Pembimbing
dr. Dwi Dewi Kusuma., Sp. S
Disusun oleh:
Firda Athaya Nadhirah
H3A021011
2022
I. IDENTITAS PASIEN
RPK :
1. Riwayat Hipertensi : disangkal
2. Riwayat DM : disangkal
3. Riwayat stroke : disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien seorang karyawan swasta, berobat saat ini dengan BPJS Non PBI. Kesan ekonomi cukup.
Riwayat Pribadi :
1. Pasien seorang karyawan swasta yang banyak bekerja pada malam hari dengan menggunakan
transportasi truk terbuka.
2. Merokok : disangkal
3. Alkohol : disangkal
4. Obat-obatan : disangkal
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : baik
Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4M6V5)
2. Vital sign :
• TD : 120/80 mmHg
• Nadi : tidak dilakukan
• RR : tidak dilakukan
• Suhu : 36,50C
3. Generalisata :
• Kepala : Bentuk mesocephal, wajah asimetris.
• Mata : Reflex cahaya (+/+), pupil bulat isokor (3 mm / 3 mm), gerak bebas ke segala arah,
lagoftalmus (-/+)
• Telinga : tidak dilakukan pemeriksaan
• Hidung : simetris, napas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-)
• Mulut : merot ke kanan, lidah simetris, karies gigi (+)
• Leher : pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening tidak dilakukan
• Thoraks : tidak dilakukan
• Abdomen : tidak dilakukan
• Ekstremitas
STATUS NEUROLOGIS
1. Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4M6V5)
3. Nervus Cranialis :
3. Nervus Cranialis :
4. Sistem Motorik Tubuh
5. Gerakan Involunter
6. Fungsi Sensorik
baik, terasa sedikit baal wajah sisi kiri
7. Fungsi Autonom
8. Keseimbangan dan koordinasi
DIAGNOSIS
Diagnosis topis ditegakkan dari gambaran klinis dimana pada pasien ini
hanya didapatkan gangguan pada otot ekspresi wajah, namun tidak
didapatkan hiperakusis, gangguan perasa dan gangguan pendengaran. Namun
didapatkan hipestesi sehingga topis pada kasus ini bisa diperkirakan terjadi di
bawah foramen stylomastoideus.
Tinjauan Pustaka.
DEFINISI
ANATOMI
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI & FAKTOR RISIKO
PATOFISIOLOGI
PENEGAKAN DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
TATALAKSANA
PENCEGAHAN
KOMPLIKASI & PROGNOSIS
Bell’s Palsy adalah nama
sejenis penyakit kelumpuhan
perifer akibat proses (non
suppuratif, non neoplasmatik,
non degeneratif primer),
namun sangat mungkin akibat
edema pada nervus fasialis
pada distal kanalis fasialis.
DEFINISI
ANATOMI
● Motorik
- Saat pasien diminta untuk mengerutkan dahi bagian yang mengalami parese tidak dapat
mengerutkan dahi.
- Saat pasien diminta untuk menutup mata dengan kuat bagian yang mengalami parese tidak
dapat menutup mata dengan kuat.
- Jika pasien diminta untuk menutup mata maka mata akan berputar-putar ke atas (fenomena
bell’s)
- Saat pasien diminta untuk meringis / tersenyum sudut mulut yang mengalami parese akan
terkulai.
Sensorik
○ Schirmer test
Digunakan untuk mengatahui fungsi produksi air • Pengecapan 2/3 anterior lidah
mata. Menggunakan kertas lakmus merah 5x50 mm Menggunakan cairan Bornstein (4% glukosa, 1% asam
dengan salah satu ujung dilipat dan diselipkan di sitrat, 2,5% sodium klorida, 0,075% quinine hcl). Penderita
kantus medial kiri dan kanan selama 5 menit. diminta menjulurkan lidah kemudian dikeringkan dahulu
Normal: menjadi biru dan basah antara 20-30 mm. baru di tes dengan menggunakan lidi kapas. Setelah selesai
pemeriksaan, penderita berkumur dengan air hangat lalu
dikeringkan dahulu baru lanjut ke pemeriksaan
selanjutnya.
Klasifikasi Sistem grading dikembangkan oleh
House and Brackmann dengan skala I sampai VI :
Grade I adalah fungsi fasial normal.
2. Lindungi mata
3. Perawatan mata
Lubrikasi ocular topical dengan air mata artificial (tetes air mata buatan) dapat
mencegah corneal exposure.
Prognosis :
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : bonam
Ad fungsionam : bonam
Terimakasih
Mohon Arahan Ddan Bimbinganya Dokter