Anda di halaman 1dari 20

POLTEKKES KEMENKES

MAKASSAR JURUSAN
FISIOTERAPI

OSTEOARTHRITIS PADA KNEE


DEFINISI
Osteoarthritis adalah suatu gangguan kronis yang ditandai
dengan adanya kerusakan atau gangguan pada kartilago
artikuler, tulang subcondral, permukaan sendi, sinovium,
dan jaringan paraartikuler, dengan karakteristik
menipisnya kartilago secara progresif, disertai dengan
pembentukan tulang baru pada tepi sendi atau osteofit
dan trabekula subchondral (Kurnia dewi, 2009).
Ada dua macam osteorthritis yaitu :

 Osteoarthritis Primer : dialami setelah usia 45 tahun, sebagai


akibat dari proses penuaan alami, tidak diketahui penyebab
pastinya, menyerang secara perlahan tapi progresif, dan dapat
mengenai lebih dari satu persendian. Biasanya menyerang sendi
yang menanggung berat badan seperti lutut dan panggul, bisa
juga menyerang punggung, leher, dan jari-jari.

 Osteoarthritis Sekunder: dialami sebelum usia 45 tahun,


biasanya disebabkan oleh trauma (instabilitas) yang
menyebabkan luka pada sendi (misalnya patah tulang
atau permukaan sendi tidak sejajar), akibat sendi yang longgar,
dan pembedahan pada sendi. Penyebab lainnya adalah faktor
genetik dan penyakit metabolik.
PATOLOGI
Pada OA terdapat proses degenerasi, reparasi, dan inflamasi yang terjadi dalam
jaringan ikat, lapisan rawan, sinovium, dan tulang subchondral. Pada saat penyakit
aktif salah satu proses dapat dominan atau beberapa proses dapat terjadi secara
bersamaan dalam tingkat intensitas yang berbeda. OA lutut berhubungan dengan
berbagai defisit patofisiologi seperti instabilitas sendi lutut, menurunnya LGS,
disused atrophy dari otot quadriceps, nyeri lutut sangat kuat berhubungan dengan
penurunan kekuatan otot quadriceps yang merupakan stabilisator utama sendi lutut
dan sekaligus berfungsi untuk melindungi struktur sendi lutut.

Perubahan yang terjadi pada sendi lutut oleh karena OA menurut pardjoto (2000)
adalah sebagai berikut:
1.) Degradasi rawan
Degradasi timbul sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara regenerasi (reparasi)
dengan degenerasi rawan sendi melalui beberapa tahap yaitu fibrilasi, pelunakan,
perpecahan, dan pengelupasan lapisan rawan sendi. Proses ini dapat berlangsung
cepat atau lambat.
2.) Osteofit
Bersama timbulnya dengan degenerasi rawan, timbul reparasi. Reparasi berupa
pembentukan osteofit di tulang subchondral.
3.) Sclerosis subchondral
Pada tulang subchondral terjadi reparasi berupa
sclerosis pemadatan atau penguatan tulang tepat di
bawah lapisan rawan yang mulai rusak.
4.) Sinovitis
Sinovitis ialah inflamasi dari sinovium dan terjadi akibat
proses sekunder degenerasi dan fragmentasi. Matrik
rawan sendi yang putus terdiri dari kondrosit yang
menyimpan proteoglycan yang bersifat immunogenik
dan dapat mengantisipasi lekosit. Sinovitis dapat
meningkatkan cairan sendi.
ETIOLOGI
Faktor resiko pada osteoarthritis, meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Peningkatan usia, OA biasanya terjadi pada usia lanjut, jarang dijumpai


penderita OA yang berusia di bawah 40 tahun (Helmi, 2012).
2. Obesitas, membawa beban lebih berat akan membuat sendi sambungan
tulang berkerja lebih berat, diduga memberi andil terjadinya AO (Helmi,
2012). Serta obesitas menimbulkan stres mekanis abnormal, sehingga
meningkatkan frekuensi penyakit (Robbins, 2007).
3. Jenis kelamin wanita (Helmi, 2012). Perkembangan OA sendi-sendi
interfalang distal tangan (nodus Heberden) lebih dominan pada perempuan.
Nodus Heberdens 10 kali lebih sering ditemukan pada perempuan
dibandingkan laki-laki (Price dan Wilson, 2013).
4. Trauma, riwayat deformitas sendi yang diakibatkan oleh trauma dapat
menimbulkan stres mekanis abnormal sehingga menigkatkan frekuensi
penyakit (Helmi, 2012 ; Robbins, 2007).
5. Faktor genetik juga berperan dalam kerentanan terhadap OA, terutama
pada kasus yang mengenai tangan dan panggul. Gen atau gen-gen spesifik
yang bertanggung jawab untuk ini belum terindentifikasi meskipun pada
sebagian kasus diperkirakan terdapat keterkaitan dengan kromosom 2 dan
11 (Robbins, 2007).
GAMBARAN KLINIS
Tanda dan gejala pada penderita osteoarthritis apabila sudah
manifes akan memberikan tanda maupun gejala sebagai
berikut :
1. Nyeri.
Menurut The International Association For the Study of Pain (
IASP). Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional
yang tidak nyaman, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
atau berpotensi merusak jaringan. Definisi tersebut merupakan
pengalaman subyektif dan bersifat individual. Dengan dasar
ini dapat dipahami bahwa kesamaan penyebab tidak secara
otomatis menimbulkan perasaan nyeri yang sama (Meliana,
2004).

2. Kaku sendi.
Gejala yang sering dijumpai pada OA, terjadi kesulitan atau
kekakuan pada saat akan memulai gerakan pada kapsul,
ligamentum, otot dan permukaan sendi (Heru, 2005).

3. Keterbatasan lingkup gerak sendi.


Biasanya keterbatasan gerak mula - mula terlihat pada gerak
fleksi kemudian dalam keadaan lanjut terjadi keterbatasan
kearah ekstensi. Keterbatasan ini akibat dari (a) perubahan
permukaan sendi, (b) spasme dan kontraktur otot, (c)
kontraktur kapsul kapsul sendi, (d) hambatan mekaniik oleh
osteofit atau jaringan - jaringan yang terlepas (Nasution,
1994).
Lanjutan…
4. Krepitasi.
Hal ini disebabkan oleh permukaan sendi yang kasar karena hilangnya
rawan sendi (Heru, 2005).
5. Kelemahan otot dan atropi otot.
Kelemahan otot tidak bagian dari OA, tetapi peranan sebagai salah satu
faktor resiko OA perlu dicermati kekuatan isometrik dari otot quadrisep
merupakan faktor yang berperan pada OA lutut.
6. Deformitas
Deformitas yang dapat terjadi pada OA yang paling berat akan
menyababkan distruksi kartilago, tulang dan jaringan lunak sekitar sendi.
Terjadi deformitas varus bila terjadi kerusakan pada kopartemen medial
dan kendornya ligamentum (Slamet, 2000).
7. Gangguan fungsional
Penderita sering mengalami kesulitan dalam melakukan fungsional dasar,
seperti : bangkit dari posisi duduk ke berdiri, saat jongkok, berlutut,
berjalan, naik turun tangga dan aktifitas yang lain yang sifatnya membebani
sendi lutut.
BAB II
ASSESMENT
Anamnesis Umum
Nama : Ny. H
Umur : 31 tahun
Agama : islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Makassar

Anamnesis Khusus
Keluhan Utama : Nyeri lutut kiri
Letak keluhan : Lutut kiri
RPP : Pasien mengeluh nyeri pada kedua lutut saat lama berdiri dan berjalan,
nyeri di rasakan sudah sekitar setahun yang lalu.
Riwayat penyakit dahulu: Asam urat

 Pemeriksaan Vital Sign


 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Denyut nadi : 80×/menit
 Pernapasan : 20×/menit
 Suhu : 36°C
Inspeksi :
Statis
- Pasien tidak tampak pucat, Tidak ada oedem pada kedua area knee

Dinamis
- Pasien mampu jalan sendiri, wajah tampak menahan sakit ketika berjalan dan
jongkok ke berdiri

Palpasi
 Suhu : Normal
 Nyeri tekan : Ada
 Tonus otot : Spasme M. Hamstring dan M. Quadriceps pada knee bilateral
Pemeriksaan Fungsi Dasar

1.) Aktif
Hip : mampu bergerak aktif, full ROM dan tanpa disertai nyeri
Knee : mampu bergerak aktif, ROM terbatas dan disertai nyeri terutama
saat flexi > 90o
Ankle :mampu bergerak aktif, full ROM dan tanpa disertai nyeri

2. ) Pasif
Hip: mampu digerakkan pasif oleh terapis secara full ROM soft end feel
disertai nyeri
Knee : mampu digerakkan pasif oleh terapis, ROM terbatas, terutama saat
flexi ≥ 90o hard end feel terdapat nyeri.
Ankle : mampu digerakkan pasif oleh terapis secara full ROM soft end feel
tanpa disertai nyeri

3. ) TIMT
Hip: pasien mampu melawan tahanan minimal dari terapis tanpa disertai
nyeri
Knee : pasien mampu melawan gerak isometrik melawan tahanan minimal
dari terapis namun disertai nyeri
Ankle : pasien mampu melawan tahanan tanpa disertai nyeri.
Pemeriksaan spesifik dan
pengukuran fisioterapi
A. Pengukuran VDS knee

Dextra Nilai Sinistra Nilai

Nyeri diam 1 Nyeri diam 1

Nyeri tekan 5 Nyeri tekan 4

Nyeri gerak 5 Nyeri gerak 5


b. MMT

otot Dextra Sinistra


Fleksor Hip 5 5
Ekstensi Hip 5 5
Abductor Hip 5 5
Adductor Hip 5 5
Fleksor Knee 4 4
Ekstensi Knee 4 4
Abductor Knee 5 5
Adductor Knee 5 5
c. LGS ( dengan goniometer)
Dextra Sinistra

Aktif S = 0o-0-110o Aktif S = 0o- 0-115o

Pasif S = 0o – 0-115o Pasif S = 0o – 0-125o

d. Skala JETTE
Indeks functional jette Lutut Lutut
kanan kiri
Berdiri dari posisi duduk
a. Nyeri 3 3
b. Kesulitan 4 4
c. ketergantungan 2 2
Naik turun tangga
a. Nyeri 4 4
b. Kesulitan 5 5
c. ketergantungan 3 3
e. Tes
- Anterior Drawer test
hasil : (-)
- Knee Valgus test
hasil : (+)
- Gravity sign
hasil : (+)
PROBLEMATIK FT
Anatomical / function
1. Nyeri gerak saat menumpuk
2. keterbatasan otot quadriceps dan hamstring
3. penurunan kekuatan otot dan keterbatasan LGS

Activity Limitation
1. kesulitan naik turun tangga
2. kesulitan berjalan jauh
3. Adanya gangguan aktifitas duduk jongkok

Participation Retriction
Hambatan menyelesaikan pekerjaannya
Tujuan
a. Jangka Pendek :
Meningkatkan kekuatan otot quadrisep dan hamstring dan LGS knee serta
mengurangi nyeri saat menumpuk.
b. Jangka Panjang :
Meningkatkan aktivitas fungsional seoktimal mungkin.
INTERFENSI
1)InfraRed
Persiapan alat, cek kabel, dan cek bolam. Posisi pasien tidur
tengkurap dalam keadaan nyaman, daerah yang akan di terapi bebas
dari kain, sinar tegak lurus dengan daerah yang di terapi, atur jarak
antara 45-60 cm. Durasi pengobatan 10-30 menit.

2) Transcutaneus Electrical Nerve Stimulatuion


Posisi pasien tidur terlentang, pasien dalam posisi nyaman. Posisi
terapis berada di sebelah pasien. Pasang elektroda pada sisi lateral
dan medial lutut kanan. Menggunakan arus frekuensi: 200, durasi:
50 dengan waktu 10-15 menit. Kemudian naikan intensitas sampai
merasakan adanya rangsangan berupa getaran yang nyaman,
kemudian naikan intensitasnya sampai batas toleransi pasien.
3) Terapi Latihan
Terapi latihan dimulai dari persiapan pasien, posisi pasien
sesuai dengan gerakan yang direncanakan, memberikan
penjelasan tentang program latihan yang akan dilakukan baik
tujuan maupun caranya, bila perlu terapis memberikan contoh
dahulu serta aba-aba terapis harus bisa dipahami pasien.
a. Free active exercise
 Posisi pasien : tidur terlentang di atas bed dengan kedua
lutut lurus
 Posisi terapis : menyesuaikan
 Pelaksanaan :pasien disuruh mengankat tungkai ke atas
dan menekuk
 lututnya, kemudian diluruskan kembali ke atas lalu
diturunkan perlahan-lahan
 sesuai instruksi dari terapis. Dilakukan 4x8 hitungan

b. Resisted
active movement
Latihan ini dilakukan dengan posisi tidur
tengkurap, posisi terapis disamping pasien untuk
memfiksasi. Tangan kiri berada pada lutut atas dan tangan
satu pada pergelangan kaki. Pasien disuruh
menggerakan kearah fleksi knee. Fisioterapis memberi
tahanan minimal pada gerakan tersebut. Diulang 8 kali.
Evaluasi fisioterapi
 Penurunan Nyeri
 Setelah pasien mengikuti terapi sejak setahun
yang lalu ada penurunan nyeri di ukur dari
kemampuan pasien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari yang sudah bisa bertahan
lama dari sebelumnya.
 Peningkatan ROM Knee
 Pasien mengalami peningkatan kedua ROM
knee di ukur menggunakan Goinometer.

Anda mungkin juga menyukai