Anda di halaman 1dari 22

Definisi

BELLS PALSY

Kelumpuhan akut N. Fasialis perifer yang tidak diketahui


sebabnya.
Etiologi

Penyebab kelumpuhan N. Fasialis perifer sampai sekarang belum diketahui


secara pasti. Umumnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
• Kongenital
• Didapat
- Trauma
- Penyakit tulang tengkorak (osteomielitis)
- Proses intrakranial (tumor, radang, perdarahan, dan lain- lain)
- Proses di leher yang menekan daerah prosesus stilomastoideus
- Infeksi tempat lain (otitis media, herpes zoster, dan lain- lain)
• Namun secara garis besar pada Bell’s palsy terjadinya
inflamasi saraf fasialis pada ganglion genikulatum
sehingga menyebabkan kompresi, iskemia dan demielinasi
saraf.
• Faktor resiko:
-sesudah bepergian jauh dengan kendaraan
-tidur di tempat terbuka, paparan angin
-penyakit vaskuler
- faktor genetik
Prevalensi

• Prevalensi rata-rata berkisar antara 10–30 pasien per


100.000 populasi per tahun dan meningkat sesuai
pertambahan umur.
Anatomi
Saraf otak ke VII mengandung 4 macam
serabut :

Serabut visero-motorik (parasimpatis)


 dari nukleus salivatorius superior
Serabut somato motorik mensarafi mengurus glandula dan mukosa
otot wajah. faring, palatum, rongga hidung, sinus
paranasal, dan glandula submaksilaris
serta sublingual dan lakrimalis.

Serabut visero-sensorik 
menghantar impuls dari alat Serabut somato-sensorikrasa nyeri
pengecap di 2/3 bagian depan lidah.
Secara anatomis bagian motorik saraf terpisah dari bagian
yang menghantar sensasi dan serabut parasimpatis, Sel
sensoriknya terletak di ganglion genikulatum, pada lekukan
saraf fasialis di kanal fasialis.

Sensasi pengecapan dari 2/3 bagian depan lidah dihantar


melalui saraf lingual korda timpani dan kemudian ke ganglion
genikulatum.

Nervus VII bersama Nervus intermedius dan Nervus VIII


memasuki meatus akustikus internus  bersatu  masuk ke
dalam os mastoid  keluar dari tulang tengkorak melalui
foramen stilomastoidbercabang mersarafi otot- otot wajah
Perbedaan Parese N. VII Sentral dan N. VII Perifer
• Inti nervus fasialis :dibagi menjadi kelompok atas dan
bawah.
• Inti nervus fasialis bagian bawah mendapat innervasi
kontralateral dari korteks somatomotorik  UMN (karena
lesi di korteks atau kapsula interna) otot wajah bagian
bawah saja yang jelas paretik (SENTRAL)
• Inti nervus fasialis bagian atas mendapat inervasi dari
kedua belah korteks somatomotorik, ipsilateral  LMN
(karena lesi infranuklearis) otot wajah atas maupun bawah,
kedua-duanya lumpuh (PERIFER)
Patofisiologi
• ketidakstabilan otonomik dengan respon
Teori simpatis  spasme pada arteriol dan statis pada
vena di bagian bawah kanalis spinalis  iskemik
iske dan terjadinya oedem  paralisis flaksid perifer
mik dari semua otot yang melayani ekspresi wajah.
vask
uler

• terjadinya reaksi inflamasi dan edema saraf


Teori fasialis tidak mendapatkan suplai oksigen yang
infek cukup kematian sel saraf
si
virus
• virus Herpes Simpleks dan reaksi imunologis sekunder atau
Teori karena proses vaskuler  inflamasi dan penekanan saraf
kombin
asi

• lapisan endotelium dari pembuluh darah rusak proses


Pengaruh transdusi (proses mengubah dari suatu bentuk kebentuk
udara lain)  foramen stilomastoideus bengkak Nervus facialis
dingin
(paparan terjepit  rangsangan yang dihantarkan terhambat yang
angin, menyebabkan otot-otot wajah mengalami kelemahan
udara
bebas, air
conditioner
, dll)
Gejala Klinik
Kelumpuhan otot-
otot wajah pada Hidung terasa kaku
satu sisi tiba-tiba.

Hiperakusis
Wajah yang tidak (sensasi
simetris pendengaran yang
berlebihan)

Sulit berbicara,
Kelopak mata tidak
gangguan pada
bisa menutup
pengecapan,
dengan sempurna
hipersalivasi
Lokasi Lesi

a. Lesi di luar foramen stylomastoideus


lipatan kulit dahi menghilang.
b. Lesi di canalis facialis (melibatkan chorda tympani)
+ dengan hilangnya ketajaman pengecapan lidah (2/3 bagian
depan)
c. Lesi di canalis facialis lebih tinggi lagi (melibatkan musculus
stapedius)
+ hiperakusis.
d. Lesi di tempat yang lebih tinggi lagi (melibatkan ganglion
genikulatum)
+ nyeri di belakang dan di dalam liang telinga. (pasca herpes)
e. Lesi di daerah meatus acusticus interna
+ tuli
f. Lesi di tempat keluarnya facial nerve (N.VII) dari pons.
+ terlibatnya trigeminus nerve (N.V), vagus nerve (N.X), dan
kadang-kadang juga abducens nerve (N.VI), accessory nerve
(N.XI), dan hypoglossal nerve (N.XII).
Diagnosis

• MRi dan CT scan


• Tidak ada tes • EMG   menyinkirkan
laboratorium mengkonfirmasi penyebab
khusus untuk kehadiran struktural lainnya
mengkonfirmasi kerusakan saraf dari tekanan pada
diagnosis dari dan menentukan saraf wajah
gangguan keparahan dan (stroke)
tersebut. Namun luasnya
pemeriksaan keterlibatan
darah kadang- saraf.
kadang dapat
membantu dalam
mendiagnosis 
infeksi tertentu.
Indikasi Rujuk

• Ahli neurologi: bila selama pengobatan adekuat belum


ada tanda-tanda perbaikan, atau bila dijumpai tanda-
tanda neurologik pada pemeriksaan fisik dan tanda-tanda
yang tidak khas dari Bell’s palsy, atau sudah didapatkan
komplikasi
• Ahli penyakit mata: bila terjadi nyeri okuler yang tidak
jelas atau gambaran yang abnormal pada pemeriksaan
fisik.
• Ahli otolaryngologi: pada pasien-pasien dengan paralisis
persisten, kelemahan otot wajah yang lama, atau
kelemahan yang rekuren
• Ahli bedah: Pasien dengan prognosis yang buruk setelah
pemeriksaan nervus facialis atau paralisis persisten cukup
baik untuk dilakukan pembedahan.
Diagnosis Banding
1. Miller Fisher Syndrom  kelemahan nervus facialis
menyebabkan kelemahan otot wajah tipe perifer.
+ trias gejala neurologis : opthalmoplegi, ataksia, dan
arefleksia
2. Ramsay Hunt Syndrome (RHS)  infeksi saraf wajah yang
disertai dengan ruam yang menyakitkan dan kelemahan
otot wajah.
Tatalaksana
MEDIKAMENTOSA
• Kortikosteroid  dalam mencegah degenerasi saraf,
mempercepat penyembuhan inflamasi
Prednison (1 mg/kgBB/hari) : 60 mg/hari selama 5 hari dan
diturunkan 10 mg/hari dalam 5 hari berikutnya (total
pemberian prednison 10 hari). Bila bertambah berat,
tapering off dalam 7 hari berkutnya.
• Acyclovir diberikan untuk menghambat replikasi DNA
virus. 400 mg 5 kali sehari selama 10 hari . Jika
penyebabnya virus herpes zoster, dosis 800 mg 5 kali
sehari
• Perawatan mata  artificial tear solution.

NON MEDIKAMENTOSA
• Hindari paparan angin
• Memakai pelindung mata
• Fisioterapi adalah untuk mempertahankan tonus otot yang
lumpuh.  radiasi sinar infra red.
• Massage pada otot wajah

KONSERVATIF : Terapi pembedahan


Komplikasi

Crocodile tear
phenomenon.

Tic Facialis
sampai
Synkinesis
Hemifacial
Spasme
Prognosis

Penderita Bell’s Palsy dapat sembuh total atau meninggal


gejala sisa. Faktor resiko yang memperburuk prognosis :
• Usia di atas 60 tahun
• Paralisis komplit
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai