Anda di halaman 1dari 28

Bell’s Palsy

Kelompok 7
 Mutiarahmi
 Noor syifa Khairina
OUTLINE
01 ANATOMI DAN FISIOLOGI

02 PATOFISIOLOGI

03 STATUS KLINIS
1.
ANATOMI & FIS
IOLOGI
1. Occopito Froratalis : otot-otot pada tulang
dahi yang lebar yang berfungsi membentuk
Otot wajah
tengkorak kepala bagian belakang
2. temporalis : otot-otot di sekitar tulang
pelipis
3. Orbicutaris Oculi : otot-otot do sekeliling
tulang mata yang berbentuk bulat
4. Orbicutaris Oris : otot-otot di sekitar mulut
berbentuk bulat seperti bola
5. Succinator : otot-otot datar/rata di pipi yang
berfungsi sebagai kompresor
6. Quadatrus Labil Inferiors : otot-otot di
sekitar bibi bawah berbentuk persegi
7. Triangularis : otot-otot di sekitar rahang
berbentuk segi tiga 11. Zygollaticus Major : otot-otot besar pada tulang pipi
8. Occipitalis : otot-otot di sekitar tulang yang menempel ke tengkorak
tengkorak belakang 12. Caninus : otot penggerak gigi taring
9. Auricularis Posterior : otot-otot di sekitar 13. Levator Labii Superior Alaeque Nasi : urat
samping belakang telinga pengangkat bibir atas yang melekat pada tulang hidung
10. Auricularis Superior : otot-otot di sekitar 14. Dilatores Naris : urat-urat penggerak lobang hidung
bagian atas telinga 15. Platysma : otot-otot pada leher atas
Nervus fasialis, atau
saraf kranialis ke VII,
terutama merupakan
Nervus Fasialis saraf motorik, yang
menginervasi otot-otot
ekspresi wajah.

• saraf kranial ini membawa serabut parasimpatis ke kelenjar


ludah dan air mata dan ke selaput mukosa rongga mulut dan
hidung, serta menghantar berbagai jenis sensasi pengecapan dari
2/3 bagian depan lidah, dan sensasi viseral umum dari kelenjar
ludah, mukosa hidung dan faring, dan sensasi proprioseptif dari
otot-otot yang disarafinya.
SERABUT PADA NERVUS FASIALIS
04 Serabut somato-sensorik

Serabut somato-motorik
01 yang menghantarkan rasa nyeri, suhu
dan sensasi raba dari sebagian kulit dan
mukosa yang dipersarafi oleh nervus
yang mempersarafi trigeminus.
otot-otot wajah
(kecuali m. levator Serabut visero-sensorik
palpebrae (N III), otot 02 yang bertindak sebagai reseptor rasa
platisma, stilohoid, pada 2/3 anterior lidah.
digastrikus bagian
posterior dan Serabut visero-motorik
stapedius di telinga 03 (parasimpatik) yang berasal dari
tengah nucleus salivarius superior. Serabut ini
mempersarafi kelenjar lakrimal, rongga
hidung, kelenjar submandibula dan
kelenjar sublingual.
2.
PATOFISIOLOGI
merupakan bentuk
kelumpuhan wajah
Bell’s Palsy
yang paling umum
terjadi yang
disebabkan oleh
inflamasi pada saraf
fasialis. Adanya
inflamasi
menyebabkan saraf
membengkak dan
mencegah saraf
melewati sinyal
antara otak
Bells Palsy didefinisikan dan
sebagai
paralisis nervusotot-otot wajah.yang
fasialis perifer
bersifat unilateral dengan penyebab
yang tidak diketahui (idiopatik), akut,
dan tidak disertai kelainan neurologi
ETIOLOGI
Teori Ischemia Teori Infeksi Virus Teori Herediter
Vaskuler

gangguan sirkulasi darah ke Beberapa ahli menyatakan Teori ini menjelaskan bahwa
N. fasialis. Kondisi penyebab Bell’s palsy berupa Bell’s palsy bisa disebabkan
Lingkungan dingin, sering virus herpes yang membuat karena keturunan, dimana
terkena angin malam, saraf menjadi bengkak akibat kelainannya berupa kanalis
terpapar kipas angin dan AC infeksi (Wikipedia, 2012). fasialis yang sempit dan
system enzim
TANDA & GEJALA
tanda dan gejala klinisnya yang timbul pada sisi wajah ipsilateral seperti

1. kelemahan otot 6.hidung terasa


wajah kaku
2. air liur sering
keluar

3. kerutan dahi 7. sulit bicara, sulit


mengilang makan dan minum
4. nyeri didalam
atau disekitar telinga

5. tidak mampu atau sulit 8. pembengkakan


mengedipkan mata wajah

9. kelopak mata bawah jatuh,


10. sensitif terhadap cahaya
PATOFISIOLOGI
peningkatan diameter
nervus fasialis
sehingga terjadi
kompresi dari saraf Dengan bentukan
tersebut pada saat kanalis yang unik
melalui tulang tersebut, adanya
1 temporal
3 inflamasi, 5
demyelinisasi atau
iskemik
inflamasi akut pada Perjalanan nervus
nervus fasialis di daerah 2 fasialis keluar dari 4 menyebabkan
tulang temporal, di tulang temporal melalui gangguan dari
sekitar foramen kanalis fasialis yang konduksi
stilomastoideus pada mempunyai bentuk
nervus fasialis seperti corong yang
menyempit pada pintu
keluar sebagai foramen
mental
3.
STATUS
KLINIS
ANAMESIS UMUM

Nama : Tn. R
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Banjarmasin, sungai andai
Hobi : memancing
ANAMESIS KHUSUS Riwayat penyakit sekarng
Tanggal 21 april 2020 saat
Keluhaan utama
bangun tidur di pagi harinya,
tiba- tiba pasien menyadari
bahwa wajahnya merot
wajah merot, tidak kerutan dahi menghilang,
mampu menutup tidak mampu mengedipkan
mata kiri, tidak mata kiri, tidak mampu
mengangkat alis kiri, hidung
mampu mengangkat terasa kaku, sulit bicara,
alis kiri, dan bibir bibir merot kekanan, sulit
merot kekanan makan dan minum, dan air
liur sering keluar. Tanggal
23 april 2020, pasien ke
Dr.saraf di RSUD D dan
didiaknosa ball’s palsy dan
langsung dirujuk dokter ke
fisioterapi untuk melakukan
terapi.
ANAMESIS KHUSUS

1
Letak Keluhan
Kapan terjadi
2 3
Riwayat penyakit
4
Riwayat penyalit Medika menatosa
5
penyera dahulu

Wajah seblah Pada taggal 21


Pasien tidak memilki Pasien tidak Pasien tidak
kiri april 2020 pagi
riwayat penyakit memiliki riwayat mengonsumsi
hari saat bangun
penyerta penyakit serupa obat apapun
tidur
Anamesis Sistem
Nervorum
Tidak ada keluhan
kesemutan atau rasa
tebal- tebal pada wajah
kiri.

Musculoskeletal
Mengalami kelemahan pada oto
wajah
Kardiovaskuler
Pasien tidak memiliki gangguan
pasa kardiovaskular
Respirasi
Pasien tidak memiliki gangguan
respirasi
gastrointestinal
Pasien tidakmemiliki gangguan
pada gastriintestinal
Pemeriksaan fisik
Vital sign
Tekanan darah Denyut nadi Frekunsi nafas Suhu tubuh
(normal) (normal) (normal) (normal)

01 02 03 04

120/80 92x/ 23x/ 38 ˚C


mmhg menit menit

Atropometri Tinggi badan Berat badan IMT


171 cm 68kg 23,28 (normal)
Palpasi Inspeksi
Didapatkan hasil sisi wajah sebelah Statis
kanan terasa lebih kaku atau keras asimetris pada wajah terutama pada bibir
dibandingkan sisi wajah kiri, merot kekanan, mata kiri pasien tampak
penurunan tonus otot wajah bagian kemerahan dan sedikit berair.
kiri Otot-otot yang mengalami
kelemahan antara lain frontalis, Dinamis
corrugators supercili, orbicularis
occuli, nasalis, levator labii
Pasien tidak mampu mengangkat alis kiri,
superior, levator labii inferior, asimetris bibir saat tersenyum, saat berbicara
risorius, buccinators, depressor labii merot kekanan, tidak mampu menutup dan
orbicularis oris dan mentalis, dan mengedipkan mata kiri, tidak mampu mencucu
tidak ada nyeri tekan atau bersiul, serta saat menggerakkan hidung
tidak terlihat kerutan disisi kiri
Pemeriksaan Nilai Keterangan

spesifik 5 (Normal) Klien dapat melawan gravitasi, LGS penuh


dan dapat melawan tahanan maksimal

4 (Good) Klien dapat melawan gravitasi, LGS penuh


dan dapat melawan tahanan minimal

Manual muscle testing


(MMT) otot - otot wajah 3 (Fair) Klien dapat melawan gravitasi dan LGS
Untuk menilai kekuatan otot penuh.
fasialis yang mengalami
2 (Poor) Klien tidak mampu melawan gravitasi namun
paralisis digunakan skala : memiliki LGS penuh

1 (Trace) Hanya terdapat sedikit kontraksi

0 (Zero) Tidak ada kontraksi


Otot- fungsi Nilai
otot
M. Frontalis Mengerutkan dahi dan mengangkat kedua 0
alis

M.Corugator Menggerakkan kedua alis mata ke medial, 0


Supercili sehingga terbentuk kerutan vertikal
diantara kedua alis

M. Procerus Mengangkat tepi lateral cuping hidung, 0


sehingga terbentuk kerutan diagonal
sepanjang pangkal hidung

M.Orbicularis Menutup mata 0


Oculi

M. Nasalis Mengembang kempiskan cuping hidung 1

M. Depressor Menarik ujung mulut kebawah 0


anguli oris

M.Zygomatikus Tersenyum 0
Major

M.Zygomatikus Tersenyum 0
Minor

M. Orbicularis Gerakan bersiul atau mencucur. 0


Oris /bersiul

M. Bucinator Merapatkan bibir dengan pipi 1


dikempiskan, misalnya mengunyah

M. Mentalis Menarik ke atas ujung dagu. 0

M. Risorius Menarik sudut bibir ke lateral dan 0


mrmbentuk lesung pipi
SKALA UGO FISCH :
Ugo fisch scale
4 skala penilaian,
1.  0%, untuk kekuatan otot 0 :
zero, asimetri komplit, tak ada gerak
Ugo Fisch scale bertujuan untuk pemeriksaan
volunter,
2. 30%, untuk kekuatan otot 1 : fungsi motorik dan mengevaluasi kemajuan
poor, kesembuhan ke arah asimetri, motorik otot wajah pada penderita bell’s palsy.
3. 70%, untuk kekuatan otot 3 : Penilaian dilakukan pada  5 posisi, yaitu saat
fair, kesembuhan parsial ke arah istirahat, mengerutkan dahi, menutup mata,
simetri, tersenyum, dan bersiul. Pada tersebut dinilai
4. 100%, untuk kekuatan otot 5 :
simetris atau tidaknya antara sisi sakit dengan sisi
normal, simetris komplit.
yang sehat. (Lumbantobing 2006
Gerakan yang dilakukan,
1.      Diam 20 x  (%) =...
2.     Mengerutkan dahi 10 x (%) =...
3.     Menutup mata   30 x (%) =...
4.     Tersenyum 30 x (%) =...
5.     Bersiul 10 x (%) =...
Derajad I : Normal
100 point
Derajad II : Kelumpuhan Hasil Ugo Fisch scale
ringan
75 – 99 point
posisi nilai
Derajad III : Kelumpuhan Saat istirahat 30 % X 20 point = 6 point
sedang    
50 – 75 point Mengerutkan 0 % X 10 point = 0 point
Derajad IV : Kelumpuhan    
Menutup mata rapat 30 % X 30 point = 9 point
sedang berat 25
   
– 50 point Tersenyum 0 % X 30 point = 0 point
Derajad V : Kelumpuhan    
berat 1 Bersiul 0% X 10 point = 0 point
– 25 point    
Derajad VI : Kelumpuhan Jumlah 15 point

total    
0 poin
Problematika fisioterapi

1. Impairment 2. Functional of 3. Disability


limitation
a)Adanya gangguan
saat minum dan
berkumur karena
Adanya penurunan
air tumpah pada
a) Adanya rasa percaya diri saat
sisi yang lesi
kelemahan pada bergaul di lingkungan
sebelah kiri,
otot- otot wajah kerjanya karena
b)Adanya gangguan
kiri adanya gangguan
saat makan karena
b) b) Adanya ekspresi wajah
makanan terkumpul
penurunan sehingga pasien
di sisi yang lesi
fungsional wajah mengambil libur untuk
sebelah kiri,
kiri. pekerjaannya dan
c) Adanya gangguan
menarik diri dari
ekspresi,
perkumpulan
d)Mata kiri tidak
masyarakat
dapat menutup
rapat
Tujuan fisioterapi
Diagnosa fisioterapi Jangka pendek Jangka panjang

1. Melanjutkan tujuan
jangka pendek.
Gangguan fungsi otot 1. Meningkatkan
2. Mengembalikan
wajah sinistra karena kekuatan otot
kemampuan
balls’s palsy sejak 3 wajah sebelah
fungsional wajah
kiri.
hari yang lalu semaksimal mungkin
2. Meningkatkan
seperti makan agar
PROGNOSIS kemampuan
tidak merkumpul
fungsional wajah.
pada sisi yang kiri,
Quo ad Vitm : Boanam 3. Mencegah
minum atau
Quo ad Sanam : Boanam komplikasi lebih
Quo ad Fungsionm  : Dubia ad sanam
berkumur tidak
lanjut seperti
Quo ad Cosmeticam : Dubia ad tumpah pada sisi
synkenesis dan
sanam yang kiri, serta
kontraktur pada
meningkatkan
otot wajah.
kepercayaan diri
pasien.
Intervensi Fisioterapi
Tujuan Modalitas Dosis
1. mencegah/ memperlambat Elektro therapy F : 3x seminggu
terjadinya atrofi otot I : sesuai toleransi
pasien (30x kontraksi
setiap motor point)
T : 1-3 menit
T : Faradic
1. Meningkatkan Exercise therapy F : 2 – 3 kali sehari
kemampuan fungsional I : 4 – 5 kali setiap latihan
wajah. T : 10 – 20 menit
  T : Mirror exercise
1. memberikan penguluran Manual therapy F : 3x seminggu
pada otot-otot wajah yang I : 3x5 setap teknik
letaknya superfisial T : 10 menit
sehingga perlengketan T : stroking, efflurage,
jaringan dapat dicegah friction, tapping, pecking
2. memberi efek rileks up, stretching
3. mengurangi rasa kaku
 
Edukasi
1. pasien disarankan menghindarkan wajahnya dari
paparan udara dingin secara langsung seperti :
jangan tidur dilantai tanpa menggunakan alas dan
bantal, jangan menggunakan kipas angin yang
secara langsung dihadapkan dimuka.
55%
2. Pasien disarankan melindungi matanya dari
terpaan debu dan angin secara langsung untuk
30%
menghindari terjadinya iritasi.
3. Pasien dianjurkan untuk menutup wajah saat 15%
mengendarai sepeda motor dengan Helm full
face dengan kaca mata diberikan tertutup
Home Program
• Pasien diajarkan untuk melatih gerakan-
gerakan didepan kaca (mirror exercie) seperti
: mengangkat alis dan mengerutkan dahi
keatas, menutup mata,tersenyum, bersiul, 55%
menutup mulut dengan rapat, mengangkat
sudut bibir ke atas dan memperlihatkan gigi- 30%
gigi, mengembangkempiskan cuping hidung,
mengucapkan kata-kata labil a,i,u,e,o dengan 15%
dosis minimal 4x sehari selama 10-20 menit.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai