Anda di halaman 1dari 28

ABSES CEREBRI

Pembimbing:
dr. Evo Elidar Harahap, Sp.Rad (K)

GILANG BAYU LAKSONO


MUTIA HOIRUNNISA
TANTI KRISTIANA

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN RADIOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
MEDAN
2021
ANATOMI CEREBRI
CEREBRUM (OTAK BESAR)
Bagian terbesar dari otak manusia

Kemampuan berfikir, analisa, logika, bahasa, kecerdasan intelektual/IQ,


logika, dll

Dibagi menjadi 4 lobus :


• Frontal  bagian lobus yang berada paling depan dari cerebrum
• Fungsi : Pusat berpikir, perencanaan, penyelesaian masalah, mengontrol perilaku
individu.
• Parietal Di sulkus sentralis
• Bertanggung jawab dalam area sensoris yaitu menerima dan mengintreprestasikan
sensasi nyeri, raba, tekanan dari permukaan tubuh (terletak di gyrus postsentralis).
• TemporalDi sebelah lateral
• Menerima dan menginterprestasikan suara.
• Area wernicke yang berfungsi sebagai area pemahaman bahasa (asosiasi)
• OccipitalPosterior occipital
• Area visual primer yang berfungsi menerima informasi dari retina mata.
• Area asosiasi visual yang berperan untuk menginterprestasikan pengalaman visual.
CEREBELLUM (OTAK KECIL)
Letak
• Terletak di fossa crania posterior.
• Secara anatomis terdiri dari 1 vermis cerebelli (struktur di mediana)
dan 2 hemispherium cerebella.
• Dihubungkan dengan medulla oblongata oleh pedunculus serebelli
(superior, media dan inferior).
• Semua aktivitas pada bagian ini di bawah kesadaran (involuntary).

Fungsi
• Keseimbangan
• Pengaturan tonus otot
• Kordinasi pergerakan

Lesi
• Gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot
BRAINSTEM (BATANG OTAK)

Letak
• Tempat keluar nervus cranialis

Fungsi
• Pusat pernapasan, kardiovaskular, dan pencernaan
• Pengaturan refleks otot yang berhubungan dengan
keseimbangan dan postur
• Penerima dan pengintregasi input sinaptik dari
medulla spinalis, aktivasi korteks cerebrum
• Pengatur siklus tidur
LIMBIC SYSTEM
(SISTEM LIMBIK)
Mengatur emosi dan
memori . Langsung
berhubungan
dengan fungsi luhur
dan fungsi lain

A. Cingulate gyrus
B. Fornix
C. Anterior thalamic
nuclei
D. Hypothalamus
E. Amygdaloid nucleus
F. Hippocampus
DEFINISI
Abses cerebri atau abses otak adalah suatu proses
infeksi dengan pernanahan yang terlokalisir di antara
jaringan otak yang disebabkan oleh berbagai macam
variasi bakteri, jamur dan parasit.
ETIOLOGI
Immunodef
langsung hematogen Trauma idiopatik
iciency
• Infeksi • Infeksi • AIDS • Cedera • Tidak
telinga paru • Penyakit kepala diketahui
• sinusitis • endokard kronis
itis • kemotera
• Tetralogi pi
fallot

1. Organisme aerob
- Gram positif: Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus
- Gram negatif: E. coli, Hemophilus influenza, Pseudomonas
2. Organisme anaerob: B. fragilis, Bacteroides sp, Fusobacterium sp, Prevotella sp,
Actinomyces sp, dan Clostridium sp.
3. Fungi : Kandida, Aspergilus, Nokardia
4. Parasit : E. histolytica, Schistosomiasis, Amoeba
GEJALA KLINIS
Trias abses otak :
 Peningkatan tekanan intrakranial  sakit
kepala, muntah, dan papil edema.
 Tanda infeksi  demam, menggigil,
leukositosis.
 Gejala neurologik fokal  kejang, gangguan
saraf kranial, afasia, ataksia, paresis.

- Hampir seluruh penderita abses didapati keluhan sakit kepala (70-90%) , Muntah-
muntah (25-50%), Kejang 30-50%, Gejala: pusing, vertigo, ataxia, Gangguan
bicara 19,6%, hemiapnosis 31%, unilateral midriasis 20.5%(herniasi tentorial),
Gejala fokal 61%
PATOFISIOLOGI
penyebaran dari focus infeksi (etiologi)  reaksi
radang difus pada jaringan otak  infiltrasi
leukosit  edem, perlunakan, kongesti  bintik
perdarahan  beberapa hari/minggu  nekrosis
dan pencairan pusat lesi  membentuk rongga
 ABSES  fibrosis progresif  kapsul dengan
dinding konsentris
KOMPLIKASI
1. Robeknya kapsul abses ke dalam ventrikel atau ruang
subarachnoid
2. Penyumbatan cairan serebrospinal yang menyebabkan hidrosefalus
3. Edema otak
4. Herniasi oleh massa Abses otak
 
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

1. Pemeriksaan glasgow coma scale


2. Laboratorium darah
3. Rontgen foto kepala, sinus atau mastoid, thorax
4. CT Scan / MRI (Ring Enhacement)
STADIUM
• Stadium serebritis dini (Early Cerebritis 1-3 hari)
• Stadium serebritis dini (Early Cerebritis 1-3 hari)
• Stadium serebritis lanjut (Late Cerebritis 4-9 hari)
• Stadium serebritis lanjut (Late Cerebritis 4-9 hari)
• Stadium pembentukan kapsul dini (Early Capsule
• Stadium pembentukan
Formation 10-13 hari) kapsul dini (Early Capsule
Formation 10-13 hari)
• Stadium pembentukan kapsul lanjut (Late Capsule
• Formation
Stadium pembentukan
>14 hari) kapsul lanjut (Late Capsule
Formation >14 hari)
STADIUM SEREBRITIS DINI (EARLY
CEREBRITIS)
 Reaksi radang lokal dengan infiltrasi polymofonuklear
leukosit, limfosit dan plasma sel dengan pergeseran aliran
darah tepi, yang dimulai pada hari pertama dan meningkat
pada hari ke 3.
 Sel-sel radang mengelilingi daerah nekrosis infeksi.
 Pada stadium ini terjadi edema di sekitar otak.

STADIUM SEREBRITIS LANJUT (LATE


CEREBRITIS)
o Pusat nekrosis membesar. Di tepi pusat nekrosis didapati
daerah sel radang, makrofag-makrofag besar dan
gambaran fibroblas yang terpencar  retikulum yang
akan membentuk kapsul kolagen.
o Pada stadium ini edema otak menyebar maksimal
sehingga lesi menjadi sangat besar.
STADIUM PEMBENTUKAN KAPSUL DINI
(EARLY CAPSULE FORMATION)
Pusat nekrosis mulai mengecil, makrofag
menelan acellular debris dan fibroblast
meningkat dalam pembentukan kapsul kolagen.

STADIUM PEMBENTUKAN KAPSUL


LANJUT (LATE CAPSULE FORMATION)
Pada stadium ini, terjadi perkembangan lengkap abses
dengan gambaran :
- Pusat nekrosis diisi oleh acellular debris dan sel-sel
radang
- Daerah tepi pusat nekrosis terdiri dari sel radang,
makrofag, dan fibroblast
- Kapsul kolagen yang tebal.
DIAGNOSIS BANDING
• Tumor ganas

• Tromboplebitis intracranial

• Empyema subdural

• Abses extradural

• Ensefalitis
GAMBARAN RADIOLOGI

SULCUS

HASIL NORMAL CT SCAN KEPALA


EARLY CEREBRITIS

Gambaran CT Scan :
Gambaran CT-Scan pada hari pertama tampak gambaran hipodens
batas tidak tegas dan sedikit tepi yang menyerap kontras.
LATE CEREBRITIS

Gambaran CT Scan:
Gambaran CT-Scan pada fase ini mulai tampak cincin yang
menyerap kontras melingkari daerah yang hipodens yang lebih
luas.
EARLY CAPSULE
FORMATION

Gambaran CT Scan :
Gambaran CT-scan tampak daerah hipoden yang dilingkari
oleh cincin yang menyerap kontras.
LATE CAPSULE FORMATION

Gambaran CT Scan :
Gambaran CT-Scan terlihat dearah hipodens dengan
terbentuk cincin hiperden yang utuh dan tebal baik dengan
maupun tanpa kontras
Gambaran MRI :
MRI T1WI tampak lesi hipointens dengan batas tegas
yang ring enhancement post kontras Gd-DOTA dan
hiperintens pada T2WI
PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan abses otak yaitu :
1. Menghilangkan proses infeksi, efek massa, dan oedem
terhadap otak
2. Pemberian antibiotik yang tepat selama 6-8 minggu
untuk mengecilkan abses dan 10 minggu untuk
menghilangkan efek massa dari abses otak
3. Tindakan pembedahan (aspirasi maupun eksisi)
Terapi definitif melibatkan :
1. Penatalaksanaan terhadap efek massa (abses dan edema)
yang dapat mengancam jiwa
2. Terapi antibiotik dan test sensitifitas dari kultur material
abses
3. Terapi bedah saraf (aspirasi atau eksisi)
4. Pengobatan terhadap infeksi primer
5. Pencegahan kejang
6. Neurorehabilitasi
Prinsip Pemilihan Antibiotik pada Abses Otak 
 Belum diketahui etiologi  sefalosporin gen 3 kombinasi
metronidazole
 Infeksi bakteri gram negative, anaerob Meropenem
 Penyakit jantung sianotik  Penisilin dan metronidazole
 Otitis media, sinusitis, atau mastoiditis, trauma penetrasi 
vancomycin + sefalosporin gen 3 + metronidazole
 Infeksi meningitis citrobacter  Sefalosporin generasi ketiga,
yang secara umum dikombinasikan dengan terapi
aminoglikosida
 Immunocompremised  AB spectrum luas + amphoterids
Steroid
o Dipertimbangkan pada peningkatan tek cranial dan edema cerebri
o Dosis 10mg dexamethasone setiap 6 jam IV tapering 3-7 hari

Terapi Pembedahan
Indikasi : berdiameter lebih dari 2,5 cm, adanya gas di dalam abses, lesi
yang multiokuler, dan lesi yang terletak di fosa posterior
prosedur pilihan  terapi eksisi dan drainase abses melalui kraniotomi.
pada center-center tertentu lebih dipilih penggunaan stereotaktik
aspirasi atau MR-guided aspiration and biopsy

Anti konvulsan
Apabila kejang dengan frekuensi yang cukup sering  phenitoin
PROGNOSIS
Prognosis dari abses otak ini tergantung dari:
1) Cepatnya diagnosis ditegakkan
2) Derajat perubahan patologis
3) Soliter atau multipel.
4) Penanganan yang adekuat
Dengan alat-alat canggih abses otak pada stadium dini dapat lebih
cepat didiagnosis sehingga prognosis lebih baik. Prognosis abses
otak soliter lebih baik dari multipel. Angka kematian telah berkurang
namun kondisi defisit neurologis yang permanen tetap terjadi pada
45% kasus abses otak.
TERIMAKASIH :*

Anda mungkin juga menyukai