Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bell’s Palsy suatu kelumpuhan akut pada N. Fasialis Perifer yang tidak
diketahui sebabnya. Sir Charles Bell (1821). Jadi Bell’s Palsy adalah suatu
keluhan dimana seseorang tidak bisa menggerakkan wajahnya, dikarenakan
adanya gangguan pada N. Fasialis Perifer. Penyebab dari kelemahan N. Fasialis
perifer sendiri sampai sekarang belum ditemukan. Bell’s Palsy umumnya terjadi
dengan kondisi unilateral.
Kata Bell’s Palsy itu sendiri diambil dari nama seorang dokter dari abad
19, Sir Charles Bell, orang pertama yang menjelaskan kondisi ini dan
menghubungkan dengan kelainan pada saraf wajah.
Prevalensi Bell’s Palsy di Indonesia, secara pasti sulit ditentukan. Data
yang dikumpulkan dari empat Rumah Sakit di Indonesia didapatkan
frekuensi Bell’s Palsy sebesar 19,55% dari seluruh kasus neuropati dan terbanyak
pada usia 21–50 tahun, peluang untuk terjadinya pada wanita dan pria sama.
Tidak didapati perbedaan insiden antara iklim panas maupun dingin, tetapi pada
beberapa penderita didapatkan adanya riwayat terkena udara dingin atau angin
berlebihan (Annsilva,2010).
Bell’s Palsy memiliki beberapa tanda-tanda, baik sensoris maupun
motoris. Tetapi Bell’s Palsy tidak selalu disertai dengan gangguan motoris. Untuk
gangguan motoris, otot-otot wajah akan mengalami kelemahan. Umumnya pasien
akan merasa malu karena kondisinya dan menarik diri dari aktivitas lingkungan
sosial. Peran fisioterapi pada kasus ini adalah melakukan stimulasi berupa
massage yang bertujuan meningkatkan kekuatan otot dan gerak fungsional wajah
serta mencegah terjadinya keungkinan spasme pada otot bagian yang sehat.

1
2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang muncul pada kasus Bell’s Palsy, maka


penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Apakah pemberian Massage dapat
meningkatkan gerakan otot-otot wajah pada kondisi bell’s palsy ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penyusunan rumusan masalah tersebut adalah Untuk


mengetahui pengaruh Massage yang dapat meningkatkan gerakan otot wajah.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penelitian ini adalah :


1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan bagi penulis khususnya dalam penelitan tentang

Penatalaksanaan Bell’s Palsy dengan modalitas Massage.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan di perpustakaan atau sebagai

bahan referensi berkaitan dengan kondisi Bell’s Palsy dengan modalitas

Massage

3. Bagi masyarakat

Dapat memberikan informasi yang benar kepada pasien, keluarga,

masyarakat sehingga dapat lebih mengenal dan mengetahui gambaran Bell’s

Palsy dan fisioterapi dapat mengatasinya dengan modalitas Massage.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bell’s Palsy

Bell’s Palsy adalah kelumpuhan wajah kejadiannya bersifat akut yang


diduga disebabkan oleh peradangan, dengan penyebab yang tidak diketahui pada
saraf wajah bagian kanal yang berada diatas foramen stylomastoid (Raj, 2006).

Etiologi
Pranata (2008) penyebab bell’s palsy yaitu angin dingin yang masuk ke
dalam foramen stilomastoideus mengakibatkan nervus fasialis bisa sembab lalu
membengkak. Pembengkakan saraf fasialis ini mengakibatkan pasokan darah ke
saraf tersebut terhambat. Hal ini menyebabkan iskemik bahkan nekrosis sehingga
fungsi penghantar impuls akan rangsangnya terganggu dan menimbulkan
kelumpuhan fasialis.

Bell’s Palsy pada sisi kiri wajah


3
4
B. Anatomi Fungsional

1. Nervus Facialis
Nervus Facialis terdiri dari dua nucleus motoris di batang otak, yang terdiri
dari:
a) Nucleus Motorik Superior
Yang bertugas menerima impuls dari gyrus presentralis kortek serebri kedua
belah sisi kanan-kiri dan mengirim serabut-serabut saraf ke otot-otot mimik di
dahi dan orbikularis occuli.
b) Nucleus Motoris Inferior
Yang bertugas menerima impuls hanya dari gyrus presentralis dari sisi yang
berlawanan dan mengirim serabut-serabut saraf ke otot-otot mimik bagian bawah
dan platisma (Chusid, 1983).
Perjalanan nervus facialis dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
5

2. Otot-otot wajah
Otot-otot pada wajah berserta fungsinya masing-masing dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
6
Tabel Otot-Otot Wajah Beserta Fungsinya

No Nama Otot Fungsi Persarafan


1 M.Frontalis Mengangkat alis N. Temporalis
2 M.Corrugator Mendekatkan kedua N. Zigomatikum dan
supercili pangkal alis N.Temporalis

3 M.Procerus Mengerutkan kulit antara N. Zigomatikum,


kedua alis N.Temporalis,
N. Buccal
4 M. Orbicularis Oculli Menutup kelopak mata N.Fasialis,
N.Temporalis, N.
Zigomatikus

5 M. Nasalis Mengembang N. Fasialis


Kan cuping hidung
6 M. Depresor anguli Menarik ujung mulut ke N. Fasialis
oris bawah

7 M. Zigomaticum N. Fasialis
mayor dan M. Tersenyum
Zigomatikum minor
8 M. Orbicularis oris N. Fasialis
Bersiul N. Zigomatikum

9 M. Buccinator Meniup sambil menutup N. Fasialis,


mulut N. Zigomatikum,
N. Mandibular,
N. Buccal
10 M. Mentalis Mengangkat dagu N. Fasialis dan
N. Buccal
11 M. Platysma Meregangkan kulit leher N. Fasialis
7
Sedangkan gambar otot-otot wajah dari depan dapat dilihat pada gambar dibawah
ini:

C. Etiologi
Menurut etiologi artinya ilmu tentang penyebab penyakit (Dachlan,2001).
Ada beberapa teori yang mengemukakan tentang penyebab Bell’s Palsy antara
lain sebagai berikut:
a) Teori Infeksi Virus Herpes Zoster
Salah satu penyebab munculnya Bell’s Palsy adalah karena adanya infeksi
virus herpes zoster. Herpes zoster hidup didalam jaringan saraf. Apabila
radang herpes zoster ini menyerang ganglion genikulatum, maka dapat
melibatkanparalisis pada otot-otot wajah sesuai area persarafannya. Jenisherpes
zoster yang menyebabkan kelemahan pada otot-otot wajah ini sering dikenal
dengan Sindroma Ramsay-Hunt atauBell’s Palsy (Duus Peter, 1996).
8
b) Teori Iskemia Vaskuler
Menurut teori ini, terjadinya gangguan sirkulasi darah di kanalis falopii,
secara tidak langsung menimbulkan paralisis pada nervus facialis. Kerusakan
yang ditimbulkan berasal dari tekanan saraf perifer terutama berhubungan dengan
oklusi dari pembuluh darah yang mengaliri saraf tersebut, bukan akibat dari
tekanan langsung pada sarafnya. Kemungkinan terdapat respon simpatis yang
berlebihan sehingga terjadi spasme arterioral atau statis vena pada bagian bawah
dari canalis fasialis, sehingga menimbulkan oedema sekunder yang selanjutnya
menambah kompresi terhadap suplai darah, menambah iskemia dan menjadikan
parese nervus facialis (Esslen, 1970).
c) Teori herediter
Teori herediter mengemukakan bahwa Bell’s Palsy yang disebabkan karena
faktor herediter berhubungan dengan kelainan anatomis pada canalis facialis yang
bersifat menurun (Hamid, 1991).
d) Pengaruh udara dingin
Udara dingin menyebabkan lapisan endotelium dari pembuluh darah leher
atau telinga rusak, sehingga terjadi proses transdusi (proses mengubah dari suatu
bentuk kebentuk lain) dan mengakibatkan foramen stilomastoideus
bengkak. Nervus facialisyang melewati daerah tersebut terjepit sehingga
rangsangan yang dihantarkan terhambat yang menyebabkan otot-otot wajah
mengalami kelemahan atau lumpuh.

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dari Bell’s Palsy meliputi sensorik dan motorik. Pada
keadaan Bell’s Palsy secara keseluruhan tidak ada gangguan sensoris. Cabang
sensorik muncul dari proksimal bagian saraf, sedangkan pada Bell’s Palsy
melibatkan daerah distal dari saraf (Raj, 2006).
Otot-otot yang mengalami kelemahan antara lain frontalis, corrugators
supercili, orbicularis occuli, nasalis, levator labii superior, levator labii inferior,
risorius, buccinators, depressor labii orbicularis oris dan mentalis (Raj, 2006).
9
Tanda dan gejala klinis pada Bell’s Palsy menurut (Chusid,1983) adalah:

a. Lesi diluar foramen stilomastoideus


Muncul tanda dan gejala sebagai berikut : mulut tertarik ke sisi mulut yang
sehat, makanan terkumpul di antara gigi dan gusi, sensasi dalam pada wajah
menghilang, tidak ada lipatan dahi dan apabila mata pada sisi lesi tidak tertutup
atau tidak dilindungi maka air mata akan keluar terus-menerus.
b. Lesi di canalis facialis dan mengenai nervus korda timpani
Tanda dan gejala sama seperti penjelasan pada poin diatas, ditambah
dengan hilangnya ketajaman pengecapan lidah ⅔ bagian anterior dan salivasi di
sisi lesi berkurang. Hilangnya daya pengecapan pada lidah menunjukkan
terlibatnnya nervus intermedius, sekaligus menunjukkan lesi di daerah antara
pons dan titik di mana korda timpani bergabung dengan nervus facialis di canalis
facialis.
c. Lesi yang tinggi dalam canalis facialis dan mengenai muskulus stapedius
Tanda dan gejala seperti penjelasan pada kedua poin diatas, ditambah
dengan adanya hiperakusis(pendengaran yang sangat tajam).
d. Lesi yang mengenai ganglion genikuli
Tanda dan gejala seperti penjelasan pada ketiga poin diatas, disertai
dengan nyeri dibelakang dan didalam liang telinga dan dibelakang telinga.
e. Lesi di meatus akustikus internus
Tanda dan Gejala sama seperti kerusakan pada ganglion genikuli, hanya
saja disertai dengan timbulnya tuli sebagai akibat terlibatnya nervus
vestibulocochlearis.
f. Lesi di tempat keluarnya nervus facialis dari pons
Tanda dan gejala sama seperti di atas disertai tanda dan gejala
terlibatnyanervus trigeminus, nervus abducens, nervus vestibulococlearis, nervus
accessorius dan nervus hypoglossus.
10
E. Komplikasi
Komplikasi atau complication berarti penyakit yang timbul kemudian
sebagai tambahan pada penyakit yang sudah ada(Dachlan, 2001). Komplikasi
yang muncul pada pasien Bell’s Palsymerupakan kumpulan gejala sisa paska
terjadinya kelemahan otot-otot wajah. Lumbantobing (2006) menjelaskan bahwa
beberapa di antara penderita Bell’s Palsy, kelumpuhannya sembuh dengan
meninggalkan gejala sisa yang berupa kontraktur, sinkenesis dan spasme spontan.
Komplikasi yang muncul pada Bell’s Palsy antara lain :
a. Kontraktur
Kontraktur terlihat jelas saat otot wajah berkontraksi yang ditandai dengan
lebih dalamnya lipatan nasolabial dan alis mata lebih rendah dibandingkan sisi
yang sehat.
b. Sinkinesia (associated movement)
Sinkenesis (assosiated movement) dapat terjadi karena kesalahan proses
regenerasi sehingga menimbulkan gerakan otot wajah yang berasosiasi dengan
gerakan otot lain. Misalnya saat mata ditutup, sudut mulut ikut terangkat.
c. Spasme spontan
Sedangkan spasme spontan pada otot wajah terjadi bila pasien Bell’s
Palsy mengalami penyembuhan yang inkomplit. Otot-otot wajah bergerak secara
spontan, tidak terkendali. Hal ini disebut juga tic fasialis.
Gejala sisa yang ditimbulkan paska serangan Bell’s Palsyyaitu sindroma
air mata buaya (crocodile tears syndrome) yang merupakan kesalahan regenerasi
saraf salivarius menuju ke glandula lakrimalais. Manifestasinya berupa keluarnya
air mata pada sisi lesi saat pasien makan (Djamil, 2003).

F. Prognosis dan Pengobatan


Prognosis berarti ramalan klinis mengenai kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi yang berhubungan dengan penyakit, untuk timbul lagi atau mungkin
berakhir sembuh(Dachlan, 2001). Prognosis Bell’s Palsy kesembuhan akan terjadi
11

dalam waktu 2 - 8 minggu untuk pasien yang muda dan pasien yang lebih tua
sampai 1-2 tahun. Dalam pembahasan kali ini, fisioterapis akan berusaha
memberikan stimulasi dan pengobatan dengan menggunakan teknik massage.
Lakukan massage perlahan-lahan kearah atas pada otot-otot yang terkena selama
5-10 menit, dua-tiga kali sehari, untuk menjaga tonus otot.

G. Proses Fisioterapi
Proses fisioterapi berupa pengkajian Fisioterapi meliputi :

a. Identitas Pasien
Dilakukan anamnesis antara fisioterapis dan pasien yang berhubungan
dengan kasus Bell’s Palsy.

b. Problematika Fisioterapi
Berdasarkan gambaran klinis di atas, maka dapat kita simpulkan
problematik fisioterapi pada kasus Bell’s Palsy adalah :

1) Impairment

Merupakan gangguan abnormalitas yang bersifat sementara atau menetap


yang mengenai pada sistem organ.

Keterbatasan fisik (impairment) yang dijumpai pada pasien dengan


kondisi Bell’s Palsy kiri ini adalah: (1) Adanya penurunan kekuatan otot-otot
wajah sisi kiri, (2) Potensial terjadinya atrofi pada otot wajah sisi kiri, (3)
Potensial terjadinya spasme otot pada sisi wajah kanan (sehat) oleh karena
kontraksi terus menerus pada sisi yang sehat, (4) Potensial terjadinya kontraktur
otot wajah sisi kanan.
12

2) Fungsional limitation

Adanya gangguan fungsi atau keterbatasan fungsi yang disebabkan oleh


impairment yang berhubungan dengan motorik.
Adanya keterbatasan fungsi seperti mata kiri tidak bisa menutup rapat,
berkumur dan minum mengalami kebocoran, makanan cenderung mengumpul
disisi kiri saat mengunyah oleh karena kelemahan otot wajah pada sisi kiri.

H. Penatalaksanaan Fisioterapi

Modalitas yang dipilih untuk mengurangi problematika fisioterapi pada


kasus Bell’s Palsy dengan menggunakan teknik Massage.

a. Definisi Massage

Massage adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan suatu


manipulasi yang dilakukan dengan tangan yang ditujukan pada jaringan lunak
tubuh, untuk tujuan mendapatkan efek baik pada jaringan saraf, otot, maupun
sirkulasi(Gertrude, 1952).

b. Teknik Massage

Pada kasus Bell’s Palsy teknik massage yang diberikan yaitu stroking,
effleurage, finger kneading dan tapping.
Stroking atau gosokan ringan adalah manipulasi yang ringan dan halus
dengan menggunakan seluruh permukaan tangan satu atau permukaan kedua belah
tangan dan arah gerakannya tidak tentu. Efekstroking adalah penenangan dan
mengurangi rasa nyeri. (Tappan, 1988)
Effleurage adalah manipulasi gosokan dengan penekanan yang ringan dan
halus dengan menggunakan seluruh permukaan tangan, sebaiknya diberikan dari
dagu ke atas ke pelipis dan dari tengah dahi turun ke bawah menuju ke telinga. Ini
harus dikerjakan secara gentle dan menimbulkan rangsangan pada otot-otot wajah.
13
Efek dari effleurage adalah membantu pertukaran zat-zat dengan mempercepat
peredaran darah dan limfe yang letaknya dangkal, menghambat proses
peradangan.
Finger kneading adalah pijatan yang dilakukan dengan jari-jari dengan
cara memberikan tekanan dan gerakan melingkar, diberikan ke seluruh otot wajah
yang terkena lesi dengan arah gerakan menuju ke telinga. Efek dari finger
kneading adalah memperbaiki peredaran darah dan memelihara tonus otot.
Tapping adalah manipulasi yang diberikan dengan tepukan yang ritmis
dengan kekuatan tertentu, untuk daerah wajah dilakukan dengan ujung-ujung jari.
Efek dari tapping adalah merangsang jaringan dan otot untuk berkontraksi.

c. Aplikasi massage

Pemberian massage wajah pada kondisi Bell’s Palsy bertujuan untuk


mencegah terjadinya perlengketan jaringan dengan cara memberikan penguluran
pada jaringan yang superfisial yakni otot-otot wajah. Dengan pemberian massage
wajah ini akan terjadi peningkatan vaskularisasi dengan mekanisme pumping
action pada vena sehingga memperlancar sirkulasi darah dan limfe. Efek rileksasi
dapat dicapai dan elastisitas otot dapat tetap terpelihara serta mencegah timbulnya
perlengketan jaringan dan kontraktur otot dapat dicegah (Douglas, 1902)

Massage dilakukan selama 5-10 menit, 2-3 kali sehari. Massage ini
membantu mempertahankan tonus otot wajah agar tidak kaku (Chusid 1983).
14
Arah gerakan Massage pada wajah (Maxwell,1987)

I. Indikasi Massage

Beberapa kondisi yang merupakan indikasi pemberian massage, antara

lain: spasme otot, nyeri, oedema, kasus-kasus perlengketan jaringan, kelemahan

otot jaringan, dan kasus- kasus kontraktur.

J. Kontra Indikasi Massage

Masssage tidak selalu dapat diberikan pada semua kasus, ada beberapa

kondisi yang merupakan kontra indikasi pemberian massage, yaitu: darah yang

mengalami infeksi, penyakit-penyakit dengan ganguan sirkulasi, seperti:

tromboplebitis, arteriosclerosis berat, adanya tumor ganas, daerah peradangan

akut, jerawat akut,sakit gigi, dan luka bakar.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bell’s Palsy adalah kelumpuhan wajah kejadiannya bersifat akut yang


diduga disebabkan oleh peradangan, dengan penyebab yang tidak diketahui pada
saraf wajah bagian kanal yang berada diatas foramen stylomastoid (Raj, 2006).
Anatomi Fungsionalnya berupa Nervus Facialis.
Nervus Facialis terdiri dari dua nucleus motoris di batang otak, yang terdiri
dari:
1. Nucleus Motorik Superior
2. Nucleus Motoris Inferior
Menurut etiologi artinya ilmu tentang penyebab penyakit (Dachlan,2001).
Ada beberapa teori yang mengemukakan tentang penyebab Bell’s
Palsy antara lain sebagai berikut:
a) Teori Infeksi Virus Herpes Zoster
b) Teori Iskemia Vaskuler
c) Teori herediter
d) Pengaruh udara dingin
Tanda dan gejala dari Bell’s Palsy meliputi sensorik dan motorik. Otot-
otot yang mengalami kelemahan antara lain frontalis, corrugators supercili,
orbicularis occuli, nasalis, levator labii superior, levator labii inferior, risorius,
buccinators, depressor labii orbicularis oris dan mentalis (Raj, 2006).
Pada Bell’s Palsy dapat terjadi komplikasi, antara lain :
1. Kontraktur

2. Sinkinesia (associated movement)

3. Spasme spontan

15
16

Teknik Massage pada kasus Bell’s Palsy teknik massage yang diberikan
yaitu stroking, effleurage, finger kneading dan tapping. Pemberian massage wajah
pada kondisi Bell’s Palsy bertujuan untuk mencegah terjadinya perlengketan
jaringan dengan cara memberikan penguluran pada jaringan yang superfisial yakni
otot-otot wajah.
Beberapa kondisi yang merupakan indikasi pemberian massage, antara
lain: spasme otot, nyeri, oedema, kasus-kasus perlengketan jaringan, kelemahan
otot jaringan, dan kasus- kasus kontraktur.
Masssage tidak selalu dapat diberikan pada semua kasus, ada beberapa
kondisi yang merupakan kontra indikasi pemberian massage, yaitu: darah yang
mengalami infeksi, penyakit-penyakit dengan ganguan sirkulasi.

B. Saran

Bell’s Palsy merupakan suatu penyakit kelumpuhan saraf perifer, yang


menyerang pada saraf fasialis yang timbul secara akut dan belum diketahui
penyebabnya secara pasti (idiopatik). Bell’s palsy bisa terjadi pada siapa saja.
Maka dari itu fisioterapi harus mampu mengidentifikasi masalah yang mucul pada
pasien, dan mampu memberikan modalitas yang tepat sesuai dengan kondisi
pasien agar proses pemulihan pasien berlangsung secara maksimal.

Adapun saran yang bisa penulis berikan kepada penderita, agar penderita
mau diajak bekerjasama dengan terapis selama proses terapi berlangsung. Pasien
rutin menjalani terapi dan mengikuti arahan fisioterapi dalam bentuk home
program yang telah diberikan. Serta pasien menghindari faktor-faktor yang
memperberat keadaan bell’s palsy.

Saran kepada pembaca, yaitu apabila sekiranya pembaca mendapati suatu


kondisi seperti yang telah dijelaskan oleh penulis pada Karya Tulis Ilmiah ini,
maka diharapkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter atau rumah sakit
untuk mengikuti program fisioterapi.
DAFTAR PUSTAKA

Samuel. https://www.slideshare.net/Ferlysetiaindriani/proposal-bells-
palsy?from_action=save diakses pada 13 Mei 2017

Indriani, Setia Ferli. https://www.slideshare.net/Ferlysetiaindriani/proposal-bells-


palsy?from_action=save diakses pada 16 Mei 2017

https://www.google.co.id/search?q=otot+wajah+dari+depan&tbm=isch&tbo=u&s
ource=univ&sa=X&ved=0ahUKEwjS983o5_PTAhVBN48KHUV-
C8AQsAQIKQ&biw=1366&bih=613#imgrc=GVf5PSp9zasGvM: diakses pada
16 Mei 2017

https://www.google.co.id/search?q=langkah+massage+bell+palsy+menurut+max
well+2008&oq=langkah+massage+bell+palsy+menurut+maxwell+2008&aqs=chr
ome..69i57.8335j0j8&sourceid=chrome&ie=UTF-
8#q=langkah+massage+bell+palsy+menurut+maxwell+1987 diakses pada 16 Mei
2017

17

Anda mungkin juga menyukai