Anda di halaman 1dari 3

PAIIDUAN PRAKTIK KLINIS (PPIIO

RSU BHAKTI RAHAYU SURABAYA

BELLS PALSY

l. Pengertian Bells Palsy adalah facial paralisis karena disfungsi dari fasialis
perifer yang menyebabkan kelumpuhan otot-otot wajah.

2. Etiologi Dan Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga terjadi pembengkakan pada
Patogenesa saraf wajah sebagai reaksi terhadap infeksi virus, penekanan atau
berkurangnya aliran darah
Apapun etiologi bells palsy, proses yang dianggap bertanggung jawab
atas gejala klinik Bells BELLS PALSY palsy adalah proses edema
yang selanjutnya menyebabkan komprcsi n fasialis. Gangguan atau
kerusakan pertama adalah endothelium dari kapiler dan permeabilitas
kapiler meningkat, sehingga dapat terjadi kebocoran kapiler kemudian
terjadi edema padajaringan disekitamya dan akan terjadi gangguan
aliran darah sehingga tedadi hipoksia yang mengakibatkan kematian
sel.
Kerusakan sel ini mengakibatkan hadimya enzim proteolitik,
terbentuknya peptida peptida toksik dan pengaktifan enzim kinin dan
kalikrein sebagai hancurnya nukleus dan lisosom.
Jika dibiarkan dapat terjadi kerusakan jaringan yang permanen

B. Manifestssi Klinis a. Tedadi secara tiba tiba


b. Terjadi kelemahan pada otot wajah (kelemahan otot yang
terjadi bisa ringan sampai berat)
c. Merasakan nyeri pada dibelakang telinga
d. Merasakan beban lebih berat didaerah wajah yang mengalami
kelumpuhan
e. Sensasi dalam batas normal
f. Kesulitan dalam menutup mata, gangguan sekresi air liur, air
mata dan rasa pengecapan lidah pada sisi yang mengalami kelumpuhan

4. Anamnesa Rasa nyeri daerah belakang telinga


Gangguan atau kehilangan p€ngecapan
Riwayat pekerjaan dan aktifitas yang dilakukan pada malam
ari di ruangan terbuka atau diluar ruangan
. Riwayat penyakit yang pemah dialami misalnya infeksi saluran
otitis dan
5. Pemeriksaan Fisik neurologis pada paresis N VII tipe perifer Gerakan
lunter dari;
Mengerutkan dahi
M amkan mata
Tersenyum
d Bersiul I

Men gencangkan kedua bibir

6. Diagnosis Banding a. Tumor pada serebelopontin angle yang menekan saraf fasialis
b. Kerusakan saraffasialis karena infeksi virus (sidr ramsay hunt)
c. Infeksi telinga tengah atau sinus mastoideus
d. Patah tulang dasar tengkorak

7. Pemeriksaan Untuk mengeksklusi bells palsy dari differensial diagnosis dapat


Penunjang ditentukan dari riwayat perjalanan penyakit, dan elektrofisiologi
(dirujuk ke RS rujukan) bila tidak ada perbaikan kontraksi otot dalam
waktu 3 bulan

8. Tata Laksana l. Untuk megurangi nyeri, diberikan modalitas panas pada sisi
wajah yang mengalami kelumpuhan. Pemanasan superfisial dengan
infra red atau menggunakan diathermy sesuai indikasi I

2. Latihan re edukasi otot otot wajah, latihan gerak volunter otot


wajah dan masase otot wajah diberikan setelah fase akut. Latihan
berupa mengangkat alis, mengerutkan dahi, menutup mata dan
mengangkat sudut mulut, tersenyum, bersiul, meniup dengan bantuan
maupun tidak dengan bantuan di depan kaca sebagai feedback
3. Pemberian modalitas listrik untuk mencegah atrofi dan
memperkuat otot.
Tujuan pemberian stimulasi listrik yaitu menstimulasi otot untuk
mencegah,/memperlambat terjadinya atrofi sambil menunggu proses
regenerasi dan memperkuat otot yang masih lemah.
Faradisasi diberikan untuk menstimulasi otot, redukasi, melaatih
fungsi otot, meningkatkan sirkulasi, meregangkan serta mencegah
perlengketan. Diberikan 2 minggu setelah onset.

p. Edukasi Beri obat tetes mata / artifisial tears drop 3x sehari untuk
lindungi komea
Biasakan menutup kelopak mata secara pasifsebelum tidur
ya otot orbicularis oculi terlatih secara pasif, dan melindungi
saat tidur
Kompres hangat daerah sisi wajah yang sakit selama 20 menit
ila telah melewati stadium akut, 3hari
Masase wajah yang lumpuh kearah atas dengan menggunakan
dari sisi wajah yang sehat dengan maksud peberian latihan otot
gan melawan gravitasi
Latihan tiup lilin, berkumur, makan dengan mengunyah disisi
g lumpuh, minum dengan sedotan, mengunyah permen karet

15. Kepustakaan I Sidhatu P. Bells palsy. Dalam Tata Pemeriksaan Klinis dalam
Neurolo . Edisi ke-2. Sastroasmoro S, Trihono PP , Pujiadi A, Tridiaia
B, Mulya GD. Dian Rakyat, Jakarta;2007
2. Dillingham TR. Electrodiagnostic Medicine II; Clinical
Evaluation and Findings. ln: Braddom RL et al. Physical Medicine and
Rehabilitation 4th ed. Elsevier Sauders. Philadelphia; 2011.p.209.
3. Committee ofPhysical Therapy Protocols Office ofPhysical
Therapy Affair Ministry of Health - Physical Therapy Management
Facial Nerve Paralysis. Kuwait; 2007
4. Teixeria LJ. Physical therapy for Bells palsy (idiopathic facial
paralysis). The Cochrane Collaboration Published by John Wiley,
Ltd.2008

Anda mungkin juga menyukai