A. Bells Palsy
Definisi
Kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non supuratif (non infeksi), non neoplasmatik
(non tumor), non degeneratif primer, non traumatik namun sangat mungkin akibat edema
jinak pada bagian nervus fasialis di foramen stilomastoideus atau sedikit proksimal dari
foramen tersebut yang mulainya akut dan dapat sembuh sendiri tanpa terapi
Epidemiologi
Prevalensi Bells Palsy cukup tinggi dan dapat menyerang pria / wanita disetiap usia
Kongenital :
Didapat :
• trauma
• penyakit tulang tengkorak (osteomielitis)
• proses intrakranial (tumor, radang,prdrhn)
• proses di leher yang menekan daerah prosesus stilomastoideus
• infeksi tempat lain (otitis media, herpe)
• sindroma paralisis N. Fasialis familial
412
MUSKULOSKELETAL BLOK 10
• Kerusakan nervus 7 sentral (garis merah non putus) paresis ketika mengangkat alis
masih bisa simetris antara alis kanan dan kiri karena nervusnya saling
mengkonpensasi
413
MUSKULOSKELETAL BLOK 10
• Kerusakan nervus 7 perifer (garis merah putus-putus) sudah tidak bisa mengangkat
alis karena nervusnya tidak saling mengkonpensansi
Diagnosa
1. Anamnesa
Bagian atas dan bawah dari otot wajah seluruhnya lumpuh. Dahi tidak dapat
dikerutkan. Fisura palpebral tidak ditutup dan pada usaha untuk memejam mata
terlihatlah bola mata yang berbalik ke atas. Sudut mulut tidak bisa diangkat. Bibir
tidak bisa dicucurkan dan platisma tidak bisa digerakkan. Karena lagoftalmos, maka
air mata tidak bisa disalurkan secara wajar sehingga tertimbun di situ.
2. Inspeksi
BAGIAN MUKA MUSCULUS FUNGSI
Dahi Occipitofrontalis Mengangkat alis,
mengerutkan dahi.
Mata Orbicularis Oculi Menutup mata atau
memejam
Hidung Procerus Angkat tepi lateral cuping
hidung, terbentuk kerutan
diagonal sepanjang pangkal
hidung.
Nasalis Melebarkan/mengembangkan
cuping hidung diikuti dengan
kompresi.
Pipi Zygomaticus Mayor Gerakan tersenyum.
Buccinator Gerakan meniup dengan
kedua bibir dirapatkan
Bibir Orbicularis Oris Dekatkan dan tekan kedua
bibir atas.
Depressor Anguli Oris Menarik ujung mulut ke
bawah dengan kuat, tampak
pula kontraksi Musculus
Platysma terutama di daerah
leher
414
MUSKULOSKELETAL BLOK 10
Pengobatan
1. Kortikosteroid (terapi utama), misalnya Prednison (untuk anti inflamasi dan anti
edema) harus diberikan dalam waktu tidak lebih dari 2 hari setelah timbulnya gejala
dan dilanjutkan sampai 1-2 minggu
Dosis : 1mg/kg bb / hari atau 60mg p.o diturunkan
Sec tapp off.
2. Vitamin B1, B6 & B12 dosis tinggi
3. Botox / Botolinum toxin type A atau yang lebih dikenal dengan botox merupakan
alternatif terapi yang dapat digunakan dan berfungsi untuk relaksasi otot otot wajah.
4. Aciclovir 400mg 5 kali sehari, selama 7 hari
5. Fisioterapi (hati-hati pada masa akut yaitu 7 hari pertama tidak boleh fisioterapi
karena masih edema, jadi diberikan dulu anti edema/ anti inflamasi)
Saran
Komplikasi
1. Fenomena air mata buaya (waktu makan keluar air mata (regenerasi saraf otonom
yang salah arah)
2. Kontraktur otot wajah
3. Sinkinesis – gerakan sadar menutup mata terjadi pengangkatan sudut mulut, kontraksi
otot platisma / kerutan dahi (regenerasi saraf mencapai otot yg salah)
4. Spasme otot wajah
5. Ptosis alis
6. Bells palsy rekuren
415
MUSKULOSKELETAL BLOK 10
B. Guillain-Barre Syndrome
Nama lain:
Definisi
Merupakan kondisi polineuropati akut, dimana trjd paralisis ascenderen, akibat proses
autoimun dengan respon inflamasi pada radiks dan saraf tepi ( poliradikulopati dan
polineuropati ) - (Rowland,1995)
Variants :
Neuropati
Klinis:
• Pada proses demielinisasi gangguan fungsi motorik akan lebih nyata dibandingkan
fungsi sensorik karena fungsi sensorik mielinnya sedikit
• Serabut saraf sensorik sebagian besar tak bermielin
416
MUSKULOSKELETAL BLOK 10
Tipikal Sindrom :
Diagnosis :
417
MUSKULOSKELETAL BLOK 10
Dissosiasi sitoalbumin
419
MUSKULOSKELETAL BLOK 10
420
MUSKULOSKELETAL BLOK 10
• Mimikri molekuler
Infeksi→ Respon antibodi→ Kehadiran limfosit pada pembuluh darah kecil di
endoneurium dan perineurium → terjadi Infiltrasi limfosit pada saraf → makrofag
akan datang memfagosit patogen → patogen habis→ makrofag yang tersisa akan
melihat mielin mirip seperti patogen sehingga mielin ikut difagosit (autoimun)
• Demielinasi segmental yang dimediasi makrofag
Self-tolerance
• Proses pengenalan diri. Sel T & B belajar toleransi diri selama pematangan
• Autoimunitas terjadi ketika mekanisme perlindungan diri rusak
Mekanisme Autoimunitas
421
MUSKULOSKELETAL BLOK 10
Peristiwa patologis utama dari degenerasi aksonal distal atau aksonopati (Potts, 2001)
Proses fagosit mielin oleh autoimun dimulai dari distal akson, pada keadaan normal mielin
pada akson penuh, kemudian pada keadaan early (awal) terjadi GBS mielin akan difagosit
pada distal akson sehingga secara klinis akan terjadi kelumpuhan dimulai pada ujung tubuh
(tangan/kaki) lalu akan merambat naik. Pada keadaan Late, kerusakan akan semaikin naik
karena fagosit mielin terus merambat. Pada keadaan revovery, apabila diberikan treatment
akan terjadi mielinisasi kembali
422
MUSKULOSKELETAL BLOK 10
Anatomi saraf motorik perifer normal dan respons terhadap cedera (Quan, 1999)
423
MUSKULOSKELETAL BLOK 10
424
MUSKULOSKELETAL BLOK 10
Pada saraf normal, latensi motorik distal pendek dan kecepatan konduksi sarafnya cepat
(>50m/detik). Pada neuropati demyelinasi, latensi motorik distal terprotonasi (masa latensi
akan memanjang) dan kecepatan konduksi saraf melambat hingga kurang dari 80% dari
normal, potensial aksi masih bagus. Pada neuropati aksonal, potensial aksi berkurang
(sehingga tidak kuat angkat), tetapi latensi otot distal dan kecepatan konduksi saraf tidak
terpengaruh. Abnormalitas multifokal dengan kecepatan konduksi normal menunjukkan
mononeuropati multipel
Treatment
Kegagalan Pernafasan
• Kelemahan orofaringeal pada 25% dengan gangguan menelan sekret & aspirasi
• Kegagalan pernapasan mekanis - terutama karena kelemahan diafragma (saraf
frenikus)
• ~33% membutuhkan intubasi
425
MUSKULOSKELETAL BLOK 10
• Waktu untuk intubasi adalah 1 minggu & poin ini. memiliki waktu pemulihan yang
jauh lebih lama
• Kebutuhan tidak mungkin jika pasien baik-baik saja selama 2 minggu. pasca onset
parestesia
Psikologis
• Ketakutan
• ketidakberdayaan
• Komunikasi
• Nyeri
• Gangguan tidur & halusinasi
• Depresi
• Kunjungan dari pasien GBS lainnya
Corticosteroids
Pertukaran Plasma
• Dosis: 0,4 gms/kgm/hari x 5 c setiap dosis diberikan selama 3-4 jam didahului dengan
diphenhydramine IV dan atau po ibuprofen
• Perhatian c insufisiensi ginjal atau defisiensi IgA
Prognosis GBS
• Sebab :
- cardiac arrest (20%-30% kasus),
- infeksi pulmo,
- emboli paru, dan
- gagal nafas
Komplikasi
• Kegagalan pernafasan
• Disfungsi otonom
• Tromboemboli
C. Myastenia Gravis
Statistik
Definisi
• Myasthenia Gravis adalah gangguan kronis pada otot rangka yang ditandai dengan
kelemahan dan mudah lelah karena kerusakan autoimun dari reseptor asetilkolin
di membran postsinaptik dari neuromuscular junction
• Ditandai dengan remisi & eksaserbasi (hilang timbul)
• Miastenia gravis adalah penyakit autoimun di mana jumlah reseptor asetilkolin pada
motor endplate otot rangka berkurang. Defisiensi reseptor ini disebabkan oleh
antibodi antireseptor yang bersirkulasi yang memblokir situs pengikatan asetilkolin
dan mempercepat laju pergantian reseptor (internalisasi dan penghancurannya).
• Peran kelenjar timus tidak diketahui, tetapi 66% pasien memiliki hiperplasia timus &
10-15% memiliki timoma. Miastenia gravis dapat terjadi pada semua usia, tetapi
insiden puncak pada wanita terjadi pada dekade ketiga dan keempat dan pada pria
pada dekade keenam dan ketujuh. Di antara orang tua, miastenia gravis lebih sering
terjadi pada pria
• Terkait Obat
• Pasca infeksi Virus / Bakteri
• MG neonatus
• Onset Dewasa
Diagnosis
• Kelemahan yang berfluktuasi & kelelahan otot volunter seperti otot levator palpebra,
ekstraokular, bulbar, ekstremitas dan pernapasan
• Biasanya ada dengan unilateral atau bilateral
• Gejala biasanya berfluktuasi; mereka paling menonjol di penghujung hari dan
berkurang dengan istirahat
• Gejala awal termasuk kelopak mata terkulai (ptosis), penglihatan ganda (diplopia),
atau penglihatan kabur (dari keterlibatan otot ekstraokular) pada > 50% pasien;
kelemahan umum dan kelelahan pada sekitar 10%; dan kesulitan menelan (disfagia),
kelemahan wajah, atau bicara sengau cadel pada sekitar 5% dan kelemahan otot
proksimal
• Gejala tetap terbatas pada otot ekstraokular pada sekitar 15% pasien dan menjadi
umum pada 85%, biasanya dalam tahun pertama. Gejala mencapai tingkat keparahan
maksimum pada tahun pertama pada 50% pasien dan dalam 5 tahun pada hampir
semua pasien.
Gejala
428
MUSKULOSKELETAL BLOK 10
• Mata sayu
• Senyum datar
• Respon cahaya lambat pada pupil
• Bicara cadel, sengau
• Nasal speech
• Postur tidak teratur
• Otot ekspirasi lemah
• Kelelahan lokal
• Kesulitan menelan atau mengunyah
Fisiologi
Secara normalnya:
429
MUSKULOSKELETAL BLOK 10
Apabila terdapat impuls, vesicle di celah sinaps akan mengeluarkan asetilkolin, lalu
asetilkolin akan ditangkap oleh reseptor asetilkolin lalu masuk ke receiving neuron dari otot
yang akan dipersarafi, didalam saraf akan terjadi Na+ influx melebihi K+efflux sehingga sel
otot depolarisasi lalu otot kontraksi
430
MUSKULOSKELETAL BLOK 10
Reseptor asetilkolin (biru) diblokade oleh antibodi/IgG (pink) sehingga asetilkolin (kuning)
tidak dapat ditangkap oleh reseptor, sehingga asetilkolin yang tidak diterima akan diserap
kembali oleh vesicle. Tes asetilkolinesterase membuat asetilkolin di celah sinaps melimpah
sehingga reseptor dapat mengikat sedikit asetilkolin, tetapi jika efek tersebut sudah habis
maka reseptor tersebut akan diblokade oleh antibodi kembali dan secara klinis akan terjadi
penurunan kontraksi otot
Crosslinking
431
MUSKULOSKELETAL BLOK 10
Setelah terjadi crosslinking, sinyal dikirim untuk mempercepat dekomposisi oleh fagositosis.
Lisosom datang untuk membantu dekomposisi. Proses berkelanjutan ini menghasilkan
smoothing (pemulusan) dan penyederhanaan terminal postsinaptik
432
MUSKULOSKELETAL BLOK 10
Treaatment Miastenia
• Obat-obatan :
- Antikolinesterase/mestinon
- Kortikosteroid
- Imunosupresan
• Treatment penting untuk diberikan tepat waktu untuk menjaga kadar darah dan
menjaga kekuatan otot
• Plasmapheresis- menghilangkan autoantibodi
• Pembedahan- pengangkatan timoma / Timektomi
• Terapi lini pertama = obat antikolinesterase = piridostigmin bromida (mestinon) =
dosis awal 30 mg per oral; dosis harus diulang seperlunya dengan interval minimal 3
jam. Dosis harus individual. Penggunaan bersamaan dengan efedrin 25 mg bid atau
tid mungkin memiliki efek sinergis.
• Pada orang tua, gejala yang paling parah biasanya terjadi pada otot ekstraokular dan
bulbar, yang sangat resisten terhadap pengobatan antikolinesterase; sehingga tx
tambahan biasanya diperlukan. Imunosupresan (azathioprine) & kortikosteroid
(prednison) adalah andalan manajemen jangka panjang.
• Penatalaksanaan miastenia gravis jarang menyebabkan krisis kolinergik, yang
ditandai dengan peningkatan kelemahan otot dan peningkatan efek samping
kolinergik. Jika itu terjadi, pengobatan terdiri dari menahan obat, intubasi pasien, dan
memberikan dukungan ventilasi.
433
MUSKULOSKELETAL BLOK 10
434
MUSKULOSKELETAL BLOK 10
Obat Antikolinesterase
435