Lesi di kanalis
fasialis menunjuk semua gejala seperti lesi di
foramen stylomastoid ditambah
pengecapan menghilang pada dua per
tiga anterior lidah pada sisi yang sama.
terjadi hiperakusis (sensitivitas nyeri
di saraf yang menuju ke terhadap suara keras)
muskulus stapedius
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan Gerak
Pemeriksaan Spesifik
Dasar
Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan vital sign.
1) Tekanan darah : 150/80 mmHg
2) Denyut nadi : 85 kali/menit
3) Pernafasan : 24 kali/menit
4) Temperature :36,5º C
5) Tinggi badan : 160 cm
6) Berat badan : 65 kg
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Statis Dinamis
Nilai Keterangan
2 m.corugator supercili Mengerakkan kedua alis mata kemedial, sehingga terbentuk benturan vertical
diantara kedua alis
3 m.Proceus Mengangkat tepi lateral cuping, hidung, sehingga berbentuk kerutan diagonal
sepanjang pangkal hidung
Istirahat 20 20 x 30% 6
Mengerutkan dahi 10 10 x 0% 0
Tersenyum 30 30 x 30 % 9
Bersiul 10 10 x 0% 0
Total 24
DIAGNOSA FISIOTERAPI
• Impairment
1) Pasien merasakan adanya rasa tebal pada wajah sebelah kanan,
2) Pasien merasakan adanya kelemahan otot wajah sebelah kanan,
3) Pasien merasakan mata sebelah kanan tidak mampu menutup rapat.
4) Pasien belum mampu mengangkat alis sebelah kanan
5) Mulut pasien mencong kesisi kiri
• Functional limitation
a. Adanya gangguan ekspresi pada wajah
b. Makanan cenderung mengumpulkan di sisi kanan
c. Berkumur dan minum tumpah pada sisi kanan
Massage
Infra Red
Infra Red adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 7700 – 4 juta Aº. Infra Red diberikan dengan tujuan mengurangi nyeri,
dapat mengurangi pembengkakan dan meningkatkan suplai darah. Adanya kenaikan temperatur akan menimbulkan vasodilatasi, yang akan menyebabkan
terjadinya peningkatan darah kejaringan setempat dan menghilangkan sisasisa hasil metabolisme yang penyinarannya menggunakan sinar Infra Red yang
mempunyai efek panas yang dapat memperlancar peredaran darah sehingga pemberian kebutuhan jaringan akan O2 terpenuhi dengan sangat baik dan
memperlancar berkurangnya rasa nyeri atau hilang tetapi pasien saya dengan kasus Bell’s Palsy Dextra tidak mengalami nyeri dengan diberikan infrred
untuk merileksasikan otot-otot wajahnya (Sujatno, 2002)
Pelaksanaan terapi
Lampu Infra Red diletakkan tegak lurus dengan area terapi dengan jarak 45 - 60 cm. Evaluasi di lakukan sebelum dilakukan penyinaran dan
saat penyinaran, apakah ada panas yang terlalu tinggi atau terlalu banyak keringat yang keluar.
Dosis :
Dosis waktu : 15 menit
Pengulangan : 1x1 hari
Electrical Stimulation
Electrical Stimulation adalah arus bolak-balik yang tidak simetris, digunakan untuk stimulasi otot. Electrical Stimulation
yang digunakan berupa arus Faradik. Arus faradik adalah arus listrik bolak-balik yang tidak simetris yang mempunyai durasi
15 0,01-1 ms dengan frekuensi 50-100 Hz, yang digunakan untuk stimulasi otot (Sujatno, 2002).
Otot yang distimulasi pada pasien ini adalah otot-otot pada wajah sisi Dextra meliputi otot m. Frontalis, m. Corugator
Supercilli, m. Procerus, m. Orbicularis Oculli, m. Nasalis, m. Zigomaticus, m. Orbicularis Oris, m. Bucinator, m. Mentalis.
Stimulasi yang diberikan pada masing-masing otot sampai terjadi 30 kali kontraksi. Untuk menghindari terjadinya kelelahan
pada otot maka perlu diberikan waktu istirahat pada otot yang baru saja
distimulasi.
Massage
Massage adalah suatu pijatan dengan menggunakan tangan untuk memijat wajah yg mengalami kelemahan otot-otot wajah yang mengalami lesi sebelah kanan. Tujuan
diberikannya massage di wajah untuk penguluran pada otot-otot wajah yang letaknya superfisial sehingga perlengketan jaringan dapat dicegah, selain itu memberikan
efek rileksasi dan mengurangi rasa kaku pada wajah dan gerakanya secara gentle (Wiyanto, 2011).
Pelaksanaan terapi Massage diberikan pada wajah yang lesi. Sebelumnya tuangkan media pelicin ditangan terapis. Usapkan pada wajah pasien dengan
gerakan stroking menggunakan seluruh permukaan tangan dengan arah gerakannya tidak tentu. Lakukan gerakan efflurage secara gentle, arah
gerakan dari dagu kearah pelipis dan dari tengah dahi turun ke bawah menuju ke telinga. Dilanjutkan dengan finger kneading dengan jari-jari
dengan cara memberikan tekanan dan gerakan melingkar, diberikan ke seluruh otot wajah yang terkena lesi dari dagu, pipi, pelipis dan tengah
dahi menuju ke telinga. Kemudian lakukan tapping dengan jari-jari dari tengah dahi menuju ke arah telinga, dari dekat mata menuju ke arah
telinga, dari hidung ke arah telinga, dari sudut bibir ke arah telinga dan dari dagu menuju kearah telinga. Khusus pada bibir, lakukan stretching
kearah yang lesi.
Dosis :
Dosis waktu : 10 menit.
Pengulangan : Gerakan massage dilakukan dengan dosis masing-masing 3-5 kali pengulangan.
Mirror Exercise
Mirror Exercise adalah salah satu bentuk terapi latihan yang menggunakan cermin dalam pelaksanaanya mirror exercise ini sebaiknya
dilakukan ditempat yang tenang dan tersendiri agar pasien bisa lebih berkonsentrasi terhadap latihan-latihan gerakan pada wajah.
Pada pasien ini pemberian mirror exercise dilakukan setelah pemberian electrical stimulation dan merupakan salah satu home program.
Gerakkan-gerakkan mirror exercise yang diberikan sesuai dengan problematika pada pasien dan sesuai dengan fungsi otot-otot ekspresi wajah
(Raj, 2006).
Pasien diajarkan untuk melatih gerakan-gerakan di depan kaca (mirror exercise) seperti: mengangkat alis dan mengkerutkan dahi ke atas,
menutup mata, tersenyum, bersiul, menutup mulut dengan rapat, mengangkat sudut bibir ke atas dan memperlihatkan gigi-gigi, mengembang
kempiskan cuping hidung, mengucapkan kata-kata labial L,M,N,O dengan dilakukan sesering mungkin
Edukasi
1. Pasien disarankan untuk kompres air hangat setiap pagi dan sore hari selama 10-15 menit.
2. Pasien disarankan untuk tidak tidur dilantai, saat tidur menggunakan penutup mata dan jangan
menggunakan kipas angin secara langsung menerpa wajah.
3. Pasien disarankan melindungi mata dari terpaan debu dan angin secara langsung untuk menghindari
terjadinya iritasi dan tidak lupa menggunakan tetes mata setiap harinya.
4. Saat keluar malam menggunakan helm full face dengan kaca tertutup serta memakai selayer atau masker.
Referensi
• Dewanto G dkk. 2009. Diagnosis dan tata laksana penyakit saraf. Jakarta :
kedokteran EGC.
• Lumbantobing. 2012. Nervus fasial dalam neurologi klinik pemeriksaan fisik
dan mental. Edisi ke-12. Jakarta : FK universitas Indonesia.
• Ginsberg L. 2008. Neurologi. Jakarta: Erlangga
• Rahim. 2002. Massage Olah Raga. Pustaka Merdeka: Solo
• Sujatno, Ig dkk. 2002. Sumber Fisis. Akademi Fisioterapi Surakarta Depkes
RI: Surakarta