranitidin 1 amp/12 jam
- Paracetamol tab 3x500 mg
- Ericaf tab 2x1 mg
- Eperison tab 2x50 mg
- Antasida syr 3x1 C
Farmakologi
-Tirah baring, menjaga pola tidur
-Melakukan terapi pernapasan dalam atau deep breathing exercise
-Mengonsumsi makanan tinggi magnesium, seperti kacang dan alpukat
-Mengonsumsi makanan kaya vitamin B2, seperti bayam, jamur, dan
yogurt
-Tidak merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol
2.7 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Sakit kepala didefinisikan sebagai sakit yang berlokasi di kepala atau leher
bagian belakang. Secara garis besar, sakit kepala dapat dibagi menjadi sakit
kepala primer dan sekunder. Sakit kepala primer adalah sakit kepala yang
tidak berhubungan dengan penyebab atau penyakit lain. Sakit kepala
sekunder adalah sakit kepala yang berhubungan dengan penyakit lain.
Berdasarkan klasifikasi Internasional Sakit Kepala Edisi 2 dari IHS
(International Headache Society) yang terbaru tahun 2004, sakit kepala
primer terdiri atas migraine, tension type headache, cluster headache dan
trigeminal-autonomic cephalgias dari primary headaches.
Cluster headache adalah suatu sindrom idiopatik yang terdiri dari serangan
yang jelas dan berulang dari suatu sakit periorbital unilateral yang mendadak
dan parah.6 Cluster headache juga dikenal sebagai sakit kepala histamine,
yaitu suatu bentuk sakit kepala neurovascular. Serangan biasanya parah,
unilateral dan terletak di daerah periorbital. Rasa sakit ini terkait dengan
lakrimasi ipsilateal, hidung tersumbat, injeksi konjungtiva, miosis, ptosis
dan edema kelopak mata. Sakit kepala berlangsung singkat dan berlangsung
beberapa saat sampai 2 jam. Cluster mengacu pada pengelompokan sakit
kepala, biasanya selama beberapa minggu. Untuk memenuhi kriteria
diagnosis, pasien harus memiliki minimal 5 serangan yang terjadi dari 1
setiap hari untuk 8 per hari dan tidak ada penyebab lain untuk sakit kepala.
3.2 Epidemiologi
Pada sebuah penelitian, ditemukan untuk prevalensi cluster headache masih
kontroversial tetapi salah satu survei menghitung prevalensi sekitar 0,24%
pada populasi umum. Tingkat intensitas nyeri pasien dengan cluster
headache pada umumnya, sebagai salah satu cluster headache terburuk dan
mungkin yang paling parah dari gangguan sakit kepala primer. Paling
sering, cluster headache terjadi sekali setiap 24 jam selama 6 sampai 12
minggu pada suatu waktu dengan periode remisi biasanya berlangsung 12
bulan. Khas usia onset untuk pria dan wanita adalah 27 hingga 31 tahun.
Namun sakit kepala cluster merupakan salah satu sindrom sakit kepala yang
lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita. Penelitian
menunjukkan rasio laki-laki dan wanita berkisar dari 5.0:1 sampai 6.7:1,
tetapi ada bukti lain bahwa kesenjangan mungkin telah berkurang pada
tahun 1990 an. Dua studi terbaru menemukan rasio jenis kelamin yang
masih menunjukkan frekuensi lebih besar pada pria, tetapi hanya 3.5:1 dan
2:1. Beberapa fitur membedakan adanya tanda serangan. Paling penting
adalah adanya gejala otonom sementara.
Data epidemiologi pada cluster headache hanya sedikit. Dalam sebuah
penelitian bahwa laki-laki berusia 18 tahun, pada tahun 1976 di Swedia
ditemukan prevalensi seumur hidup dari 90 per 100.000 penduduk. Pada
tahun 1984 dan 1999, seluruh penduduk Republik San Marino dilakuan
penelitian dalam dua studi yang menggunakan pendekatan metodologi yang
sama. Dalam survey pertama, ditemukan tingkat prevalensi 69 per 100.000
(128 per 100.000 pada laki-laki dan 9 per 100.000 pada wanita), pada survei
kedua, 3 angka prevalensi diperkirakan adalah 56 per 100.000 (115,3 per
100.000 pada laki-laki). Dalam penelitian epidemiologi ekstensif yang
dilakukan pada populasi daerah kecil di Norwegia (studi Vaga), tingkat
prevalensi diperkirakan adalah 326 per 100.000 (558 per 100.000 pada laki-
laki dan 106 per 100.000 pada wanita) sangat tinggi dibandingkan populasi
di San Marino.
3.3 Etiologi
Beberapa pemicu cluster headache meliputi:
1. Injeksi subkutan histamine memprovokasi serangan pada 69% pasien.
2. Serangan yang dipicu pada beberapa pasien karena stres, alergi,
perubahan musiman, atau nitrogliserin.
3. Perokok berat.
4. Gangguan dalam pola tidur normal.
5. Keabnormalan kadar hormon tertentu.
6. Alkohol menginduksi serangan selama cluster tetapi tidak selama
remisi. Pasien dengan cluster headache, 80% adalah perokok berat dan
50% memiliki riwayat penggunaan etanol berat.
7. Faktor resiko
Laki-laki.
Usia lebih dari 30 tahun
Vasodilator dengan jumlah kecil (misalnya, alcohol).
Unilateral Lacrimation
Duration of 15–180 min Facial sweating
Orbital periorbital or temporal Miosis
location Eyelid edema
Conjunctival injection
Ptosis
* Tidak ada bukti dari gangguan sakit kepala sekunder. Sakit kepala cluster
episodik terjadi untuk <1 tahun dan sakit kepala kronis terjadi selama> 1 tahun.
3.9 Penatalaksanaan
Tidak ada terapi untuk menyembuhkan cluster headache. Tujuan dari
pengobatan adalah membantu menurunkan keparahan nyeri dan
memperpendek jangka waktu serangan. Obat-obat yang digunakan untuk
cluster headache dapat dibagi menjadi obat-obat simptomatik dan
profilaksis. Obat-obat simptomatik bertujuan untuk menghentikan atau
mengurangi rasa nyeri setelah terjadi serangan cluster headache, sedangkan
obat-obat profilaksis digunakan untuk mengurangi frekuensi dan intensitas
eksaserbasi sakit kepala.
Karena sakit kepala tipe ini meningkat dengan cepat, pengobatan
simptomatik harus mempunyai sifat bekerja dengan cepat dan dapat
diberikan segera, biasanya menggunakan injeksi atau inhaler daripada tablet
per oral.
• Pengobatan simptomatik
1. Oksigen
Menghirup oksigen 100 % melalui sungkup wajah dengan kapasitas 7
liter/menit memberikan kesembuhan yang baik pada 50 sampai 90 %
orang-orang yang menggunakannya. Terkadang jumlah yang lebih
besar dapat lebih efektif. Efek dari penggunaannya relatif aman, tidak
mahal, dan efeknya dapat dirasakan setelah sekitar 15 menit. Kerugian
utama dari penggunaan oksigen adalah pasien harus membawa-bawa
tabung oksigen dan pengaturnya, membuat pengobatan dengan cara
ini menjadi tidak nyaman dan tidak dapat di akses setiap waktu.
Terkadang oksigen mungkin hanya menunda daripada menghentikan
serangan dan rasa sakit tersebut akan kembali.
2. Sumatriptan
Obat injeksi sumatriptan yang biasa digunakan untuk mengobati
migraine, juga efektif digunakan pada cluster headache. Beberapa
orang diuntungkan dengan penggunaan sumatriptan dalam bentuk
nasal spray namun penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk
menentukan keefektifannya.
3. Ergotamin
Alkaloid ergot ini menyebabkan vasokontriksi pada otot-otot polos di
pembuluh darah otak. Tersedia dalam bentuk injeksi dan inhaler,
penggunaan intra vena bekerja lebih cepat daripada inhaler dosis harus
dibatasi untuk mencegah terjadinya efek samping terutama mual, serta
hati-hati pada penderita dengan riwayat hipertensi.
4. Obat-obat anestesi lokal
Anestesi lokal menstabilkan membran saraf sehingga sel saraf menjadi
kurang permeabilitasnya terhadap ion-ion. Hal ini mencegah
pembentukan dan penghantaran impuls saraf, sehingga menyebabkan
efek anestesi lokal. Lidokain intra nasal dapat digunakan secara efektif
pada serangan cluster headache. Namun harus berhati-hati jika
digunakan pada pasien-pasien dengan hipoksia, depresi pernafasan,
atau bradikardi.
• Obat-obat profilaksis :
1. Anti konvulsan
Penggunaan anti konvulsan sebagai profilaksis pada cluster headache
telah dibuktikan pada beberapa penelitian yang terbatas. Mekanisme
kerja obat-obat ini untuk mencegah cluster headache masih belum
jelas, mungkin bekerja dengan mengatur sensitisasi di pusat nyeri.
2. Kortikosteroid
Obat-obat kortikosteroid sangat efektif menghilangkan siklus cluster
headache dan mencegah rekurensi segera. Prednison dosis tinggi
diberikan selama beberapa hari selanjutnya diturunkan perlahan.
Mekanisme kerja kortikosteroid pada cluster headache masih belum
diketahui.
• Pembedahan
Pembedahan di rekomendasikan pada orang-orang dengan cluster
headache kronik yang tidak merespon dengan baik dengan pengobatan
atau pada pasien yang memiliki kontraindikasi pada obat-obatan yang
digunakan. Tindakan pembedahan hanya pada pasien yang mengalami
serangan pada satu sisi kepala saja karena operasi ini hanya bisa dilakukan
satu kali. Sedangkan yang mengalami serangan berpindah-pindah dari satu
sisi ke sisi yang lain mempunyai resiko kegagalan operasi.
3.10 Komplikasi
1. Cedera selama serangan.
2. Efek samping obat, termasuk unmasking penyakit arteri koroner.
3. Potensi untuk panyalahgunaan obat.
3.11 Prognosis
1. 80 % pasien dengan cluster headache berulang cenderung untuk
mengalami serangan berulang.
2. Cluster headache tipe episodik dapat berubah menjadi tipe kronik pada
4 sampai13 % penderita.
3. Remisi spontan dan bertahan lama terjadi pada 12 % penderita,
terutama pada cluster headache tipe episodik.
4. Umumnya cluster headache menetap seumur hidup.
5. Onset lanjut dari gangguan ini teruama pada pria dengan riwayat cluster
headache tipe episodik mempunyai prognosa lebih buruk.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien tersebut di diagosis sebagai Sakit Kepala Primer : Cluster Headache. Hal
ini disimpulkan berdasarkan kepustakaan yang menyebutkan gejala klinis dari
Kriteria Diagnosis Nyeri Kepala tipe Cluster berdasarkan International Headache
Society
1. Nyeri hebat atau sangat hebat unilateral pada area orbital, dan atau temporal
yang berlangsung 15 – 180 menit apabila tidak ditangani.
2. Nyeri kepala disertai dengan setidaknya satu dari tandaberikut:
Ipsilateral injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi
Ipsilateral kongesti nasal dan/atau rhinorrhea.
Ipsilateral edema palpebra
Ipsilateral perspirasi pada dahi dan wajah
Ipsilateral miosis dan/atau ptosis.
Perasaan gelisah dan tidak dapat beristirahat
3. Serangan dapat berlangsung sekali hingga delapan kali dalam sehari
4. Tidak memiliki hubungan dengan penyakit lain (2)
Nyeri kepala tipe cluster dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe utama:
Tipe episodic, dimana terdapat setidaknya dua fase cluster yang
berlangsung selama 7 hari hingga 1 tahun, yang diantarai oleh periode
bebas nyeri selama 1 bulan atau lebih lama
Tipe kronis, dimana fase cluster terjadi lebih dari sekali dalam setahun,
tanpa disertai remisi, atau dengan priode bebas nyeri yang kurang dari 1
bulan.
Secara umum nyeri kepala tipe cluster akan berlangsung seumur hidup.
Beberapa prognosis meliputi serangan rekuren, remisi yang memanjang, dan
kemungkinan transformasi tipe episodic menjadi tipe kronis dan begitupula
sebaliknya.
Sebanyak 80% pasien-pasien dengan nyeri kepala tipe cluster tipe episodic
tetap berada dalam periode episodiknya. Pada 4-13% kasus, tipe episodic berubah
menjadi tipe kronis. Remisi spontan terjadi pada 12% dari pasien, khususnya
mereka dengan tipe episodic. Tipe kronis menetap pada 55% dari kasus.
Meskipun jarang, nyeri kepala tipe cluster tipe kronis dapat berubah menjadi tipe
episodic.
Tidak terdapat laporan mortalitas yang berhubungan langung dengan nyeri kepala
tipe cluster. Namun demikian, pasien-pasien dengan nyeri kepala tipe cluster
memiliki resiko menciderai diri sendiri, melakukan upaya bunuh diri, konsumsi
alcohol, merokok, dan ulkus peptic. Upaya bunuh diri telah dilaporkan pada
kasus-kasus dengan serangan yang hebat dan frekuen. Intensitas serangan pada
nyeri kepala tipe cluster sering kali menyebabkan pasien terganggu dalam
menjalankan aktifitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tandaju Y. Gambaran nyeri kepala primer pada mahasiswa angkatan 2013 Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. 2016;4:4–7.
2. Ashkenazi A, Schwedt T. Review Article Cluster Headache — Acute and
Prophylactic Therapy. 2011;(2):272–86.
3. Leroux E, Ducros A. Cluster headache. 2008;11:1–11.
4. Price, SA. Lorraine, MW. Patofisiologi : Konsep Klinis Prose-proses Penyakit. Vol 2.
Edisi 6. Jakarta. ECG. 2006
5. Blande M. Cluster headache. In: MedScape reference. Updated: April, 26 2017.
http://emedicine.medscape.com/article/1142459-overview#a0104
6. Kusumoputro, S., dkk, Nyeri Kepala Menahun. Universitas Indonesia Press. Jakarta
7. Martin V Elkind A. 2004. Diagnosis and classification of primary hadache disorders.
In: Standards of care for headache diagnosis and treatment. National Headache
Foundation. Chicago (IL). P. 4-18