Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI


BELL’S PALSY
RSU RACHMA HUSADA BANTUL
BELL’S PALSY
PENGERTIAN Kelumpuhan saraf fasialis perifer akibat proses non-supuratif, non-
neoplasmatik, non-degeneratif primer, sangat mungkin akibat edema jinak
pada bagian saraf fasialis di foramen stilomastoideusatau sedikit proksimal dari
foramen tersebut, yang mulanya akut dan dapat sembuh sendiri tanpa
pengobatan.
ANAMNESIS 1. Asimetris wajah
2. Rasa nyeri.
3. Gangguan atau kehilangan pengecapan.
4. Riwayat aktivitas yang dilakukan pada malam hari diruangan terbuka atau
di luar ruangan.
5. Riwayat penyakit yang dialami oleh penderita seperti infeksi
saluran pernafasan, otitis, herpes, dan trauma.
PEMERIKSAAN Pemeriksaan neurologis saraf fasialis perifer, yaitu gerakan volunter dari:
FISIK  Mengerutkan dahi , Memejamkan mata, Mengembangkan cuping hidung
 Tersenyum, Bersiul, Mengencangkan kedua bibir
KRITERIA  Paralisis otot wajah dengan atau tanpa ageusis, hiperakusis, hiposekresi
DIAGNOSIS lakrimalis
 Onsetnya akut, perjalanannya progresif, puncak paralisis 3 minggu atau
kurang, penyembuhan tampak dalam 6 bulan
DIAGNOSIS
Bell’s palsy
KERJA
DIAGNOSIS 1. Tumor otak yang menekan saraf
BANDING 2. Kerusakan saraf wajah karena infeksi virus (misal sindroma Ramsay Hunt)
3. Infeksi telinga tengah atau sinus mastoideus
4. Patah tulang dasar tengkorak
PEMERIKSAAN 1. Rontgen kepala
2. CT-scan
PENUNJANG
3. MRI
4. EMG
TERAPI 1. Kortikosteroid oral
2. Infra red, Shortwave Diathermy atau Microwave Diathermy
3. Latihan reedukasi otot-otot wajah
4. Stimulasi listrik
5. Laser
EDUKASI Program rumah
 Kompres hangat daerah sisi wajah yang sakit selama 20 menit
 Massage wajah yang sakit ke arah atas dengan menggunakan tangan dari
sisi wajah yang sehat
 Latihan tiup lilin, berkumur, makan dengan mengunyah disisi yang sakit,
minum dengan sedotan, mengunyah permen karet
Perawatan mata
 Beri obat tetes mata (golongan artifial tears) 3x sehari
 Memakai kacamata gelap sewaktu bepergian siang hari
 Biasakan menutup kelopak mata secara pasif sebelum tidur
PROGNOSIS Ad vitam = baik
Ad sanationam = baik
Ad fungsionam = dubia ad bonam
TINGKAT Elektro stimulasi: moderat
EVIDENS Facial exercise: moderat
TINGKAT A/B/C/D
REKOMENDASI
PENELAAH SMF Rehabilitasi Medik
KRITIS SMF Saraf,
INDIKATOR Ugo Fisch Score, House-Brackmann classification of facial nerve dysfunction
MEDIS Sunnybrook facial grading system
KEPUSTAKAAN 1. Wahyuni LK, Tulaar ABM, editor. Panduan Pelayanan Klinis dan
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Jakarta: PERDOSRI; 2012.
2. Sidharta P. Bell’s Palsy. Dalam Tata Pemeriksaan Klinis dalam
Neurologi. Edisi ke-2. astroasmoro S, Trihono PP, Pujiadi A, Tridjaja B,
Mulya GD. Jakarta:Dian Rakyat ; 2007
3. Dillingham TR. Electrodiagnostic Medicine II: Clinical Evaluation and
Findings . In: Braddom RL et al. Physical Medicine and Rehabilitation.
4th ed. Philadelphia:Elsevier Saunders; 2011. p.209
4. Committee of Physical Therapy Protocols Office of Physical Therapy
Affairs Ministry of Health –Physical Therapy Management Facial
Nerve Paralysis. Kuwait; 2007.
5. Teixeira LJ. Physical therapy for Bell´ s palsy (idiopathic facial
paralysis). The Cochrane Collaboration. Published by JohnWiley &
Sons, Ltd. 2008
6. Ronthal M. Bell's palsy: Pathogenesis, clinical features, and diagnosis
in adults. Wolters Kluwer Health. Available from: URL:
www.uptodate.com. 2013
7. Ronthal M. Bell’s Palsy: Prognosis and treatment in adults. Wolters
Kluwer Health. Available from: URL: www.uptodate.com. 2013
8. Daniels L, Worthingham C. Muscle testing techniques of manual
examnination.4th ed. Philadelphia: W.B. Saunders Co; 1980. 154-85
9. Hamit T. Bell’s Palsy. Penilaian derajad kekuatan otot fasialis. In:
Hamid T, Putra HL, Setiadji S. Bell,s Palsy. Surabaya: 1991.p.31-50

Anda mungkin juga menyukai