Anda di halaman 1dari 19

HERPES ZOSTER OTIKUS

Disusun Oleh :
M. REZKI ZANUAR SY
(1210070100178)
FK BAITURRAHMAH

PEMBIMBING
Dr. Zalfina Cora Sp, THT-KL
ANATOMI TELINGA
FISIOLOGI PENDENGARAN
DEFINISI
• Herpes zoster adalah penyakit yang di sebabkan oleh inveksi virus
Varicella zoster (VZV) pada kulit dan mukosa, atau merupakan hasil
reaktivasi virus setelah infeksi primer.
• Herpes zoster oticus adalah penyakit yang di sebabkan oleh
infeksi virus varicella zoster. Virus ini menyerang satu atau lebih saraf
cranial. Dapat mengenai saraf trigeminus, ganglion genikulatum dan
radiks servikalis bagian atas. Keadaan ini di sebut juga sindrom
Ramsey Hunt .
Epidemiologi
• Insiden pada semua tipe herpes zoster diperkirakan mencapai 3,6
kasus per 1000 orang dalam setahun . Namun insiden yang meningkat
dengan usia yang jelas pada setiap tahun nya sebagai berikut : usia di
bawah 50 tahun sebanyak 2 kasus per 1000. Umur 50-60 tahun
sebanyak 5 kasus per 1000 orang. Umur 70-80 sebanyak 10 kasus per
1000 orang.umur diatas 80 tahun sebanyak 12 kasus per 1000 orang
dengan 12% kasus disertai dengan kelemahan di wajah
ETIOPATOGENESIS
• Penyebab herpes zoster otikus adalah suatu reaktivasi virus varicella zoster
yang menetap di sel-sel ganglion setelah infeksi,yang menimbulkan
pembentukan vesikel herpetiformis yang sangat nyeri pada daun telinga.
• Pada tahap awal virus varicella zoster masuk ke dalam tubuh melalui
saluran nafas atas mukosa konjungtiva, kemudian bereplikasi pada kelenjer
limfe regional dan tonsil. Virus kemudian menyebar aliran darah
berkembang biak dalam organ. Fokus replikasi virus ini terdapat pada
sistem retikulo endotelial hati, limpa, dan organ lain. Pada saat titer tinggi,
virus di lepaskan kembali ke aliran darah (viremia kedua) dan membentuk
vesikel pada kulit dan mukosa saluran nafas atas. Kemudian berkembang
dan menyebar melalui saraf sensoris dan jaringan kutaneuss, menetap
pada ganglion serebrospinalis dan ganglion saraf kranial
MANIFESTASI KLINIS

• Adapun manifestasi klinis dari SRH adalah sebagai berikut :


• Ruam atau lecet di sekitar garis telinga, kulit kepala atau rambut di
sertai erosi pada mulut
• Ruam / lepuh sering menyakitkan dengan sensasi umum terbakar di
daerah yang terkena
• Kelemahan pada sisi wajah yang terkena menyebabkan otot wajah
terkulai
• Kesulitan menutup mata atau berkedip karena celah palpebra
melebar pada sisi yang terkena
• Penurunan senyum pada sisi wajah yang terkena
• Perubahan rasa pada sisi lidah yang terkena
• Kehilangan ekspresi wajah pada bagian yang terkena
• Kesulitan makan, minum dan berbicara sebagai akibat dari kelemahan
di bibir pipi pada sisi yang terkena
• Sakit pada telinga wajah dan kepala
• Gangguan pendengaran pada sisi yang terkena
• Pusing /vertigo
• Tinitus pada sisi yang terkena
ANAMNESIS
• Gejala yang biasa dikeluhkan adalah nyeri telinga pada proksimal,
ruam pada telinga atau mulut (80% kasus awal ruam biasa
menyebabkan paralisis otot wajah) ipsillateral lower motor neuron
paresis wajah (N.VII), vertigo, ipsilateral ketulian (50% kasus ), tinitus
sakit kepala, disthargia,gait ataxia, cervical adenopathy. Nyeri telinga
sering kali nyeri menjlar ke luar telinga sampai daun telinga. Nyeri
bersifat konstan, difus, dan tumpul. Nyeri muncul biasanya beberapa
jam sampai beberapa hari setelah muncul ruam
PEMERIKSAAN FISIK
• Pada inspeksi biasanya terlihat vesikel pada meatus eksternus dan
konka aurikuler. Disertai dengan limfadenitis pada kelnejer limfe.
• Pada pemeriksaan klinis di temukan pemeriksaan fungsi saraf
motorik. Terdapat 10 otot-otot wajah yang bertanggung jawab
terciptanya mimik dan ekspresi wajah. Pemeriksaan N. VII di mulai
dari fungsi saraf motorik dengan cara menggerakan otot-otot wajah
utama di muka, mulai dari mengangkat alis, mengerutkan alis,
mengangkat serta mengeruktkan hidung ke atas atau ke bawah,
memejamkan mata kuat-kuat, tertawa lebar sambil melihatkan gigi,
menggembungkan kedua pipi, bersiul, menarik kedua sudut bibir
kebawah dan memoncongkan mulut yang tertutup rapat ke depan.
Setiap gerakan di bandingkan kanan dan kiri nya .
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Tes berbisik
Pemeriksaan ini bersifat semikuantitatif, menentukan derajat ketulian
secara kasar. Hal yang perlu di perhatikan ialah ruang cukup tenang,
dengan panjang minimal 6 meter, Nilai normal tes berbisi 5/6-6/6.
• Polymerase Chain Reaction
penggunaan polymerase chain reaction (PCR) untuk mendeteksi virus
varicella zoster pada kulit yang terkena daerah telinga dapat membantu
membedakan anatara pasien Bell’s palsy dan pasien dengan sindrom
Ramsay Hunt pada tahap awal
• Audiometri Murni
Pada sindroma ramsay hunt biasanya terjadi tuli sensorineural. Adapun
audiogram pada tuli sensori neural adalah sebagai berikut :
DIAGNOSA BANDING
• Bell’s palsy
• Meningitis Bullosa
• Otitis eksterna
PENATALAKSANAAN
Terapi asiklovir dapat di berikan 5x800 mg selama 7 hari dan kortikosteroid
3-5 hari dengan regimen tappering off dengan dosis 40-60 mg/hari atau
prednisone 1mg/kgbb/hari regimen tappering.
Selain terapi medikamentosa, juga diperlukan terapi rehabilitative untuk
mengembalikan fungsi nervus fasialis yang terdiri dari :
• Relaksasi otot yang hiperaktive
• Latihan masese wajah
• Biofeedback training dengan menggunakan cermin supaya pasien tahu
gerakan wajahnya
• Latihan wajah yang spesifik seperti senyum,menyeringai, bersiul, untuk
mengurungkan rasa sakit dan mengawal spasme otot.
KOMPLIKASI
• Abrasi dan ulkus kornea
• Infeksi sekunder akibat bakteri
• Postherpetic neuralgia, seperti varicella, reactivation virus zoster yang
lain
• Kelumpuhan otot wajah permanen
• Gangguan pendengaran ipsilateral
PROGNOSIS
• Herpes zoster oticus mempunyai prognosa yang buruk dari pada bells
palsy. Sekitar setengah dari jumlah pasien SRH masih memiliki
gangguan motorik nervus fasial, hanya sebagian kecil pasien dengan
gangguan paralisis komplit.diagnosis awal sangatlah penting sehingga
pemberian asiklovir dan steroid segera mungkin dapat
memaksimalkan kembali fungsi nervus fasialis dari kelumpuhan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai