Cedera otak traumatik atau traumatic brain injury (TBI) adalah perubahan
pada fungsi otak atau terdapat bukti patologi pada otak yang disebabkan oleh
Pengertian (Definisi)
kekuatan mekanik dari luar baik secara langsung ataupun tidak langsung
pada usia <18 tahun
Anamnesis secara lengkap dan terarah yang mencakup:
1. Mekanisme trauma
2. Adanya gangguan kesadaran atau tidak,
3. Gejala-gejala yang menyertai seperti gejala peningkatan tekanan
intrakranial
4. Tanda dan gejala akibat fraktur basis kranii
5. Kejang sehubungan dengan kecelakaan
6. Muntah
Anamnesis 7. Sakit kepala, gangguan visual atau gejala neurologis fokal
8. Adanya amnesia post traumatika
9. Adanya cedera di bagian tubuh lain
10. Riwayat penyakit dahulu (trauma sebelumnya, riwayat kelainan darah,
dan lain sebagainya)
11. Tingkat perkembangan anak
12. Riwayat pengobatan dan obat yang diminum saat ini
13. Alergi
14. Makanan atau minuman terakhir
1. Kepala : hematoma kulit kepala sangat bermakna pada pasien anak dan
harus hati-hati dan teliti memeriksanya.
2. Fraktur depresi dasar tengkorak periksa udaranya ("mata rakun",
"Battles tanda" (posterior memar auricular), CSF kebocoran, darah di
saluran telinga atau di belakang membran timpani
3. Lingkar kepala harus diukur pada anak di bawah 1 tahun
Pemeriksaan Fisik 4. Wajah - memeriksa untuk patah tulang wajah, luka intraoral, air mata
5. F renulum
6. Leher – imobilisasi dengan pasang penyangga leher jika cedera medulla
spinalis tidak bisa dikesampingkan klinisnya
7. Torak dan badan - mencari memar, bengkak, deformitas, krepitasi
tulang, luka
8. Neurologis - memeriksa saraf kranial dan defisit neurologi
Diagnosis cidera kepala ditegakkan terutama dari anamnesis yang didukung
Kriteria Diagnosis dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis, dan pemeriksaan
penunjang
Diagnosis Cedera Kepala pada Anak
Diagnosis banding adalah keganasan otak, stroke, infeksi dan aneurisma
Diagnosis Banding
serebral
Pemeriksaan Pasien yang membutuhkan CT scan
1. Indikasi Absolute:
a. GCS ≤13 (yaitu semua cedera kepala sedang dan berat)
b. Defisit neurologis - GCS berkurang lebih dari 2 poin, tanda-tanda
fokal
c. Cedera tembus
d. Patah tulang tengkorak
2. Indikasi Relatif (tergantung pada ketersediaan):
Penunjang a. GCS 13 - 14 setelah 4 jam
b. Sakit kepala parah dan menetap, muntah
c. Periode tidak sadar> 1 menit
d. Amnesia pasca trauma > 5 menit
e. Kejang
f. Tanda patah tulang tengkorak basis kranii
g. Pasien risiko tinggi: usia <2 thn, pemakaian anti koagulan
h. Penilaian sulit misalnya intoksikasi alkohol
i. Diduga pelecehan anak
Cedera Kepala Ringan
1. Pasien cedera kepala ringan dengan gejala sakit kepala, mual dan muntah
berikan cairan
2. Infus IV jika muntah terus-menerus (0,9% saline).
3. Analgesia ringan misalnya Parasetamol secara oral.
4. Pasien harus diobservasi minimal dalam 24 jam pertama untuk
memastikan tidak ada perburukan neurologis.
5. Gejala neurologis : menurun GCS atau muntah persisten> 4 jam setelah
masuk memerlukan penilaian ulang +/- pencitraan kepala.
6. Manajemen selanjutnya tergantung kepada kondisi pasien dan hasil CT
scan.
7. Apabila ada hasil CT scan yang abnormal maka pasien perlu perawatan di
rumah sakit.
8. Jika dalam 24 jam pertama pasien tidak menunjukkan gejala neurologis
Terapi maka dapat dipulangkan.
9. Namun perlu dirawat di rumah sakit apabila terdapat gejala-gejala :
a. Nyeri kepala hebat, muntah, perubahan emosi menjadi labil,
disorientasi, kejang atau
b. sulit mengendalikan fungsi koordinasi dan keseimbangan
Direktur RS Darmo
PH/VS/RCP