Anda di halaman 1dari 12

FILSAFAT IPTEK

LOGIKA
Logika
Logika dapat didefinisikan sebagai : pengkajian untuk
berfikir secara sahih.
Logika dipakai untuk menarik kesimpulan dari suatu proses
berpikir berdasar cara tertentu, yang mana proses berpikir
di sini merupakan suatu penalaran untuk menghasilkan
suatu pengetahuan.

Cara berpikir secara logis terbagi dua, yaitu :


induksi dan deduksi
Induksi merupakan suatu cara berpikir di mana ditarik
suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus
yang bersifat individual.
Deduksi adalah suatu cara berpikir di mana dari
pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus.
Contoh suatu pemikiran induksi :
fakta memperlihatkan : kambing mempunyai mata, gajah
mempunyai mata, begitu pula singa, kucing dan binatang-
binatang lainnya. Secara induksi dapat disimpulkan secara
umum bahwa: semua binatang mempunyai mata.

Contoh suatu pemikiran deduksi :


contoh berikut memakai pola berpikir yang dinamakan
silogismus, suatu pola berpikir yang sering dipakai dalam
menarik kesimpulan secara deduksi.
 Semua mahluk mempunyai mata (Premis mayor)
 Si Polan adalah seorang mahluk (Premis minor)
 Jadi si Polan mempunyai mata (Kesimpulan)
Penarikan kesimpulan secara deduksi harus
memenuhi syarat:
Premis mayor harus benar
Premis minor harus benar
Kesimpulan harus sahih (mempunyai keabsahan)

2. Penalaran
 Penalaran merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, karena dengan adanya penalaran
pada manusia, maka manusia dapat seperti sekarang ini
dan menjadi penguasa di bumi, tempatnya hidup.
 Kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu
mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia
kekuasaannya.
Manusia secara terus menerus, melalui ilmu
pengetahuannya, harus mengambil pilihan: mana jalan
yang benar mana yang salah, mana tindakan yang baik
mana yang buruk dan apa saja yang indah dan apa saja
yang jelek.

Manusia mampu mengembangkan pengetahuan karena dua


hal :
 Pertama, manusia mempunyai bahasa yang dapat dipakai
untuk berkomunikasi
 Kedua, manusia mempunyai daya nalar, yang dipakai
untuk mengembangkan pengetahuan dengan cepat dan
mantap menurut suatu alur pikir tertentu
Hakikat Penalaran
Penalaran dapat dikatakan sebagai suatu proses berpikir
dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan.
Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan
dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan.

Berpikir adalah suatu kegiatan untuk menemukan


pengetahuan yang benar.
Sebagai kegiatan berpikir, maka penalaran mempunyai ciri-
ciri tertentu:
 Pertama, adanya suatu pola berpikir yang secara luas
dapat disebut logika
 Kedua, adanya proses analitik dari proses berpikirnya
a. Berpikir logis adalah kegiatan berpikir berjalan
menurut pola, alur dan kerangka tertentu (frame of
logic) tegasnya, menurut logika berpikir yaitu
:deduksi-induksi ; rasionalism-empirism; abstrak-
kongkrit; apriori-aposteriori).

b. Berpikir analitis adalah konsekuensi dari adanya suatu


pola berpikir analisis-sintesis berdasarkan langkah-langkah
tertentu (metode ilmiah/penelitian).
Logika ilmiah menggabungkan penalaran induktif dan
deduktif atau gabungan empirisme dengan rasionalisme
hingga menemukan kebenaran sementara atau hipotesis.
Hipotesis harus dibuktikan melalui kritisisme (Imanuel Kant)
seperti yang telah diuraikan dalam kritik ilmu atau Filsafat
Ilmu Pengetahuan.
3. Sumber Pengetahuan
Terdapat dua cara pokok untuk mendapatkan pengetahuan
yang benar :
a. Berdasar kepada rasio
b. Berdasar kepada pengalaman (empiris)

 Kaum rasionalis menggunakan metode deduktif dalam


penalaran. Premis yang dipakai dalam penalaran didapat
dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat
diterima. Ide ini dianggap sudah ada sejak dahulu, jadi
bukan ciptaan manusia, yang mana manusia hanya
memperolehnya dari pemikirannya.
 Kaum empiris menyatakan sebaliknya, bahwa pengalaman
diperoleh dari pengalaman yang kongkret, bukan hasil
pemikiran yang abstrak

Kriteria Kebenaran
Beberapa teori tentang kebenaran dibahas pada bagian ini.
Teori kebenaran yang pertama disebut : teori koherensi.
Di mana suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan
itu bersifat koheren atau konsisten denan pernyataan-
pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.

 Teori yang kedua adalah : teori korespondensi.


 Di mana suatu pernyataan adalah benar jika materi
pengetahuan yang dikandung pernyataan itu
berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang
dituju oleh pernyataan itu. Contoh : penyataan “Ibu kota
Republik Indonesia adalah Jakarta” adalah benar karena
bersifat faktual, sementara pernyataan : Ibu kota Republik
Indonesia adalah Bandung” adalah salah karena tidak
bersifat faktual.

Kedua teori di atas dapat dipergunakan dalam
cara berpikir ilmiah.

Sedangkan untuk menemukan kebenaran ilmiah,


disamping Logika harus disertai dengan :
1. Penggunaan bahasa yang jelas, mudah
ditafsirkan hingga tidak salah persepsi.
2. Penggunaan metode ilmiah seperti yang telah
diutarakan dipengembangan ilmu pengetahuan.
3. Penggunaan analisis dan statistik hingga
menemukan kebenaran yang dapat dipertanggung
jawabkan dan bukan kebenaran karena perasaan
atau perkiraan.
Teori lain adalah : teori pragmatis.

Teori ini menyatakan kebenaran suatu pernyataan


diukur dengan kriteria apakah pernyataan itu bersifat
fungsional dalam kehidupan praktis Dalam teori ini ,
suatu pernyataan di masa lalu benar, bisa saja
menjadi salah pada saat ini.
TERIMA KASIH
YUNUS . T & HALIDIN. A

Anda mungkin juga menyukai